REASONED ACTION
Oleh :
NAMA ANGGOTA :
2022
KATA PENGANTAR
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Penulis
DAFTAR ISI
II
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
A. Simpulan ...........................................................................................18
BAB I
III
PENDAHULUAN
sebagai situasi sejahtera, dari tubuh, jiwa, serta sosial yang sangat
mungkin untuk tiap-tiap orang bisa hidup secara produktif dengan cara
tersebut.
IV
mempengaruhi.
terhadap stimulus (ransangan dari luar). Teori Skiner ini dikenal sebagai
tertentu dari suatu individu. Niat itu sendiri juga tidak akan muncul
B. Rumusan Masalah
V
C. Tujuan Penelitian
action
D. Manfaat Penelitian
5. dapat mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan teori reasoned action
6. dapat mengetahui apa saja aplikasi teori reasoned action
BAB II
VI
PEMBAHASAN
VII
Di lain pihak, komponen norma subyektif atau sosial mengacu pada
keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-
orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti
pikiran tersebut.
Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Tindakan Beralasan
atau Teori Aksi Beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku
melalui suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan
dampaknyaterbatas hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak
ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu.
Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-
norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang
orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku
bersama norma- norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat
berperilaku tertentu. Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan
dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal)
dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk
tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma subyektif.
Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh (Ajzen
dalam Jogiyanto 2007) dan dinamai Teori Perilaku Terencana (theory of
planned behavior). Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu keyakinan
tentang kemungkinan hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral
beliefs), keyakinan tentang norma yang diharapkan dan motivasi untuk
memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta keyakinan tentang
adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan
kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs).
Sesuai dengan namanya, teori tindakan beralasan (TRA)
didasarkan kepada asumsi bahwa manusia berperilaku dengan cara yang
sadar, mempertimbangkan informasi yang tersedia dan juga
mempertimbangkan implikasi-implikasi dari tindakan yang dilakukan.
Menurut teori tindakan beralasan (TRA) ini, niat merupakan faktor yang
mempengaruhi terjadinya suatu tindakan. Niat adalah keinginan untuk
8
melakukan perilaku (Lu et al.,2010). Niat dipengaruhi oleh dua faktor
dasar, yaitu faktor pribadi dan faktor pengaruh sosial. Kedua faktor
tersebut berpengaruh positif terhadap niat perilaku individu yang secara
positif menyebabkan perilaku. Perilaku merupakan tindakan aktual individu
akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Ajzen, 1991).
9
Gambar 1.1
Theory of Reasoned Action (TRA)
Sikap
Niat Perilaku
Perilaku
Norma Subjektif
Sumber: Fishbein, M., dan I. Ajzen. 1975. Belief, Attitude, Intention, and
Behavior: an Introduction to Theory and Research. MA: Addison-
Wesley, h. 302.
10
perilaku-perilaku spontan, kebiasaan yang diinginkan, sudah diatur atau
kurang bersemangat. Hal ini dikarenakan perilaku-perilaku ini tidak
dilakukan secara sukarela dan juga perilaku yang dikerjakan tanpa atau
kurang niat dari pelakunya.
11
Behavior: An Introduction to Theory and Research pada tahun 1975. Ia juga
telah banyak menulis buku-buku teks, dan artikel-artikel. Ia mulai berfikir
mengenai peran sikap dalam mempengaruhi perilaku di awal 1960-an dan di
awal 1970- an berkolaborasi dengan Ajzen mengembangkan Theory of
Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior.
Gambar 1.2
Beliefs and Attitude
toward
Evaluations
Behavior
Behavior Actual
Intention Behavior
Subjective
Norm Normative
Beliefs and
Motivation
to copy
12
Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975
Gambar 1.2 Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)
13
dilakukan. Keinginan untuk berperilaku ditentukan oleh sikap dan norma
subyektif, (Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen 1988).
Sikap mengacu pada persepsi individu (baik menguntungkan atau
tidak menguntungkan) terhadap perilaku tertentu, (Werner 2004). Norma
subjektif mengacu pada penilaian subjektif individu tentang preferensi lain
dan dukungan untuk berperilaku, (Werner 2004). Theory of Reasoned Action
dikritik karena mengabaikan pentingnya faktor-faktor sosial yang dalam
kehidupan nyata bisa menjadi penentu untuk perilaku individu, (Grandon dan
Mykytyn 2004; Werner 2004). Faktor sosial berarti semua pengaruh
lingkungan sekitarnya (seperti norma individu) yang dapat mempengaruhi
perilaku individu, (Ajzen 1991). Kelemahan teori tindakan beralasan, Ajzen
(1991) mengusulkan faktor tambahan dalam menentukan perilaku individu
dalam teori perilaku yang direncanakan yaitu perilaku kontrol yang
dirasakan. Perilaku kontrol yang dirasakan adalah persepsi individu pada
betapa mudahnya perilaku tertentu akan dilakukan, (Ajzen 1991). Perilaku
kontrol yang dirasakan secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku.
14
dan sikap, (Fishbein dan Ajzen 1975; Werner 2004). Teori Perilaku yang
Direncanakan (Theory of Planned Behavior), (Ajzen 1991) dianggap sebagai
perluasan dari teori tindakan beralasan, (Werner 2004). Asumsi utama dari
teori tindakan beralasan dan teori perilaku yang direncanakan adalah individu
rasional dalam mempertimbangkan tindakan mereka dan implikasi dari
tindakan mereka (pengambilan keputusan). Rasionalitas pengambilan
keputusan mengasumsikan bahwa keputusan tersebut dibuat di bawah
ketidakpastian, (Basu 1996; Eppen et al. 1998). Pembuatan keputusan rasional
menyiratkan bahwa diharapkan adanya hasil yang optimal atau unit
pengambilan keputusan menyadari semua dampak dan konsekuensi, (Basu
1996; Bazerman 2002; Eppen et al. 1998). Gambar 1.2 berikut ini tentang teori
tindakan beralasan:
Gambar 1.2
Beliefs and Attitude
toward
Evaluations
Behavior
Behavior Actual
Intention Behavior
Subjective
Normative Norm
Beliefs and
Motivation
to copy
Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975
Gambar 1.2 Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)
15
konteks dan waktu tertentu, sikap khusus yang sesuai dengan waktu, target
dan konteks yang harus dinilai, (Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen 1988).
Konsep yang menyatakan keinginan perilaku yang memotivasi individu
untuk terlibat dalam perilaku yang didefinisikan oleh sikap yang
mempengaruhi perilaku, (Fishbein dan Ajzen 1975). Keinginan berperilaku
menunjukkan berapa banyak usaha individu ingin berkomitmen untuk
melakukan perilaku dengan komitmen yang lebih tinggi dengan
kecenderungan perilaku itu akan dilakukan. Keinginan untuk berperilaku
ditentukan oleh sikap dan norma subyektif, (Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen
1988).
Sikap mengacu pada persepsi individu (baik menguntungkan atau
tidak menguntungkan) terhadap perilaku tertentu, (Werner 2004). Norma
subjektif mengacu pada penilaian subjektif individu tentang preferensi lain
dan dukungan untuk berperilaku, (Werner 2004). Theory of Reasoned Action
dikritik karena mengabaikan pentingnya faktor-faktor sosial yang dalam
kehidupan nyata bisa menjadi penentu untuk perilaku individu, (Grandon dan
Mykytyn 2004; Werner 2004). Faktor sosial berarti semua pengaruh
lingkungan sekitarnya (seperti norma individu) yang dapat mempengaruhi
perilaku individu, (Ajzen 1991). Kelemahan teori tindakan beralasan, Ajzen
(1991) mengusulkan faktor tambahan dalam menentukan perilaku individu
dalam teori perilaku yang direncanakan yaitu perilaku kontrol yang
dirasakan. Perilaku kontrol yang dirasakan adalah persepsi individu pada
betapa mudahnya perilaku tertentu akan dilakukan, (Ajzen 1991). Perilaku
kontrol yang dirasakan secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku.
16
dilakukan. Keinginan untuk berperilaku ditentukan oleh sikap dan norma
subyektif, (Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen 1988).
Sikap mengacu pada persepsi individu (baik menguntungkan atau
tidak menguntungkan) terhadap perilaku tertentu, (Werner 2004). Norma
subjektif mengacu pada penilaian subjektif individu tentang preferensi lain
dan dukungan untuk berperilaku, (Werner 2004). Theory of Reasoned Action
dikritik karena mengabaikan pentingnya faktor-faktor sosial yang dalam
kehidupan nyata bisa menjadi penentu untuk perilaku individu, (Grandon dan
Mykytyn 2004; Werner 2004). Faktor sosial berarti semua pengaruh
lingkungan sekitarnya (seperti norma individu) yang dapat mempengaruhi
perilaku individu, (Ajzen 1991). Kelemahan teori tindakan beralasan, Ajzen
(1991) mengusulkan faktor tambahan dalam menentukan perilaku individu
dalam teori perilaku yang direncanakan yaitu perilaku kontrol yang
dirasakan. Perilaku kontrol yang dirasakan adalah persepsi individu pada
betapa mudahnya perilaku tertentu akan dilakukan, (Ajzen 1991). Perilaku
kontrol yang dirasakan secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku.
18
tertentu (merokok, alkohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan
makan, pencegahan AIDS dan penggunaan kondom, perilaku merokok,
penggunaan alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan kebugaran (fitness)
dan praktik olahraga. Norma subjektif menjadi perhatian penelitian
(mengenai) dukungan sosial dan analisis jaringan sosial. Theory of
Reasoned Action juga banyak digunakan untuk memenuhi persyaratan
tindakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3), seperti tindakan keselamatan
dalam pertambangan batubara, absenteism karyawan dan perilaku konsumen.
Contoh aplikasi Theory of Reasoned Action dalam analisa beberapa
faktor yang berhubungan dengan niat seorang pengguna narkoba suntik untuk
berkunjung ke klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT). Seorang
pengguna narkoba suntuk percaya bahwa berkunjung ke klinik VCT
memberikan manfaat bagi orang yang berisiko HIV dan AIDS seperti
mendapat informasi tentang penggunaan narkoba suntik yang aman
(keuntungan), tetapi juga akan dijauhi teman-teman sesama pengguna
narkoba suntik (kerugian). Pengguna narkoba suntik akan
mempertimbangkan mana yang paling penting diantara keduanya. Kemudian
ia juga akan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi setelah
melakukan VCT, seperti setelah melakukan VCT dan dinyatakan HIV positif,
ia tidak diperbolehkan untuk bekerja meskipun mampu untuk bekerja. Nilai
dan norma di lingkungan masyarakat tidak mendeskriminasipengguna
narkoba suntik setelah berkunjung ke klinik VCT. Orang yang dianggap
penting (teman sesama pengguna narkoba suntik yang telah berkunjung ke
klinik VCT) setuju (atau sebatas menasihati) untuk berkunjung ke klinik
VCT dan pengguna narkoba suntik termotivasi untuk patuh mengikuti
petunjuk tersebut, maka terdapat kecenderungan positif berniat untuk
berkunjung ke klinik VCT.
19
G. Integrasi Keislaman
ش َنآنُ َق ْو ٍم َعلَ ٰى َأاَّل
َ ش َهدَا َء بِا ْلق ِْسطِ ۖ َواَل َي ْج ِر َم َّن ُك ْم ُ ِ َأ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ُكو ُنوا َق َّوامِينَ هَّلِل
ُ اع ِدلُوا ه َُو َأ ْق َر
َ هَّللا َ ۚ ِإنَّ هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُونGب لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا ْ ۚ َت ْع ِدلُوا
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Maidah: 8)
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Theory of Reasoned Action adalah teori yang dapat memprediksi
dan memahami perilaku dan sikap.
2. Theory of Reasoned Action adalah bahwa sikap mempengaruhi
perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan yang teliti
dan beralasan, dan dampaknya terbatas.
3. Teori ini awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA),
dikembangkan Tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi
dan diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun
1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia
dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih
mengena. Pada Tahun 1988, hal lain ditambahkan pada model
reasoned action yang sudah ada tersebut dan kemudian dinamai
Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurangan
yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-
penelitian mereka dengan menggunakan TRA.
4. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)
dirumuskan pada tahun 1967 dalam upaya untuk memberikan
konsistensi dalam studi hubungan antara perilaku dan sikap,
(Fishbein dan Ajzen 1975; Werner 2004). Teori Perilaku yang
Direncanakan (Theory of Planned Behavior), (Ajzen 1991)
dianggap sebagai perluasan dari teori tindakan beralasan, (Werner
2004).
5. Ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini, antara lain adalah
untuk meramalkan dan memahami pengaruh-pengaruh
motivasional terhadap perilaku 19 yang bukan dibawah kendali
atau kemauan individu sendiri. Untuk mengidentifikasi bagaimana
dan kemana mengarahkan strategi- strategi untuk perubahan
21
perilaku dan juga untuk menjelaskan pada tiap aspek penting
beberapa perilaku manusia seperti mengapa seseorang membeli
rumah baru, memilih seorang calon dalam pemilu, mengapa tidak
masuk kerja atau mengapa melanggar peraturan dan lain
sebagainya.
6. Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap
terhadap perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting
perilaku seseorang adalah intensi untuk berperilaku. Intensi
individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari
sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif.
Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai
suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subjektif,
kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh.
7. Aplikasi Theory of Reasoned Action merupakan model untuk
meramalkan perilaku preventif dan telah digunakan dalam
berbagai jenis perilaku sehat yang berkelainan, seperti pengaturan
penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol, dan narkotik),
perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan AIDS dan
penggunaan kondom, perilaku merokok, penggunaan alkohol,
penggunaan alat kontrasepsi, latihan kebugaran (fitness) dan
praktik olahraga
22
DAFTAR PUSTAKA
Wardani Novita Ika dkk, 2016. Buku Ajar Promosi Kesehatan untuk
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.
http://www.digilib.unila.ac.id/3531/17/BAB%2520II.pdf
http://ejournal.uin-suska.ac.id
http://academia.edu/8552037/
Theory_of_Reasoned_Action&ved=0ahUKEwi17dTEnanT
AHVGPo8KHW1CAWcQFggpMAU&usg=AFQjCNH9SVabQb78kkB
ANGDPTnjQnnh 9w&sig2=59sVl1Usg2JEqVIoaS1ruw
23
24