Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH GAMBARAN IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN

KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT


DAN PUSKESMAS
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah Manajemen Keperawatan
Dosen Pembimbing : Dr. Yulastri Arif, S.Kp., M.Kep

Kelompok 5
Kelas A1 2020

Aqsa Rahmadani 2011312038

Diyan R. Kurnia 2011312074

Tio Rivaldi 2011312059

Odelia Sabrina Visandri 2011312011

Priska Sari 2211316005

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah “Gambaran Implementasi
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Ruangan Rawat dan Puskesmas" ini
dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang.

Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam


pembelajaran kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya berada
dalam ruang lingkup ilmu keperawatan. Disamping itu penulis menyadari bahwa
mungkin terdapat banyak kesalahan baik dari penulisan ataupun dalam penyusunannya
yang tidak penulis ketahui.

Penulis pun menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai
hasil yang sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini dapat
membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih belum
diungkapkan terkait gambaran implementasi kepemimpinan dan manajemen keperawatan.

Padang, 19 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................................6
2.1 Manajemen Keperawatan.......................................................................................................6
2.2 Model Asuhan Keperawatan..................................................................................................7
2.3 Penerapan Kepemimpinan dan Manajemen pada Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat
Puskesmas...........................................................................................................................10
BAB III TELAAH JURNAL.............................................................................................................14
3.1 Jurnal I.................................................................................................................................14
3.2 Jurnal II................................................................................................................................16
3.3 Jurnal III..............................................................................................................................17
3.4 Jurnal IV..............................................................................................................................22
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................26
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................26
4.2 Saran....................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif, keberhasilan


rencana perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan
metode yang berkaitan pada institusi yang besar dan organisasi keperawatan di
dalamnya, termasuk setiap unit. Sukses tidaknya suatu organisasi sangat bergantung
dari aktivitas dan kreativitas sumber daya manusianya. Untuk itu, hal utama yang harus
diperhatikan seorang pemimpin ialah membangkitkan motivasi kerja pegawainya. Peran
pemimpin sangat besar dalam memotivasi pegawai agar bekerja sesuai dengan program
kerja yang telah ditetapkan organisasi (Mesiono, 2012).
Upaya peningkatan motivasi kerja perawat menuntut peran manajemen dalam
melakukan pendekatan kepemimpinan yang efisien. Dengan kemampuan yang
dimilikinya pemimpin dapat mempengaruhi karyawan sehingga termotivasi untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diinginkan. Upaya mencapai tujuan
organisasi, pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan (Rivai, 2012).
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana implementasi kepemimpinan dan manajemen keperawatan di ruangan rawat


dan di puskesmas dari jurnal yang telah ditelaah?
1.3 Tujuan

Agar mahasiswa mengetahui, memahami, dan dapat menerapkan implementasi


kepemimpinan dan manajemen keperawatan di ruangan rawat dan di puskesmas dari
jurnal yang telah ditelaah.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi


sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai
tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber,
2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi
menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan
dan pengendalian (Marquis & Huston, 2003).
Fungsi manajemen diperlukan dalam setiap organisasi di ruang rawat inap
guna tercapainya goals bersama. Proses manajemen adalah cara bagi organisasi untuk
mencapai tujuan. Manajemen mempunyai subjek dan objek agar dapat terbangunnya
pengorganisasian, pergerakan, serta pengendaliannya (Ritonga & Gulo, 2019).
Kepala ruangan selaku pelaksana fungsi manajemennya secara baik mampu
mengembangkan kualitas mutu perawat di dalambangsal rawat inap, sesuai dengan
Penelitian Ritonga & Gulo (2019) yang menjelaskan bahwa fungsi manajemen yang
dijalankan dengan baik merupakan bekal yang positif terhadap kepala ruang dalam
memimpin dan sebagai penggerak perawat pelaksana.
Perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap sangat dipengaruhi oleh
peran perencanaan yang dilakukan oleh kepala ruangan (Fauziyah et al, 2021). Fungsi
perencanaan yang dijalankan secara optimal bisa memberikan tujuan terhadap
perawat pelaksana, meminimalisir insiden yang mungkin terjadi serta menentukan
standar yang akan digunakan untuk melaksanakan tujuan dalam organisasi (Khoiriyah
& Rizal, 2020).
Fungsi pengorganisasian dilakukan untuk menetapkan prosedur, menyiapkan
perlengkapan dan pemberian tugas (Fauziyah et al, 2021). Penelitian Gulo A (2018)
mengatakan bahwa kepala ruangan bertugas mengkoordinir pelayanan dan kegiatan
asuhan keperawatan. Peran pengorganisasian merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi kepuasan kerja seorang perawat.
Hutahaean & Handiyani (2018) menyatakan kepala ruang memiliki tanggung
jawab secara keseluruhan untuk mengatur sistem keperawatan di ruangan. Beberapa
tugas pengaturan staf yang dilakukan kepala ruang meliputi rekruitmen, orientasi staf,
perkembangan staf serta pembagian tugas dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap pasien. Staffing atau pengaturan staff adalah proses yang mengontrol
bagaimana potensi dan sumberdaya manusia dimobilisasi untuk menyelesaikan tugas
dan mencapai tujuan organisasi (Ningsih & Rizal, 2019).

2.2 Model Asuhan Keperawatan

Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh


pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode
pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk
memberikan asuhan keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional,
metode tim, metode kasus, modifikasi metode tim-primer.
1. Metode fungsional

Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan


efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini
sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior
menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan
kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman. Kelemahan dari metode ini
adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan. Setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya
merawat luka). Metode ini tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun
perawat dan persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.

2. Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal,
dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini
memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung
pelaksanaan proses keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim,
sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Namun, komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada
waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat
profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya
komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin, anggota
tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim akan berhasil bila
didukung oleh kepala ruang.

Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang


berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif
antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat
mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan
anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing
anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan
keperawatan.

Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin


pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim
tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga
dan keahlian dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

3. Metode primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh


selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama
pasien dirawat. Konsep dasar metode primer adalah ada tanggung jawab dan
tanggung gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.

Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan


manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan
akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri
sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap
kebutuhan klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana
keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang
lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan
keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau
tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan
tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, dan advokasi.

4. Metode kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat


dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan
khusus seperti: isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih
memahami kasus per kasus, sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya adalah belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab,
perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

5. Modifikasi : MAKP Tim-Primer

Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan
pada beberapa alasan :

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer


harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.

b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab


asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.

c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan


keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah
lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim
tentang asuhan keperawatan.

2.3 Penerapan Kepemimpinan dan Manajemen pada Pelayanan Keperawatan di Ruang


Rawat Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksanan teknis dinas


kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelanggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayan kerja (KMK No. 128 tahun 2004). Puskesmas sebagai salah
satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotive dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (PMK No. 75 tahun 2014).

Yang akan dibahas berikut ini adalah penerapan kepemimpinan dan manajemen
keperawatan di ruang rawat Puskesmas sebagai upaya kesehatan perseorangan. UKP
adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan (PMK No. 75 tahun 2014). Menurut
PMK No. 75 tahun 2014. UKP tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:

a. Rawat jalan

b. Pelayanan gawat darurat

c. Pelayanan satu hari (one day care)

d. Home care

e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan Kesehatan

Untuk menyelenggarakan berbagai UKP dan UKM yang sesuai dengan azas
puskesmas, perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik. Manajemen
puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja seacara sistematis untuk
menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan tersebut
membentuk fungsi-fungsi manajemen. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang
dikenal dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban (KMK No. 128 tahun 2004). Fungsi manajemen tersebut
dilasanakan oleh seorang manajer.
Dalam menyelanggarakan pembangunan kesehatan puskesmas juga memiliki
visi, misi, dan tujuan. Puskemas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas untuk
menjalankan visi, misi, dan tujuan tersebut. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas
seluruh kegiatan di Puskesmas. Dalam melaksanakan tanggungjawabnya, kepala
Puskesmas sebagai seseorang yang menjalankan peran kepemimpinan merencanakan
dan mengusulkan kebutuhan sumber daya Puskesmas kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota (PMK No. 75 tahun 2014).
Organisasi puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
berdasarkan kategori upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas. Organisasi
Puskesmas paling sedikit terdiri atas (PMK No. 75 tahun 2014):
a. Kepala Puskesmas

b. Kepala sub bagian tata usaha

c. Penganggung jawab UKM dan Perkesmas

d. Penganggung jawab UKP, kefarmasian dan laboratorium

e. Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesman dan jejaring fasilitas pelayanan


kesehatan

Fungsi manajemen dijalanakan oleh seorang manajer puskesmas dan peran


kepemimpinan dijalankan oleh seorang kepala puskesmas. Henri Fayol (1925) dalam
Marquis dan Huston (2012) pertama kali mengidentifikasi fungsi manajemen yaitu
perencanaan, mengorganisasi, komando, koordinasi, dan kontrol. Luther Gulick (1937)
dalam Marquis dan Huston (2012) memperluas fungsi manajemen tersebut menjadi
“tujuh aktivitas manajemen” yaitu perencanaan, mengorganisasi, ketenagaan,
pengarahan, koordinasi, pelaporan, dan budgeting. Walaupun sering dimodifikasi
akhirnya para teoritikus mulai mengarahkan fungsi manajemen menjadi proses
manajemen. Secara singkat deskripsi lima fungsi dari setiap fase dari proses manajemen
adalah sebagai berikut (Marquis dan Huston, 2012):
Gambar 1 Proses Manajemen

1. Perencanaan, meliputi penentuan filosofi, tujuan, sasaran, kebijakan, prosedur, dan


aturan; melaksanakan proyeksi jangka panjang dan pendek; menentukan bagian
keuangan untuk tindakan; dan mengelola perubahan yang direncanakan.

2. Pengorganisasian, meliputi membangun strukstur untuk melaksanan rencana,


menentukan jenis perawatan yang paling tepat untuk pasien, dan mengelompokkan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi lain meliputi bekerja dalam struktur
organisasi dan pemahaman menggunakan kekuasaan dan otoritas dengan tepat.

3. Kepegawaian, terdiri dari merekrut, mewawancana, dan mengorientasi staf.


Penjadwalan, pengembangan staf, sosialisasi karyawan, dan membangun tim.

4. Pengarahan, terkadang mencakup beberapa fungsi kepegawaian. Namun, fungsi


pada fase ini biasanya memerlukan tanggungjawab manajemen sumber daya
manusia, seperti memotivasi, mengelola konflik, mendelegasikan, berkomunikasi,
dan memfasilitasi kolaborasi.

5. Pengendalian meliputi fungsi penilaian kerja, akuntabilitas keuangan, kontrol


kualitas, kontrol hukum dan etik, dan kontrol profesional.

Kepemimpinan dan manajemen dapat dan harus diintegrasikan sebagaimana


keduanya dapat dipelajari. Keduanya jelas mempunyai hubungan yang sinergis.
Setiap perawat adalah pemimpin dan manajer pada tingkat tertentu, dan peran perawat
membutuhkan kemampuan kepemimpinan dan manajemen. Kebutuhan terhadap
pemimpin yang visioner dan manajer yang efektif dalam keperawatan mengurangi
penekanan peran satu sama lain. Kemampuan manajemen yang baik dibutuhkan
untuk menjaga organisasi yang sehat. Karena begitu cepatnya perkembangan dan
akan terus berlanjut dalam keperawatan dan industri kesehatan, secara terus-menerus
penting untuk para perawat mengembangkan kemampuan di kedua peran
kepemimpinan dan fungsi manajemen, serta berusaha untuk mengintegrasikan
karakteristik kepemimpinan di setiap fase dari proses manajemen.
BAB III
TELAAH JURNAL

3.1 Jurnal I

Judul Hubungan Penerapan Metoda Tim dengan Kinerja Perawat


Pelaksana di RSJD. Prov. Jambi.
Penulis Yusnilawati, Indah Mawarti, Nurhusnah.

Nama Jurnal Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi

ISSN e-ISSN: 2580-2259

Volume, nomor, halaman Vol.3, No.1, Hal.41-48

Tujuan penelitian Untuk mengetahui hubungan penerapan Metoda Tim dengan


kinerja perawat pelaksana di RSJD. Prov. Jambi.
Metode Penelitian Deskriptif Analitik dengan pendekatan metode Cross Sectional.

Hasil/temuan penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusnilawati dkk,
menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kinerja
perawat dengan metoda tim.
Kelebihan jurnal - Terdapat kesesuaian antara tujuan jurnal dengan kesimpulan
yang didapatkan.
- Metode dan desain penelitian yang lengkap dan jelas.
- Pada penulisan pendahuluan, sudah memuat latar belakang
penelitian yang ditulis dengan ringkas dan padat.
- Pada pembahasan sudah baik, yaitu hasil penelitiannya dijelas
satu persatu.
- Daftar pustaka yang digunakan juga terbaru, rata-rata 10 tahun
terakhir.
3.2 Jurnal II

Judul HUBUNGAN FUNGSI MANAJEMEN KEPALA


RUANGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM
MELAKSANAKAN ASUHAN KEPERAWATAN DI
RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS WAELENGGA
KABUPATEN MANGGARAI TIMUR TAHUN 2019
Penulis Yohanes Jakri, Hildegardis Timun

Nama Jurnal Jurnal wawasan kesehatan

Volume, nomor, Vol.4, Nomor 2, tahun 2019


tahun
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi
manajemen kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan di rawat inap Puskesmas
Waelengga.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kuantitatif
dengan desain cross sectional study dan teknik pengambilan
sampel menggunakan total sampling.
Hasil/temuan Ada hubungan yang signifikan antara fungsi manajemen
penelitian kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan di rawat inap Puskesmas Waelengga
Kabupaten Manggarai Timur dengan nilai p value (0,046) <
 (0,05).
Kelebihan jurnal - Terdapat kesesuaian antara tujuan jurnal dengan
kesimpulan yang didapatkan.
- Metode dan desain penelitian yang lengkap dan jelas.
- Pada penulisan pendahuluan, sudah memuat latar
belakang penelitian yang ditulis dengan ringkas dan
padat.
- Pada pembahasan sudah baik, yaitu hasil penelitiannya
dijelas satu persatu.

Kekurangan jurnal - Daftar Pustaka yang dipaparkan sudah lama, bahkan


ada yang lebih dari 10 tahun kebelakang.
- Bahasa jurnal ada beberapa yang rancu dan kurang pas.

3.3 Jurnal III


Judul Leadership as a Facilitator of Evidence Implementation by
Nurse Managers: A Metasynthesis

Kepemimpinan sebagai Fasilitator dari Implementasi


Bukti oleh Perawat Manajer: Sebuah Metasintesis

Jurnal Western Journal of Nursing Research

Volume dan Vol.44 Issue 6 Hal 1-15


Halaman

Tahun 2021

Penulis  María Zoraida Clavijo-Chamorro


 Gema Romero-Zarallo
 Adela Gómez-Luque
 Fidel López-Espuela
 Sebastián Sanz-Martos
 Isabel Maria López-Medina

Published First published online April 15, 2021


Tanggal
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi
persepsi manajer perawat tentang faktor-faktor yang
memungkinkan mereka untuk mendukung implementasi
bukti penelitian melalui kepemimpinan pada pengalaman
di rumah sakit mereka dalam menerapkan keperawatan
berbasis bukti praktik

Subjek Penelitian Manajer perawat yang bekerja di tingkat perawatan primer


dan rawat inap

Metode Desain tinjauan sistematis kualitatif digunakan dengan


Penelitian memakai Joanna Briggs Institute meta-aggregative melalui
pendekatan sintesis bukti kualitatif

Cara dan alat Pendekatan metodologis meta-agregatif diusulkan oleh


ukur mengukur Institut Joanna Briggs untuk metasintesis kualitatif yang
variabel depeden diikuti. Hasil studi primer diidentifikasi dan
dikelompokkan berdasarkan topik dan kesamaan.
Frekuensi dan intensitas masing-masing topik kemudian
dianalisis untuk mengelompokkan sesuai kategori.
Metasintesis disistematisasi dan dicatat menggunakan
perangkat lunak QARI. Metasintesis dilakukan oleh dua
reviewer untuk mendapatkan pemahaman bersama, yang
akan memfasilitasi kemajuan yang efektif dari perpaduan.

Hasil Penelitian Faktor pendukung utama yang terkait dengan


kepemimpinan, dirasakan oleh manajer perawat untuk
memasukkan praktik keperawatan berbasis bukti ke dalam
praktik sehari-hari mereka, dikelompokkan menjadi tiga :
 Fasilitator terkait dengan kerja tim yang efektif
Terdiri dari kategori komunikasi yang efektif antara
manajer perawat dan perawat staf, serta kolaborasi.
a. Komunikasi yang efektif antara manajer perawat
dan staf perawat.
Meningkatkan komunikasi antara manajer
perawat dan tim perawatan kesehatan lainnya
membantu mereka mengatasinya beberapa masalah
yang mereka temui. Hubungan yang baik antara
manajer perawat dan staf perawat cenderung
menghasilkan umpan balik tentang perkembangan
yang sedang berlangsung dari semua anggota tim,
memungkinkan hambatan untuk dapat diatasi
b. Membina kolaborasi
Manajer perawat menyebutkan “pembinaan
kolaborasi” sebagai perilaku yang menciptakan
suasana kepercayaan dan kerja tim
 Fasilitator terkait dengan efektif struktur organisasi
Strategis dan perseptual serta observasional tingkat
tinggi dari kepemimpinan membantu manajer perawat
untuk membangun praktik keperawatan berbasis bukti
dengan mendukung infrastruktur, berkolaborasi
dengan lembaga/organisasi lain di tingkat lokal,
regional, dan/atau nasional. Manajer perawat
melaporkan bahwa peran mereka dalam unit klinis
mereka berfokus pada hal-hal berikut: merekrut
peserta/pemangku kepentingan; menyusun bukti
untuk membuat kebijakan, prosedur, dan protokol;
menyebarkan informasi kepada staf; melakukan audit;
menerima umpan balik untuk memastikan bahwa
standar itu diikuti; dan mempertahankan serta
mendukung pengembangan profesional staf.
 Fasilitator yang berkaitan dengan kepemimpinan
transformasional
Untuk perawat yang berpartisipasi dalam
penelitian ini, subelemen ini termasuk mempengaruhi
penerapan praktik keperawatan berbasis bukti dengan
lebih berperan aktif dan menjadi pemimpin yang
dapat diakses dan terlihat, serta tetap terbuka sebagai
pemimpin dengan mencari sumber daya dan
mendelegasikan tanggung jawab.
Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi
adalah membangun budaya berbasis pengalaman,
berbagi hasil implementasi yang menarik, dan
mempertahankan intervensi yang telah dicapai praktik
keperawatan berbasis bukt, elemen fasilitator ini
memainkan peran transformasional dalam konteks
yang kondusif untuk integrasi bukti ke dalam praktik
klinis dengan menginspirasi berbagi visi, kerja tim,
kejelasan peran, dan struktur organisasi yang efektif.

Kelebihan Studi ini dapat bermanfaat bagi profesional keperawatan


Penelitian dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang memfasilitasi
yang dirasakan oleh manajer perawat, kemudian dapat
dipraktikkan dan dikembangkan untuk menghasilkan
pendekatan kepemimpinan yang mentransfer bukti ke
dalam praktik.
Demikian pula, Kitson et al. (2008) menggunakan
kerangka kerja PARiHS untuk bereksperimen dengan gaya
belajar dan pendekatan kepemimpinan untuk
mengaktifkan dan meningkatkan praktik keperawatan
berbasis bukti (Kitson et al., 2008).
Manajer perawat dapat mencari strategi di setiap konteks,
memeriksa sumber daya yang tersedia, dan kompilasi yang
dapat digunakan untuk menciptakan lingkungan kerja
yang lebih baik yang kondusif untuk perubahan praktik
keperawatan berbasis bukti dan mampu menghadapi
rintangan

Kekurangan  Keterbatasan penelitian ini berkaitan dengan kriteria


Penelitian inklusi, karena pengalaman manajer perawat yang
memiliki bukti terapan dalam pengaturan klinis yang
hanya dimasukkan.
 Kemudian, jumlah tahun pengalaman manajemen
adalah bukan kriteria inklusi. Ini bisa memberikan
lebih banyak pengetahuan mendalam tentang masalah
ini, seperti yang dipertimbangkan oleh penelitian lain
sebagai elemen yang relevan.
 Selain itu, kedua jenis kelamin tidak terwakili secara
setara dipenelitian ini, dengan laki-laki sebagai
minoritas.
 Jumlah total manajer perawat yang berpartisipasi
dalam studi primer juga diperkirakan. Misalnya, di
salah satu artikel utama, jumlah manajer perawat yang
berpartisipasi masih belum jelas karena termasuk
peserta dari disiplin lain dan gagal untuk menentukan
jumlah pasti peserta dari masing-masing disiplin.
 Keterbatasan lain bisa terletak pada bias dari setiap
studi utama, karena mereka menggabungkan berbagai
disiplin ilmu untuk dijangkau kesimpulan yang
mungkin tidak berlaku sama untuk semua orang.

3.4 Jurnal IV
Judul : Pengaruh Fungsi Manajemen Kepala Bidang Keperawatan
Terhadap Penerapan Patient Safety Culture di Ruang Rawat
Inap RS Akademis Jaury Jusuf Putera Makassar

Penulis : Fardeana Tri Chandra Armon, Andi Surahman Batara, Andi


Nurlinda
Nama Jurnal : JOURNAL OF MUSLIM COMMUNITY HEALTH
(JMCH)
ISSN : 2774-4590

Volume, nomor, : Vol. 3, No. 1. Page 68-82


halaman

Keselamatan pasien merupakan tujuan utama memberi asuhan keperawatan,dan


pelayanan di rumah sakit. Keselamatan pasien dapat terjaga bila dilakukan dengan pedoma
standar asuhan keperawatan dan memberi jaminan mutu pelayanan.

Upaya penting untuk meningkatkan keselamatan pasien adalah menciptakan


patient safety culture. Budaya keselamatan pasien di rumah sakit memiliki beberapa
indikator yang perlu diterapkan. Menurut (Reiling 2006) organinisasi kesehatan dikatakan
memiliki budaya keselamatan pasien positif jika menerapkan budaya keterbukaan (open
culture), budaya keadilan (just culture), budaya belajar (learning culture) dan budaya
pelaporan (report culture) agar keselamatan dan kemanan pasien dalam menerima
pelayanan dapat ditingkatkan.

Metode Penelitian Gambaran Implementasi Hasil Penelitian

Penelitian ini 1. Fungsi Perencanaan


merupakan
Gambaran implementasi fungsi perencanaan
penelitian
meliputi perencanaan kebutuhan tenaga dan penugasan
kuantitatif dengan
tenaga, pengembangan tenaga, kebutuhan logisitik ruangan,
pendekatan cross
program kendali mutu yang akan disusun untuk pencapauan
sectional study.
tujuan jangka pendek mengengah, dan panjang.
Desain penelitian
menggunakan cara Fungsi perencanana harus ditingkatkan dengan

survei. 86 Menyusun aturan dan SPO keselamatan pasien secara

responden perawat tertulis agar, insiden dapat dilaporkan secara tertulis

pelaksana yang sehingga tercipta budaya keselamatan pasien dengan

berada di ruang menerapkan budaya pelaporan

rawat inap RS 2. Fungsi Manajemen Pengorganisasian


Akademi Jaury Gambaran implementasi fungsi manajemen
Jusuf Putera pengorganisasian dalam menerapkan budaya keselamatan
Makassar. pasien yaitu dengan menentukan lingkup asuhan
Penelitian dilakukan keperawatan, struktur dan hubungan manajemen di
pada Agustus – organisasi, dan melaksanakan rencana yang sudah disusun
September 2021. sebelumnya.
Penorganisasian kegiatan dilaksanakan untuk
memudahkan pembagian tugas perawat sesuai dengan
pengetahuan dan ketrampilan dimiliki serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
3. Fungsi Pengaturan
Gambaran implementasi fungsi pengaturan kepala
bidang keperawatan yaitu pengaturan staf meliputi
pengaturan jadwal dinas dan melaksanakan program
pengembangan keperawatan. Penting bagi kepala bidang
keperawatan untuk menentukan perawat yang bertanggung
jawab terhadap keselamatan pasien yang terdiri dari perawat
penanggung jawab insiden patient safety dan pelaporan
insiden patient safety.
4. Fungsi pengarahan
Gambaran implementasi fungsi pengarahan dalam
menerapkan budaya keselamatan pasien yaitu kepala bidang
perawat dengan saling memberi motivasi, membantu
pemecahan masalah, melakukan pendelegasian,
menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan
kolaborasi dan koordinasi.
Pengarahan yang baik dan tepat dari kepala bidang
keperawatan akan menghasilkan pemahaman dalam
melakukan pekerjaan yang diperintahkan, sehingga perawat
dapat memahami pekerjaannya sehingga pekerjaan yang
dilakukan tidak tumpeng tindih dan dapat terselesaikan
sesuai tujuan yang diharapkan.
5. Fungsi Pengendalian
Gambaran implementasi fungsi pengendalian kepala
bidang keperawatan dalam menerapkan budaya keselamatan
pasien yaitu dengan melakukan penilaian kerja,
pengendalian mutu, pengendalian hukum dan etika, dan
pengendalian hubungan professional dan kolega.
Fungsi Manajemen yang paling berpengaruh
terhadap patient safety culture adalah fungsi pengarahan
dilakukan dengan memberikan motivasi, mengatasi konflik
mengkomunikasikan dan menfasilitasi kerja sam, sehingga
kegiatan ini dilakukan untuk meminimalkan stressor kerja
perawat. Perawat yang bekerja dibawah stressor akan
mengurangi produkstivitas,menaikkan jumlah hari ijin kerja
dan meningkatkan angka turn over.( Marquis dan Huston,
2015).
Kelebihan Jurnal

- Jurnal tersebut sudah menjelaskan pembahasan dengan baik dengan membandingkan hasil
penelitian mereka dengan hasil penelitian orang lain, disertai dengan alasan alasan
berdasarkan teori memperkuat hasil pembahasan penelitian mereka

- Jurnal tersebut sudah memaparkan bagaimana hal seharusnya dilakukan pada setiap fungsi
manajemen oleh kepala bidang keperawatan, disertai saran kepadan kepala bidang
keperawatan rumah sakit yang mereka teliti.

Kekurangan Jurnal

- Tidak dijelaskan oinstruman apa yang mereka gunakan dalam mengukur kelima
variable
- Kriteria inklusi yang diterapkan dalam memilih sampel juga tidak dijelaskan secara
rinci.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari jurnal yang ditelaah terlihat bahwa kepemimpinan dan manajemen perawat
berdampak pada asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat itu sendiri. Setiap aspek
kepemimpinan mempunyai efek tersendiri baik itu bagi perawat, pasien , maupun keluarga.
gaya kepemimpinan yang di terapkan seorang manajer pun akan mempengaruhi bagaimana
perawat akan melaksananakan asuhan keperawatan yang efektif kepada pasien.
Fungsi manajemen perencanaan, pengendalian, pengorganisasian, pengaturan,
pengarahan, dan pengendalian saling bersinergi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, jika
salah satu aspek lain tidak terpenuhi maka asuhan keperawatan yang diberikan tidak sesuai
yang diharapkan. Selain itu, perawat juga menjadi fasilitator dalam komunikasi yang efektif
antara bawahan dan atasan, mereka juga menerapkan kolaborasi. Perawat sebagai fasilitator
dalam mebentuk struktur organisasi yang efektif dan memimpin dengan transformasional

4.2 Saran

Jurnal yang telah di telaah menunjukkan pentingnya untuk menerapkan kepemimpinan


dan fungsi manajemen dalam menjalankan asuhan keperawatan secara efektif dan sesuai
standar, diharapkan agar mahasiswa mampu menerapkan aspek aspek tersebut ketika
melakukan praktik,, serta dapat mengembangkan sifat kepemimpinan dan mampu
memanajemen suatu hal.
DAFTAR PUSTAKA

Hayati, Endang Pertiwiwati, Santi. 2022. Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruang
dengan Penerapan Keselamatan Pasien.Jurnal Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan,Vol 5 No 2
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jkmk/article/view/1810/736
Chamorro,Zarallo ,dkk. 2021. Leadership as a Facilitator of Evidence Implementation by
Nurse Managers: A Metasynthesis. Western Journal of Nursing Research Vol.44
Issue 6 Hal 1-15. https://doi.org/10.1177/01939459211004905
Armon, Batara,Nurlinda (2021). Pengaruh Fungsi Manajemen Kepala Bidang Keperawatan
Terhadap Penerapan Patient Safety Culture di Ruang Rawat Inap RS Akademis
Jaury Jusuf Putera Makassar. Journal of Muslim Community Health (JMCH) 2022.
Vol. 3, No. 1. Page 68-82. https://doi.org/10.52103/jmch.v3i1.786
https://stikessantupaulus.e-journal.id/JWK/article/download/69/49
KMK No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas.
PMK No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai