Anda di halaman 1dari 40

KULIAH 4

KONSEP DAN TEORI


KEPUTUSAN ETIS PADA
AKUNTAN

Dr. Eka Fauzihardani, SE. M.Si. Akt


2

KOMPETENSI DAN MATERI KULIAH

KOMPETENSI MATERI KULIAH


Mampu menjelaskan Aspek keperilakuan pada Etika
Akuntan:
konsep dan teori a. Model pengambilan keputusan
keputusan etis etis riset perilaku etis akuntan
b. Konsep keperilakuan dari
psikologi dan psikologi sosial
c. Teori terkait dengan sikap
motivasi
3

TEORI & MODEL

TEORI Hahn (2007, p.307):


Hahn (2007) mendefinisikan “Theory in social research as a
teori sebagai pernyataan atau ‘systematic explanation for the
serangkaian pernyataan yang observed facts and laws that relate to
mengarah pada prediksi yang a particular aspect of life’ whereas a
dapat diuji. model is a construct that provides
insight into how something works as
opposed to explaining why it works
as it does”.
i 4

TEORI & MODEL

TEORI : MODEL
Suatu penjelasan sistematik Model adalah sebuah
tentang fakta dan hukum yang konstruk yang menyediakan
diobservasi, yang berkaitan wawasan pemahaman
dengan suatu aspek kehidupan tentang bagaimana sesuatu
tertentu itu bekerja sebagai lawan
untuk menjelaskan mengapa
ia bekerja seperti itu
5

Penelitian Keputusan Etis bersandar pada 2


perspektif model

1. Model Normative
2. Model Descriptive/Empirical Positive)
6

1. MODEL NORMATIVE
Menunjukkan apa yang
Model normative: seharusnya terjadi, dan
Mengasumsikan merinci aturan keputusan
kebenaran absolut untuk membuat
tentang pembuatan keputusan yang optimum
keputusan yang tepat, atau benar
7
2 Model Descriptive
(empirical-positive)

Model Descriptive ▫ Mengidentifikasi


(empirical-positive): konstruk kunci untuk
Menggambarkan memahami faktor-
tentang apa yang faktor yang memiliki
sesungguhnya terjadi pengaruh terbesar
dalam organisasi, terhadap pembuatan
sehingga lebih dapat keputusan etis
dievaluasi secara individual dalam
ilmiah. organisasi
8

Riset Keputusan Etis


▫ Model normatif berada dalam bidang filsafat moral dan teologi
▫ Normative ethics memandu individu tentang bagaimana
seharusnya berperilaku dan mengasumsikan adanya kebenaran
absolut tentang pengambilan keputusan yang tepat dan mengarah
pada apa yang seharusnya terjadi dalam pembuatan keputusan.
TEORI KEPUTUSAN ETIS
1. Cognitive Moral Development Theory (Kohlberg).
2. Four Steps Of Decision Making Theory (Rest)
3. Theory of Reasoned Action Behavior (Ajzen dan Fishbein)
4 . Theory of Planned Behavior (Ajzen)
5. Person Interaction Theory of Decision Making (Trevino)
6. Contingency Theory of Decision Making (Ferrel & Gressham)
7. Issue-Contingent Model of Ethical Decision Theory (Jones )

(Catt: Uraian rinci masing-masing dapat diihat pada PPT 2 terlampir)


MODEL KEPUTUSAN
ETIS
1. Cognitive Moral Development Theory (Kohlberg).
2. Four Steps Of Decision Making Theory (Rest)
3. Cdan Fishbein) dan
4.
2. Person Interaction Theory of Decision Making (Trevino)
5. Contingency Theory of Decision Making (Ferrel & Gressham)
6. Moral Intent Theory (Jones )

(Catt: Uraian rinci masing-masing dapat diihat pada PPT 2 terlampir)


Theory of Reasoned Action
(Fishbein and Ajzen, 1975)
⁕ Theory of Reasoned Action yang dikembangkan Fishbein
dan Ajzen, menawarkan suatu model penjelasan perilaku
yang didasarkan pada intensi seseorang untuk ikut dalam
suatu perilaku (Buchan, 2005).

⁕ Tujuan utama teori ini adalah untuk memahami dan


memprediksi perilaku seseorang.
Theory of Reasoned Action
(Fishbein and Ajzen, 1975)
 Theory of Reasoned Action yang dikembangkan Fishbein dan Ajzen,
menawarkan suatu model penjelasan perilaku yang didasarkan pada
intensi seseorang untuk ikut dalam suatu perilaku (Buchan, 2005).

 Theory of Reasoned Action ini merupakan suatu model yang secara


sederhana mengasumsikan bahwa manusia itu rasional dan
menggunakan secara sistematis semua informasi yang tersedia
baginya. Sehingga, perilaku individu dipandang sebagai urutan logis
dari informasi tersebut.
Theory of Reasoned Action
(Fishbein and Ajzen, 1975)
© Teori ini menunjukkan bahwa intensi merupakan antecedent dari
perilaku atau intensi merupakan dasar untuk suatu perilaku.

© Intensi perilaku adalah :


“a function of attitude toward performing the behavior, the individual's
judgment concerning whether engaging in a certain behavior is good or
bad, and a subjective norm, the individual's perception of whether others
important to the individual think he or she should engage in the behavior”.
Theory of Reasoned Action
(Fishbein and Ajzen, 1975)
 Intensi etika merefleksikan seberapa kuat keinginan dan
seberapa besar upaya individu untuk melakukan suatu
perilaku.
 Intensi etika didasarkan atas keinginan (motivasi) diri
sendiri untuk melibatkan diri dalam suatu perilaku
 intensi dan perilaku memiliki korelasi positif,
Theory of Reasoned Action
(Fishbein and Ajzen, 1975)
 Menurut teori ini, intensi dipengaruhi oleh dua faktor.
1. Sikap terhadap perilaku. terdapat beragam keyakinan yang ikut
berperan dalam menentukan sikap terhadap suatu perilaku, dan
masing-masing keyakinan tersebut dikaitkan dengan hasil yang
diharapkan dalam suatu perilaku.
2. norma subjektif.
Theory of Reasoned Action
(Fishbein and Ajzen, 1975)

2. Norma subjekti.
Norma subjektif merupakan pengaruh sosial atau tekanan
sosial yang ditempatkan kepada individu untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.
Theory of Reasoned Action
(Fishbein and Ajzen, 1975)
 Restriksi implementasi teori ini adalah implementasi model of
Reasoned Action terbatas pada perilaku yang berada di bawah
kendali kemauan sendiri.

 Untuk mengatasi keterbatasan implementasi teori ini, Ajzen


(1985) kemudian mengembangkan dan memperkenalkan
Theory of Planned Behavior.
19
20

Jones’s Issue-Contingent Model of Ethical Decision

▫ .
21

Jones’s Issue-Contingent Model of Ethical Decision


▫ .
Person-Situational Interactionist Model (Trevino, 1986)

▫ Model ini menjelaskan bahwa pembuatan keputusan


etis adalah fungsi dari penalaran moral individual
yang dimoderasi oleh the immediate job context dan
the individual's locus of control.
Person-Situational Interactionist Model (Trevino, 1986)

▫ Model ini mengkombinasikan


▪ variabel individual (termasuk perkembangan moral)
dengan
▪ variabel situational yang mempengaruhi perilaku
pembuatan keputusan iindividu di organisasi.
Person-Situational Interactionist Model (Trevino, 1986)

▫ Variabel individual dalam model Interaksionis mencakup


locus of control, ego strength dan field independence.
▫ Variabel situasional berkaitan dengan (1) immediate job
context yang mencakup reinforcement dan pressure, (2)
characteristics of work dan (3) budaya organisasi.
25

Person-Situational Interactionist Model


Contingency Theory of Decision Making
(Ferrel dan Gresham, 1985)

▫ Model contingency yang dikembangkan oleh Ferrell dan


Gresham mengasumsikan suatu orientasi makro, yang
mempertimbangkan faktor lingkungan sebagai faktor paling
berpengaruh dalam menentukan perilaku pembuatan
keputusan etis individual.
Contingency Theory of Decision Making
(Ferrel & Gresham, 1985)

▫ Keputusan individual dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu


▫ (1) karakteristik personal individual seperti pengetahun,
nilai, sikap dan intensi.
▫ (2) Faktor kesempatan, meliputi personal codes, kebijakan
korporat penghargaan/hukuman)
▫ (3) Faktor signifikan lainnya seperti asosiasi dan susunan
peran.
28
Contingency Model of Ethical Decision Making
29


Uraian detail setiap teori tersebut, dapat
dilihat pada PPT 2 terlampir
30

KONSEP KEPERILAKUAN DARI


PSIKOLOGI DAN PSIKOLOGI SOSIAL
Attribution Theories: How People Make Sense of Behavior

Dalam Psikologi Sosial, istilah Attribution memiliki 2 makna

1. Explanation of behavior: mengacu pada penjelasan perilaku - seperti


mencajawab pertanyaan: mengapa?

2. Inferences/ascription: mengacu pada kesimpulan atau

ascriptions (misalnya, menyimpulkan ciri-ciri dari perilaku,


menganggap menyalahkan seseorang).
Attribution Theories: How People Make Sense of Behavior

Terdapat 3 teori atribusi klasik, yaitu

1. Heider’s Theory of Attribution

2. Jones and Davis’s Abandoned Theory of Explanation

3. Kelley’s Theory of Attribution as Causal Judgment

Baca: Handbook of Theory in Social Psychology


33

Heider’s Theory of Attributio, (1920)


Teori ini menyediakan dasar/pondasi bagi teori
persepsi selanjutnya
34

PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS


“Ethical decision making is comprised of multiple
steps that include the recognition of an ethical
issue or problem, ethical judgments or evaluations,
behavioral intentions, and subsequent behavior”
(Valentine, S & Barnett, 2007, p. 374)
35

PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS

▫ ‘’Pembuatan keputusan etis adalah:


▫ “…a decision that is both legal and morally
acceptable to the larger community, whereas an
unethical decision may be regarded as either
illegal or morally unacceptable to the larger
community.”
Attitudes
Components:
Attitudes are learned ere
tendency to react in Cognitive,
a consistently Emotional,
favorable or Behavioral
unfavorable manner
toward people.
Functions of
Attitudes
Attitudes Understanding
Need satisfaction
predict behavior Ego defense
Value expression
MOTIVATION PERCEPTION
Motivation is the Perception is how
desire to act in service
of a goal. It's the
people see or
crucial element in interpret events,
setting and attaining objects, and
our objectives. people.
38

MOTIVASI

▫ Salah satu kerangka untuk memaham motivasi adalah “hirarki


Kebutuhan (the hierarchy of needs) yang diperkenalkan oleh
Maslow in 1943.
▫ Menurut Maslow manusia secara inheren termotivasi agar dirinya
menjadi lebih baik dan bergerak mengekspresikan potensi
maksimalnya – aktualisasi diri – dengan terus masuk memenuhi
tingkat-tingkat kebutuhannya, dimulai dari tingkat kebutuhan
mendasar sepert makanan dan keamanan, ke tingkat kebutuhan
yang lebih tinggi yaitu kasih saying, memiliki dan self-esteem
39

MOTIVASI

▫ Maslow memperluas teori ini dengan memasukkan kebutuhan


untuk “self-transcendence: People reach the pinnacle of growth
and find the highest meaning in life by attending to things beyond
the self.
▫ Meskipun universalitas Maslow's theory masih diperdebatkan,
teori ini percaya daapt mencakup kebenaran fundamental tentang
motiasi manusiaYour audience will listen to you or read the
content, but won’t do both.
40

Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai