PROMOSI KESEHATAN
“THEORY OF REASONED ACTION”
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
AssalamualaikumWr.Wb
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala rahmat
dan karunia-nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini akan
membahas tentang “THEORY OF REASONED ACTION”.
Walaupun kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran dari semua pihak untuk
perbaikan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi yang membaca
khususnya mahasiswa STIkes Muhammadiyah Palembang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar belakang.............................................................................1
B.Rumusan Masalah.......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Theory of Reasoned Action.......................................3
B.Sejarah Theory of Reasoned Action............................................6
C.Pengembangan Theory of Reasoned Action................................6
D.Tujuan dan Manfaat Theory of Reasoned Action .......................8
E.Kelebihan dan Kekurangan dari Theory of Reasoned Action......9
F.Aplikasi Theory of Reasoned Action...........................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi promosi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
perkenalan (dilakukan secara intensif dan terus menerus), sedangkan kesehatan
menurut Undang-Undang didefinisikan sebagai situasi sejahtera, dari tubuh, jiwa,
serta sosial yang sangat mungkin untuk tiap-tiap orang bisa hidup secara produktif
dengan cara sosial serta ekonomis.
Menurut WHO (1986) “Health is the process of enabling people to control
over and improve their health”, artinya promosi kesehatan adalah proses yang bisa
dilaksanakan oleh orang untuk mengontrol kesehatannya. Promosi kesehatan tidak
hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi
perubahan perilaku tersebut.
Menurut Notoatmodji (2005) promosi kesehatan adalah upaya memasarkan,
menjual, memperkenalkan pesan-pesan atau program-program kesehatan sehingga
masyarakat menerima atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya
masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
Perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam dan unik.
Keberagaman dan keunikan tersebut menarik perhatian para ahli untuk mmeneliti
tentang perilaku manusia. Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang
determinan perilaku manusia. Dalam teori – teori tersebut para ahli memaparkan
pendapatnya tentang bagaimana suatu prilaku terbentuk dan faktor apa saja yang
mempengaruhi.
Skiner dalam Notoarmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan
dari luar). Teori Skiner ini dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-Organisme-
Respon). Namun dalam kenyataan, stimulus yang diterima oleh organisme tidak
selamanya mampu menghasilkan perilaku, ada beberapa faktor lain yang berperan
dalam munculnya perilaku, salah satunya adalah adanya niat untuk berperilaku
tertentu dari suatu individu. Niat itu sendiri juga tidak akan muncul tanpa adanya
determinan yang mempengaruhi. Teori ini dijelaskan oleh Atzen dalam teorinya yang
dikenal dengan Theory Of Reasoned Action / Teori Perilaku Yang Direncanakan
(Theory of Planned Behaviour ).
1
Teori ini menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak
(intention) dan perilaku. Dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai teori
tersebut untuk mengetahui bagaimana perilaku muncul karena adanya niat dari orang
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Theory of Reasoned Action ?
2. Apa Sejarah Theory of Reasoned Action ?
3. Bagaimana Pengembangan Theory of Reasoned Action ?
4. Apa Tujuan dan Manfaat dari Theory of Reasoned Action ?
5. Apa Kelebihan dan Kekurangan dari Theory of Reasoned Action ?
6. Apa saja Aplikasi dari Theory of Reasoned Action ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada Tahun 1969, Wicker memimpin survei dan review literatur secara luas
terhadap hubungan sikap dan perilaku. Fishbein dan Ajzen ikut dalam survei dan
review tersebut. Mereka ingin mengeksplorasi cara untuk memprediksi perilaku dan
hasil (outcome). Mereka berasumsi bahwa individu biasanya cukup rasional dan
menggunakan informasi yang tersedia secara sistematis dan Individu akan
mempertimbangkan akibat dari tindakannya sebelum Ia memutuskan menampilkan
atau tidak suatu perilaku. Setelah mereview semua penelitian yang pernah dilakukan
oleh para ahli sebelumnya, mereka mengembangkan teori yang dapat memprediksi
dan memahami perilaku dan sikap. Teori ini yang disebut Theory of Reasoned Action.
Theory of Reasoned Action adalah studi tentang sikap terhadap perilaku,
mendefinisikan sikap sebagai sumber ekspresi physical dari emosi. (Charles Darwin,
1872).
Menurut (Gordon Allport, 1935), konsep sikap dan perilaku adalah
multidimensional daripada unidimensional. Sistem multidimensional sika terhadap
kepercayaan tentang objek sikap, perasaan tentang objek sikap, perasaan tentang
objek sikap, dan kecenderungan terhadap objek.
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin
Fishbein dan Ajzen pada tahun 1980. Teori ini menghubungkan antara keyakinan
(belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Kehendak
merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang akan
dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut.
Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang
sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori
ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap
penting. Kehendak (intetion) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif (Jogiyanto,
2007). Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini
merupakan hasil pertimbangan untung rugi dari perilaku tersebut (outcome of the
behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-konsekuensi
yang akan terjadi bagi individu (evaluation regarding the outcome).
3
Di lain pihak, komponen norma subyektif atau sosial mengacu pada keyakinan
seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan orang-orang yang dianggap
penting dan motivasi seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.
Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Tindakan Beralasan atau Teori
Aksi Beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku melalui suatu proses
pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknyaterbatas hanya pada
tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap
yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap
tapi juga oleh norma-norma objektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita
mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu
perilaku bersama norma- norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat
berperilaku tertentu. Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar,
yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi
individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan
perilaku yang disebut dengan norma subyektif.
Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh (Ajzen dalam
Jogiyanto 2007) dan dinamai Teori Perilaku Terencana (theory of planned behavior).
Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil dan
evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang
diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta
keyakinan tentang adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku
dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs).
Sesuai dengan namanya, teori tindakan beralasan (TRA) didasarkan kepada
asumsi bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar, mempertimbangkan
informasi yang tersedia dan juga mempertimbangkan implikasi-implikasi dari
tindakan yang dilakukan. Menurut teori tindakan beralasan (TRA) ini, niat merupakan
faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu tindakan. Niat adalah keinginan untuk
melakukan perilaku (Lu et al.,2010). Niat dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu
faktor pribadi dan faktor pengaruh sosial. Kedua faktor tersebut berpengaruh positif
terhadap niat perilaku individu yang secara positif menyebabkan perilaku. Perilaku
merupakan tindakan aktual individu akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Ajzen, 1991).
4
Faktor pertama yang berhubungan dengan faktor pribadi adalah sikap. Sikap
(attitude) adalah evaluasi kepercayaan atau perasaan positif atau negatif dari
seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan (Lu et al., 2010).
Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan sikap sebagai jumlah dari afeksi yang
dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek atau perilaku dan
diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluatif dua
kutub misal baik atau buruk, setuju atau menolak, dan sebagainya. Sikap seseorang
terhadap sistem informasi menunjukkan seberapa jauh sistem informasi tersebut
dirasa baik atau buruk, serta setuju atau menolaknya individu tersebut terhadap
penggunaan sistem informasi yang ada . Faktor kedua yang berhubungan dengan
pengaruh sosial adalah norma subyektif. Norma subyektif (subjective norm) adalah
persepsi individu mengenai kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi niat
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang sedang dipertimbangkan (Lu et
al., 2010). Sikap dan norma subyektif yang membentuk niat merupakan penentu
utama dari perilaku, namun terdapat juga kemungkinan variabel – variabel lain
mempengaruhi perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975). Variabelvariabel ini disebut
dengan variabel eksternal yang mempengaruhi perilaku secara tidak langsung. Contoh
variabel eksternal tersebut misalnya variabel demografi, karakteristik personalitas,
kepercayaan mengenai obyek, dan sebagainya. Hubungan antara konstruk-konstruk
TRA seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.1.
Gambar 1.1
Theory of Reasoned Action (TRA)
Sikap
Niat
Perilaku
Perilaku
Norma
Subjektif
Sumber: Fishbein, M., dan I. Ajzen. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior:
an Introduction to Theory and Research. MA: Addison-Wesley, h. 302.
6
dan sikap, (Fishbein dan Ajzen 1975; Werner 2004). Teori Perilaku yang Direncanakan
(Theory of Planned Behavior), (Ajzen 1991) dianggap sebagai perluasan dari teori
tindakan beralasan, (Werner 2004). Asumsi utama dari teori tindakan beralasan dan teori
perilaku yang direncanakan adalah individu rasional dalam mempertimbangkan tindakan
mereka dan implikasi dari tindakan mereka (pengambilan keputusan). Rasionalitas
pengambilan keputusan mengasumsikan bahwa keputusan tersebut dibuat di bawah
ketidakpastian, (Basu 1996; Eppen et al. 1998). Pembuatan keputusan rasional
menyiratkan bahwa diharapkan adanya hasil yang optimal atau unit pengambilan
keputusan menyadari semua dampak dan konsekuensi, (Basu 1996; Bazerman 2002;
Eppen et al. 1998). Gambar 1.2 berikut ini tentang teori tindakan beralasan:
Gambar 1.2
Beliefs and Attitude
Evaluations toward
Behavior
Behavior Actual
Intention Behavior
Normative Subjective
Beliefs and Norm
Motivation
to copy
7
dilakukan. Keinginan untuk berperilaku ditentukan oleh sikap dan norma subyektif,
(Fishbein dan Ajzen 1975; Ajzen 1988).
Sikap mengacu pada persepsi individu (baik menguntungkan atau tidak
menguntungkan) terhadap perilaku tertentu, (Werner 2004). Norma subjektif mengacu
pada penilaian subjektif individu tentang preferensi lain dan dukungan untuk
berperilaku, (Werner 2004). Theory of Reasoned Action dikritik karena mengabaikan
pentingnya faktor-faktor sosial yang dalam kehidupan nyata bisa menjadi penentu
untuk perilaku individu, (Grandon dan Mykytyn 2004; Werner 2004). Faktor sosial
berarti semua pengaruh lingkungan sekitarnya (seperti norma individu) yang dapat
mempengaruhi perilaku individu, (Ajzen 1991). Kelemahan teori tindakan beralasan,
Ajzen (1991) mengusulkan faktor tambahan dalam menentukan perilaku individu
dalam teori perilaku yang direncanakan yaitu perilaku kontrol yang dirasakan.
Perilaku kontrol yang dirasakan adalah persepsi individu pada betapa mudahnya
perilaku tertentu akan dilakukan, (Ajzen 1991). Perilaku kontrol yang dirasakan
secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku.
8
orang-orang lain yang relevan memandang bahwa menampilkan perilaku tersebut
sebagai sesuatu yang positif dan seseorang tersebut termotivasi untuk memenuhi
harapan orang-orang lain yang relevan, maka itulah yang disebut dengan norma
subjektif yang positif. Jika orang-orang lain melihat perilaku yang akan ditampilkan
sebagai sesuatu yang negatif dan seseorang tersebut ingin memenuhi harapan orang-
orang lain tersebut, itu yang disebut dengan norma subjektif negatif. Sikap dan norma
subjektif diukur dengan skala (misalnya skala Likert) menggunakan frase suka/tidak
suka, baik/buruk, dan setuju/tidak setuju.
Perbedaan utama antara TRA dan TPB adalah tambahan penentu intensi
berperilaku yang ke tiga, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC ditentukan
oleh dua faktor yaitu control beliefs (kepercayaan mengenai kemampuan dalam
mengendalikan) dan perceived power (persepsi mengenai kekuasaan yang dimiliki
untuk melakukan suatu perilaku). PBC mengindikasikan bahwa motivasi seseorang
dipengaruhi oleh bagaimana ia mempersepsi tingkat kesulitan atau kemudahan untuk
menampilkan suatu perilaku tertentu. Jika seseorang memiliki control beliefs yang
kuat mengenai faktor-faktor yang ada yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka
seseorang tersebut memiliki persepsi yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu
perilaku. Sebaliknya, seseorang tersebut akan memiliki persepsi yang rendah dalam
mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control beliefs yang kuat mengenai
faktor-faktor yang menghambat perilaku. Persepsi ini dapat mencerminkan
pengalaman masa lalu, antisipasi terhadap situasi yang akan datang, dan sikap
terhadap norma-norma yang berpengaruh di sekitar individu. Theory of Planned
Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan
menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya, secara sistematis. Orang
memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
6. Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap
perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang
adalah intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan
suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku
tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi
kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku,
norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk
patuh.
7. Aplikasi Theory of Reasoned Action merupakan model untuk meramalkan
perilaku preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat
yang berkelainan, seperti pengaturan penggunaan substansi tertentu
(merokok, alkohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturan makan,
pencegahan AIDS dan penggunaan kondom, perilaku merokok,
penggunaan alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan kebugaran
(fitness) dan praktik olahraga.
13
DAFTAR PUSTAKA
Wardani Novita Ika dkk, 2016. Buku Ajar Promosi Kesehatan untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.
http://www.digilib.unila.ac.id/3531/17/BAB%2520II.pdf
http://ejournal.uin-suska.ac.id
http://academia.edu/8552037/Theory_of_Reasoned_Action&ved=0ahUKEwi17dTEnanT
AHVGPo8KHW1CAWcQFggpMAU&usg=AFQjCNH9SVabQb78kkBANGDPTnjQnnh
9w&sig2=59sVl1Usg2JEqVIoaS1ruw
14