Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KAJIAN SITUASI DAN KETENAGAKERJAAN

MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh;

Delta Alpiani 220110166092


Desi Dwi RF 220110166073
Deudeu Nafisah 220110166043
Devi Futri IM 220110166099
Eka Sri Rahayu 220110166100
Erdi Ramdhan 220110166093
Fakhruki 220110166152
Fatimah Nuralami 220110166071
Fauziah Rifka A 220110166035
Fita Rizkiyani 220110166157

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Jl. Proklamasi No.5 Telp. (0262) 232212 Garut

2019
KATA PENGANTAR

Bissmillahirrohmanirrohim,

Segala puji bagi Allah atas kehendaknya penulis dapat menyelesaikan


pembuatan makalah ini . Dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas
tentang “KAJIAN SITUASI DAN KETENAGAKERJAAN” yang digunakan
sebagai sarana pembelajaran dan untuk memenuhi tugas Manajemen
Keperawatan.

Tidak lupa penulis mengahrapakan saran-saran dan kritikan yang


konstruktif. Mudah-mudahan kritikan yang disampaikan daapt bermanfaat.
Semoga segala bantuan dan semua pihak dijadikan amal shaleh yang dilipat
gandakan.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang telah
membantu menyelesaikan pengerjaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua.

Garut, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
C. Manfaat Penulisan ............................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Manajemen keperawatan ...................................................... 4


B. SWOT............................................................................................... 21

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus ................................................................................................ 23
B. Pembahasan ...................................................................................... 24

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 33
B. Saran ............................................................................................... 33
DAFTAR PUSATAKA .............................................................................. 34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan perorangan dan merupakan


bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di
rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks.
Berbagai jenis tenaga kesehtan dengan perangkat keilmuan yang beragam,
berinteraksi satu sama lain.
Rumah sakit merupakan institusi yang bergerak dalam industri pelayanan
kesehatan. Tugas rumah sakit adalah memberi pelayanan kesehatan dengan
mengutamakan penyembuhan pasien dan pemulihan keadaan cacat badan dan
jiwa yang dilaksanakan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit serta melaksanakan upaya rujukan (Depkes RI,1992).

Tenaga kerja manusia merupakan unsur yang sangat penting dan sangat
mempengaruhi hidup matinya perusahaan atau organisasi. Dalam
berorganisasi terdapat hubungan antara manusia satu dengan manusia yang
lain untuk membicarakan apa yang menjadi tujuannya. Pada manusia dapat
diselidiki faktor-faktor yang dapat mendorong mereka untuk saling
berhubungan.di rumah sakit salah satu tenaga kerjanyaa adalah perawat.
Keberadaan perawat sebagai ujung tombak pelayanan harus sangat
diperhatikan dan dikelola secara profesional sehingga memberikan kontribusi
yang positif bagi masyarakat dan juga untuk kemajuan Rumah sakit itu
sendiri. Mutu Rumah Sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun
faktor yang paling dominan adalah sumber daya manusia. Sumber daya
manusia yang terlibat secara langsung dalam pemberian pelayanan
keperawatan pasien adalah dokter, perawat, bidan, serta tenaga penunjang
lainnya. Diantara tenaga tersebut, tenaga perawat menempati urutan jumlah
terbanyak yaitu 40% (Dep.Kes.RI,2005).

1
2

Keberhasilan rumah sakit dalam mencapai tujuannya salah satu faktornya


dalah peneraoan manajement secara aktif dan efektif di rumah sakit tersebut.
Penerapan manajemen dalam rumah sakit tersebut memanfaatkan sumber daya
yang dimilikinya secara optimal. Untuk itu diperlukan sumber daya uang
kreatif dan inovatif. Sumberdaya manusia yang ada di rumah sakit tersebut
haruslah diatur sedemikian rupa agar meningkatkan produktifitasnya untuk
menciptakan kepuasan bagi penguna pelayanan kesehatan di rumah sakit
tersebut.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk


mendapat pengetahuan tentang kajian situasi dan ketenagakerjaan di
Rumah Sakit X

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kajian situasi di Rumah Sakit X
b. Untuk mengetahui cara perhitungan ketenagakerjaan di Rumah Sakit
X
c. Untuk mengetahui analisis Problem Based dan analisis SWOT dari
Rumah Sakit X
d. Untuk mengetahui perencanaan yang dapat dilakukan dari hasil
analisis Problem Based dan analisis SWOT dari Rumah Sakit X

C. Manfaat Penulisan

Manfaat dalam penulisan makalah ini bermanfaat bagi rumah sakit dan
mahasiswa

1. Manfaat bagi rumah sakit


a. Rumah sakit dapat menjalankan manajemen dalam penentuan
ketenagakerjaan dengan baik.
3

b. Rumah sakit dapat mengetahui kelemahan , kekuatan, dan peluang


yang ada di rumah akit tersebut untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dari ketenagakerjaannya.
c. Rumah sakit dapat memeberikan kepuasan pada penguna pelayanan
kesehatan bila penetapan ketenagakerjaannya sudah baik.
2. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa Mahasiswa mengetahui gambaran manajemen
ketenagakerjaan d rumah sakit.
b. Menjadikan suatu pembelajaran bagi mahasiswa dalam mengkaji
situasi dan penetapan ketenagakerjaan.
c. Sebagai dasar acuan menerapkan ketenagakerjaan yang baik bagi
mahasiswa
4

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Manajemen Keperawatan


1. Definisi
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan
keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000). Kelly dan
Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat
didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses
manajemen menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston,
2010).
2. Prinsip dan Fungsi manajemen
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang
industrialis Perancis bernama Henry Fayol yang menyebutkan, bahwa
ada lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir,
memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Kelima fungsi
tersebut jika lebih sederhana diringkas menjadi empat fungsi, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
(Planning, Organizing, actuating dan controlling) atau terkenal
dengan singkatan POAC. Fungsi perencanaan meliputi penentuan
sasaran organisasi, penetapan strategi keseluruhan, pengembangan
hirarki rencana menyeluruh dan memadukan dan mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan. Fungsi pengorganisasian meliputi perancangan
struktur organisasi yang dilengkapi dengan penetapan tugas, siapa
melakukan apa bagaimana tugas dikelompokan siapa melapor kepada
siapa dan dimana keputusan harus diambil. Fungsi pengarahan
meliputi proses pengarahan dan koordinasi, penyelesaian konflik

4
5

dengan saluran komunikasi efektif. Fungsi pengendalian adalah


pemantauan, perbandingan, pengoreksian untuk menjamin organisasi
berjalan sesuai rencana.
a. Fungsi Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan
keputusan yang telah diperhitungkan secara matang-matang tentang
hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan oleh organisasi dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian, 1990).
b. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
organisasi dan memanfaatkanya secara efisien untuk mencapai
tujuan organisasi dengan mengintegrasikan semua sumber daya
(potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi.
c. Pengarahan (actuating)
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff
agar mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan
tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki.
Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi,
pengembangan motivasi yang efektif.
Pelaksanaan pengarahan (actuating) merupakan fungsi yang
paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan
pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua
anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah,
berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah
ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar.
d. Pengendalian (controlling)
Pengendalian (controlling) adalah proses untuk mengamati
secara terus-menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah
disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang
terjadi. Pengawasan (controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas
untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan

5
6

penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang


direncanakan.

3. Komponen Manajemen Keperawatan


Terdapat tiga komponen penting dalam manajemen asuhan
keperawatan, yaitu : Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan
keperawatan, sistem klasifikasi pasien dan metode proses asuhan
keperawatan
a. Sistem pengorganisasian
Sistem pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan
terdiri dari:
1) Metode fungsional
Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuan
keperawatan dengan cara membagi habis tugas pada perawat
yang berdinas.
a) Kelebihan metode fungsional
(1) Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan
pengawasan baik untuk RS yang kekurangan tenaga.
(2) Perawat senior bertanggung jawab pada tugas
manajerial sedangkan perawat junior bertanggung jawab
pada perawatan pasien.
b) Kelemahan metode fungsional
(1) Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan
yang terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
(2) Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan
dengan ketrampilan saja.
2) Metode tim
Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara
total kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat
terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu.
a) Konsep metode tim

6
7

(1) Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik


kepemimpinan.
(2) Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan
tercapai.
(3) Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua
tim.
b) Kelebihan metode tim
(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh.
(2) Mendukung pelaksanaan proses perawatanKomunikasi
antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik mudah
diatasi
(3) Memberikan kepuasan pada anggota tim
c) Kelemahan metode tim
(1) Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi
tim yang sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.
3) Model keperawatan primer
Metode primer yaitu metode pemberian asuan-asuhan
keperawatan komprehensif yang merupakan penggabungan
model praktik keperawatan profesional. Setiap perawat
profesional bertanggunng jawab terhadap asuhan keperawatan
pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
a) Konsep dasar metode primer
(1) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
(2) Ada otonomi
(3) Ketertiban pasien dan keluarga.
b) Ketenagaan metode primer
(1) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
(2) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
(3) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

7
8

(4) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional


lainnya maupun non profesional sebagai perawat
asisten.
c) Kelebihan metode keperawatan primer
(1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
(2) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
d) Kelemahan metode keperawatan primer
(1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dan
kriteria assertif, self direction, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik,
accountable serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin.
b. Sistem klasifikasi Pasien
Sistem klasifikasi pasien yaitu mengelompokkan pasien sesuai
dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk memberi asuahan keperawatan
yang dibutuhkan.
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984),
adalah:
1) Minimal care
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24
jam/dengan kriteria:
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan.
d) Observasi tanda- tanda vital dilakukan tiap shiff
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2) Intermediet care
a) Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :

8
9

b) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu


c) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
d) Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
e) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
3) Perawatan intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan
kriteria:
a) Segalanya diberikan atau dibantu
b) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
d) Pemakaian suction
e) Gelisah atau disorientasi
c. Metode Proses Keperawatan
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus
serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah
kesehatan pasien/klien,di mulai dari pengkajian (pengumpulan
data, analisis data dan penentuan masalah), diagnosis keperawatan,
pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan. Metode proses
keperawatan mencakup tahap-tahap dalam proses keperawatan,
yaitu :
1) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara
lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik
fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini
mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data, analisis data
dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.
2) Pengumpulan data
Tujuanya adalah diperoleh data dan informasi mengenai
masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat

9
10

ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi


masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial
dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis. Jenis data
antara lain, data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui
suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya
suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif,
yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien,
atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya, kepala pusing, nyeri
dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
a) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
b) Pola koping sebelumnya dan sekarang
c) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
d) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
e) Resiko untuk masalah potensial
f) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
3) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam
mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan
latar belakang ilmu pengetahuan.
4) Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan
beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada
yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah
keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan
tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan
sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan
berdasarkan criteria penting dan segera. Penting mencakup
kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan
komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada
pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera

10
11

dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau


kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang
mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.
5) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito,2000). Perumusan diagnosa keperawatan :
a) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan
data klinik yang ditemukan.
b) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi
jika tidak di lakukan intervensi.
c) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan
kemungkinan.
d) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan
individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi dari
tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih
tinggi.
e) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa
keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
6) Rencana tindakan keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus
kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan
(Gordon,1994).

11
12

Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman


tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi
sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi
tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan
keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan
untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan
konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur
pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran
dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan
klien jangka panjang. (potter,1997)
7) Tindakan keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap
dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :
a) Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan
ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
diindentifikasi pada tahap perencanaan.
b) Tahap 2 : intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan : independen, dependen dan interdependen.
c) Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan
keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

12
13

8) Evaluasi tindakan keperawatan


Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan
proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah dirumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai
berikut:
a) Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana
yang telah disusun.
b) Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria
keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana
evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
a) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan
perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di
tetapkan.
b) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai
secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara
mengatasinya.
c) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah
baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara
lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,
tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
9) Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau
tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti
bagi individu yang berwenang. (potter 2005)

13
14

Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi


keperawatan. Sistem dokumentasi ini masing-masing memiliki
keunikan tersendiri, namun pada dasarnya tidak banyak
perbedaan. Ada beberapa sistem pendokumentasian yang sering
dipakai antara lain: Catatan Berorientasi Pada Sumber (Source
Oriented Record ISOR). Sistem ini memberi kemudahan dalam
menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh karena
biasanya masing-masing format telah dibuat secara spesifik.
Namun demikian sistem ini memiliki kelemahan antara lain
informasi menjadi sulit dipelajari secara lengkap karena masing-
masing data berada pada format yang berbeda. Komponen SOR
meliputi hal berikut :
a) Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti,
nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan
serta,diagnosis pada saat masuk rumah sakit.
b) Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi
dokter yang dilengkapi dengan tanggal dan, tanda tangan
dokter yang bersangkutan.
c) Lembar riwayat medik.
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik,
kondisi kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
d) Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis,
intervensi dan evaluasi.
e) Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan
laboratorium, laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-
tanda vital, masukan dan haluaran cairan serta pengobatan.

14
15

Terdapat 3 model dokumentasi yang saling berhubungan,


saling ketergantungan dan dinamis, yaitu komunikasi, proses
keperawatan dan standar dokumentasi.
a) Keterampilan komunikasi secara tertulis
adalah ketrampilan perawat dalam mencatat dengan
jelas, mudah dimengerti. Dalam kenyataannya dengan
kompleknya pelayanan keperawatan dan peningkatan
kualitas, keperawatan, perawat dituntut untuk dapat
mendokumentasikan secara benar. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lain.
b) Dokumentasi proses keperawatan
Perawat memerlukan keterampilan dalam mencatat
proses keperawatan. Pencatatan proses keperawatan
merupakan, metode yang tepat untuk pengambilan,
keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih
lanjut. Format proses keperawatan merupakan kerangka atau
dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil
berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah
bagian integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dan
metode problem solving.
c) Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan suatu, ketrampilan untuk dapat
memenuhi standar yang sesuai. Standar dokumentasi adalah
suatu pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi
yang dipertimbangkan secara adekuaat dalam suatu situasi
tertentu. Dengan adanya standar dokamentasi memberikan
informasi bahwa adanya suatu ukuaran terhadap kualitas
dokumentasi keperawatan. Keterampilan dalam dokumentasi
sangat bergantung pada 5 komponen yaitu :
(1) Novice (orang baru)

15
16

Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan


membawa perubahan dan pembaharuan.
(2) Advanced Beginer (pemula lanjut)
Pola pikir yang maju. ilmiah dan dilandasi motivasi yang
tinggi terhadap keprofesian mudah untuk menunjang
ketrampilan dan kemampuan pendokumentasian.
(3) Competent (mampu)
Merupakan ciri yang harus dimiliki oleh perawat yang
bertugas memberikan arahan keperawatan.
(4) Proficient (cakap)
Kemampuan tanpa diikuti kecakapan akan menjadikan
diri terbelakang dan kemajuan.
(5) Expert (ahli)
Keahlian dalam melakukan dokumentasi proses
keperawatan sangat diperluakan oleh seorang perawat.
4. Proses Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses yang
dilaksanakan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka. Oleh karena itu
manajeman keperawatan terdiri atas beberapa elemen yang tiap-tiap
elemen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh
5 elemen, yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan
balik.
Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa
informasi, personel, peralatan, dan fasilitas. Proses pada umumnya
merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Output atau keluaran umumnya dilihat dari hasil atau
kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta
kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol
dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui

16
17

penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja


perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan akreditasi.
Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan
berada sejajar dengan proses keperawatan sehingga keberadaan
manajemen keperawatan dimaksudkan untuk mempermudah
pelaksanaan proses keperawatan. Proses manajemen sebagaiman juga
proses keperawatan terdiri atas kegiatan pengumpulan data,
identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan dan
kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985).

5. Cara Perhitungan Jumlah Dan Kategori Tenaga Keperawatan


a. Metode Douglas
Dalam penelitian Douglas (1975) tentang jumlah tenaga
pearawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang
dibutuhkan pada pagi, sore dan malam teragantung pada tingkat
ketergantungan pasien seperti pada table di bawah ini

Jumla Klasifikasi Pasien


h Minimal Parsial Total
pasie Pag Sian Mala Pag Sian Mala Pag Sian Mala
n i g m i g m i g m
1 0,1 0,14 0,10 0,2 0,15 0,07 0,3 0,30 0,20
7 7 6
2 0,3 0,28 0,20 0,5 0,30 0,14 0,7 0,60 O,40
2 4 2
3 0,1 0,42 0,30 0,8 0,45 0,21 1,0 0,90 0,60
5 1 8
Dst
Contoh :

17
18

Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan


ketergantungan minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial
dan 6 orang dengan ketergantungan total
Minimal Partial Total Jumlah
Pagi 0.17 x 3 = 0.51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang

b. Metode Rasio
Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai
denominator personal yang diperlukan.Metoda ini paling sering
digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini hanya
mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa
mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal
tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang
mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya
untuk prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume
pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio yang umumnya
digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor
262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar
sebagai berikut :

Tipe RS TM/T TPP/TT TPNP/TT TNM/TT


A&B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1
C 1/9 1/1 1/5 ¾
D 1/15 ½ 1/6 2/3
KHUSUS DISESUAIKAN

Kereterangan :
TM = Tenaga Medis
TT = Tempat Tidur

18
19

TPP = Tenaga Pa
TPNP = tenaga para medis non perawatan
TNP = tenaga non medis

Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak


rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya
beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan
kondisi rumah sakit dan profesional

c. Metode Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga
keperawatan di satuy unit perawatan adalah sebagai berikut:

AxBxC= F =H
(C – D)x E G

Keterangan :
A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien /hari
C= Jumlah hari/tahun
D = Jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun
H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

Prinsip perhitungan rumus Gillies :

Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :

1) waktu keperawatan langsung

19
20

(rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi pembagian adalah :


keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam , keperawatan
partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total
care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive
care) = 2 x 4 jam =8 jam.
2) Waktu keperawatan tidak langsung
• menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
• menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari =
1 jam/klien/hari
c. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien =
0,25 jam/hari/klien
d. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di
suatu unit berdasarkan rata rata
biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :

Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %


Jumlah tempat tidur x 365 hari

* Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari


minggu/libur = 52 hari
( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat,
kalau ini merupakan hari libur
maka harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur
nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
* Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau
hari kerja efektif 6 hari maka
40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka
40/5 = 8 jam per hari)
* Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
* Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% :
45 %

20
21

B. SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu
organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor
kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis
eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (ThreathS).
Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:
1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT Pendekatan kualitatif matriks
SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan
kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan
Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal
(Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-
isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor
internal dan eksternal.
2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT. Data SWOT kualitatif di atas
dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis
SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar
diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan
yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta
jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-
W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan
secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak
boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor
lainnya). Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi
penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10,
dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10
berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing
point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya,
penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan
tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga
formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang

21
22

nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan


banyaknya jumlah point faktor).
b) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d)
dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya
menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka
(e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;
c) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
kuadran SWOT.
Kuadran I (positif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga
sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
Kuadran II (positif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi
strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi
dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat
sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk
terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya.
Kuadran III (negatif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk
mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan
sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus
memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi internal organisasi
berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk
meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar
tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus
berupaya membenahi diri.

22
BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

A. KASUS

KAJIAN SITUASI DAN KETENAGAAN

Sebuah rumah sakit swasta bernama “X” berkapasitas 250 tempat tidur
yang terletak di Kota Bandung telah berdiri sejak 15 tahun yang lalu,
dipimpin oleh seorang Direktur Utama, ahli administrasi lulusan Universitas
Technology of Sydney (UTS). Rumah sakit (RS) ini memiliki 12 spesialisasi
keilmuan kedokteran, namun belum terakreditasi, dan mempekerjakan 327
tenaga Perawat, 156 non keperawatan (administrasi dan lain-lain), 16 dokter
umum, 2 dokter bedah, 1 dokter anesthesia, dan 30 dokter spesialis (berbagai
spesialisasi) terdaftar di RS ini.

Pada lima tahun terakhir, kondisi ketenagaan (SDM) dan pelayanan yang
diberikan makin memprihatinkan, turn over tenaga Perawat mencapai 19%,
dokter-dokter spesialis banyak yang pindah ke RS lain. Sedangkan yang
masih terdaftar pun hanya bertahan dengan memperlihatkan kinerja yang
buruk, sering datang terlambat atau sangat terlambat dalam menangani
pasien-pasiennya, serta yang paling mencemaskan adalah mereka tidak
memiliki waktu yang cukup untuk mendengarkan keluhan pasien dengan
baik. Akibatnya tingkat hunian (BOR) pada tiga tahun terakhir ini menurun
drastis hingga 47%.

Di Ruang Perawatan Penyakit Dalam dewasa, dengan kapasitas 50


tempat tidur. BOR (tingkat Hunian) dalam 3 bulan terakhir 80%; sebaran
tingkat ketergantungan sebagai berikut : Tingkat ketergantungan mandiri
30%, ketergantungan sebagian 50% dan ketergantungan total 20% dari BOR

Dalam tahun 2013 jumlah hari libur nasional adalah 14 hari, perawat
mendapatkan hak cuti selama 12 hari kerja pertahun, dan kemungkinan sakit

23
24

diperhitungkan sekitar 7 hari dalam satu tahun, dan cuti karena hal lain
sekitar 3 hari dan jam produktif perhari adalah 7 jam selama 6 hari

Untuk memperbaiki pelayanan kepada pasien, saat ini direncanakan


ruangan tersebut akan di bentuk dalam bentuk model pelayanan keperawatan
profesional rencana yang akan dipilih antara lain metode tim, fungsional atau
MPKP (disesuaikan kebutuhan ruangan)

Data ketenagaan yang ada adalah : kualifikasi pendidikan 3 orang


perawat ners, 13 orang ahli madya keperawatan

1. Berdasarkan deskripsi situasi diatas,


 Tentukan volume kerja pada Ruang perawatan penyakit Dalam
 Tentukan kapasitas kerja
 Tentukan jumlah kebutuhan perawat
 Tentukan kebutuhan jumlah perawat berdasarkan shift kerja

2. Dari jumlah perawat yang sudah anda tentukan, apakah kebutuhan


pelayanan keperawatan pada pasien sudah akan tertangani ? Apabila
belum akan tertangani, Kebutuhan untuk pelayanan apa yang harus
diidentifikasi ?
3. Berkaitan dengan pertanyaan no 1, unsur-unsur apa yang diperlukan untuk
menghitung kebutuhannya.
4. Analisis Problem Based dan SWOT (tambahkan data sendiri) tiap
komponen SWOT minimal ada 7 kajian.
5. Buat perencanaan berdasarkan hasil Analisis SWOT

B. PEMBAHASAN
1. Berdasarkan deskripsi situasi diatas,
 Tentukan volume kerja pada Ruang perawatan penyakit
Dalam
 Tentukan kapasitas kerja
 Tentukan jumlah kebutuhan perawat
 Tentukan kebutuhan jumlah perawat berdasarkan shift kerja
25

Jawab :
Berdasarkan deskripsi situasi diatas
Jawab :
Pasien ketergantungan mandiri : 30%
Pasien ketergantungan sebagian : 50%
Pasien ketergantungan total : 20%
Jumlah tempat tidur : 50%
80
Total Bor : 80% dari 50 tempat tidur =100 × 50 = 40 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛

Pasien keperawatan mandiri = 30% dari 40 orang


30
= 100 × 40 = 12 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

50
Pasien keperawatan sebagian = 100 × 40 = 20 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
20
Paien keperawatan total = 100 × 40 = 8 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

Total hari libur = 14 hari libur nasional, 12 hari cuti, 7 hari sakit, 3 hari
cuti karena hal lain, 52 hari minggu
 Volume kerja
Pasien mandiri × 1 jam
Pasien sebagian × 3 jam
Pasien total × 6 jam
Jawab :
12 × 1 = 12
20 × 3 = 60
8 × 6 = 48
Total = 120 jam
 Kapasitas kerja
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑚
120
= = 3 𝑗𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
40
 Total perawat
26

𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑠𝑢ℎ𝑎𝑛 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 × 365


𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
(365 − 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑖𝑏𝑢𝑟) × (𝑗𝑎𝑚 )
ℎ𝑎𝑟𝑖
3 × 40 × 365 43800
= = 22.5 𝑎𝑡𝑎𝑢 22 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
(365 − 88) × 7 1939
 Kebutuhan jumlah perawat berdasarkan shift kerja
Shift pagi
(12 × 0,17) + (20 × 0,27) + (8 × 0,36)
= 2,04 + 5,4 + 2,88
= 10,32
Shift siang
(12 × 0,14) + (20 × 0,15) + (8 × 0,30)
= 1,68 + 3 + 2,4
= 7,08
Shift malam
(12 × 0,07) + (20 × 0,10) + (8 × 0,20)
= 0,84 + 2 + 1,6
= 4,44
Total = 21,84/22 orang

2. Dari jumlah perawat yang sudah anda tentukan, apakah kebutuhan


pelayanan keperawatan pada pasien sudah akan tertangani ?
Apabila belum akan tertangani, Kebutuhan untuk pelayanan apa
yang harus diidentifikasi ?
Jawab :

Dari jumlah perawat yang sudah ditentukan didapatkan hasil bahwa


kebutuhan pelayanan keperawatan sudah hampir terpenuhi. Jika dilihat
dari jenis dan jumlah pasien, yang memerlukan perawatan total hanyalah
20% selebihnya pasien ketergantungan sebagian dan pasien
ketergantungan mandiri. Untuk mengoptimalkan perawatan, para petugas
kesehatan dituntut untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
perawatan tanpa alasan kekurangan SDM.
27

3. Berkaitan dengan pertanyaan no 1, unsur-unsur apa yang


diperlukan untuk menghitung kebutuhannya.
Jawab :
Unsur –unsur yang berkaitan dengan pehitungan volume kerja, kapasitas
kerja dan kebutuhan perawat di ruangan adalah :
- Jumlah tempat tidur operasional
- BOR rata-rata
- Kategori pasien atau kebutuhan perawatn pada pasien. Seperti
minimal care, parsial care atau total care.
- Fasilitas yang dimiliki rumah sakit
- Kebijakan yang berhubungan dengan peraturan waktu libur dan cuti
- Kebijakkan yang berhubungan dengan penerimaan dan memulangan
pasien.
Sedangkan menurut Ilyas (2004) dalam jurnal Gian Nurmaidah
Hendrianti (2012) unsur yang mempengaruhi kebutuhan perawat dapat
dilihaat dari beban kejanya yaitu dari aspek aspek seperti:
- Tugas tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utama dan tugas
tambahan yang dikerjakan.
- Jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerjanya sesuai
pendididkan yang diperoleh
- Waktu kerja ang dibutuhkan untuk mengerjakan tugasny sesuai jam
kerja yang berlangsung setiap hari
- Fasilitas yang dalat membantu perawat dalam menyelasaikan
tugasnya

4. Analisis Problem Based dan SWOT (tambahkan data sendiri) tiap


komponen SWOT minimal ada 7 kajian.
Jawab:
Analisis Problem Based

No Item Ideal Aktual Problem


28

1. Sumber daya Meneyediakan - Tenaga medis Memiliki 12


manusia sumber daya - Tenaga spesialis
manusia yang keperawatan kedokteraan
kompeten - Tenaga non tetapi belum
dibidangnya kesehatan terakreditasi
2 Perawat sering Perawat harus Professional dan Potensi
terlambat tepat waktu bertanggung masalah
jawab atas tugas keperawatanya
sendiri pasien
kemungkinan
akan terlambat
dalam
penanganan
3. Akses pelayanan Tidak Akses pelayanan Hanya terdapat
membeda- harus mudah 1 ambulance
bedakan pasien dicapai oleh
masyarakat
4 Tidak memiliki Mendengarkan Caring perawat Potensi
waktu yang apa yang di kurang kehilangan
cukup untuk rasakan pasien kepercayaan
mendengarkan agar adanya pasien
keluhan pasien solusi
5. Penerimaan Menerima klien Melakukan 40% pasien
klien dalam keadaan asuhan baru tidak
apapun keperawatan dikaji secara
lengkap
6. Ketenagaan Memiliki Belum memiliki Potensi
kerja memadai akreditas aakreditas karena masalah Rs
namun belum pelayanan yang mungkin di
terakreditasi tidak memuaskan anggap illegal
7. Memiliki 1 Dalam rumah Dokter anastesi 1 Potensi
dokter anastesi sakit seharusnya masalah
memiliki dokter kemungkinan
anestesi lebih dokter anastesi
dari 1 akan berat
dalam beban
kerja
29

Analisa SWOT

NO ITEM STRENGTH BBT WEAKNESS BBT OPPORTUNITY BBT THREAT BBT


1. Sumber - Memperkerjak 4 - Rumah sakit ini 4 - Terdapat banyak 3 Adanya klinik 3
Daya an 327 tenaga memiliki 12 tenaga kesehatan
Manusia perawat spesialisasi
- 156 non - terdapat mahasiswa
keilmuan
keperawatan ( 3 4 keperawatan
administrasi kedikteran, 3
dan lain-lain) namun belum
- 16 dokter terakreditasi
umum, 2 4 - Turn over
dokter bedah, 1 tenaga Perawat
dokter mencapai 19%,
anaesthesia,
dokter-dokter
dan 30 dokter
spesialis. spesialis banyak
yang pindah ke
RS lain.

2. Sarana pra - Terdapat alat 4 1 orang mahir dalam 4 - Adanya pelatihan 4 - Alat yang 3
sarana hemodialisa 3 hemodialisa karyawan canggih
buah
3. Penerimaan -menerima klien 4 Setelah setengah hari 4 - Keluarga ikut 3 - Meningkatnya 4
klien dengan jaminan perawatan 30% mengantar klien jumlah klien
kesehatan klien mengatakan keruang perawatan dengan
belum mengetahui adanya
peraturan di unit jaminan
30

terkait kesehatan
4. Pelayanan - Diruang 4 - (BOR) Pada tiga 4 - Kebijakan 3 - Banyak 3
perawatan tahun terakhir pemerintah rumah sakit
penyakit dalam menurun drastic mengenai rumah khusus di
dewasa sehingga 47% sakit swasta tempat sekitar
berkafasitas 50
tempat tidur
5. Beban kerja - Kualifikasi 4 - Tidak memiliki 4 - Adanya 3 - Uji 3
pendidikan 3 waktu yang peningkatan jumlah kompetensi
orang ners, dan cukup untuk mahasiswa rendah
13 orang ahli mendengarkan keperawatan
madya keluhan pasien
keperawatan
6. Akses Berada di tengah 2 Hanya terdapat 1 4 - Bias dilewati 3 - Wilayah 3
pelayanan kota bandung ambulan angkutan umum padat
kendaraan
7. Tariff - Adanya 4 - Pra antrian 3 - Mengikuti 3 - Tingkat 3
pelayanan penerimaan panjang kebijakan pendidikan
pasien dengan pemerintah penduduk
jaminan rendah
kesehatan
gratis
31

5. Buat perencanaan berdasarkan hasil Analisis SWOT


Jawab :

Kuadran 2 Kuadran 1

0,2

Kuadran 3 kuadran 4

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa rumah sakit “X”


terletak di kuadran II yang artinya ada kelebihan kuat seperti tenaga
kesehatan namun menghadapi tantangan yang besar yaitu kinerja yang
buruk serta baik dalam perawatan maupun pelayanan. Perencanaan yang
dibuat perlu memperhatikan startegi stabiliti yaitu berusaha menseleksi
program seefktif mungkin agar mampu merebut peluang dengan segala
keterbatasan yang dimiliki . Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Strategi Diversifikasi , artinya berusaha membagi kekuatan untuk
menghadapi item-item ancaman. Strategi yang digunakan bertujuan
untuk meningkatkan perbaikan dam meminimalisir kelemahan yang
berasal dari sumber daya manusia. Cara yang dapat digunakan antara
lain:

a. Meningkatkan mutu pelayanan dengna memperbaiki dan


mengembangkan sumber daya manusia (tenaga kesehatan dan non
kesehatan), sarana dan prasarana, pengelolaan dan manajemen waktu
b. Mengadakan pelatihan bagi pekerja
c. Menetapkan kebijakan baru yang mendukung perkembangan rumah
sakit
d. Program peningkatan mutu rumah sakit
e. Melakukan seminar untuk upaya peningkatan pelayanan rumah sakit
f. Program pemberian falititas untuk mendukung riset tenaga kesehatan
g. Penetapan dan penerapan berbagai standar dan pedoman
32

h. percepatan pelaksanaan aktreditasi dokter dan tenaga kesehatan lain


i. Peningkatan kerjasama dan koordinasi yang dilakukan antar berbagai
pihak untuk kepentingan dalam peningkatan mutu pelayanan
kesehatan
j. Meningkatkan akses pelayanan
k. Memberikan asuransi pada setiap pekerja baik tenaga kesehatan
maupun non tenaga kesehtan
l. Program penerimaan pasien BPJS
m. Program ambulans
n. Program pendidikan
o. Program alat medis yang canggih
p. Program peningkatan pelayanan klien
q. Program uji kompetensi
r. Program akreditasi tenaga kesehatan dan non kesehatan
s. Program pendidikan kesehatan
t. Program pengabdian masyarakat
u. Meningkatkan perencanaan sarana dan prasarana yang baik
v. Menyusun struktur organisasi Rumah Sakit yang baik
w. Dalam mendorong peningkatan mutu pelayanan, organisasi
kesehatan harus mempunyai pelanggan potensial yang harus
diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk
memiliki kesuksesan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan. Proses manajemen menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian. Dalam
menajemen keperawatan salah satu tahapannya adalah kajian situasi dimana
gunanya untuk mengetahui kekuatan, kelemahan serta peluang dan ancaman
yang di hadapi di rumah skit terebut. Dalam manajemen keperawatan juga
perhitungan tenaga kerja khususnya perawat sangatlah penting untuk
meningkatan pelayanan di rumah sakit.

B. Saran
Diharapkan rumah sakit dapat menerapkan manajemen keperawatan yang
baik melewati berbagia macam tahapan dari mulai kajian situasi sampai
controlling rumah sakit dapat meningkatkan pelayanannya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Arwna & Heru Suprianto, 2005. Manajemen Keperawatan : Pengelolaan Tenaga


Keperawatan. Jakarta : EGC

Depnaker dan Transmigrasi R.I. 2003. Undang-Undang Ketenagakerjaan RI. No 13


Tahun 2003. Jakarta.
Depnaker dan Transmigrasi R.I. 2005. Himpunan Peraturan Keselamatan Kerja.
Direktorat pengawasan Keselamatan Kerja Direktorat Jenderal
Pembinaan Pengawsan Ketenagakerjaan Program Perlindungan dan
Pengembangan Lembaga Tenaga Kerja: Jakarta.

Hendianti, G. N. (2012). Gambaran Beban Kerja Perawat Pelaksana Unit Instalasi


Gawat Darurat Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Students e-
Journal, 1(1), 31

Ilyas, Y. 2004. Perencanaan SDM Rumah Sakit : Teori, Metoda, dan Formula.
Depok. FKM-UI.

34

Anda mungkin juga menyukai