Anda di halaman 1dari 24

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

THEORY OF REASONED ACTION (TRA) dan THEORY OF PLANNED


BEHAVIOR (TPB)

Makalah Ini Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Dinda Hasna Salsabilla. (2022134003)


2. Salma Naylul Muna. (2022134005)
3. Bernandus Frederik Arri Yawa. (2022134006)
4. Shakira Earlicya Asysyam. (2022134007)

1
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................3
1.2   Rumusan Masalah...........................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1 Theory of Reasoned Action (TRA).....................................................................................5
A. Pengertian........................................................................................................................5
B. Variabel – variabel............................................................................................................6
C. Keuntungan TRA...............................................................................................................9
D. Kelemahan TRA..............................................................................................................10
E. Aplikasi TRA....................................................................................................................10
2.2 Theory of Planned Behaviour.....................................................................................11
A. Pengertian......................................................................................................................11
B. Variabel – variable..........................................................................................................12
1. Latar belakang (background factors)..............................................................................12
2. Sikap...............................................................................................................................13
3. Norma Subjektif..............................................................................................................14
4. Kontrol Perilaku yang dirasakan.....................................................................................15
5. Niat.................................................................................................................................16
a) Perilaku...........................................................................................................................17
Aplikasi Theory Planned Behaviour............................................................................................18
2.1 PERBEDAAN TEORY OF REASONED ACTION (TRA) dan TEORY OF PLANNED BEHAVIOR
(TPB)...........................................................................................................................................20
BAB III.........................................................................................................................................22
PENUTUP....................................................................................................................................22
3.1  Kesimpulan......................................................................................................................22
3.2  Saran................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................24

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam dan unik.
Keberagaman dan keunikan tersebut menarik perhatian para ahli untuk meneliti
tentang perilaku manusia. Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang
determinan perilaku manusia. Dalam teori-teori tersebut para ahli memaparkan
pendapatnya tentang bagaimana suatu perilaku terbentuk dan faktor apa saja yang
mempengaruhi.
Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi, merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Teori Skiner ini dikenal sebagai teori S-O-R (Stimulus-
Organisme-Respon). Namun dalam kenyataan, stimulus yang diterima oleh
organisme tidak selamanya mampu menghasilkan perilaku, ada beberapa faktor lain
yang berperan dalam munculnya perilaku, salah satunya adalah adanya niat untuk
berperilaku tertentu dari suatu individu. Niat itu sendiri juga tidak akan muncul
tanpa adanya determinan yang mempengaruhi. Teori ini dijelaskan oleh Atzen
dalam teorinya yang dikenal dengan Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku
Yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ). Teori ini menghubungkan
keyakinan (beliefs), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku. Dalam
makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai teori tersebut untuk mengetahui
bagaimana perilaku muncul karena adanya niat dari orang tersebut.

1.2   Rumusan Masalah


1. Apa itu Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku
Yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour ) ?
2. Bagaimana aplikasi teori tersebut dalam kaitannya dengan perilaku kesehatan ?

1
1.3  Tujuan

1. Mengetahui Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori


Perilaku Yang Direncanakan ( Theory of Planned Behaviour ) ?
3. Mengetahui bagaimana aplikasi teori tersebut dalam kaitannya dengan perilaku
kesehatan ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Theory of Reasoned Action (TRA)

A. Pengertian

Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Icek Ajzen dan Martin
Fishbein pada tahun 1980 . Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa
manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala
informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen menyatakan bahwa niat
seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau
tidak dilakukannya perilaku tersebut. T h e o r y o f R e a s o n e d A c t i o n ( T R A )
atau Teori Aksi Beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi
perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan
dampaknya terbatas hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh
sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku
tidak hanya dipengaruhi oleh sikap tetapi juga oleh norma subyektif (subjective
norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan
agar kita lakukan. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama
norma subyektif membentuk suatu intensi atau niat untuk  berperilaku tertentu.
Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu sikap
individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi individu
terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut
dengan norma subyektif.
Tujuan dan manfaat dari teori ini adalah untuk meramalkan dan memahami
pengaruh-pengaruh motivasional terhadap perilaku yang bukan dibawah kendali
atau kemauan individu sendiri. Untuk mengidentifikasi bagaimana dan kemana
mengarahkan strategi-strategi untuk perubahan perilaku dan juga untuk
menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku manusia seperti mengapa

1
seseorang membeli mobil baru, memilih seorang calon dalam pemilu, mengapa
tidak masuk kerja atau mengapa melakukan hubungan pranikah
Model ini menggunakan pendekatan kognitif, dan didasari ide bahwa “…
humans are reasonable animals who, in deciding what action to make, system
atically process and utilize the information available to them…” .Theory of
Reasoned Action (TRA) merupakan teori perilaku manusia secara umum
dipergunakan dalam berbagai macam perilaku manusia, khususnya yang
berkaitan dengan permasalahan social-psikologis, kemudian makin bertambah
digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku
kesehatan.

B. Variabel – variabel

1. Behaviour Belief  adalah mengacu pada keyakinan seseorang


terhadap perilaku tertentu. Seseorang akan mempertimbangkan untung atau
rugi dari perilaku tersebut (outcome of the behavior ), disamping itu juga
dipertimbangkan pentingnya konsekuensi yang akan terjadi bagi
individu bila ia melakukan perilaku tersebut (evaluation regarding of the
outcome).
2. Normative Belief  adalah mencerminkan dampak keyakinan normatif, disini
mencerminkan dampak dari norma–norma subyektif dan norma
sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa
yang dipikirkan orang–orang yang dianggap penting oleh individu (referent
persons) dan motivasi seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut.
3. Attitude towards the behaviour  adalah fungsi dari kepercayaan tentang
konsekuensi perilaku atau keyakinan normatif, persamaan terhadap
konsekuensi suatu perilaku dan penilaian terhadap perilaku
tersebut.Sikap juga berarti perasaan umum yang
m e n y a t a k a n keberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang terhadap suatu
objek  yang mendorong tanggapannya. Faktor sikap
m e r u p a k a n p o i n t  penentu perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh

1
perubahan sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu. Perubahan
sikap tersebut dapat berbentuk penerimaan ataupun penolakan.
4. Importance Norms adalah norma–norma penting atau norma yang berlaku di
masyarakat. Pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku di masyarakat
dimana seseorang itu tinggal. Unsur – unsur s o s i a l b u d a y a y a n g
dimaksud seperti “gengsi” yang juga dapat membawa
seseorang untuk mengikuti atau meninggalkan sebuah  perilaku.
5. Subjective Norms adalah norma subjektif atau norma yang dianut seseorang
(keluarga).Dorongan anggota keluarga,termasuk kawan terdekat juga
mempengaruhi agar seseorang dapat menerima perilakutertentu, yang
kemudian diikuti dengan saran, nasehat dan motivasidari keluarga atau kawan.
Kemampuan anggota keluarga atau kawanterdekat mempengaruhi seorang
individu untuk berperilaku sepertiyang mereka harapkan diperoleh dari
pengalaman, pengetahuan dan penilaian individu tersebut terhadap perilaku
tertentu dankeyakinannya melihat keberhasilan orang lain berperilaku seperti
yang disarankan.
6. Behavioural Intention adalah niat ditentukan oleh sikap, norma
penting dalam masyarakat dan norma subjektif.
K o m p o n e n p e r t a m a mengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini
merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut
(outcome of behavior ) . Disamping itu juga
dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-
konsekuensi yang akan terjadi bagi individu
(e v a l u a t i o n r e g a r d i n g o f t h e o u t c o m e ) . K o m p o n e n
k e d u a mencerminkan dampak dari norma-norma subjektif dan norma sosialyang
mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dana p a y a n g
dipikirkan orang-orang yang dianggap penting motivasi
seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut.
7. Perilaku adalah sebuah tindakan yang telah dipilih s e s e o r a n g u n t u k
ditampilkan berdasarkan atas niat yang s u d a h terbentuk.
Perilaku merupakan transisi niat atau kehendak ke dalam action/ tindakan.

1
Contoh : Orang tua mempunyai harapan tentang keikutsertaan dalam
program imunisasi bagi anak-anaknya. Mereka mungkin percaya bahwa imunisasi
melindungi serangan-serangan penyakit (keuntungan), tetapi juga menyebabkan
rasa sakit atau tidak enak badan dan juga mahal (kerugian). Orang tua akan
mempertimbangkan mana yang lebih penting antara perlindungan kesehatan atau
tangisan, mungkin anak panas dan mengeluarkan uang.

Secara skematik, TRA dapat digambarkan seperti berikut :

Gambar 1. Theory Reaction Action (Fishbein & Ajzen, 1975)

Ajzen (1980) mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan


perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan
dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan
pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms). Dalam upaya
mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk
dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA ini dengan
keyakinan (beliefs). Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan
terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma subjektif berasal dari
keyakinan normatif (normative beliefs).
Banyak penelitian di bidang sosial yang sudah membuktikan bahwa Theory
of Reason Action ( TRA ) ini adalah teori yang cukup memadai dalam

1
memprediksi tingkah laku. Namun setelah beberapa tahun, Ajzen melakukan
meta analisis, ternyata didapatkan suatu penyimpulan bahwa Theory Reason
Action ( TRA ) hanya berlaku bagi tingkah laku yang berada di bawah kontrol
penuh individu karena ada faktor yang dapat menghambat atau memfalisistasi
relisasi niat ke dalam tingkah laku. Berdasarkan analisis ini, lalu Ajzen
menambahkan suatu faktor yang berkaitan dengan control individu,
yaitu perceived behavior control( PBC ). Penambahan satu faktor ini kemudian
mengubah Theory of Reason Action ( TRA ) menjadi Theory of Planned
Behaviour ( TPB )

C. Keuntungan TRA
Keuntungan teori ini adalah memberikan pegangan untuk menganalisa
komponen perilaku dalam item yang operasional. Fokus sasaran adalah prediksi
dan pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali
seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasikan secara
jelas. Tuntutan ini memerlukan pertimbangan mengenai perbedaan
tidakan (action), sasaran (target), konteks(context), waktu (time), sikap, norma
subjektif, dan keyakinan.
Konsep penting dalam TRA adalah fokus perhatian (salience). Istilah ini
mengacu intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan hasil dan
kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi yang dipertimbangkan.
Hal ini berbeda dari perilaku populasi yang satu ke populasi yang lain. Ini
mengacu pada norma nilai dan norma-norma dalam kelompok sosial yang
diselidiki, sebagai indikator penting untuk memprediksikan perilaku yang akan
diukur. Contohnya : terdapat nilai dan norma di masyarakat bahwa diare bukan
suatu penyakit, tetapi sebagai hal yang alami dari tumbuh kembang anak. Hal
tersebut berarti masyarakat memandang diare bukan fokus perhatian yang
penting. Contoh lain : f o k u s perhatian perilaku seksual dan
p e n c e g a h a n A I D S t i d a k a k a n s a m a a n t a r a k e l o m p o k   homoseksual
dan kelompok lain tentang penggunaan kondom. Kelompok homoseksual
percayakondom dapat mencegah mereka terkena AIDS, tetapi bagi

1
kelompok lain, pengguna kondom justru akan menyebarluaskan perilaku
seksual.

D. Kelemahan TRA

Kelemahan TRA adalah kehendak dan perilaku hanya berkorelasi sedang.


kehendak tidak selau menuju pada perilaku itu sendiri, terdapat hambatan-
hambatan yang mencampuri ataumempengaruhi kehendak dan perilaku. Selain
itu,TRA tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku dan
mengabaikan akibat-akibat jelas dari variabel eksternal (variabel demografi,
gender, usia, dan keyakinan kesehatan) terhadap  pemenuhan kehendak
perilaku. Meskipun demikian, kelebihan TRA dibandingkan HBM
adalah bahwa pengaruh TRA berhubungan dengan norma subjektif. Menurut
TRA, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang
sama sekali berbeda. Hal ini berarti keputusan seseorang untuk melakukan suatu
tindakan tidak dibatasi pertimbangan-pertimbangan kesehatan.

E. Aplikasi TRA

Theory of Reasoned Action(TRA) merupakan model untuk meramalkan perilaku


preventif dan telah digunakan dalam berbagai jenis perilaku sehat yang
berlainan, seperti pengaturan  penggunaan substansi tertentu (merokok,
alkohol, dan narkotik), perilaku makan dan pengaturanmakan, pencegahan
AIDS dan penggunaan kondom, perilaku merokok, penggunaan
alkohol, penggunaan alat kontrasepsi, latihan kebugaran ( fitness)dan praktik
olahraga.
Contoh aplikasi dari TRA adalah pengguna NAPZA suntik untuk
berkunjung ke klinik Voluntary Counseling and Testing  (VCT).
Seorang pengguna NAPZA suntik percaya bahwa berkunjung ke klinik
VCT memberikan manfaat bagi orang yang berisiko HIV&AIDS seperti
mendapat informasi tentang penggunaan NAPZA suntik yang aman

1
(keuntungan), tetapi juga akan dijauhi teman-teman sesama pengguna NAPZA
suntik (kerugian). Pengguna NAPZA suntik akan mempertimbangkan mana
yang paling penting diantara keduanya. Kemudian ia juga akan
mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi setelah melakukan VCT, seperti
setelah melakukan VCT dan dinyatakan HIV positif, di a tidak
diperbolehkan untuk bekerja meskipun mampu untuk bekerja.
Nilai dan norma d i lingkungan masyarakat tidak mendeskriminasi
pengguna NAPZA suntik setelah berkunjung keklinik VCT. Orang yang
dianggap penting (teman sesama pengguna NAPZA suntik yang
telah berkunjung ke klinik VCT) setuju (atau sebatas menasihati) untuk
berkunjung ke klinik VCT dan pengguna NAPZA suntik termotivasi untuk
patuh mengikuti petunjuk tersebut, maka terdapat kecenderungan positif berniat untuk
berkunjung ke klinik VCT.

A.

2.2 Theory of Planned Behaviour

A. Pengertian

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih


lanjut dari TRA. Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang belum ada dalam
TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control).
Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki
individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu .Dengan kata lain, dilakukan
atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan
norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang
dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol
tersebut (control beliefs). Secara lebih lengkap Ajzen (2005) menambahkan
faktor latar belakang individu ke dalam perceived behavioral control, sehingga
secara skematik perceived behavioral control dilukiskan sebagaimana pada
gambar 2.

1
B. Variabel – variable

Model teoritik dari Teori Planned Behavior (Perilaku yang direncanakan)


mengandung berbagai variabel yaitu :

1. Latar belakang (background factors)


Seperti usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat
kepribadian, dan pengetahuan) mempengaruhi sikap dan perilaku individu
terhadap sesuatu hal. Faktor latar belakang pada dasarnya adalah sifat yang
hadir di dalam diri seseorang, yang dalam model Kurt Lewin dikategorikan
ke dalam aspek O (organism). Dalam kategori ini Ajzen (2005),
memasukkan tiga faktor latar belakang, yakni personal, sosial, dan
informasi. Faktor personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu,
sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan
kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis
kelamin (gender), etnis,pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor
informasi adalah pengalaman, pengetahuan, dan ekspose pada media.

1
2. Sikap

Menurut Alport sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk


merespon terhadap suatu objek dalam bentuk rasa suka atau tidak suka.
Sikap merupakan kecenderungan untuk mengevaluassi dengan beberapa
derajat suka ( favor ) atau tidak suka ( unfavor ), yang ditunjukan dalam
respon kognitif, afektif, dan tingkalh laku terhadap suatu objek, situasi,
institusi, konsep atau orang / sekelompok orang.

Komponen sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu
komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.
a) Kognitif
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap. Mam menjelaskan bahwa komponen kognitif
berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimliki individu
mengenai sesuatu. Contohnya adalah sikap profesi medis. Percaya bahwa
profesi medis seperti dokter dan perawat berhubungan dengan
kepercayaan yang tidak profesional, tidak berkualifikasi baik, hanya
berorientasi pada uang adalah beberapa contoh kepercayaan negatif yang
dipikirkan seseorang yang kemudian akan mengarahkan orang tersebut
pada akhirnya memiliki sikap yang negatif terhadap profesi medis,
demikian juga sebaliknya jika ia memiliki kepercayaan yang positif.
b) Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap
dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek
yang paling bertahan terhadap pengaruh – pengaruh yang mungkin akan
mengubah sikap seseorang.Apabila diaplikasikan pada contoh sikap
terhadap profesi medis diatas, seseorang yang memiliki perasaan jijik
terhadap profesi medis dan apa yang dikerjakannya akan melahirkan
sikap yang negatif pada orang tersebut, demikian sebaliknya jika ia

1
memiliki perasaan positif, maka ia juga akan memiliki sikap positif pada
profesi medis.

c) Konatif ( Tingkah Laku )


Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap
menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Jika diaplikasikan pada contoh sikap diatas, seseorang yang memiliki
sikap positif pada profesi medis jika orang tersebut menyatakan
kesediannya untuk memberikan sumbangan pada pembangunan rumah
sakit baru, bersedia mengunjungi dokter, dan lainnya. Individu akan
merasa nyaman kalau ketiga komponen tersebut bersesuaian atau
harmoni. Jika tidak ada kesesuaian berarti terjadi disonansi, yang
menyebabkan konsumnen merasa tidak nyaman dan tidak enak.

3. Norma Subjektif
Norma subjektif merupakan persepsi seseorang terhadap adanya
tekanan sosial untuk menampilkan atau tidak menampilkan tingkah laku.
Selain itu ,Ajzen juga mendefinisikan norma subjektif
sebagai belief seseorang individu atau kelompok tertentu menyetujui
dirinya untuk menampilkan tingkah laku tertentu.
Peran Norma Subjektif untuk melakukan seseuatu yang penting,
biasanya seseorang mempertimbangkan apa harapan orang lain ( orang –
orang terdekat, masyarakat ) terhadap dirinya. Namun, harapan orang –
orang lain tersebut tidak sama pengaruhnya. Ada yang berpengaruh
sangat kuat dan ada yang cenderung diabaikan.
Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih
memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut,
akan lebih menyokong kemungkinan seseorang bertingkah laku sesuai
dengan harapan.

1
4. Kontrol Perilaku yang dirasakan
Kontrol perilaku yang dirasakan merupakan persepsi seseorang
tentang kemudahan atau kesulitan untuk menampilkan tingkah laku.
Persepsi ini merupakan refleksi dari pengalaman masa lampau individu
dan juga halangan atau rintangan untuk menampilkan tingkah laku.
Sebagaimana sikap dan norma subjektif, control perilaku yang
dirasakan juga merupakan sebuah fungsi belief, yang biasa
disebut control belief yang mengacu pada persepsi pada persepsi
seseorang apakah ia mempunyai atau tidak mempunyai kapasitas untuk
menunjukkan perilaku. Control belief merupakan belief tentang ada atau
tidaknya faktor – faktor yang mempermudah atau menghambat dalam
menampilkan tingkah laku tersebut tidak hanya didasarkan pada
pengalaman masa lalu individu dengan perilaku, tetapi juga dipengaruhi
oleh informasi tidak langsung dari pihak kedua mengenai perilaku, hasil
observasi terhadap pengalaman bertingkah laku teman, serta faktor lain
yang dapat meningkatkan atau mengurangi persepsi individu terhadap
kesulitan untuk menampilkan tingkah laku.
Ajzen berpendapat bahwa “ semakin besar sumber atau kesempatan
yang seseorang pikir untuk menampilkan tingkah laku serta semakin
sedikit halangan dan rintangan yang dapat diantisipasi, maka semakin
besar pula persepsi mereka terhadap control untuk menampilkan
perilaku”.
Peran Kontrol perilaku yang dirasakan Kontrol perilaku yang
dirasakan adalah faktor yang sangat berperan dalam memprediksi
tingkah laku yang tidak berada dibawah control penuh individu tersebut.
Kontrol perilaku yang disarankan berperan dalam meningkatkan
terwujudnya niat kedalam tingkah laku pada saat yang tepat. Individu
bisa saja memiliki sikap yang positif dan persepsi bahwa orang lain akan
sangat mendukung tindakannya tersebut, namun ia mungkin saja tidak
dapat melakukannya karena ia terhambat oleh faktor seperti perasaan
tidak mampu untuk melakukannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa

1
walaupun individu memiliki sikap, dan norma subjektif yang
mendukungnya untuk melaksanakan suatu tingkah laku, namun eksekusi
tingkah laku itu sendiri masih bergantung pada faktor kontrol perilaku
yang dirasakan yang ia miliki.
Pengukuran kontrol Perilaku yang dirasakan ini dapat diukur secara
langsung dengan memberikan pertanyaan pada individu apakah ia
mampu menampilkan suatu tingkah laku yang diinginkannya atau
apakah individu tersebut percaya bahwa ia dapat melakukannya dengan
sepenuhnya di bawah kontrol mereka. Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya bahwa control belief  mengacu pada persepsi seseorang
apakah ia mempunyai atau tidak mempunyai kapasitas untuk
menunjukkan perilaku. Kontrol perilaku yang dirasakan diukur dengan
menggunakan 2 skala yaitu :
a. Skala yang mengukur control belief subjek yaitu mengenai ada
tidaknya faktor yang menghambat atau mendorong untuk
menampilkan perilaku.
b. Skala yang mengukur perceived power yaitu mengenai persepsi
individu terhadap kekuatan faktor – faktor yang ada dalam
mendorong atau menghambat ditampilkannya perilaku.

5. Niat
Niat berperilaku menurut Fishbein, Ajzen dan banyak peneliti
merupakan suatu predictor yang kuat tentang bagaimana seseorang
bertingkah laku dalam situasi tertentu.Dapat disimpulkan bahwa niat
merupakan predictor yang kuat dari perilaku yang menunjukkan
seberapa keras seseorang mempunyai keinginana untuk mencoba,
seberapa besar usaha mereka untuk merencanakan, sehingga
menampilkan suatu tingkah laku.
Fishbein dan Ajzen mengatakan bahwa seberapa kuat niat
seseorang menampilkan suatu perilaku ditunjukkan dengan penilaian
subjektif seseorang ( subjective probability ), apakah ia akan melakukan

1
atau tidak melakukan perilaku tersebut. Beberapa ahli juga berpendapat
bahwa cara yang paling sederhana untuk memprediksi apakah seseorang
akan melakukan sesuatu adalah dengan menanyakan apakah mereka
berniat atau mempunyai niat untuk melakukannya. Oleh karena itu, niat
diukur denagn meminta seseorrang untuk menempatkan dirinya dalam
sebuah dimensi yang bersifat subjektif yang meliputi hubungan antara
individu dengan perilaku.
 

a) Perilaku
Secara etimologis kata perilaku berarti tanggapan atau reaksi
seseorang ( individu ) terhadap rangsangan / lingkungan. Selain itu,
perilaku juga merupakan aktivitas yang dilakukan individu dalam usaha
memenuhi kebutuhan. Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu
kegiatan atau aktivitas organism atau makhluk hidup yang bersangkutan.
Skiner dalam Notoatmodjo (2010), seorang ahli psikologi,
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skiner ini dikenal
sebagai teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon).
Theory Planned Behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut
dari Theory of Reasoned Action (TRA). Konstruk yang belum ada adalah
kontrol perilaku yang dipersepsi. Konstruk ini ditambahkan dalam upaya
memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan
perilaku tertentu. Dengan kata lain, dilakukannya atau tidak
dilakukannya perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma
subjektif semata tapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat
dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap control
tersebut (control beliefs).
Sebagai aturan umum, semakin baik sikap dan norma subjektif dan
semakin besar control yang dirasakan, semakin besar niat seseorang
untuk melakukan perilaku tertentu.

1
Aplikasi Theory Planned Behaviour
Contoh aplikasi : PHBS di lingkungan Sekolah Dasar (SD)
1. Sikap
Banyak faktor yang mempengaruhi munculnya sikap para siswa mengenai
PHBS di lingkungan sekolah, salah satunya adalah pengarahan yang
diberikan oleh guru atau penyuluhan oleh petugas kesehatan. Dari kegiatan
semacam itu akan memberikan pengetahuan terhadap para siswa mengenai
apa dan bagaimana PHBS itu (kognitif). Dengan pengetahuan pengetahuan
tersebut akan memunculkan sikap dalam siri para siswa. Sikap yang muncul
pada tiap-tiap siswa pasti berbeda. Sikap tersebut bisa berupa :
- Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran siswa terhadap
PHBS.
- Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya
bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang
tersebut terhadap objek. Dalam hal ini berarti bagaimana para siswa
menilai terhadap PHBS, apakah merupakan suatu hal yang baik dan
bermanfaat, biasa saja atau malah sesuatu yang tidak berguna.
- Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap
merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.
Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka
(tindakan). Dalam hal ini siswa akan berpikir/berancang-ancang untuk
menerapkan PHBS.
a. Norma Subjektif
Norma subjektif dalam hal ini berkaitan dengan perilaku warga
sekolah yang lain serta penerapah PHBS di lingkungan keluarga para
siswa. Norma subjektif merupakan adanya pengaruh orang lain atau
kelompok terhadap munculnya niat untuk berperilaku tertentu. Siswa

1
akan melihat bagimana penerapan PHBS oleh warga sekolah
tersebut, apakah PHBS benar-benar diterapkan dengan baik oleh
semua pihak atau tidak. Selain itu, kebiasaan di lingkungan keluarga
juga memberikan pengaruh terhadap siswa untuk mau menerapkan
PHBS di sekolah. Saat semua warag sekolah atau sebagian besar
warga sekolah melaksanakan PHBS di sekolah, maka kemungkinan
besar seorang siswa juga akan menerapkannya karena jika tidak, ia
akan merasa berbeda dengan lingkungannya. Atau karena adanya
peraturan di rumahnya yang membentuk kebiasaan PHBS terhadap
seorang siswa, maka siswa tersebut akan memiliki kebiasaan PHBS
dimanapun dia berada. Dalam hal ini norma keluarga mempengaruhi
kecenderungan berperilaku dari siswa tersebut.
b. Kontrol Perilaku yang Disadari
Kontrol perilaku di sini adalah mengenai penilaian diri atas
kemungkinan dilaksanakannya suatu perilaku tetentu. Dalam hal ini
seorang siswa mampu atau tidak dirinya menerapkan PHBS di
sekolah serta mengenai ada tidaknya hambatan yang mungkin
menghalangi siswa tersebut untuk menerapkan PHBS di sekolah.
Dalam contoh kasus ini faktor control perilaku yang disadari menurut
kami memberikan pengaruh yang kecil karena dalam penerapan
PHBS, semua siswa pasti mampu melaksanakannya selama ada sikap
yang positif, apalagi didukung dengan norma subjektif yang positif
pula. Mengenai hambatannya, pihak sekolah sebalum membuat
komitmen untuk menerapkan PHBS terhadap semua warga sekolah,
tentunya semua persiapan telah dilakukan, seperti sarana dan
prasarana, misal tempat sampah yang memadai, tempat cuci tangan
yang layak dan memadai, dan lain-lain.
c. Niat
Niat untuk melakukan sesuatu akan muncul setelah munculnya sikap
yang positif, adanya dukungan normatif yang positif dan adanya
kemampuan diri untuk melakukannya. Setelah seorang siswa merasa

1
bahwa PHBS di sekolah memang baik dan penting untuk diterapkan
karena nanti juga akan berdampak baik bagi dirinya dan
lingkungannya, dia juga termotivasi dari orang-orang sekitarnya,
serta merasa mampu untuk melaksanakannya, maka akan muncul
niat dalam diri siswa tersebut untuk menerapkan PHBS di sekolah.
d. Perilaku
Niat yang muncul dalam diri siswa tersebut akan teraplikasi dalam
sebuah perilaku, yaitu perilaku hidup bersih di sekolah.

Contoh aplikasi : Perilaku Ibu untuk Mengimunisasikan Anaknya di Posyandu


Didasari oleh Niat Ibu Sendiri. Niat ibu ini ditentukan oleh :
a. Sikap ibu, yakni penilaian ibu tersebut terhadap  untung ruginya tindakan
yang akan diambil untuk imunisasi anaknya,
b. Norma subjektif, yakni kepercayaan atau keyakinan ibu terhadap perilaku
yang akan diambil, lepas dari orang lain setuju atau tidak setuju.
c. Pengendalian diri, yakni persepsi ibu tersebut tentang akibat-akibat yang
harus ditanggung bila anaknya sakit setelah diimunisasi.

2.1 PERBEDAAN TEORY OF REASONED ACTION (TRA) dan TEORY OF


PLANNED BEHAVIOR (TPB)
Perbedaan utama antara TRA dan TPB adalah tambahan penentu intensi
berperilaku yang ke tiga, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC
ditentukan oleh dua faktor yaitu control beliefs (kepercayaan mengenai
kemampuan dalam mengendalikan) dan perceived power (persepsi mengenai
kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan suatu perilaku). PBC mengindikasikan
bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh bagaimana ia mempersepsi tingkat
kesulitan atau kemudahan untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Jika
seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang ada
yang akan memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi
yang tinggi untuk mampu mengendalikan suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang

1
tersebut akan memiliki persepsi yang rendah dalammengendalikan suatu perilaku
jika ia memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang
menghambat perilaku. Persepsi ini dapat mencerminkan pengalaman masa lalu,
antisipasi terhadap situasi yang akan datang, dan sikap terhadap norma-norma yang
berpengaruh di sekitar individu.
Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah
makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin
baginya, secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka
sebelum mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku -
perilaku tertentu
TRA/TPB dimulai dengan melihat intensi berperilaku sebagai anteseden
terdekat dari suatu perilaku. Dipercaya bahwa semakin kuat intensi seseorang
untuk menampilkan suatu perilaku tertentu, diharapkan semakin berhasil ia
melakukannya. Intensi adalah suatu fungsi dari beliefs dan atau informasi yang
penting mengenai kecenderungan bahwa menampilkan suatu perilaku tertentu akan
mangarahkan pada suatu hasil yang spesifik. Intensi bisa berubah karena waktu.
Semakin lama jarak antara intensi dan perilaku, semakin besar kecenderungan
terjadinya perubahan intensi. Karena Ajzen dan Fishbein tidak hanya tertarik
dalam hal meramalkan perilaku tetapi juga memahaminya,mereka mulai mencoba
untuk mengindentifikasi penentu-penentu dari intensi berperilaku.

1
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan
1.  Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action) / Teori Perilaku Yang
Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) merupakan suatu teori yang
menjelaskan tentang perilaku manusia. Teori ini disusun menggunakan asumsi
dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan
mempertimbangkan segala informasi yang tersedia.
2. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) merupakan bentuk
pengembangan dari Teori Reasoned Action (Theory Of Reasoned Action).
3. Teori yang Direncanakan (Theory of Planned Behaviour) / Teori Reasoned
Action (Theory Of Reasoned Action) menjelaskan bahwa perilaku manusia
teerbentuk karena adanya niat dan niat itu sendiri juga memiliki determinan.
4. Faktor pembeda antara kedua teori tersebut adalah pada determinan niat.
Dalam Theory Of Reasoned Action determinan niat terdiri atas dua hal, yaitu
sikap dan norma subjektif sedangkan dalam Theory of Planned
Behaviour, Ajzen menambahkan satu determinan lagi, yaitu control perilaku
yang disadari.
5. Salah satu contoh aplikasi teori ini adalah pada penerapan PHBS oleh siswa
Sekolah Dasar. Langkah pertama adalah memunculkan sikap para siswa
mengenai PHBS kemudian membentuk lingkungan normatif yang bisa
memberikan efek positif terhadap para siswa mengenai PHBS. Setelah dua hal
tersebut, para siswa akan melakukan control sikap terhadap dirinya mengenai
mampu atau tidak menerapkan PHBS di sekolah yang jika mereka merasa
mampu dan tidak ada hal yang menjadi penghambat, maka akan muncul dalam

1
diri mereka kemauan untuk menerapkan PHBS yang akhirnya akan terealisasi
dalam perilaku mereka, yaitu perilaku hidup sehat di sekolah.

3.2  Saran

Dalam menentukan sikap, ada baiknya jika kita lebih berhati-hati karena sikap akan
menentukan perilaku kita. Mempertimbangkan tentang pendapat orang lain dalam
menentukan perilaku memang perlu tapi keputusan untuk melakukan sebuah
perilaku tertentu tetap tergantung pada diri kita. Hal penting lainnya yang harus
diperhatikan dalam berperilaku adalah kontrol perilaku karena dengan begitu kita
akan lebih mengetahui apakah kita mampu untuk berperilaku sesuai dengan apa
yang kita niatkan atau tidak. Kita juga akan mengetahui halangan atau hambatan
yang akan kita hadapi sebagai konsekuensi dari perilaku yang akan kita lakukan.

1
 

DAFTAR PUSTAKA

1. Azwar, Saifuddin. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
2007.
2. Graeff, Judith. A, et al, Komunikasi Untuk Kesehatan dan Perubahan
Perilaku. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta. 1996.
3. Kumala, Estidia. 2012. Diakses tanggal 4 November 2012. Dikutip dari
website:http://www.scribd.com/doc/82897774/laporan-observasi-FGDm
4. Machfoedz, Ircham dan Eko Suryani. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari
Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya.
5. Maulana, Heri D. J. Promosi Kesehatan, EGC. Jakarta. 2009
6. Ogden, Jane. Health Psychology. Open University Press. Buckingham. Philadelphia. 1996
Smert, Bart. Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 199 ogg,
Michael A. Social Psychology : An Introduction. Prentice Hall. 1995
7. Shim, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi
Terpadu. Diterjemahkan oleh Revyani Sjahrial dan Dyah Anikasari. Jakarta :
Erlangga.
8. Soekidjo, Notoatmodjo. 2005.  Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta.
9. http://www.scribd.com/doc/101688298/Theory-of-Reasoned-Action
10. http://zakarija.staff.umm.ac.id/files/2010/12/Theory-of-Planned Behavior-
masihkah-relevan1.pdf

Anda mungkin juga menyukai