Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

DETERMINAN PERILAKU MENURUT THEORY OF REASONED ACTION DAN


PLANNED BEHAVIOUR
DOSEN PENGAMPU: AYATULLAH, S.KEP., M.KES

Disusun oleh:
1. ARMAN
2. ISHMA NURRIZKI

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YAHYA BIMA
TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang perubahan dan adaptasi
psikologi dalam masa kehamilan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah tentang perubahan dan adaptasi psikologi dalam masa kehamilan ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
                          

Bima, 26 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………...…………………………….…1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..…2
DAFTAR ISI …………………………..………………………………………………..……3

BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………….…………..…4
B. Rumusan Masalah ……………….……..………….……………………………...…..….5
C. Tujuan Pembahasan ..………………………………………………………..……….…..6

BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behaviour…………………7
2. Definisi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behaviour ………..………8
3. Bagan Konsep Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behaviour……..….10
4. Theory Of Reasoned Action dan Theory of Planned Behaviour …………………...…..12
5. Modifikasi Theory Of Reasoned Action dan Theory of Planned Behaviour……………18
6. Aplikasi Theory Of Reasoned Action dan Theory of Planned Behaviour ……………...21

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan …………………………………………………………………………..….23
b. Saran …………………………………………………………………………………….24
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...…….25

3
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam dan unik. Keberagaman
dan keunikan tersebut menarik perhatian para ahli untuk meneliti tentang perilaku manusia.
Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang determinan perilaku manusia. Dalam teori-teori
tersebut para ahli memaparkan pendapatnya tentang bagaimana suatu perilaku terbentuk dan faktor
apa saja yang mempengaruhi.

Teori tindakan beralasan (Theory of Reasoned Action) yang diusulkan oleh Ajzen dan
Fishbein (1980), dan diperbaharui dengan teori perilaku direncanakan (theory of planned behavior)
oleh Ajzen (1991), telah digunakan selama dua dekade masa lalu untuk meneliti keinginan dan
perilaku berbagi. Teori tindakan beralasan Ajzen dan Fishbein, (1980), mengasumsikan perilaku
ditentukan oleh keinginan individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu
atau sebaliknya. Keinginan ditentukan oleh dua variabel independen termasuk sikap dan norma
subyektif.

Teori perilaku direncanakan ini dikembangkan dari teori tindakan beralasan dengan
memasukkan tambahan yaitu membangun perilaku kontrol yang dirasakan. Teori Ajzen tentang
sikap terhadap perilaku mengacu pada derajat mana seseorang memiliki penilaian evaluasi
menguntungkan atau tidak menguntungkan dari perilaku dalam sebuah pertanyaan, (Ajzen, 1991).

Hubungan sikap terhadap perilaku merupakan keyakinan individu terhadap perilaku yang
menggambarkan probabilitas subyektif bahwa perilaku dalam pertanyaan akan menghasilkan hasil
tertentu dan evaluasi menggambarkan penilaian implisit. Norma subyektif mengacu pada tekanan
sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku, (Ajzen, 1991).

Norma subjektif merupakan keyakinan normatif yang berkaitan dengan persepsi individu
tentang bagaimana kelompok melihat perilaku dan evaluasi yang pada umumnya diekspresikan
sebagai motivasi individu untuk mematuhi kelompok-kelompok rujukan. Persepsi kontrol perilaku
individu menunjukkan kemudahan atau kesulitan melakukan perilaku, (Ajzen, 1991).

Persepsi kontrol perilaku yang dirasakan merupakan kendali keyakinan yang mencakup
persepsi individu mengenai kepemilikan keterampilan yang diperlukan sumber daya atau peluang
untuk berhasil melakukan kegiatan. Evaluasi biasa disebut sebagai fasilitasi yang akan
menunjukkan pentingnya setiap sumber daya, keterampilan atau kesempatan untuk menjadi
berhasil. Teori perilaku direncanakan telah digunakan secara ekstensif untuk memprediksi dan
menjelaskan keinginan berperilaku dan perilaku aktual dalam psikologi sosial, (Chang, 1998;
Fukukawa, 2002; Millar dan Shevlin, 2003), pemasaran (Shim et al. 2001), dan dalam mengadopsi
4
sistem informasi, (Taylor dan Todd, 1995; Harrison et al. 1997; Liao, et al. 1999). Ryu et al.
(2003), menggunakan teori perilaku yang direncanakan untuk memprediksi faktor-faktor keyakinan
yang mempengaruhi perilaku berbagi pengetahuan dalam kelompok profesional.

Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skiner ini
dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon). Namun dalam kenyataan, stimulus yang
diterima oleh organisme tidak selamanya mampu menghasilkan perilaku, ada beberapa faktor lain
yang berperan dalam munculnya perilaku, salah satunya adanya niat untuk berperilaku tertentu dari
suatu individu. Niat itu sendiri juga tidak akan muncul tanpa adanya determinan yang
mempengaruhi. Tahun 1969, Wicker memimpin survei dan review literatur secara luas terhadap
hubungan sikap dan perilaku. Fishbein dan Ajzen ikut dalam survei dan review tersebut. Mereka
ingin mengeksplorasi cara untuk memprediksi perilaku dan hasil (outcome). Mereka berasumsi
bahwa individu biasanya cukup rasional dan menggunakan informasi yang tersedia secara sistematis
dan Individu akan mempertimbangkan akibat dari tindakannya sebelum Ia memutuskan
menampilkan atau tidak suatu perilaku. Setelah mereview semua penelitian yang pernah dilakukan
oleh para ahli sebelumnya, mereka mengembangkan teori yang dapat memprediksi dan memahami
perilaku dan sikap. Teori ini yang disebut Theory of Reasoned Action.

Memprediksi perilaku ketika seorang individu tidak memiliki kontrol kemauan diri sendiri
secara penuh. Ajzen (1987), mengajukan “theory of planned behavior”. Ajzen (1988), menyatakan
perilaku seseorang tergantung pada keinginan berperilaku (behavioral intention) yang terdiri dari
tiga komponen, yaitu: sikap (attitude), norma subjektif (subjective norm), dan pengendalian
perilaku yang dirasakan (perceived behavioral control). Variabel sikap dan norma
subjektif ada dalam “theory of reasoned action”, sedangkan variabel ketiga muncul dalam “theory
of planned behavior”, (East,1997). Theory of planned behavior merupakan alat yang dapat
digunakan untuk memprediksi perilaku individu ketika individu tersebut tidak memiliki kontrol
kemauan sendiri secara penuh. Individu tersebut memiliki halangan atau hambatan sehingga
perilakunya tidak bisa semaunya sendiri.

Ajzen dan Fishbein (1980), dalam “theory of reasoned action” menyatakan bahwa norma
subjektif adalah determinan dari keinginan berperilaku. Norma subjektif adalah suatu konvensi
sosial yang mengatur kehidupan manusia. Norma subjektif adalah suatu fungsi keyakinan individu
dalam hal menyetujui atau tidak menyetujui perilaku tertentu. Menyetujui atau tidak menyetujui
suatu perilaku, didasari oleh suatu keyakinan yang dinamakan dengan keyakinan normatif. Faktor
lingkungan keluarga merupakan orang yang dapat mempengaruhi tindakan individu, seorang
individu akan melakukan atau berperilaku apabila persepsi orang lain terhadap perilaku tersebut
bersifat positif. Individu mempersepsikan bahwa perilaku individu tersebut diperbolehkan atau
sebaliknya tidak diperbolehkan.

II. Rumusan Masalah


5
1. Bagaimanakah Sejarah Munculnya Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned
Behaviour?
2. Apakah Definisi dari Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behaviour?
3. Bagaimanaka bagan konsep Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behaviour?
4. Jelaskan secara rinci tentang Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behaviour?
5. Bagaimanaka Modifikasi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behaviour?
6. Bagaimanaka aplikasi dari Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behaviour?

III. Tujuan
1. Mengetahui Sejarah munculnya Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned
Behaviour.
2. Menjelaskan Definisi dari Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behaviour
3. Memberikan Gambaran bagan konsep Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed
Behaviour
4. Menjelaskan secara rinci tentang Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed
Behaviour
5. Menjelaskan bagaimana Modifikasi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed
Behaviour
6. Menjelaskan aplikasi dari Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behaviour

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behavior

Theory Reasoned Action berasal dari suatu program penelitian yang dimulai pada
tahun 1950-an dan berkaitan dengan prediksi dan pemahaman semua bentuk perilaku
manusia dalam konteks sosial (Ajzen & Fishbein, 1980). Teori itu didasarkan pada alasan
bahwa manusia merupakan pembuat keputusan yang rasional yang memanfaatkan
informasi apapun yang tersedia bagi mereka. (Bestable, 2002)
Teori ini yang awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA), dikembangkan
di tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas oleh Icek Ajzen dan
Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan untuk mempelajari perilaku
manusia dan untuk mengembangkan intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada tahun
1988, hal lain ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada tersebut dan
kemudian dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi
kekurangadekuatan yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-penelitian
mereka dengan menggunakan TRA.
Icek Ajzen, Ph.D. adalah seorang profesor psikologi di University of Massachusetts.
Ia menerima gelar Ph.D. di bidang psikologi sosial dari University of Illinois dan selama
beberapa tahun menjadi Visiting Professor at Tel-Aviv University di Israel. Ia banyak
menulis artikel, dan bersama Dr. Martin Fishbein menulis berbagai paper, jurnal dan buku-
buku mengenai Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior. Ajzen dan
Fishbein menulis buku Understanding Attitude and Predicting Social Behavior yang telah
banyak dipakai di kalangan akademik dan di wilayah psikologi sosial, yang diterbitkan
pada tahun 1980.
Martin Fishbein, Ph.D. adalah seorang profesor pada Department of Psychology
and the Institute of Communications Research pada University of di Urbana. Ia seorang
konsultan pada the International Atomic Energy Agency, The Federal Trade Commission
and Warner Communications, Inc. Bersama dengan Dr. Ajzen, ia telah menulis buku
Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research pada
tahun 1975. Ia juga telah banyak menulis buku-buku teks, dan artikel-artikel. Ia mulai
7
berfikir mengenai peran sikap dalam mempengaruhi perilaku di awal 1960-an dan di awal
1970-an berkolaborasi dengan Dr. Ajzen mengembangkan Theory of Reasoned Action dan
Theory of Planned Behavior.

2. Definisi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behavior

TRA (Theory Of Reasoned Action), adalah teori perilaku kesehatan yang


menggunakan pendekatan psikologi sosial untuk melihat determinan dari perilaku sehat
yang dikembangkan oleh Azen dan Fishbein menjelang tahun 1970-an. Menurut teori ini,
kehendak atau niat seseorang untuk menampilkan sesuatu perilaku tertentu berkaitan erat
dengan tingkah laku aktual itu sendiri. Ada dua asumsi pokok yang menjadi dasar teori ini
yaitu:

 Bahwa perilaku ada dalam kendali si pelaku


 Bahwa manusia adalah makhluk rasional.

Maka juga teori “Fesbein-Ajzen” menekankan pentingnya peranan dari “intention”


atau niat sebagai alasan atau faktor penentu perilaku. Selanjutnya niat ini ditentukan oleh :
a. Sikap

Penilaian Norma Subjektif

Kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui atau tidak menyetujui tentang
tindakan yang akan diambil tersebut.

b. Pengendalian Perilaku

Bagaimana persepsi terhadap konsekuensi atau akibat dari perilaku yang akan diambilnya.

8
Contoh :
Perilaku ibu untuk mengimunisasikan anaknya di Posyandu, didasari oleh
“NIAT” atau “INTENTION” ibu sendiri.. Niat ibu sendiri ditentukan oleh :

a. Sikap ibu, yakni penilaian ibu tersebut terhadap untung ruginya tindakan yang akan
diambil untuk imunisasi anaknya.
b. Norma subjektif, yakni kepercayaan atau keyakinan ibu terhadap perilaku yang akan
diambil, lepas dari orang lain setuju atau tidak setuju.
(Notoatmodjo, 2010).

Sedangkan Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih


lanjut dari TRA. Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA, yaitu
control perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan
dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku
tertentu (Chau dan Hu, 2002).
Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya
ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi Behavioral Belief Attitde towards
Behavior Intention to Behave Behavior Normative Belief Subjective Norms. Theory of
Reasoned Action (Fishbein & Ajzen, 1975) juga persepsi individu terhadap kontrol yang
dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control
beliefs).

9
3. Bagan Konsep Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behavior
Teori TRA dan TPB fokus pada faktor-faktor yang berkaitan dengan motivasi

individu sebagai penentu kemungkinan melakukan perilaku tertentu. Teori TRA mencakup
langkah-langkah dari sikap dan persepsi sosial normatif yang menentukan niat/tujuan
berperilaku. Niat/tujuan berperilaku selanjutnya mempengaruhi perilaku. Teori TPB
merupakan perluasan dari teori TRA. Teori TPB mencakup komponen tambahan yang
bersangkutan dengan kontrol yang dirasakan atas pelaksanaan perilaku. Teori TRA,
pertama dikenalkan pada tahun 1967, bersangkutan dengan hubungan antara kepercayaan
(perilaku dan normatif), sikap, niat, dan perilaku. Fishbein (1967) mengembangkan teori
TRA melalui usaha memahami hubungan antara sikap dan perilak

Definisi Komponen TRA dan TPB Berdasarkan Bagan

No Komponen Definisi

10
1 Tujuan/niat yang Predictor yang kuat dari perilaku yang
berhubungan dengan menunjukkan seberapa keras seseorang
perilaku mempunyai keinginan untuk mencoba, seberapa
besar usaha mereka untuk merencanakan, sehingga
menampilkan suatu tingkah laku.

2 Sikap terhadap perilaku Evaluasi keseluruhan perilaku.

3 Kepercayaan Individu Keyakinan/kepercayaan akan kinerja/performa


yang berhubungan perilaku kesehatan berhubungan dengan atribut
dengan (perilaku) atau hasil tertentu
kesehatan

4 Evaluasi yang Nilai yang melekat pada hasil perilaku atau atribut.
berhubungan dengan
hasil perilaku

5 Norma subjektif Kepercayaan/ Keyakinan tentang apakah


kebanyakan orang menyetujui atau menolak suatu
perilaku

6 Kepercayaan individu Keyakinan tentang apakah setiap acuan/refensi


yang berhubungan menyetujui atau menolak suatu perilaku
dengan norma

7 Motivasi untuk Motivasi untuk melakukan apa yang dipikirkan


mengikuti setiap rujukan/referensi.

11
8 Merasakan adanya Keseluruhan control/pengawasan yang dirasakan
pengawasan tehadap atas perilaku
sesuatu yang
berhubungan dengan
perilaku

9 Kontrol kepercayaan Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat


dilaksanakan atau kepercayaan mengenai
kemampuan dalam mengendalikan perilaku

10 Merasakan kekuatan Persepsi mengenai kekuasaan yang dimiliki untuk


melakukan suatu perilaku dalam kondisi yang
mendukung dan kondisi yang menghambat

4. Theory of Reasoned Action


Penentu terpenting dari sebuah perilaku ialah niat perilaku seseorang. Penentu
langsung dari niat perilaku individu adalah sikap mereka terhadap perilaku tersebut dan
norma subjektif yang terkait dengan perilaku tersebut. Sikap ditentukan oleh keyakinan
individu tentang hasil jika melakukan atau tidak melakukan perilaku (keyakinan perilaku)
ditimbang dengan evaluasi terhadap hasil. Dengan demikian, orang yang memiliki
keyakinan yang kuat bahwa hasil dari suatu perilaku adalah positif, maka ia akan memiliki
sifat positif terhadap perilaku tersebut. Sebaliknya, orang yang memiliki keyakinan yang
kuat bahwa hasil dari suatu perilaku adalah negatif, maka ia akan memiliki sifat negatif
terhadap perilaku tersebut. Norma subjektif seseorang ditentukan oleh keyakinan
normatifnya, untuk menyetujui atau menolak melakukan sebuah perilaku, tergantung juga
dengan motivasinya. Dengan demikian, orang yang percaya bahwa rujukan tertentu dari
seseorang untuk melakukan sebuah perilaku adalah sama dengan apa yang diyakininya, ia
akan termotivasi untuk melakukan perilaku tersebut (norma subjektif positif). Sebaliknya,
orang yang percaya bahwa rujukan tertentu dari seseorang untuk melakukan sebuah
perilaku adalah berbeda dengan apa yang diyakininya, ia tidak akan termotivasi untuk

12
melakukan perilaku tersebut (norma subjektif negatif), dan orang yang kurang termotivasi
untuk melakukan suatu perilaku akan memiliki norma subjektif yang relatif netral . perilaku
yang diteliti dan setengahnya belum melakukan perilaku. Orang- orang diminta untuk
menggambarkan setiap hasil positif atau negatif dari suat perilaku. Kedua, mereka diminta
untuk menggambarkan setiap individu atau kelompok yang mungkin mereka dengarkan,
yang baik dalam mendukung atau menentang mereka melakukan perilaku. Kemudian hasil
wawancara tersebut dianalisis untuk diidentifikasi. Informasi ini kemudian digunakan
untuk kuesioner, dan langkah-langkah TRA dikembangkan. Intervensi kemudian dapat
dirancang untuk menargetkan dan mengubah keyakinan atau nilai, sehingga mempengaruhi
sikap dan norma subjektif terhadap perilaku. TRA telah berhasil digunakan untuk
memprediksi dan menjelaskan berbagai perilaku kesehatan dan niat, termasuk merokok,
penggunaan kontrasepsi, penggunaan mamografi, penggunanan pelayanan kesehatan,
olahraga, penggunaan sabuk pengaman, penggunaan helm keselamatan, ibu menyusui,
penggunaan narkoba, dan HIV atau penyakit menular seksual (PMS) perilaku pencegahan;
dan temuan telah digunakan untuk mengembangkan intervensi perubahan perilaku.

Conclusion :
TRA dan TPB menyediakan kerangka yang sangat baik untuk konseptualisasi,
mengukur, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan perilaku. TRA berfokus
pada faktor kognitif (keyakinan dan nilai-nilai) yang menentukan motivasi (niat perilaku),
dan sangat berguna dalam menjelaskan perilaku, terutama perilaku yang berdasarkan
kontrol kehendak. TRA memberikan pemikiran yang sangat tepat untuk mengidentifikasi
dan mengukur keyakinan perilaku dan normatif dan untuk menguji hubungan mereka
dengan niat dan perilaku. TRA memberikan pemikiran yang sangat tepat untuk
mengidentifikasi dan mengukur keyakinan normatif dan perilaku dan untuk menguji
hubungan mereka dengan niat dan perilaku. Dalam menerapkan teori perilaku, penting
untuk terus menilai mereka dan mempertimbangkan teori lain serta didorong komponen
yang dapat menambah kekuatan penjelasan teori ini. TPB memperluas TRA dengan
menambahkan factor “perceived behavioral control” (merasakan adanya pengawasan
tehadap sesuatu yang berhubungan dengan perilaku) yang bersangkutan dengan dukungan
dan hambatan yang mempengaruhi niat dan perilaku.
TRA dan TPB menyediakan kerangka kerja untuk mengidentifikasi faktor-faktor
13
empiris yang berfokus pada intervensi upaya edukasi kesehatan. TRA dan TPB juga
memberikan dasar untuk mengevaluasi intervensi perubahan perilaku karena mereka
memberikan hipotesis tentang bagaimana intervensi, menargetkan satu set keyakinan yang
akan mempengaruhi model komponen item-item penyusunnya (misalnya, sikap) dan
dengan demikian mempengaruhi niat dan perilaku. TRA dan TPB dapat melengkapi
penggunaan teori-teori lain mengenai perubahan dan dengan demikian meningkatkan
penelitian mengenai perubahan dan praktek perilaku.

Theory of Planed Behavior

TRA menganggap bahwa faktor langsung yang penting terhadap perilaku adalah niat
perilaku. Keberhasilan teori dalam menjelaskan perilaku tergantung pada perilaku dibawah
kontrol kehendak. Dalam kondisi kontrol kehendak tinggi,motivasi diukur dengan niat.
Sikap dan faktor norma dari niat diharapkan menjadi penentu utama perilaku. Namun,
komponen TRA tidak cukup untuk memprediksi perilaku dibawah kontrol kehendak
menurun. Ajzen dan rekan-rekannya mengusulkan Theory of Planned Behavior (TPB),
untuk memprediksi orang dengan kontrol kehendak. Ajzen dan rekan-rekannya
menambahkan “perceived behavioral control” pada TRA dalam upaya menghitung faktor
luar dari kontrol individu yang mempengaruhi niat dan perilaku. Ekstensi ini sebagian
didasarkan pada gagasan bahwa perilaku ditentukan juga oleh motivasi (niat) dan
kemampuan (kontrol perilaku). Ajzen berpendapat bahwa setiap orang akan melakukan
usaha lebih ketika persepsi dan kontrol perilaku tinggi. Persepsi seseorang mengenai
kontrol atas perilaku bersama dengan niat, diharapkan dapat memberikan efek langsung
pada perilaku, terutama ketika kontrol yang dirasakan adalah penilaian akurat dari kontrol
aktual perilaku dan ketika kontrol kehendak tidak tinggi.

Selain itu TPB mengatakan bahwa perceived control adalah faktor bebas dari niat
perilaku seiring dengan sikap terhadap perilaku dan norma subjektif. Dengan sikap dan
norma subjektif yang konstan, persepsi seseorang tentnag mempermudah atau mempersulit
untuk melakukan perilaku akan berdampak pada niat perilaku. Bobot relative dari ketiga
faktor ini dalam menentukan niat diharapkan bervariasi untuk berbagai perilaku dan
populasi.

Menurut TPB, perceived control ditentukan oleh kontrol kepercayaan tentang ada
14
atau tidaknya fasilitator dan hambatan untuk melakukan perilaku, tertimbang dengan
kekuatan yang dirasa (perceived power) atau dampak dari setiap faktor mendukung atau
menghambat perilaku. Demikian seorang yang memegang kuat kontrol kepercayaan
tentang keberadaan faktor yang mempermudah perilaku akan memiliki perceived control
yang tinggi terhadap perilaku. Sebaliknya, seorang yang memegang kuat kontrol
kepercayaan tentang keberadaan faktor yang memhalangi perilaku akan memiliki perceived
control yang rendah terhadap perilaku. Beberapa studi memiliki perceived control
operasional menggunakan ukurang mendasar dari kontrol kepercayaan dan kekuatan yang
dirasa.

Seperti pada TRA, sumber tertentu dan hambatan yang diukur tidak cukup dengan
teori tetapi identifikasi melalui wawancara elisitasi untuk populasi tertentu dan perilaku
yang diselidiki. Suatu waktu faktor-faktor di identifikasi, kontrol kepercayaan dan kekuatan
yang dirasa seseorang mengenai setiap faktor yang diukur. Meskipun Ajzen memiliki tidak
cukup lengkap bagaimana kontrol kepercayaan diukur, aplikasi TPB disarankan untuk
kontrol kepercayaan mengenai setiap faktor yang harus diukur pada bipolar kemungkinan
kejadian mencetak skala -3 sampai +3. Kekuatan yang dirasakan masing-masing faktor
diukur pada bipolar skala "Mudah-sulit". (Terry, Gallois dan McCamish, 1993; Ajzen,
1991). Misalnya, wawancara elisitasi mungkin mengidentifikasi "larangan merokok
restaurant" sebagai faktor yang berpengaruh perceived behavior control seseorang atas
berhenti merokok. Kontrol keyakinan seseorang mengenai faktor ini diukur dengan
memiliki dia atau kemungkinan tingkat nya menghadapi "larangan merokok restaurant",
sementara daya yang dirasakan diukur dengan memiliki orang menilai persepsi nya
pengaruh "larangan merokok restaurant" dalam membuat lebih mudah atau lebih sulit
untuk berhenti merokok. Langkah- langkah ini diperoleh untuk semua faktor yang
diidentifikasi sebagai memfasilitasi atau menghambat perilaku. Sebuah ukuran tidak
langsung dirasakan kontrol perilaku orang tersebut adalah dihitung dengan mengalikan
setiap kontrol kepercayaan oleh sesuai daya dirasakan (dampak) rating dan kemudian
menjumlahkan nilai ini produk di semua faktor kontrol (Ajzen and Driver, 1991). Ukuran
langsung dirasakan kontrol perilaku juga harus diperoleh seperti disebutkan sebelumnya,
untuk menunjukkan bahwa ukuran tidak langsung (berdasarkan keyakinan kontrol)
dikaitkan dengan ukuran langsung dan bahwa ukuran langsung dikaitkan dengan niat dan
15
perilaku. Ukuran langsung dirasakan kontrol perilaku biasanya diukur menggunakan
SEMATIC item skala diferensial seperti "kepada saya" atau "tidak sampai ke saya" dan
"sulit" atau "mudah".

Menurut Ajzen kontrol perilaku yang dirasa mirip dengan Bandura (1991)
membangun kepercayaan diri, yang berkaitan dengan penilaian individu tentang seberapa
baik ia dapat menujukkan sikap dalam berbagai kondisi penghambat. Namun,
operasionalisasi konstruksi ini agak berbeda di TPB dibandingkan dengan teori Bandura.
Kontrol yang dirasakan juga sangat mirip dengan Triandis (1980) konseptualisasi kondisi
memfasilitasi, yang berkaitan dengan karakteristik individu (misalnya, pengetahuan atau
kemampuan) atau lingkungan yang membuatnya mudah atau sulit untuk menunjukkan
sikap, independen, dari Perilaku niat dari individu itu. memfasilitasi keadaan yang
mempertimbangkan untuk memoderasi pengaruh niat pada behavior. Namun, Triandis
tidak dijelaskan metode untuk mengukur kondisi fasilitasi seperti yang telah dilakukan
untuk mengendalikan dirasakan. masing-masing teori ini menggambarkan dimensi yang
berbeda dari konstruksi yang sama, satu berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi apakah niat diterjemahkan ke dalam perilaku. baik Triandis dan melihat
Ajzen ini membangun sebagai moderator niat pada perilaku. niat akan memiliki effct lebih
besar pada kinerja perilaku jika dirasakan kontrol perilaku yang tinggi. Namun, interaksi
hipotesis ini telah diterima dengan sangat sedikit dukungan empiris (Ajzen, 1991) both dan
melihat Ajzen ini membangun sebagai moderator niat effectof pada perilaku. niat akan
memiliki dampak lebih besar pada kinerja perilaku jika dirasakan kontrol perilaku yang
tinggi. Namun, interaksi hipotesis ini telah diterima dengan sangat sedikit dukungan
empiris (Ajzen, 1991)

Dalam beberapa tahun terakhir, TPB telah semakin diterapkan untuk menjelaskan
berbagai perilaku kesehatan, termasuk perilaku olahraga, merokok dan penggunaan
narkoba, hiv / perilaku pencegahan std, penggunaan mammopgraphy, penyediaan dokter
layanan pencegahan, dan perilaku kebersihan mulut. studi ini umumnya ditemukan
dukungan untuk kontrol dianggap sebagai prediktor langsung dari kedua niat dan perilaku
(Ajzen, 1991; albarraci, johnson, fishbein, dan muellerleile, 2001; blu, 1995; craig,
Goldberg, dan Dietz, 1996; Godin dan kok , 1996; Millstein, 1996; montano, phillips, dan
Kasprzyk, 2000; montano, Thompson, taylor, dan mahloch, 1997). Namun, sebagian besar
16
penelitian ini telah menggunakan ukuran langsung dirasakan kontrol daripada komputasi
dirasakan kontrol dari ukuran keyakinan kontrol dan kekuasaan yang dirasakan mengenai
fasilitator dan kendala tertentu. beberapa penelitian yang telah mengukur keyakinan kontrol
(ukuran tidak langsung) menemukan mereka untuk menjadi prediktor penting niat dan
perilaku, (Ajzen dan sopir, 1991; Kasprzyk, Montano, dan Fishbein, 1998). Jelas, jika
dirasakan kontrol perilaku merupakan prediktor penting niat dan perilaku, pengetahuan
tentang efek dari keyakinan kontrol terhadap setiap fasilitator atau kendala akan berguna
dalam intervensi developmentof. ini dapat memberikan fokus dalam menargetkan faktor
enviromental tertentu di mana mengontrol keyakinan yang kuat bergaul dengan niat atau
perilaku.

The theory of planed behavior (teori perilaku terencana) didasarkan pada asumsi
bahwa perilaku atau niat untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu, ditentukan oleh
sikap seseorang terhadap perilaku, norma subjektif dan anggapan kendali perilaku. Dengan
kata lain, jika seseorang beranggapan bahwa keluaran tertentu akan menjadi suatu
pengalaman positif, bahwa keluaran itu akan dipandang positif oleh orang lain dan bahwa
keluaran itu tidak sulit untuk dilakukan, orang tersebut semakin berkemungkinana untuk
memperlihatkan perilaku tersebut. Niat kita untuk melakukan suatu perilaku juga
ditentukan oleh norma-norma sosial seperti persepsi terhadap apa yang akan panutan kita
lakukan atau apa yang dia harapkan akan kita lakukan dalam situasi sama. (Robert, 2008)
Kunci dari teori ini adalah konsep tindakan beralasan. Seseorang perlu memahami atau
berfikir secara logis mengenai suatu perilaku yang ditentukan. Proses tersebut bersifat
kognitif- mengungkap atau menemukan alasan atau maksud untuk berperilaku dalam suatu
cara tertentu. (Robert, 2008)

Perilaku kesehatan perlu mengidentifikasi maksud seseorang dalam menjalankan


suatu perilaku yang telah ditentukan, identifikasi dapat dilakukan dengan:

a. Sikap terhadap perilaku tersebut: alasan melakukan perilaku itu dan apa harapannya
baik positif maupun negative

b. Norma-norma subjektif: apa yang orang-orang penting lainnya pikirkan berkaita


dengan perilaku itu

17
c. Kendali perilaku yang dirasakaan: seberapa beratnya perilaku itu dijalankan dan
dipertahankan. (Robert, 2008).

5. Modifikasi Theory of Reasoned Action menjadi Theory of Planed


Behaviour
Theory of Reasoned Action paling berhasil ketika diaplikasikan pada perilaku yang
di bawah kendali individu sendiri. Jika perilaku tersebut tidak sepenuhnya di bawah kendali
atau kemauan individu, meskipun ia sangat termotivasi oleh sikap dan norma subjektifnya,
ia mungkin tidak akan secara nyata menampilkan perilaku tersebut. Sebaliknya, Theory of
Planned Behavior dikembangkan untuk memprediksi perilaku-perilaku yang sepenuhnya
tidak di bawah kendali individu.
Perbedaan utama antara TRA dan TPB adalah tambahan penentu intensi berperilaku
yang ke tiga, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC ditentukan oleh dua faktor
yaitu control beliefs (kepercayaan mengenai kemampuan dalam mengendalikan) dan
perceived power (persepsi mengenai kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan suatu
perilaku). PBC mengindikasikan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh bagaimana ia
mempersepsi tingkat kesulitan atau kemudahan untuk menampilkan suatu perilaku tertentu.
Jika seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang ada yang
akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi yang tinggi
untuk mampu mengendalikan suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang tersebut akan memiliki
persepsi yang rendah dalam mengendalikan suatu perilaku jika ia memiliki control beliefs
yang kuat mengenai faktor-faktor yang menghambat perilaku. Persepsi ini dapat
mencerminkan pengalaman masa lalu, antisipasi terhadap situasi yang akan datang, dan
sikap terhadap norma-norma yang berpengaruh di sekitar individu.
Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah
makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin baginya,
secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka
memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku- perilaku tertentu.
TRA/TPB dimulai dengan melihat intensi berperilaku sebagai anteseden terdekat
dari suatu perilaku. Dipercaya bahwa semakin kuat intensi seseorang untuk menampilkan
suatu perilaku tertentu, diharapkan semakin berhasil ia melakukannya. Intensi adalah suatu
18
fungsi dari beliefs dan atau informasi yang penting mengenai kecenderungan bahwa
menampilkan suatu perilaku tertentu akan mangarahkan pada suatu hasil yang spesifik.
Intensi bisa berubah karena waktu. Semakin lama jarak antara intensi dan perilaku, semakin
besar kecenderungan terjadinya perubahan intensi. Karena Ajzen dan Fishbein tidak hanya
tertarik dalam hal meramalkan perilaku tetapi juga memahaminya, mereka mulai mencoba
untuk mengindentifikasi penentu-penentu dari intensi berperilaku. Mereka berteori bahwa
intensi adalah suatu fungsi dari dua penentu utama, yaitu :

a. sikap terhadap perilaku dan


b. norma subjektif dari perilaku.
Sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari intensi perilaku. Sikap adalah
kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan-
kepercayaan atau beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang individu akan
berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya secara positif.
Sikap ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan individu mengenai konsekuensi dari
menampilkan suatu perilaku (behavioral beliefs), ditimbang berdasarkan hasil evaluasi
terhadap konsekuensinya (outcome evaluation). Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki
pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku dan dihubungkan dengan norma subjektif
dan perceived behavioral control.
Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang secara
spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu perilaku.
Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif disebut juga
kepercayaan normatif (normative beliefs). Seorang individu akan berniat menampilkan
suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang- orang lain yang penting berfikir
bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting tersebut bisa pasangan,
sahabat, dokter, dsb. Hal ini diketahui dengan cara menanyai responden untuk menilai
apakah orang-orang lain yang penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia
menampilkan perilaku yang dimaksud.
Masalah terkait TRA akan muncul jika teori tersebut diaplikasikan pada perilaku
yang tidak sepenuhnya di bawah kendali seorang individu tersebut. TPB memperhitungkan
bahwa semua perilaku tidaklah di bawah kendali dan bahwa perilaku-perilaku tersebut
berada pada suatu titik dalam suatu kontinum dari sepenuhnya di bawah kendali sampai

19
sepenuhnya di luar kendali. Individu mungkin memiliki kendali sepenuhnya ketika tidak
terdapat hambatan apapun untuk menampilkan suatu perilaku. Dalam keadaan ekstrim yang
sebaliknya, mungkin sama sekali tidak terdapat kemungkinan untuk mengendalikan suatu
perilaku karena tidak adanya kesempatan, karena tidak adanya sumber daya atau
ketrampilan. Faktor-faktor pengendali tersebut terdiri atas faktor internal dan eksternal.
Faktor-faktor internal antara lain ketrampilan, kemampuan, informasi, emosi, stres, dsb.
Faktor-faktor eksternal meliputi situasi dan faktor-faktor lingkungan.
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, Ajzen memodifikasi TRA dengan
menambahkan anteseden intensi yang ke tiga yang disebut perceived behavioral control
(PBC). Dengan tambahan anteseden ke tiga tersebut, ia menamai ulang teorinya menjadi
Theory of Planned Behavior (TPB). PBC menunjuk suatu derajat dimana seorang individu
merasa bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah di bawah
pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk
menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau
kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya
bahwa orang-orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. PBC dapat
mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intensi. Jalur langsung
dari PBC ke perilaku diharapkan muncul ketika terdapat keselarasan antara persepsi
mengenai kendali dan kendali yang aktual dari seseorang atas suatu perilaku.
(Zakarija, 2010)
Dibawah ini kelebihan dan kekurangan Theory of Reasoned Action
a. Kelebihan Theory of Reasoned Action
Teori ini memberikan pegangan untuk menganalisis komponen perilaku dalam
item yang operasional. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang
dapat diamati secara langsung dan berada dalam kendali seseorang, artinya perilaku
sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi secara jelas. Tuntutan ini memerlukan
pertimbangan mengenai perbedaan tindakan (action), sasaran (target), konteks, dan
perbedaan waktu serta komponen model sendiri termasuk intensi, sikap, norma
subjektif, dan keyakinan.
Konsep penting dalam TRA adalah fokus perbedaan (salience). Hal ini berarti,
sebelum mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan
hasil dan kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi. Dengan demikian,
20
harus diketahui nilai dan norma kelompok sosial yang diselidiki (yang penting bukan
budaya itu sendiri, tetapi cara budaya memengaruhi sikap, intensi, dan perilaku).
(Maulana,2009)

b. Kekurangan Theory of Reasoned Action


TRA adalah bahwa kehendak dan perilaku hanya berkorelasi sedang, intensi
tidak selalu menuju pada perilaku itu sendiri, terdapat hambatan- hambatan yang
mencampuri atau memengarihi intensi dan perilaku (Van Oost, 1991 dalam Smet,
1994). TRA hanya dimaksudkan untuk menjelaskan perilaku yang akan dikerjakan
secara sukarela, bukan perilaku perilaku yang diwajibkan atau tanpa ada niat dari
pelakunya.
TRA tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku dan
mengabaikan akibat-akibat jelas dari variabel eksternal (variabel demografi, gender,
usia, dan keyakinan kesehatan) terhadap pemenuhan intensi perilaku. Model ini
kurang mengena jika digunakan untuk memprediksi perilaku yang spontan. Selain
itu, TRA hanya untuk sampai perubahan perilaku, sedangkan untuk
mempertahankannya perlu metode lain yang sesuai. (Maulana,2009)

6. Aplikasi Theory of Reasoned Action dan Theory of Planed Behavior


Contoh aplikasi dari TRA adalah niat seorang ibu untuk mendaftarkan anaknya
imunisasi. Bagi sang ibu, imunisasi memberikan dampak yang positif yaitu mencegah anak
terinfeksi virus dan menambah kekebalan tubuh anak. Namun disisi lain terdapat dampak
negatif dari imunisasi yaitu anak akan merasa kesakitan dan tidak enak badan karena
demam. Maka ibu akan mempertimbangkan mana yang lebih penting diantara keduanya.
Apakah membiarkan anak menangis karena rasa tidak enak badan atau mempertimbangkan
dampak dari imunisasi terhadap kekebalan tubuh anak. Bidan desa yang memberi informasi
tentang pentingnya imunisasi kepada ibu akan berpengaruh terhadap keyakinan ibu untuk
segera mendaftarkan anaknya berimunisasi. Hal tersebut terdapat kecenderungan positif
untuk berperilaku.
Keyakinan ibu memilih imunisasi untuk kekebalan tubuh anak agar tidak mudah
terserang penyakit merupakan perilaku yang dijalankan dan dipertahankan.
Contoh aplikasi dari TPB menurut identifikasinya dalah :
21
a. Contoh (sikap) : Seorang ibu yang akan mengimunisasikan anaknya karena imunisasi
akan menambah antibodi pada tubuh sang anak.
b. Contoh (norma subjektif) : Seorang ibu yang akan mengimunisasikan anaknya karena
terpengaruh dari lingkungan terdekatnya, yaitu ibu-ibu lain yang mengimunisasikan
anaknya karena imunasi tersebut sangat penting untuk kekebalan tubuh anaknya.
c. Contoh Kendali perilaku : Seorang ibu yang selalu mengimunisasikan anaknya entah
imunisasi wajib atau tidak karena sudah terbukti bahwa imunasi dapat memperkuat
antibodi anak dan berkemungkinan tidak akan terserang penyakit yang telah
diimunisasikan tersebut.

22
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan

TRA dan TPB menyediakan kerangka yang sangat baik untuk


konseptualisasi, mengukur, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan
perilaku. TRA berfokus pada faktor kognitif (keyakinan dan nilai-nilai) yang
menentukan motivasi (niat perilaku), dan sangat berguna dalam menjelaskan
perilaku, terutama perilaku yang berdasarkan kontrol kehendak. TRA memberikan
pemikiran yang sangat tepat untuk mengidentifikasi dan mengukur keyakinan
perilaku dan normatif dan untuk menguji hubungan mereka dengan niat dan
perilaku. TRA memberikan pemikiran yang sangat tepat untuk mengidentifikasi dan
mengukur keyakinan normatif dan perilaku dan untuk menguji hubungan mereka
dengan niat dan perilaku. Dalam menerapkan teori perilaku, penting untuk terus
menilai mereka dan mempertimbangkan teori lain serta didorong komponen yang
dapat menambah kekuatan penjelasan teori ini. TPB memperluas TRA dengan
menambahkan factor “perceived behavioral control” (merasakan adanya
pengawasan tehadap sesuatu yang berhubungan dengan perilaku) yang
bersangkutan dengan dukungan dan hambatan yang mempengaruhi niat dan
perilaku.
TRA menganggap bahwa faktor langsung yang penting terhadap perilaku
adalah niat perilaku. Keberhasilan teori dalam menjelaskan perilaku tergantung
pada perilaku dibawah kontrol kehendak. Dalam kondisi kontrol kehendak
tinggi,motivasi diukur dengan niat. Sikap dan faktor norma dari niat diharapkan
menjadi penentu utama perilaku. Namun, komponen TRA tidak cukup untuk
memprediksi perilaku dibawah kontrol kehendak menurun. Ajzen dan rekan-
rekannya mengusulkan Theory of Planned Behavior (TPB), untuk memprediksi
orang dengan kontrol kehendak. Ajzen dan rekan-rekannya menambahkan
“perceived behavioral control” pada TRA dalam upaya menghitung faktor luar dari
kontrol individu yang mempengaruhi niat dan perilaku. Ekstensi ini sebagian
didasarkan pada gagasan bahwa perilaku ditentukan juga oleh motivasi (niat) dan
kemampuan (kontrol perilaku). Ajzen berpendapat bahwa setiap orang akan
23
melakukan usaha lebih ketika persepsi dan kontrol perilaku tinggi. Persepsi
seseorang mengenai kontrol atas perilaku bersama dengan niat, diharapkan dapat
memberikan efek langsung pada perilaku, terutama ketika kontrol yang dirasakan
adalah penilaian akurat dari kontrol aktual perilaku dan ketika kontrol kehendak
tidak tinggi.

24
Daftar Pusaka

Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality and Behavior, 2nd edition, Berkshire, UK:
Open University Press-McGraw Hill Education

Bastable, Susan B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik : Prinsip-prinsip Pengajaran


dan Pembelajaran. EGC. Jakarta

Bonsley, Robert J. 2008. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Fishbein, M, & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior : An


Introduction to Theory and Research, Reading, MA: Addison-Wesley

Hu, P. J., Chau, P. Y. K., Sheng, O. R. L., & Tam, K. Y.1999. ’Examining the
Technology Acceptance Model Using Physical Acceptance of Telemedicine
Technology’, dalam Journal of Management Information Systems, Vol. 16,
No. 2, pp. 91-112

Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta : Andi Offset

Maulana, Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Ramdhani, N., 2007, Apakah Kepribadian Menentukan Pemilihan Media


Komunikasi? Metaanalisis Terhadap Hubungan Kepribadian Extraversion,
Neuroticism, dan Openness to Experience dengan Penggunaan Email, Tugas
Meta Analisis, tidak diterbitkan.

Zakarija, 2010. http://zakarija.staff.umm.ac.id/files/2010/12/Theory-of-Planned-


Behavior-masihkah-relevan1.pdf (Diakses pada Jumat, 20 Maret 2015 pukul 16.00
WIB.

25

Anda mungkin juga menyukai