Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KOMUNIKASI

KEPERAWATAN
Klien Dengan Risiko Perilaku Kekerasan
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kuliah Keperawatan Jiwa 2
Dosen Pengampu: Ns. Fajriyah Nur Afriyanti, M.Kep, Sp.Kep.J

Nisrina Mardhiani 11181040000039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

MARET/2021
Pertemuan ke-1 pada tanggal 16 Januari 2020

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tampak tenang, kooperatif dan mampu menjawab semua pertanyaan
yang diajukan
 Faktor Risiko
− Pemikiran waham/delusi
− Curiga pada orang lain
− Halusinasi
− Berencana bunuh diri
− Disfungsi system keluarga
− Kerusakan kognitif
− Disorientasi/konfusi
− Kerusakan control impuls
− Persepsi pada lingkungan tidak akurat
− Alam perasaan depresi
− Riwayat kekerasan pada hewan
− Kelainan neurologis
− Lingkungan tidak teratur
− Penganiayaan/pengabaian anak
− Riwayat/ancaman kekerasan terhadap diri sendiri/orang lain
− Impulsive
− Ilusi
2. Diagnosis Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Umum
Meningkatkan control diri klien klien
4. Tujuan Khusus dan Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:
− Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi
− Memperkenalkan diri dengan klien
− Mempertahankan kontak mata
− Menjelaskan tujuan interaksi
− Membuat kontrak waktu dengan jelas dan tepat
− Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji
− Mengkaji data dan gejala isolasi social serta penyebabnya
b. Mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
c. Mendiskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan dengan cara:
− Mendiskusikan tandan dan gejala perilaku kekerasan secara
fisik
− Mendiskusikan tandan dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
− Mendiskusikan tandan dan gejala perilaku kekerasan secara
sosial
− Mendiskusikan tandan dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
− Mendiskusikan tandan dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
d. Mendiskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah:
− Verbal
− Terhadap orang lain
− Terhadap diri sendiri
− Terhadap lingkungan
e. Mendiskusikan bersama klien akibat perilaku kekerasan dan cara
mengontrol perilaku kekerasan secara:
− Fisik
− Patuh minum obat
− Social/verbal
− Spiritual
B. Strategi Komunikasi
 Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
o “Assalamualaikum, Bu, selamat pagi. Perkenalkan, nama
saya Ners Nisrina, ibu bisa panggil Ners Ninis”
o “Kalau boleh tau, ibu siapa namanya?”
o “Ooh Ibu Syifa, ibu biasanya dipanggil siapa?”
o “Oke kalau begitu saya panggil Bu Syifa saja ya”
2) Evaluasi / Validasi
o “Bu Syifa apa kabar hari ini? Apa aja yang sedang Bu Syifa
rasakan saat ini?”
o “Sejak kapan ibu merasa selalu ingin marah dan kesal?”
3) Kontrak topic, tujuan, waktu dan tempat
o Topik:
“Baiklah Bu, apakah ibu bersedia untuk menceritakannya
dengan saya tentang perasaan marah ibu?”
o Tujuan:
“Tujuannya agar dapat meningkatkan control diri ibu.”
o Waktu:
“Waktu yang diperlukan hanya 30 menit saja, atau ibu ingin
bercerita lebih lama dengan saya juga boleh Apakah Bu
Syifa bersedia?”
o Tempat:
“Menurut ibu, dimana sebaiknya kita membicarakan hal
ini?”
“Baiklah, kita akan membicarakan hal ini di tempat yang ibu
inginkan”
 Fase Kerja
1) Bina Hubungan Saling Percaya
o “Baiklah, Bu Syifa, bisakah ibu menceritakan lebih dalam
lagi tentang perasaan ibu yang suka kesal dan marah?”
o “Bu Syifa jangan khawatir, kita berada di tempat yang aman.
Saya dan perawat-perawat di sini akan selalu menjadi teman
dan membantu Bu Syifa”
o “Bu Syifa, boleh saya bertanya tentang identitas ibu? Baik
alamat, keluarga, hobi atau boleh tau keinginan ibu saat ini?”
o “Bagus ya Bu Syifa sudah dapat menceritakan dengan sangat
detail”
2) Mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
o “Apa yang menyebabkan Bu Syifa suka marah?”
o “Apakah ibu sebelumnya pernah marah?”
o “Menurut ibu, apa penyebab dari amarah ibu itu apakah
sama dengan yang membuat ibu marah?”
o “Oh, jadi penyebab ibu suka marah adalah sering melihat
rumah berantakan dan tidak rapi.”
o “Pada saat penyebab marah itu ada, apa yang ibu
rasakan?”
o “Apakah Bu Syifa merasa kesal kemudia jantung ibu
berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat dan
tangan mengepal?”
o “Apakah dengan ibu marah-marah membuat keadaan
jadi lebih baik?”
o “Bagaimana kalau kita belajar mengungkapkan marah
dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
o “Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa
marah, salah satunya adalah teknik napas dalam.
Bagaimana kalau hari ini kita mempelajarinya?
o “Jika ibu merasakan marah, ibu bisa duduk/berdiri,
kemudia menarik napas dari hidung dan tahan 3 detik
kemudian keluarkan perlahan dari mulut dan ibu bisa
mengulanginya sebanyak 5 kali. Mari bu, kita praktikkan
teknik napas dalam.”
o “Bagus bu, ibu melakukannya dengan sangat baik.”
o “Sebaiknya latihan napas dalam ini ibu latih secara rutin,
sehingga jika suatu saat rasa marah itu muncul, Bu Syifa
sudah bisa melakukannya.”
 Fase Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
o “Bagaimana perasaan Bu Syifa setelah berbincang dengan
saya tadi?”
2) Evaluasi Objektif
o “Kalau begitu, dapatkah Bu Syifa mengatakan kepada saya
apa yang kita pelajari hari ini?”
o “MasyaAllah, bagus sekali Bu, apakah ibu juga dapat
menyebutkan langkah-langkahnya?”
o “MasyaAllah, Baik sekali ya Bu Syifa”
o “Nanti Bu Syifa bisa menuliskan latihan ibu di jadwal harian.
Ibu bisa menulis M jila melakukannya mandiri, tulis B jika
ibu dibantu dan T jika tidak melakukannya
3) Rencana Tindak Lanjut Pasien
o “Bagaimana kalau kita tingkatkan latihannya dengan cara
lain untuk mencegah dan mengendalikan marah Bu Syifa?
4) Rencana Tindak Lanjut Perawat
o “Baiklah bu, besok jam 10.00 saya akan datang lagi dan
mengajari teknik lainnya”
5) Salam
o “Apakah masih ada yang ingin ibu tanyakan?”
o “Jika tidak ada, saya pamit ya!”
o “Wassalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai