Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

“TEAMWORK KEPERAWATAN”
Diajukan sebagai salah satu tugas
Mata Kuliah Manajemen Keperawatan
Pembimbing : Esti Sugiyorini, APP,M,PH.

DISUSUN OLEH
TINGKAT 2.A
KELOMPOK 3
1. ANDRIANA YUSTIKA RACHMAD (201601004)
2. ANTONI RISKI CARLINO (201601005)
3. DISA WALIYATUL FIRDAUS (201601020)
4. HELMI RIA ASTUTI (201601027)
5. NUR HAMBYAH (201601048)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
Jl.Ciptomangunkusumo, No.82 A Ponorogo
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Team Work Keperawatan“. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Keperawatan.

Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta


bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan
ucapan terimakasih kepada :

1. Dosen mata kuliah Manajemen Keperawatan yakni Ibu Esti Sugiyorini,


APP,M,PH. yang telah banyak meluangkan waktu guna memberikan
bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini.

2. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan baik secara
moril maupun materil selama proses pembuatan makalah ini.

3. Teman-teman mahasiswa tingkat 2A Program Studi DIII Keperawatan


Pemerintah Kabupaten Ponorogo angkatan 2018/2017 yang selalu
memberikan dukungan dan saran serta berbagi ilmu pengetahuan demi
tersusunnya makalah ini.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya.Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini.Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat, bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Ponorogo, 19 Februari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi team work ............................................................................... 4


B. Persepsi team work .............................................................................. 5
C. Jenis-jenis team work ........................................................................... 7
D. Tahap perkembangan team work ......................................................... 8
E. Peranan anggota tim ............................................................................. 9
F. Faktor yang mempengaruhi team work ............................................... 10
G. Tanggung jawab perawat ..................................................................... 14
H. Komponen yang dibutuhkan untuk tercapainya kerja sama tim yang
efektif ................................................................................................... 18
I. Pentingnya kolaborasi tim kesehatan dan patient safety ...................... 19
J. Manfaat kolaborasi tim ........................................................................ 19
K. Cara membangun dan mempertahankan kolaborasi tim kesehatan yang
efektif? ................................................................................................. 20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 21
B. Saran .................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
karena itu tujuan pelayanan keperawatan merupakan salah satu bagian dari
tujuan utama pelayanan kesehatan. Kompleksnya sumber daya rumaah
sakit sebagai akibat meluasnya peran dan cakupan kegiatan suatu rumah
sakit, memerlukan perhatian besar, perbaikan dan perubahan besar dalam
management. Jika dibandingkan dengan sumber daya lain, sumber daya
menusia merupakan aset yang bernilai tinggi karena mempunyai potensi
untuk terus tumbuh. Diantara sumber daya manusia yang terlibat secara
langsung dalam pemberian pelayanan kepada pasien rumah sakit adalah
tenaga perawat dan bidan. (Depkes RI, 2010)
Dalam mendukung proses pelayanan tersebut diperlukan motivasi,
lingkungan kerja dan kelompok kerja. Keperawatan dalam melaksanakan
pelayanan harus senantiasa dilakukan dalam sebuah kerja tim. Kolaborasi
sudah banyak diterapkan pada setting kesehatan dimasa sekarang. Dalam
konteks kerja dan organisasi sebuah institusi kesehatan di jalankan oleh
tim multi profesional dimana menangani berbagai macam prosedur
pelayanan pasien. Dalam hal ini tim terdiri dari berbagai macam profesi
dimana bertanggung jawab atas tugas dan kewajiban yangberbeda pula.
Idealnya tidak ada overlapping antara satu profesi dan profesi lainnya.
Kolaborasi tidak bisa terbentuk dengan sendirinya dalam sebuah
organisasi. Dibutuhkan faktor tertentu untuk memunculkannya. Walaupun
pada kenyataannya, masih sangat sulit dan merupakan tantangan tersendiri
untuk menerapkannya. Karena setiap profesi dalam sebuah tim memiliki
standart dan budaya profesional tersendiri. (Setyo, 2015)
Menurut Nursalam 2013 kerja tim merupakan kelompok usaha-
usaha yang menghasilkan kinerja lebih tinggi dari pada jumlah masukan
individual kerja tim mempunyai kemampuan untuk cepat berkumpul,

1
menyebar, memfokus ulang dan membubarkan diri. Selain itu kerja tim
merupakan cara yang efektif untuk memberikan asuhan keperawatan,
pendokumentasian dan meningkatkan kerja tim perawat dan memudahkan
partisipasi perawat.menurut As’ad 2000 dalam Suarli 2011 kinerja
merupakan hasil yang telah dicapai seseorang menurut ukuran yang
berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Sesuatu yang berpengaruh
dengan yang dihasilkan seseorang dari perilaku kerjanya. Orang dengan
tingkat kinerja yang tinggi tersebut produktif, sebaliknya dengan orang
yang tingkat kinerjanya rendah. Hal ini tergantung pada situasi kerja
kelompok serta motivasi individu. (Setyo, 2015)
Menurut Nursalam 2011 motivasi merupakan sesuatu didalam diri
manusia yang memberi energi, aktivitas, dan gerakan yang mengarahkan
perilaku untuk mencapai tujuan, akan tetapi kesediaan mengarahkan usaha
tersebut sangat bergantung pada kemampuan seseorang untuk memuaskan
berbagaikebutuhannya.
Nursalam 2013 menjelaskan bahwa pelaksanaan kinerja ditentukan
motivasi individu dalam organisasi. Selain itu motivasi sebagai tenaga
penggerak juga ditentukan bagaimana kinerja tim dan persepsi perawat.
Penelitian Sayuni 2014 juga membuktikan kompetensi dan kerja
tim mempengaruhu kinerja. Penelitian Everistal 2013 membuktukan
bahwa pengetahuan dan motivasi sebagian besar masih kurang sehingga
pelaksanaan kinerja kurang optimal. (Sayuni, 2012)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut dengan team work?
2. Bagaimana persepsi team work?
3. Apa saja jenis-jenis team work?
4. Bagaimana tahap perkembangan team work?
5. Bagaimana peranan anggota tim?
6. Apa saja faktor yng mempengaruhi team work?
7. Bagaimana tanggung jawab perawat?

2
8. Bagaimana komponen yang dibutuhkan untuk tercapainya suatu kerja
sama tim yang efektif?
9. Apa pentingnya kolaborasi tim kesehatan dan patient safety?
10. Apa saja manfaat kolaborasi tim?
11. Bagaimana cara membangun dan mempertahankan kolaborasi tim
kesehatan yang efektif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi team work.
2. Untuk mengetahui persepsi team work.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis team work.
4. Untuk mengetahui tahap perkembangan team work.
5. Untuk mengetahui peranan anggota tim.
6. Untuk mengetahui faktor yng mempengaruhi team work
7. Untuk mengetahui tanggung jawab perawat.
8. Untuk mengetahui komponen yang dibutuhkan untuk tercapainya kerja
sama tim yang efektif..
9. Untuk mengetahui pentingnya kolaborasi tim kesehatan dan patient
safety.
10. Untuk mengetahui manfaat kolaborasi tim.
11. Untuk mengetahui cara membangun dan mempertahankan kolaborasi
tim kesehatan yang efektif.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini agar mahasiswa mengetahui
tentang konsep team work dalam keperawatan serta memahami apa saja
peran dan tanggung jawab anggota tim di dalam sebuah organisasi.

3
BAB II
TEAM WORK KEPERAWATAN

A. Definisi Team Work


Kerja Tim merupakan bentuk kerja yang dilakukan secara bersama
untuk mencapai target yang disepakati. Setiap perawat mempunyai
pemahaman dan pengetahuan yang berbeda dalam mempersepsikan kerja
tim sehingga persepsi kerja tim juga berbeda. (Nursalam, Manajemen
Keperawatan ; Aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Editor
Dripa Sjabana, 2011)
Kerjasama Tim (teamwork) adalah interaksi atau hubungan dari
dua atau lebih profesional kesehatan yang bekerja saling bergantung untuk
memberikan perawatan untuk pasien. Tujuan dari kerjasama ini untuk
memberikan perawatan kepada pasien, berbagi informasi untuk
mengambil keputusan bersama, dan mengetahui waktu yang optimal untuk
melakukan kerjasama dalam perawatan pasien. (Fundation, Canadian
Health Service Research, 2006)
Teamwork adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya
menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.
Teamwork menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi.
Hal ini memiliki pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah tim
lebih baik daripada kinerja perindividu di suatu organisasi ataupun suatu
perusahaan. (Judge, Stephen P. Robbins dan Timothy A., 2008)
Teamwork adalah bentuk kerja dalam kelompok yang harus
diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim beranggotakan orang-orang
yang memiliki keahlian yang berbeda-beda dan dikoordinasikan untuk
bekerja sama dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan yang kuat
satu sama lain untuk mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah
tugas. Dengan melakukan teamwork diharapkan hasilnya melebihi jika
dikerjakan secara perorangan. (Dewi S. , 2007)

4
B. Persepsi Team Work
Hasil penelitian mendapatkan bahwa persepsi team work paling
banyak kategori baik sebanyak 18 responden (56,2%). Hal ini
menunjukkan bahwa tanggapan perawat dalam kerja tim sudah sesuai
dengan standart yaitu setiap kontribusi dari perawat sangat penting untuk
saling melengkapi kinerja dalam sebuah kelompok. Persepsi yang baik ini
ditunjukkan dengan jawaban responden yaitu selalu mengedepankkan
kerja sama, keterampilan dalam kerja tim, saling percaya, kesepakatan,
pemnfaatan waktu bersama kelompok, keputusan kelompok, manfaat kerja
dalam kelompok, lebih produktif dalam mencapai tujuan serta penanganan
pasien. (Wahyu Yusianto, 2015)
Menurut Nursalam 2013 kerja tim merupakan bentuk kerja yang
dilakukan secara bersama untuk mencapai target yang disepakati. Setiap
perawat mempunyai pemahaman dan pengatahuan yang berbeda dalam
mempersepsikan kerja tim sehingga persepsi kerja tim juga berbeda.
Aspek kerja tim menurut Kritner dan Knicki 2007 mencakup pemberian
informasi dan masukan dalam penganggung jawab dalam melakukan
pengambilan keputusan, tanggung jawab dalam melakukan pekerjaan
sehari-hari, penyelesaian masalah secara bersama dan tanggung jawab
dalam melakukan aktivitas dalam memberikan pelayanan.
Penelitan Dewi 2013 membuktikan bahwa aspek profesionalisme
perawat dilakukan melalui kerja team work, skil, beban kerja, keputusan
kerja dan penampilan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa kerja tim sangat
penting untuk mendukung pelaksanaan kinerja perawat sehingga nantinya
akan mempengaruhi kualitas pelayanan yang akan diberikan kepada
pasien. Kerja tim juga menjadi indikator kualitas mutu pelayanan dalam
keperawatan. Perawat yang kurang memahami dan salah persepsi tentang
pentingnya kerja tim akan mempunyai pandangan yang kurang tentang
kerja tim itu sendiri. (Dewi A. R., 2013)
Hasil penelitian mendapatkan bahwa persepsi team work kategori
sedang sebanyak 10 responden (31,2%) dan kategori kurang sebanyak 4

5
responden (12,5%). Hal ini menunjukkan bahwa aspek pemahaman
responden tentang kontribusi kerja tim dalam mencapai tujuan masih
kurang yang terbukti dari jawaban yaitu dari adanya responden yang tidak
pernah melaksanakan kerja sama, kurang memperhatikan keterampilan
dalam kerja tim, mempunyai konflik dalam kelompok perawat, kurang
mengutamakan kebersamaan, tidak mementingkan keputusan kelompok
(bekerja sendiri) serta bekerja sendiri-sendiri. (Wahyu Yusianto, 2015)
Menurut Nursalam 2011 organisasi merupakan sistem sosial
dengan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama untuk
mencapai efektifitas dan efisiensi. Organsasi merupakan sistem yang
sangat komplek yang menyatukan banyak individu, tim kerja, struktur,
sistem dan aturan-aturan yang telah disepakati dan dilaksanakan oleh
seluruh anggota organisasi. Kinerja perawat uang kurang terlihat adanya
masalah dalam kelompok yang kurang yaitu masih adanya kepentingan
pribadi dari masing-masing individu.
Penelitian Gustomo 2010 membuktikan bahwa sebagian kecil kerja
tim kategori kurang yang terbukti kurangnya perencanaan, kepercayaan
dengan kelompok, kemampuan dalam kelompok, sumber investigator dan
monitor dalam kerja tim. Kurangnya aspek ini akan menyebabkan kerja
tim yang kurang. Aspek dimensi tingkat kepercayaan kariawan dalam
menerapkan etika yang berlaku ditempat kerja merupkan faktor penting
dan memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja unit kerja.
Kejujuran, kesempatan untuk beradaptasi, bekerja bersama-sama dengan
aspirasi yang sama merupakan komponen-komponen utama dalam etika
kerja dalam kelompok. Hal ini yang memberikan pengaruh persepsi kerja
tim. (Gustomo, 2010)

C. Jenis Teamwork
Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu:
1. Tim Formal Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh
organisasi sebagai bagian dari struktur organisasi formal.

6
2. Tim Vertikal Tim vertikal adalah sebuah tim formal yang terdiri dari
seorang manajer dan beberapa orang bawahannya dalam rantai
komando organisasi formal.
3. Tim Horizontal Tim horizontal adalah sebuah tim formal yang terdiri
dari beberapa karyawan dari tingkat hirarki yang hampir sama tapi
berasal dari area keahlian yang berbeda.
4. Tim dengan Tugas Khusus Tim dengan tugas khusus adalah sebuah
tim yang dibentuk diluar organisasi formal untuk menangani sebuah
proyek dengan kepentingan atau kreativitas khusus.
5. Tim Mandiri Tim Mandiri adalah sebuah tim yang terdiri dari 5
hingga 20 orang pekerja dengan beragam keterampilan yang
menjalani rotasi pekerjaan untuk menghasilkan sebuah produk atau
jasa secara lengkap, dan pelaksanaannya diawasi oleh seorang
annggota terpilih.
6. Tim Pemecahan Masalah Tim pemecahan masalah adalah biasanya
terdiri dari 5 hingga 12 karyawan yang dibayar perjam dari
departemen yang sama, dimana mereka bertemu untuk mendiskusikan
cara memperbaiki kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja.

Ada 3 (tiga) tipe tim, yaitu :


1. Problem solving team
Sebuah tim yang dibentuik untuk mengatasi berbagai masalah yang
muncul dalam upaya memperbaiki produktivitas. Pada dasarnya,
kegiatan tim ini adalah mengidentifikasikan berbagai masalah,
mendiskusikan bagaimana memecahkan masalah tersebut dan
melakukan tindakan untuk memperbaiki. Anggota tim biasanya
berasal dari satu departemen yang beranggotakan kurang lebih
sepuluh orang yang melakukan pertemuan rutin setiap minggu.
2. Self managed team
Sebuah tim yang dimaksudkan untuk memperbaiki produktivitas
dengan memberikan kewenangan pada kelompok untuk mengatur
kerja mereka, misalnya menjadwal kerja, menentukan metode kerja,

7
mengawasi anggota, memberi reward dan hukuman bagi anggota dan
merekrut anggota. Keanggotaan ini biasanya berasal dari satu
departemen yang melakukan tugas yang sama.
3. Cross functional team
Sebuah tim yang ditujukan untuk menyelesaikan tugas-tugas khusus,
misalnya pengembangan produk baru atau perencanaan dan perubahan
sistem kompensasi. Anggota tim ini berasal dari berbagai departemen
yang memiliki keahlian dan orientasi yang berbeda yang bekerjasama
untuk mencapai suatu tujuan. (Hariandja, 2006)

D. Tahap Perkembangan Teamwork


Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah
tim agar dapat berkinerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan
perancangan tim yang baik. Pentingnya perancangan tim yang baik dengan
membagi ke dalam 4 (empat) tahap perkembangan, yaitu :
1. Forming (pembentukan), adalah tahapan di mana para anggota setuju
untuk bergabung dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk
maka setiap orang membawa nilai-nilai, pendapat dan cara kerja
sendiri-sendiri. Konflik sangat jarang terjadi, setiap orang masih
sungkan, malu-malu, bahkan seringkali ada anggota yang merasa
gugup. Kelompok cenderung belum dapat memilih pemimpin (kecuali
tim yang sudah dipilih ketua kelompoknya terlebih dahulu).
2. Storming (merebut hati), adalah tahapan di mana kekacauan mulai
timbul di dalam tim. Pemimpin yang telah dipilih seringkali
dipertanyakan kemampuannya dan anggota kelompok tidak ragu-ragu
untuk mengganti pemimpin yang dinilai tidak mampu. Faksi-faksi
mulai terbentuk, terjadi pertentangan karena masalahmasalah pribadi,
semua bersikeras dengan pendapat masing-masing. Komunikasi yang
terjadi sangat sedikit karena masing-masing orang tidak mau lagi
menjadi pendengar.
3. Norming (pengaturan norma), adalah tahapan di mana individu-
individu dan subgroup yang ada dalam tim mulai merasakan

8
keuntungan bekerja bersama dan berjuang untuk menghindari team
tersebut dari kehancuran (bubar). Karena semangat kerjasama sudah
mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk
mengungkapkan perasaan dan pendapatnya kepada seluruh anggota
tim.
4. Performing (melaksanakan), adalah tahapan merupakan titik
kulminasi di mana team sudah berhasil membangun sistem yang
memungkinkannya untuk dapat bekerja secara produktif dan efisien.
Pada tahap ini keberhasilan tim akan terlihat dari prestasi yang
ditunjukkan. (Griffin, 2004)

E. Peranan Anggota Tim


Ada 5 (lima) hal yang menunjukkan peranan anggota dalam
membangun kerja tim yang efektif, yaitu:
1. Para anggota mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai
dengan baik pula dengan dukungan bersama, dan oleh karena itu
mempunyai rasa saling ketergantungan, rasa saling memiliki tim
dalam melaksanakan tugas.
2. Para anggota menyumbang keberhasilan tim dengan menerapkan
bakat dan pengetahuannya untuk sasaran tim, dapat bekerja dengan
secara terbuka, dapat mengekspresikan gagasan, opini dan
ketidaksepakatan, peranan dan pertanyaannya disambut dengan baik.
3. Para anggota berusaha mengerti sudut pandang satu sama lain,
didorong untuk mengembangkan keterampilannya dan menerapkan
pada pekerjaan, untuk itu mendapat dukungan dari tim.
4. Para anggota mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal, atau
hal yang biasa, dan berusaha memecahkan konflik tersebut dengan
cepat dan konstruktif (bersifat memperbaiki).
5. Para anggota berpartisipasi dalam keputusan tim, tetapi mengerti
bahwa pemimpin mereka harus membuat peraturan akhir setiap kali
tim tidak berhasil membuat suatu keputusan, dan peraturan akhir itu
bukan merupakan persesuaian. (Stanto, 2008)

9
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Team Work
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari diri sendiri
yang dapat memberikan tekanan atau dorongan untuk mengerjakan
sesuatu dengan gigih untuk mencapai kesuksesan.
a. Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas individu untuk melaksanakan
berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan
keseluruhan seseorang pada hakikatnya tersusun dari dua faktor
yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan
intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk
menjalankan kegiatan mental, tujuh dimensi yang paling sering
dikutip yang membentuk kemampuan intelektual adalah
kemahiran berhitung, pemahaman verbal, kecepatan perseptual,
penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang dan daya
ingat.
Pekerjaan membebankan tuntutan-tuntutan berbeda kepada
pelaku untuk menggunakan kemampuan intelektual, artinya
makin banyak tuntutan pemrosesan informasi dalam pekerjaan
tertentu semakin banyak kecerdasan dan kemampuan verbal
umum yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan
tersebut dengan sukses.
Sedangkan kemampuan fisik pada derajat yang sama dengan
kemampuan intelektual dalam memainkan peran yang lebih besar
dalam pekerjaan yang kompleks yang menuntut persyaratan
pemrosesan informasi, kemampuan fisik khusus bermakna
penting bagi keberhasilan menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang
kurang menuntut ketrampilan dan yang lebih standar, misalnya
pekerjaan yang keberhasilannya menuntut stamina, kecekatan
fisik, kekuatan tungkai, atau bakat-bakat serupa menuntut
manajemen untuk mengenali kapabilitas fisik seseorang
karyawan. Kemampuan fisik khusus adalah kemampuan

10
menjalankan tugas yang menuntut stamina, ketrampilan,
kekuatan, dan karakteristik-karakteristik serupa.
b. Motivasi
Motivasi adalah kemauan atau keinginan didalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk bertindak. Motivasi
merupakan kondisi atau energi yang yang menggerakan diri
karyawan kearah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi.
Motivasi merupakan hasil interaksi antara individu dan situasinya,
sehingga setiap manusia mempunyai motivasi yang berbeda
antara yang satu dengan yang lain .
Dua faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu instrinsik
adalah faktor yang mendorong karyawan berprestasi yang berasal
dari dalam diri seseorang diantaranya prestasi, pekerjaan kreatif
yang menentang, tanggung jawab dan peningkatan, sedangkan
faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar yang
dipandang meningkatkan prestasi seseorang karyawan
diantaranya kebijakan administrasi, kualitas pengendalian,
kondisi kerja, status pekerjaan, keamanan kerja, kehidupan
pribadi serta penggajian.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah segala hal yang berasal dari pihak lain yang
berpengaruh atau dari lingkungan, misalnya orang tua, rekan kerja
atau pimpinan yang mempengaruhi seseorang untuk dapat berupaya
lebih keras untuk mencapai sesuatu.
a. Supervisi
Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan
berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah segera
diberikan petunjuk dan bimbingan atau bantuan yang bersifat
langsung guna mengatasinya.
Supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber
yang diperlukan staf untuk menyelesaikan tugas–tugas. Supervisi

11
sebagai suatu kegiatan pembinaan, bimbingan atau pengawasan
oleh pengelola program terhadap pelaksanaan di tingkat
adimistrasi yang lebih rendah dalam rangka menetapkan kegiatan
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Supervisi merupakan salah satu kegiatan dalam manajemen
personalia dan manajemen pada umumnya. Dalam manajemen
personalia, perhatian utama diarahkan pada human resources (
sumber-sumber manusia) dengan harapan dapat diperoleh satu
kesatuan tenaga yang kompeten. Dengan adanya satu kesatuan
tenaga seperti apa yang disebutkan diatas, maka diharapkan
tujuan organisasi dapat dicapai secara berhasil guna dan berdaya
guna melalui pengembangan yang optimal dari semua tenaga
dalam hubungannya dengan pelayanan.
Tujuan supervisi adalah peningkatan dan pemantapan
pengelola upaya pembangunan kesehatan secara berhasil guna
dan berdaya guna, peningkatan dan pemanfaatan pengelola
sumber daya di semua tingkat administrasi dalam rangka
pembinaan pelaksanaan upaya kesehatan, penigkatan dan
pemantapan pengelola program–program di semua tingkat
administrasi dalam rangka pembinaan upaya kesehatan,
penigkatan dan pemantauan pengelola peran serta masyarakat di
semua tingkat administrasi dalam rangka pembinaan upaya
kesehatan.
Prinsip supervisi keperawatan yaitu supervisi dilakukan sesuai
dengan struktur organisasi:
1) Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen,
ketrampilan hubungan antar manusia dan kemampuan
menerapkan prinsip manajemen dan ketrampilan.
2) Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas dan terorganisir dan
dinyatakan melalui petunjuk, peraturan atau kebijakan, uraian
tugas, standar.

12
3) Supervisi adalah proses kerjasama yang demokratis antara
supervisor dengan perawat pelaksana (staf perawat).
4) Supervisi menggunakan proses manajemen termasuk
menerapkan misi, falsafah, tujuan , rencana spesifik untuk
mencapai tujuan.
5) Supervisi menciptakan lingkungan yang mendukung
komunikasi yang efektif, merangsang kreatifitas dan
motivasi.
6) Supervisi mempunyai tujuan utama atau akhir yang
memberikan keamanan, hasil guna, dan daya guna pelayanan
keperawatan yang memberikan kepuasaan kepada pasien,
perawat, dan manajer.
b. Gaya kepemimpinan
Gaya dikembangkan kepemimpinan oleh seorang pemimpin
dipengaruhi oleh tiga faktor (kekuatan) utama. Ketiganya akan
menentukan sejauh mana ia akan melakukan pengawasan
terhadap kelompok yang dipimpin. Faktor kekuatan yang pertama
bersumber dari dirinya sendiri sebagai pemimpin. Faktor kedua
bersumber pada kelompok yang dipimpin, dan faktor ketiga
tergantung pada situasi.
Kepemimpinan adalah proses untuk melakukan
pengembangan secara langsung dengan melakukan koordinasi
pada anggota kelompok serta memiliki karakteristik untuk dapat
meningkatkan kesuksesan dan pengembangan dalam mencapai
tujuan organisasi. Kepemimpinan berarti melibatkan orang lain,
yaitu bawahan atau karyawan yang akan dipimpin.
Kepemimpinan juga melibatkan pembagian atau delegasi
wewenang.
Gaya kepemimpinan dibedakan menjadi dua gaya yaitu:
1) Gaya kepemimpinan dengan orientasi tugas adalah pemimpin
yang berorientasi mengarahkan dan mengawasi bawaan
secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas yang

13
dilaksanakan sesuai dengan keinginan serta lebih
memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada
pengembangan dan pertumbuhan karyawan.
2) Gaya kepemimpinan oritentasi karyawan yaitu pimpinan
yang berorientasi pada usaha untuk lebih memberikan
motivasi serta mendorong para anggota untuk berpartisipasi
dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana
persahabatan serta hubungan saling mempercayai dan
menghormati para anggota kelompok.

Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan


merupakan gaya kepemimpinan yang lebih efektif dibandingkan
dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada produksi atau
tugas. Pemimpin yang efektif mempunyai hubungan yang baik
dengan bawahan, dan dalam pengambilan keputusan tergantung
pada kelompok bukan pada individu. Pemimpin tersebut juga
mendorong karyawan menentukan dan mencapai sasaran dan
prestasi yang tinggi. (Hasmoko, 2008)

G. Tanggung Jawab Perawat


1. Tanggung jawab anggota tim:
a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
b. Bekerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
c. Memberikan laporan..
2. Tanggung jawab ketua tim:
a. Membuat perencanaan.
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien.
d. Mengembangkan kemampuan anggota.
e. Menyelenggarakan konferensi.

14
3. Tanggung jawab kepala ruang:
1) Perencanaan
a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing.
b) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien: gawat,
transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.
d) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim,
mengatur penugasan/ penjadwalan.
e) Merencanakan strategi pelaksanaan
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keparawatan:
- Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
- Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan.
- Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
- Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk RS.
h) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
i) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan.
j) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah
sakit.
2) Pengorganisasian
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.

15
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-
lain.
f) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h) Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat,
kepada ketua tim.
i) Memberi wewenang
j) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.

3) Pengarahan
a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua
tim.
b) Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
c) Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
d) Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim dalam pelaksanaan mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervise :
- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati
sendiri atau melalui laporan langsung secara lisan dan

16
memperbaiki/ mengawasi kelemahannya yang ada saat
itu juga.
- Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan
sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksanaan tugas.
- Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim. (Nursalam, Manajemen Keperawatan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan Profesional, 2002)

H. Untuk Mencapai Keberhasilan Di Dalam Membangun Teamwork,


Ada Beberapa Hal Yang Perlu Mendapat Perhatian:
1. Tetapkan tujuan atau sasaran yang jelas yang hendak dicapai oleh
tim, anggota tim harus memahami dan menyepakati tujuan agar
bisa bekerja dengan efektif;
2. Membagi tugas dan tanggung jawab dari masing-masing
anggota tim dan menunjuk pimpinan dalam tim tersebut;
3. Semua anggota mentaati peraturan/kesepakatan tim, suatu tim
harus mempunyai peraturan atau tata tertib atau kesepakatan
sehingga dapat membentuk kerangka usaha pencapaian tujuannya;
4. Orang beradaptasi terhadap perubahan, perubahan bukan saja tidak
dapat dihindari tetapi juga diperlukan sekali, hanya saja umumnya
orang sering menolak perubahan. Oleh karenanya setiap anggota
tim harus dapat saling membantu dalam beradaptasi terhadap
perubahan secara positif;
5. Informasi yang uptodate dari setiap proses yang dilakukan dalam tim
tersebut dalam tujuan setiap anggota mengetahui progres dari project
yang sedang dikerjakan, informasi yang salah mengakibatkan
keputusan yang salah;

17
6. Membangun self confidence dari setiap anggota tim, "Jadilah orang
yang dapat dipercaya dan diandalkan" adalah sikap yang harus
dipunyai seorang pimpinan. Proses ini sangat menentukan dalam
membangun moral dari setiap anggota tim;
7. Pimpinan harus memiliki sikap Terbuka, Memberi dukungan
dan senantiasa mampu memberikan Penghargaan (Reward),
Pengakuan (Recognation) dan Merayakan (Celeberation)" pada
anggota tim;
8. Melakukan Reviewyang terjadwal dan terencana dan proses
perbaikan (evaluasi)
9. Menciptakan suasana kegiatan yang kondusif agar setiap anggota
tim mampu memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya (kooperatif
dan kolaboratif) (Muslihah, 2016)

I. Komponen yang Dibutuhkan untuk Tercapainya Suatu Kerjasama


Tim yang Efektif
Komponen kerjasama tim yang efektif, yaitu
1. Komunikasi terbuka
2. Lingkungan yang leluasa
3. Memiliki tujuan yang jelas, peran dan tugas yang jelas bagi angota-
anggota tim
4. Saling menghormati
5. Berbagi tanggung jawab demi kesuksesan tim
6. Keseimbangan patisipasi setiap anggota dalam mengemban tugas,
pengakuan dan pengolahan konflik
7. Spesifikasi yang jelas mengenai wewenang dan akuntabilitas
8. Mengetahui secara jelas prosedur pengambilan keputusan,
berkomunikasi dan berbagi informasi secara teratur dan rutin,
9. lingkungan yang mendukung (termasuk akses ke sumber daya yang
dibutuhkan), dan
10. Mekanisme untuk mengevaluasi hasil dan menyesuaikan sesuai
peraturan yang berlaku. (O’Daniel M, 2008)

18
J. Pentingnya Kolaborasi Tim Kesehatan dan Patient Safety
Kolaborasi tim kesehatan sangatlah penting karena masing-masing
tenaga kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan,
keahlian, dan pengalaman yang berbeda. Dalam kolaborasi tim kesehatan,
mempunyai tujuan yang sama yaitu sebuah keselamatan untuk pasien.
Selain itu, kolaborasi tim kesehatan ini dapat meningkatkan performa di
berbagai aspek yang berkaitan dengan sistem pelayanan kesehatan. Semua
tenaga kesehatan dituntut untuk memiliki kualifikasi baik pada bidangnya
masing-masing sehingga dapat mengurangi faktor kesalahan manusia
dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Kolaborasi penting bagi terlaksananya patient safety, seperti:
1. Pelayanan kesehatan tidak mungkin dilakukan oleh 1 tenaga medis
2. Meningkatnya kesadaran pasien akan kesehatan
3. Dapat mengevaluasi kesalahan yang pernah dilakukan agar tidak
terulang
4. Dapat meminimalisir kesalahan
5. Pasien akan dapat berdiskusi dan berkomunikasi dengan baik untuk
dapat menyampaikan keinginannya

K. Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan


Manfaat dari kolaborasi tim kesehatan, yaitu
1. Kemampuan dari pelayanan kesehatan yang berbeda dapat
terintegrasikan sehingga terbentuk tim yang fungsional
2. Kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah penawaran pelayanan
meningkat sehingga masyarakat mudah menjangkau pelayanan
kesehatan
3. Bagi tim medis dapat saling berbagi pengetahuan dari profesi
kesehatan lainnya dan menciptakan kerjasama tim yang kompak
4. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
manggabungkan keahlian unik profesional

19
5. Memaksimalkan produktivitas serta efektivitas dan efisiensi sumber
daya
6. Meningkatkan kepuasan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan
kerja
7. Peningkatan akses ke berbagai pelayanan kesehatan
8. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan
9. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga
kesehatan profesional sehingga dapat saling menghormati dan bekerja
sama
10. Untuk tim kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman

L. Cara Membangun dan Mempertahankan Kolaborasi Tim Kesehatan


yang Efektif
Membangun dan mempertahankan kolaborasi tim kesehatan sangat
diperlukan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
dengan optimal. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membangun
dan mempertahankan kolaborasi tim kesehatan yaitu :
1. Pastikan semua anggota tim dapat bertemu secara berkala untuk
mendiskusikan agenda kedepan.
2. Pastikan semua tim kesehatan terlibat dalam setiap rencana.
3. Saling mengenal antar anggota tim agar dapat berkontribusi dengan
baik.
4. Komunikasi harus terjalin dengan baik dan rutin dilakukan.
5. Saling percaya, mendukung, dan menghormati.
6. Melakukan evaluasi secara berkala untuk memperbaiki keadaan
dimasa yang akan datang.
7. Menghargai setiap pendapat dan kontribusi semua anggota tim.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerja Tim merupakan bentuk kerja yang dilakukan secara bersama
untuk mencapai target yang disepakati. Setiap perawat mempunyai
pemahaman dan pengetahuan yang berbeda dalam mempersepsikan kerja
tim sehingga persepsi kerja tim juga berbeda. (Nursalam, Manajemen
Keperawatan ; Aplikasi dalam praktik keperawatan profesional. Editor
Dripa Sjabana, 2011)
Kerjasama Tim (teamwork) adalah interaksi atau hubungan dari dua
atau lebih profesional kesehatan yang bekerja saling bergantung untuk
memberikan perawatan untuk pasien. Tujuan dari kerjasama ini untuk
memberikan perawatan kepada pasien, berbagi informasi untuk
mengambil keputusan bersama, dan mengetahui waktu yang optimal untuk
melakukan kerjasama dalam perawatan pasien. (Fundation, Canadian
Health Service Research, 2006)
Jenis-jenis teamwork dibagi menjadi : Tim Formal Tim, Tim
Vertikal, Tim Horizontal, Tim dengan Tugas Khusus, Tim Mandiri.
Tahap perkambangan team work dibagi menjadi : Forming
(pembentukan), Storming (merebut hati), Norming (pengaturan norma),
Performing (melaksanakan).

B. Saran
Dari penyusunan makalah ini penyusun menyadari masih ada
banyaknya kekurangan maupun kesalahan baik secara penulisan isi, materi
dan lainnya. Diharapkan kritik yang membangun dari pembaca.
Dengan tujuan bagi pembaca dapat memahami apa yang dimaksud
dengan team work keperawatan dari definisi, persepsi, jenis-jenis, tahap
perkembangan, peranan anggota tim, tanggung jawab perawat dan
komponen yang dibutuhkan untuk tercapainya suatu kerja sama tim yang
efektif.

21
DAFTAR PUSATAKA

Depkes RI. (2010). Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan


Bidan.
Dewi, A. R. (2013). Pengaruh Profesionalisme Pegawai Terhadap Kualitas
Pelayanan Kepada Pasien Rawat Inap Di RSUD DR. Abdoer Rahem
Kabupaten Situbondo.
Dewi, S. (2007). TeamWork. Bandung : Penerbit Progressio.
Fundation, Canadian Health Service Research. (2006). Teamwork in Healthcare:
Promoting Effective Teamwork in Healthcare in Canada.
Griffin, R. W. (2004). Manajemen; Edisi ketujuh jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Gustomo, A. (2010). Pengaruh Nilai-Nilai Personal dalam Perspektif Dimensi
Multikultural Terhadap Kinerja Tim Dengan Kepemimpinan Kolaboratif
Sebagai Variabel Moderator .
Hariandja, T. M. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia (Pengadaan,
Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas
Pegawai). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hasmoko, E. V. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Klinis Perawat Berdasarkan Penerapan Sistem Pengembangan Manajemen
Kinerja Klinis (SPMKK) Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang.
Judge, Stephen P. Robbins dan Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi Edisi ke
12. Jakarta: Salemba Empat.
Muslihah, E. (2016). Pengelolaan, Kohesivitas Dan Keberhasilan Team Work.
ISSN 2441-8809, 67.
Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan ; Aplikasi dalam praktik
keperawatan profesional. Editor Dripa Sjabana. Jakarta: Salemba Medika.
O’Daniel M, R. (2008). Professional Communication and Team Collaboration. In:
Patient safey and quality: a handbook guide for nurses. 3-5.

22
Sayuni, M. (2012). Pengaruh Kompetensi dan Kerja Tim Terhadap Kinerja
Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia
Lhokseumawe . usu.ac.id.
Setyo, I. B. (2015). Hubungan Prestasi Team Work Dengan Motivasi Kerja
Perawat Di Ruang Amarilis Dan Dahlia Rumah Sakit Keluarga Sehat Pati.
Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat.
Stanto, W. J. (2008). Fundamental of Marketing, Mc. Graw Hill Inc.
Wahyu Yusianto, M. S. (2015). Hubungan Persepsi Teamwork Dengan Motivasi
Kerja Perawat Di Ruang Amarilis Dan Dahlia Rumah Sakit Keluarga
Sehat Pati. ISSN : 2252-8865, 13.

23

Anda mungkin juga menyukai