Makalah ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan tugas pada mata kuliah Sistem Informasi
Keperawatan
Dosen Pengampu: Karyadi, M.Kep., Ph.D
Disusun Oleh:
Lulu Lutfiyah 11181040000005
Saffana Illiyin 11181040000006
Mutmainnah 11181040000010
Leli Khodijah 11181040000011
Risma Ananda Puspita 11181040000013
Aulia Syarifah 11181040000015
Luthfiana Febriyanti 11181040000016
Ferisatul Ainiyah 11181040000023
Idah Faridah 11181040000027
Nisrina Mardhiani 11181040000039
Nanda Syifa Fauzianthi 11181040000043
APRIL/2021
1. Sistem Informasi Keperawatan
1
6) Evaluasi, digunakan untuk efisiensi dan efektifitas keputusan, perencanaan
dan pelaksanaan untuk meningkatkan praktik keperawatan.
SIMK dan komputer akan membuat perawatan pasien lebih efektif dan ekomomis.
Perawat-perawat klinis akan menggunakannya untuk mengatur perawatan pasien,
komponen klinis termasuk riwayat pasien, rencana perawatan, pemantauan psikologis
langsung dan tidak langsung, catatan kemajuan perawatan pasien. Perawat klinis dapat
menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual dari pencatatan data. Hal ini
dapat mengurangi biaya-biaya sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas perawatan
kepada pasien. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sistem informasi
keperawatan yang efektif dan teknologi tepat guna akan dapat mengurangi
kesalahan dalammemberikan perencanaan keperawatan pada pasien. Sistem informasi
keperawatan jugaakan meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.
2
(Eko, 2011)
Pokok-pokok sistem informasi manajemen terdiri dari perangkat keras komputer dan
perangkat lunak yang terdiri dari perangkat lunak sistem umum, perangkat terapan umum,
program aplikasi, data base, prosedur, petugas pengoperasian
Komponen suatu pengolahan data elektronik terdiri dari sumber daya manusia,
prosedur, infrastruktur fisik, perangkat keras dan perangkat lunak.
Manfaat penggunaan sistem informasi manajemen di rumah sakit yaitu menjaga mutu
pelayanan rumah sakit, mengontrol biaya dan meningkatkan produktivitas,
memperkirakan demand terhadap pelayanan, merencanakan program perencanaan dan
evaluasi, serta mendukung pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta menetapkan
kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Siagian (2013)
3. Faktor-Faktor SIM
3
menawarkan produk SIM keperawatan yang siap pakai untuk diterapkan di rumah sakit.
Sekalipun memiliki harga yang cukup tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat
mendukung pelaksanaan SIM keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki dana
cukup untuk membeli produk tersebut. Semakin mudahnya akses informasi tentang
pelaksanaan SIM keperawatan juga memudahkan rumah sakit dalam memilih SIM yang
tepat.
Faktor pendukung yang lain adalah adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur
tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-undang ini
merupakan bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki pusat pelayanan
kesehatan, perusahaan atau organisasi.
Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung karena sistem ini
semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga kerahasiaan data pasien. Hanya orang-
orang tertentu saja yang boleh mengakses data melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat,
pasien sendiri.
(Depkes, 2001)
Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek antara lain
struktur organisasi, sebagai contoh pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi
perawat, sehingga seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIMK yang sudah disepakati
oleh tim keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil
kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang mempertanyakan
apakah Sistem Informasi keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas
pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Aspek kedua adalah kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak sumber daya
manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap menghadapi sistem
komputerisasi, hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan staf terhadap
sistem informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang kurang tentang
4
manfaat sistem informasi menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM
keperawatan.
Aspek ketiga yang menjadi faktor penghambat atau kendala dalam pelaksanaan SIMK
adalah faktor sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem
informasi manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit,
membutuhkan biaya yang cukup besar. Sayangnya, tidak setiap rumah sakit memiliki dana
operasional yang cukup besar, sehingga seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan
karena tidak ada sumber dana yang cukup.
5
10) Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung
pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan di
keperawatan/Decision Support System dan Executive Information System.
11) Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang
berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat
tidur/bor pasien angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan
sebagainya. Dengan adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini
juga dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem
informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan
riset keperawatan secara khususnya dan riset kesehatan pada umumnya.
12) Menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang yang kecil yang
berukuran 10 cm x 15 cm x 15 cm. Sistem ini sering dikenal dengan sistem
informasi manajemen.
Kekurangan SIM
1) Dapat memberikan dampak bagi lingkungan sosial seperti pengurangan
tenaga kerja sehingga dapat menambah angka pengangguran. Selain itu
dengan adanya SIM tersebut membuat ketergantungan manusia terhadap SIM
tersebut, sehingga mengesampingkan rasionalitas manusia itu sendiri.
2) Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga masih sangat
minim di rumah sakit Indonesia.
3) Komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan
dalam keperawatan masih banyak kelemahannya.
4) Kekhawatiran hilangnya data dalam satu hardisk. Pada kondisi tersebut
hilangnya data telah diantisipasi dengan perlindungan hukum atas dokumen
perusahaan yang diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 1997. Undang-undang ini
mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran
kertas, namun sesuai perkembangan teknologi, lembaran yang sangat penting
dapat dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). Dapat
dibuat salinannya dan disimpan di lain tempat yang aman. Pengalihan ke CD
ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa
tidak terduga seperti pencurian komputer dan kebakaran.
5) Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis
komputer ke dalam sistem praktik keperawatan di Indonesia tidak terlalu
6
mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa
aspek yaitu struktur organisasi keperawatan di Indonesia, kemampuan
sumber daya keperawatan, sumber dana, proses dan prosedur informasi serta
penggunaan dan pemanfaatan bagi perawat dan tim kesehatan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
7
Departemen Kesehatan. (2001). Kebijakan dan strategi Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes RI
Eko, I. 2011. Manajemen Sistem Informasi dan Tehnologi Informasi. Jakarta: Kelompok
Gramedia
Wei Su K & Li Liu. 2012. A Mobile Nursing Information System Based on Human-
Computer Interaction Design for Improving Quality of Nursing Department of
Management and Information Technology. Taiwan: Vanung University.