Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

PROMOSI KESEHATAN
“THEORY OF REASONED ACTION”

Disusun oleh :

1. Ayu Febryanti (21116003)


2. Fahmi Ristayani (21116004)
3. Cindy Nurfitriani (21116011)
4. Ari Wibowo (21116013)
5. Ayu Putri Lestari (21116016)
6. Arif Yuliansyah (21116020)
7. Redeka Novariyanti (21116024)
8. Endang Kartasari (21116035)
9. Tri Oktaviana (21116041)
10. Gisella Rara Aliande A (21116043)
11. Ridho Thobiansyah (21116054)
12. Aprilinda (21116055)
13. Viona Phitaloka M (21116063)

Dosen Pembimbing :

Septi Ardianti, S.Kep,.Ns,.M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala rahmat
dan karunia-nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini akan
membahas tentang “THEORY OF REASONED ACTION”.
Walaupun kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran dari semua pihak untuk
perbaikan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi yang membaca
khususnya mahasiswa STIkes Muhammadiyah Palembang.

Palembang, April 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar belakang.............................................................................1
B.Rumusan Masalah.......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Theory of Reasoned Action.......................................3
B.Sejarah Theory of Reasoned Action............................................6
C.Pengembangan Theory of Reasoned Action................................6
D.Tujuan dan Manfaat Theory of Reasoned Action .......................8
E.Kelebihan dan Kekurangan dari Theory of Reasoned Action......9
F.Aplikasi Theory of Reasoned Action...........................................10

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan.................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Definisi promosi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
perkenalan (dilakukan secara intensif dan terus menerus), sedangkan kesehatan
menurut Undang-Undang didefinisikan sebagai situasi sejahtera, dari tubuh, jiwa,
serta sosial yang sangat mungkin untuk tiap-tiap orang bisa hidup secara produktif
dengan cara sosial serta ekonomis.
Menurut WHO (1986) “Health is the process of enabling people to control
over and improve their health”, artinya promosi kesehatan adalah proses yang bisa
dilaksanakan oleh orang untuk mengontrol kesehatannya. Promosi kesehatan tidak
hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi
perubahan perilaku tersebut.
Menurut Notoatmodji (2005) promosi kesehatan adalah upaya memasarkan,
menjual, memperkenalkan pesan-pesan atau program-program kesehatan sehingga
masyarakat menerima atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya
masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
Perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam dan unik.
Keberagaman dan keunikan tersebut menarik perhatian para ahli untuk mmeneliti
tentang perilaku manusia. Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang
determinan perilaku manusia. Dalam teori – teori tersebut para ahli memaparkan
pendapatnya tentang bagaimana suatu prilaku terbentuk dan faktor apa saja yang
mempengaruhi.
Skiner dalam Notoarmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan
dari luar). Teori Skiner ini dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-Organisme-
Respon). Namun dalam kenyataan, stimulus yang diterima oleh organisme tidak
selamanya mampu menghasilkan perilaku, ada beberapa faktor lain yang berperan
dalam munculnya perilaku, salah satunya adalah adanya niat untuk berperilaku
tertentu dari suatu individu. Niat itu sendiri juga tidak akan muncul tanpa adanya
determinan yang mempengaruhi. Teori ini dijelaskan oleh Atzen dalam teorinya yang
dikenal dengan Theory Of Reasoned Action / Teori Perilaku Yang Direncanakan
(Theory of Planned Behaviour ).

1
Teori ini menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak
(intention) dan perilaku. Dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai teori
tersebut untuk mengetahui bagaimana perilaku muncul karena adanya niat dari orang
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Theory of Reasoned Action ?
2. Apa Sejarah Theory of Reasoned Action ?
3. Bagaimana Pengembangan Theory of Reasoned Action ?
4. Apa Tujuan dan Manfaat dari Theory of Reasoned Action ?
5. Apa Kelebihan dan Kekurangan dari Theory of Reasoned Action ?
6. Apa saja Aplikasi dari Theory of Reasoned Action ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Theory of Reasoned Action

Pada Tahun 1969, Wicker memimpin survei dan review literatur secara luas
terhadap hubungan sikap dan perilaku. Fishbein dan Ajzen ikut dalam survei dan
review tersebut. Mereka ingin mengeksplorasi cara untuk memprediksi perilaku dan
hasil (outcome). Mereka berasumsi bahwa individu biasanya cukup rasional dan
menggunakan informasi yang tersedia secara sistematis dan Individu akan
mempertimbangkan akibat dari tindakannya sebelum Ia memutuskan menampilkan
atau tidak suatu perilaku. Setelah mereview semua penelitian yang pernah dilakukan
oleh para ahli sebelumnya, mereka mengembangkan teori yang dapat memprediksi
dan memahami perilaku dan sikap. Teori ini yang disebut Theory of Reasoned Action.
Theory of Reasoned Action adalah studi tentang sikap terhadap perilaku,
mendefinisikan sikap sebagai sumber ekspresi physical dari emosi. (Charles Darwin,
1872).
Menurut (Gordon Allport, 1935), konsep sikap dan perilaku adalah
multidimensional daripada unidimensional. Sistem multidimensional sika terhadap
kepercayaan tentang objek sikap, perasaan tentang objek sikap, perasaan tentang
objek sikap, dan kecenderungan terhadap objek.
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin
Fishbein dan Ajzen pada tahun 1980. Teori ini menghubungkan antara keyakinan
(belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Kehendak
merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang akan
dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut.
Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang
sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori
ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap
penting. Kehendak (intetion) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif (Jogiyanto,
2007). Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini
merupakan hasil pertimbangan untung rugi dari perilaku tersebut (outcome of the
behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi
yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding the outcome).

3
Di lain pihak, komponen norma subyektif atau sosial mengacu pada keyakinan
seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap
penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.
Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Tindakan Beralasan atau Teori
Aksi Beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku melalui suatu proses
pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknyaterbatas hanya pada
tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap
yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap
tapi juga oleh norma-norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita
mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu
perilaku bersama norma- norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat
berperilaku tertentu. Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar,
yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi
individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan
perilaku yang disebut dengan norma subyektif.
Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh (Ajzen dalam
Jogiyanto 2007) dan dinamai Teori Perilaku Terencana (theory of planned behavior).
Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil dan
evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang
diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta
keyakinan tentang adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku
dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs).
Sesuai dengan namanya, teori tindakan beralasan (TRA) didasarkan kepada
asumsi bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar, mempertimbangkan
informasi yang tersedia dan juga mempertimbangkan implikasi-implikasi dari
tindakan yang dilakukan. Menurut teori tindakan beralasan (TRA) ini, niat merupakan
faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu tindakan. Niat adalah keinginan untuk
melakukan perilaku (Lu et al.,2010). Niat dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu
faktor pribadi dan faktor pengaruh sosial. Kedua faktor tersebut berpengaruh positif
terhadap niat perilaku individu yang secara positif menyebabkan perilaku. Perilaku
merupakan tindakan aktual individu akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Ajzen, 1991).

4
Faktor pertama yang berhubungan dengan faktor pribadi adalah sikap. Sikap
(attitude) adalah evaluasi kepercayaan atau perasaan positif atau negatif dari
seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan (Lu et al., 2010).
Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan sikap sebagai jumlah dari afeksi yang
dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek atau perilaku dan
diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluatif dua
kutub misal baik atau buruk, setuju atau menolak, dan sebagainya. Sikap seseorang
terhadap sistem informasi menunjukkan seberapa jauh sistem informasi tersebut
dirasa baik atau buruk, serta setuju atau menolaknya individu tersebut terhadap
penggunaan sistem informasi yang ada . Faktor kedua yang berhubungan dengan
pengaruh sosial adalah norma subyektif. Norma subyektif (subjective norm) adalah
persepsi individu mengenai kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi niat
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang sedang dipertimbangkan (Lu et
al., 2010). Sikap dan norma subyektif yang membentuk niat merupakan penentu
utama dari perilaku, namun terdapat juga kemungkinan variabel – variabel lain
mempengaruhi perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975). Variabelvariabel ini disebut
dengan variabel eksternal yang mempengaruhi perilaku secara tidak langsung. Contoh
variabel eksternal tersebut misalnya variabel demografi, karakteristik personalitas,
kepercayaan mengenai obyek, dan sebagainya. Hubungan antara konstruk-konstruk
TRA seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.1.
Gambar 1.1
Theory of Reasoned Action (TRA)

Sikap
Niat
Perilaku
Perilaku
Norma
Subjektif

Sumber: Fishbein, M., dan I. Ajzen. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior:
an Introduction to Theory and Research. MA: Addison-Wesley, h. 302.

Teori tindakan beralasan (TRA) hanya dimaksudkan untuk menjelaskan


perilaku-perilaku yang dikerjakan secara sukarela, bukan perilaku-perilaku yang
diwajibkan di mana individu mempunyai tingkat kontrol kemauan yang tinggi . Oleh
karena itu, model ini sebenarnya kurang tepat jika digunakan untuk memprediksi
5
perilaku-perilaku spontan, kebiasaan yang diinginkan, sudah diatur atau kurang
bersemangat. Hal ini dikarenakan perilaku-perilaku ini tidak dilakukan secara
sukarela dan juga perilaku yang dikerjakan tanpa atau kurang niat dari pelakunya.

B. Sejarah Theory of Reasoned Action


Teori ini awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA), dikembangkan
Tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen
dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari
perilaku manusia dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih
mengena. Pada Tahun 1988, hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang
sudah ada tersebut dan kemudian dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk
mengatasi kekurangan yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-
penelitian mereka dengan menggunakan TRA.
Icek Ajzen adalah seorang profesor psikologi di University of Massachusetts. Ia
menerima gelar Ph.D di bidang psikologi sosial dari University of Illinois dan selama
beberapa tahun menjadi Visiting Professor at Tel-Aviv University di Israel. Ia banyak
menulis artikel, dan bersama Martin Fishbein menulis berbagai paper, jurnal dan buku-
buku mengenai Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior. Ajzen dan
Fishbein menulis buku Understanding Attitude and Predicting Social Behavior yang telah
banyak dipakai di kalangan akademik dan di wilayah psikologi sosial, yang diterbitkan
pada tahun 1980.
Martin Fishbein adalah seorang profesor pada Department of Psychology and the
Institute of Communications Research pada University of Illinois di Urbana. Ia seorang
konsultan pada the International Atomic Energy Agency, The Federal Trade Commission
and Warner Communications, Inc. Bersama dengan Ajzen, ia telah menulis buku Belief,
Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research pada tahun
1975. Ia juga telah banyak menulis buku-buku teks, dan artikel-artikel. Ia mulai berfikir
mengenai peran sikap dalam mempengaruhi perilaku di awal 1960-an dan di awal 1970-
an berkolaborasi dengan Ajzen mengembangkan Theory of Reasoned Action dan Theory
of Planned Behavior.

C. Pengembangan Theory of Reasoned Action


Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) dirumuskan pada tahun
1967 dalam upaya untuk memberikan konsistensi dalam studi hubungan antara perilaku

6
dan sikap, (Fishbein dan Ajzen 1975; Werner 2004). Teori Perilaku yang Direncanakan
(Theory of Planned Behavior), (Ajzen 1991) dianggap sebagai perluasan dari teori
tindakan beralasan, (Werner 2004). Asumsi utama dari teori tindakan beralasan dan teori
perilaku yang direncanakan adalah individu rasional dalam mempertimbangkan tindakan
mereka dan implikasi dari tindakan mereka (pengambilan keputusan). Rasionalitas
pengambilan keputusan mengasumsikan bahwa keputusan tersebut dibuat di bawah
ketidakpastian, (Basu 1996; Eppen et al. 1998). Pembuatan keputusan rasional
menyiratkan bahwa diharapkan adanya hasil yang optimal atau unit pengambilan
keputusan menyadari semua dampak dan konsekuensi, (Basu 1996; Bazerman 2002;
Eppen et al. 1998). Gambar 1.2 berikut ini tentang teori tindakan beralasan:
Gambar 1.2
Beliefs and Attitude
Evaluations toward
Behavior
Behavior Actual
Intention Behavior

Normative Subjective
Beliefs and Norm
Motivation
to copy

Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975


Gambar 1.2 Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)

Teori Tindakan Beralasan dikembangkan untuk menguji hubungan antara


sikap dan perilaku (Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen 1988;, Werner 2004). Konsep
utama dalam Teori Tindakan Beralasan adalah “prinsip-prinsip kompatibilitas" dan
konsep "intensi perilaku," (Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen 1988;). Prinsip
kompatibilitas menetapkan dalam rangka untuk memprediksi satu perilaku tertentu
diarahkan ke target tertentu dalam konteks dan waktu tertentu, sikap khusus yang
sesuai dengan waktu, target dan konteks yang harus dinilai, (Fishbein dan Ajzen
1975; Ajzen 1988). Konsep yang menyatakan keinginan perilaku yang memotivasi
individu untuk terlibat dalam perilaku yang didefinisikan oleh sikap yang
mempengaruhi perilaku, (Fishbein dan Ajzen 1975). Keinginan berperilaku
menunjukkan berapa banyak usaha individu ingin berkomitmen untuk melakukan
perilaku dengan komitmen yang lebih tinggi dengan kecenderungan perilaku itu akan

7
dilakukan. Keinginan untuk berperilaku ditentukan oleh sikap dan norma subyektif,
(Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen 1988).
Sikap mengacu pada persepsi individu (baik menguntungkan atau tidak
menguntungkan) terhadap perilaku tertentu, (Werner 2004). Norma subjektif mengacu
pada penilaian subjektif individu tentang preferensi lain dan dukungan untuk
berperilaku, (Werner 2004). Theory of Reasoned Action dikritik karena mengabaikan
pentingnya faktor-faktor sosial yang dalam kehidupan nyata bisa menjadi penentu
untuk perilaku individu, (Grandon dan Mykytyn 2004; Werner 2004). Faktor sosial
berarti semua pengaruh lingkungan sekitarnya (seperti norma individu) yang dapat
mempengaruhi perilaku individu, (Ajzen 1991). Kelemahan teori tindakan beralasan,
Ajzen (1991) mengusulkan faktor tambahan dalam menentukan perilaku individu
dalam teori perilaku yang direncanakan yaitu perilaku kontrol yang dirasakan.
Perilaku kontrol yang dirasakan adalah persepsi individu pada betapa mudahnya
perilaku tertentu akan dilakukan, (Ajzen 1991). Perilaku kontrol yang dirasakan
secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku.

D. Tujuan dan Manfaat Theory of Reasoned Action


Ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini, antara lain adalah untuk
meramalkan dan memahami pengaruh-pengaruh motivasional terhadap perilaku 19
yang bukan dibawah kendali atau kemauan individu sendiri. Untuk mengidentifikasi
bagaimana dan kemana mengarahkan strategi-strategi untuk perubahan perilaku dan
juga untuk menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku manusia seperti
mengapa seseorang membeli rumah baru, memilih seorang calon dalam pemilu,
mengapa tidak masuk kerja atau mengapa melanggar peraturan dan lain sebagainya.
Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap
perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang adalah
intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah
kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap
individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi
terhadap hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan
motivasi untuk patuh.
Jika seseorang mempersepsi bahwa hasil dari menampilkan suatu perilaku
tersebut positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut. Yang
sebaliknya juga dapat dinyatakan bahwa jika suatu perilaku difikirkan negatif. Jika

8
orang-orang lain yang relevan memandang bahwa menampilkan perilaku tersebut
sebagai sesuatu yang positif dan seseorang tersebut termotivasi untuk memenuhi
harapan orang-orang lain yang relevan, maka itulah yang disebut dengan norma
subjektif yang positif. Jika orang-orang lain melihat perilaku yang akan ditampilkan
sebagai sesuatu yang negatif dan seseorang tersebut ingin memenuhi harapan orang-
orang lain tersebut, itu yang disebut dengan norma subjektif negatif. Sikap dan norma
subjektif diukur dengan skala (misalnya skala Likert) menggunakan frase suka/tidak
suka, baik/buruk, dan setuju/tidak setuju.
Perbedaan utama antara TRA dan TPB adalah tambahan penentu intensi
berperilaku yang ke tiga, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC ditentukan
oleh dua faktor yaitu control beliefs (kepercayaan mengenai kemampuan dalam
mengendalikan) dan perceived power (persepsi mengenai kekuasaan yang dimiliki
untuk melakukan suatu perilaku). PBC mengindikasikan bahwa motivasi seseorang
dipengaruhi oleh bagaimana ia mempersepsi tingkat kesulitan atau kemudahan untuk
menampilkan suatu perilaku tertentu. Jika seseorang memiliki control beliefs yang
kuat mengenai faktor-faktor yang ada yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka
seseorang tersebut memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu
perilaku. Sebaliknya, seseorang tersebut akan memiliki persepsi yang rendah dalam
mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control beliefs yang kuat mengenai
faktor-faktor yang menghambat perilaku. Persepsi ini dapat mencerminkan
pengalaman masa lalu, antisipasi terhadap situasi yang akan datang, dan sikap
terhadap norma-norma yang berpengaruh di sekitar individu. Theory of Planned
Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan
menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya, secara sistematis. Orang
memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu.

E. Kelebihan dan Kekurangan dari Theory of Reasoned Action


Kelebihan Theory of Reasoned Action yaitu memberikan pegangan untuk
menganalisis komponen perilaku dala item yang operasional. Fokus sasaran adalah
prediksi dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan berada
dalam kendali seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi
secara jelas. Tuntunan ini memerlukan pertimbangan mengenai perbedaan tindakan,
sasaran, konteks, dan perbedaan waktu serta komponen model sendiri termasuk
9
intensi, sikap norma subyektif, dan keyakinan. Konsep penting dalam Theory of
Reasoned Action adalah fokus perhatian (salience). Artinya, sebelum
mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan
kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi. Dengan demikian, harus
diketahui nilai dan norma kelompok sosial yang diselidiki (yang penting bukan
budaya itu sendiri, tetapi cara budaya mempengaruhi sikap, kehendak dan perilaku).
Contohnya, terdapat nilai dan norma di masyarakat bahwa diare bukan suatu
penyakit, tetapi sebagai hal yang alami dari tumbuh kembang anak. Hal tersebut
berarti masyarakat memandang diare bukan fokus perhatian yang penting. Contoh lain
yaitu fokus perhatian perilaku seksual dan pencegahan AIDS tidak akan sama antara
kelompok homoseksual dan kelompok lain tentang penggunaan kondom. Kelompok
homoseksual percaya kondom dapat mencegah mereka terkena AIDS, tetapi bagi
kelompok lain, penggunaan kondom justru akan menyebarluaskan perilaku seksual.
Kelemahan Theory of Reasoned Action adalah bahwa kehendak dan perilaku
hanya berkorelasi sedang, kehendak tidak selalu menuju pada perilaku itu sendiri,
terdapat hambatan-hambatan yang mencampuri atau mempengaruhi kehendak dan
perilaku (Van Oost, 1991 dalam Smet, 1994). Theory of Reasoned Action tidak
mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku dan mengabaikan
akibat-akibat jelas dari variabel eksternal (variabel demografi, gender, usia, dan
keyakinan kesehatan) terhadap pemenuhan kehendak perilaku. Meskipun demikian,
kelebihan Theory of Reasoned Action dibandingkan HBM adalah bahwa pengaruh
Theory of Reasoned Action berhubungan dengan norma subjektif. Menurut Theory of
Reasoned Action, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan
yang sama sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan seseorang untuk melakukan suatu
tindakan tidak dibatasi pertimbangan-pertimbangan kesehatan.

F. Aplikasi Theory of Reasoned Action


Aplikasi Theory of Reasoned Action merupakan model untuk meramalkan
perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang
berkelainan, seperti pengaturan penggunaan substansi tertentu (merokok, alkohol, dan
narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan, pencegahan AIDS dan penggunaan
kondom, perilaku merokok, penggunaan alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan
kebugaran (fitness) dan praktik olahraga. Norma subjektif menjadi perhatian
penelitian (mengenai) dukungan sosial dan analisis jaringan sosial. Theory of
10
Reasoned Action juga banyak digunakan untuk memenuhi persyaratan tindakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), seperti tindakan keselamatan dalam
pertambangan batubara, absenteism karyawan dan perilaku konsumen.
Contoh aplikasi Theory of Reasoned Action dalam analisa beberapa faktor
yang berhubungan dengan niat seorang pengguna narkoba suntik untuk berkunjung ke
klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT). Seorang pengguna narkoba suntuk
percaya bahwa berkunjung ke klinik VCT memberikan manfaat bagi orang yang
berisiko HIV dan AIDS seperti mendapat informasi tentang penggunaan narkoba
suntik yang aman (keuntungan), tetapi juga akan dijauhi teman-teman sesama
pengguna narkoba suntik (kerugian). Pengguna narkoba suntik akan
mempertimbangkan mana yang paling penting diantara keduanya. Kemudian ia juga
akan mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi setelah melakukan VCT, seperti
setelah melakukan VCT dan dinyatakan HIV positif, ia tidak diperbolehkan untuk
bekerja meskipun mampu untuk bekerja. Nilai dan norma di lingkungan masyarakat
tidak mendeskriminasipengguna narkoba suntik setelah berkunjung ke klinik VCT.
Orang yang dianggap penting (teman sesama pengguna narkoba suntik yang telah
berkunjung ke klinik VCT) setuju (atau sebatas menasihati) untuk berkunjung ke
klinik VCT dan pengguna narkoba suntik termotivasi untuk patuh mengikuti petunjuk
tersebut, maka terdapat kecenderungan positif berniat untuk berkunjung ke klinik
VCT.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Theory of Reasoned Action adalah teori yang dapat memprediksi dan


memahami perilaku dan sikap.
2. Theory of Reasoned Action adalah bahwa sikap mempengaruhi perilaku
melalui suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan
dampaknya terbatas.
3. Teori ini awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA),
dikembangkan Tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan
diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori
tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk
mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada Tahun
1988, hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada
tersebut dan kemudian dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk
mengatasi kekurangan yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui
penelitian-penelitian mereka dengan menggunakan TRA.
4. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) dirumuskan pada
tahun 1967 dalam upaya untuk memberikan konsistensi dalam studi hubungan
antara perilaku dan sikap, (Fishbein dan Ajzen 1975; Werner 2004). Teori
Perilaku yang Direncanakan (Theory of Planned Behavior), (Ajzen 1991)
dianggap sebagai perluasan dari teori tindakan beralasan, (Werner 2004).
5. Ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini, antara lain adalah untuk
meramalkan dan memahami pengaruh-pengaruh motivasional terhadap
perilaku 19 yang bukan dibawah kendali atau kemauan individu sendiri.
Untuk mengidentifikasi bagaimana dan kemana mengarahkan strategi-
strategi untuk perubahan perilaku dan juga untuk menjelaskan pada tiap
aspek penting beberapa perilaku manusia seperti mengapa seseorang
membeli rumah baru, memilih seorang calon dalam pemilu, mengapa tidak
masuk kerja atau mengapa melanggar peraturan dan lain sebagainya.

12
6. Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap
perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang
adalah intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan
suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku
tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi
kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku,
norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk
patuh.
7. Aplikasi Theory of Reasoned Action merupakan model untuk meramalkan
perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat
yang berkelainan, seperti pengaturan penggunaan substansi tertentu
(merokok, alkohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan,
pencegahan AIDS dan penggunaan kondom, perilaku merokok,
penggunaan alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan kebugaran
(fitness) dan praktik olahraga.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Mahyarni, Journal of “Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned


Behavior” (Sebuah Kajian Historis tentang Perilaku).

Wardani Novita Ika dkk, 2016. Buku Ajar Promosi Kesehatan untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.

http://www.digilib.unila.ac.id/3531/17/BAB%2520II.pdf

http://ejournal.uin-suska.ac.id

http://academia.edu/8552037/Theory_of_Reasoned_Action&ved=0ahUKEwi17dTEnanT
AHVGPo8KHW1CAWcQFggpMAU&usg=AFQjCNH9SVabQb78kkBANGDPTnjQnnh
9w&sig2=59sVl1Usg2JEqVIoaS1ruw

14

Anda mungkin juga menyukai