Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul theory of
planned behavior. Shalawat beriringkan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kealam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Penyusunan makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu
Sosial dan Perilaku Kesehatn. Dalam membuat makalah ini penulis menyusunnya sesuai
sumber yang penulis dapatkan baik dari buku maupun jurnal. Mudah-mudahan makalah ini
dapat dicermati dan berguna bagi para pembaca.
Penulis menyadari atas segala kekurangn dan ketidak sempurnaan laporan ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran kontruksif dari pembaca sekalian demi perbaikan
penulis kearah yang lebih sempurna nantinya.

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perilaku seseorang dapat diprediksi melalui pengukuran sikapnya terhadap objek
tertentu. Pendekatan ini dijembatani dengan melihat intensi untuk menampilkan perilaku
tertentu dalam diri seseorang. Menurut Ajzen (2015: 99) menjelaskan bahwa “pembentukan
intensi dalam diri seseorang terikat dalam suatu perilaku tertentu. Dengan kata lain, intensi
terbentuk dalam rangka memenuhi faktor-faktor kebutuhan yang memiliki dampak pada
perilaku.”
Teori perilaku terencana awalnya dinamai theory of reasoned action (teori tindakan
beralasan), dikembangkan tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas
oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Pada tahun 1980, theory of reasoned action digunakan
untuk mempelajari perilaku manusia. Theory of reasoned action (teori tindakan beralasan)
berhasil ketika diaplikasikan pada perilaku yang di bawah kendali individu sendiri. Jika
perilaku tersebut tidak sepenuhnya di bawah kendali atau kemauan individu, meskipun ia
sangat termotivasi oleh sikap dan norma subjektifnya, ia mungkin tidak akan secara nyata
menampilkan perilaku tertentu.
Untuk mengatasi kekurangan teori tindakan beralasan yang ditemukan oleh Ajzen dan
Fishbein, maka pada tahun 1988 theory of planned behavior dikembangkan untuk
memprediksi perilaku yang sepenuhnya tidak di bawah kendali individu. Teori perilaku
terencana (theory of planned behavior) didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah
makhluk yang rasional dan menggunakan informasi yang mungkin baginya, secara sistematis.
Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk
melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu.

1.2. Rumusan Masalah


Theory of Planned Behavior (teori perilaku terencana) merupakan pengembangan dari
Theory of Reasoned Action (teori tindakan beralasan) yang bertujuan untuk mengatasi
masalah yang tidak sepenuhnya berada dibawah kontrol seseorang yang belum lengkap
dalam teori tindakan beralasan. Inti Theory of Planned Behavior, tetap berada pada faktor
intensi perilaku namun determinan intensi tidak hanya sikap dan norma subjektif melainkan
juga aspek kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control). Berdasarkan hal
2
tersebut rumasan masalah dari penulisan ini adalah “ Bagaimana Gambaran tentang
“Theory of Planned Behavior”

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran tentang Theory of Planned Behavior
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Defenisi Theory of Planned Behavior
2. Mengetahui Faktor Theory of Planned Behavior
3. Mengetahui Komponen Theory of Planned Behavior
4. Mengetahui Aplikasi Penerapan Theory of Planned Behavior
5. Mengetahui Kelebihan Theory of Planned Behavior
6. Mengetahui Kekurangan Theory of Planned Behavior
1.4. Manfaat Penulisan
Menambah wawasan dan pemahaman mahasiswa tentang Theory of Planned Behavior

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Theory of Planned Behavior


Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned
Action (TRA). Dalam TRA dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh
dua faktor utama yaitu attitude toward the behavior dan subjective norms (Fishbein dan
Ajzen, 1975), sedangkan dalam TPB ditambahkan satu faktor lagi yaitu perceived behavioral
control (Ajzen, 1991).

Bagan 1 TRA menjadi TPB

Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan pengembangan dari Theory of


Reasoned Action (TRA) (Ajzen dalam Jogiyanto, 2007). Jogiyanto (2007) mengembangkan
teori ini dengan menambahkan konstruk yang belum ada di TRA. Konstruk ini disebut
dengan kontrol perilaku persepsi (perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan
di TPB untuk mengontrol perilaku individual yang dibatasi oleh kekurangan-kekurangannya
dan keterbatasan-keterbatasan dari kekurangan sumber-sumber daya yang digunakan untuk
melakukan perilakunya (Hsu and Chiu 2002).

4
Bagan 2 Theory of Planned Behavior

TPB menjelaskan bahwa tindakan manusia diarahkan oleh tiga macam kepercayaan,
yaitu (a) kepercayaan perilaku (behavioral beliefs), yaitu kepercayaan tentang kemungkinan
terjadinya perilaku, (b) kepercayaan normatif (normative beliefs), yaitu kepercayaan tentang
ekspektasi normatif dari orang lain dan motivasi untuk menyetujui ekspektasi tersebut, (c)
kepercayaan kontrol (control beliefs), yaitu kepercayaan tentang keberadaan faktor-faktor
yang akan memfasilitasi atau merintangi kinerja dari perilaku dan kekuatan persepsi dari
faktor- faktor tersebut.
Secara keseluruhan, kepercayaan-kepercayaan perilaku membentuk suatu sikap
menyukai atau tidak menyukai terhadap perilaku, kepercayaan normatif menghasilkan
tekanan sosial atau norma subyektif, dan kepercayaan kontrol akan memberikan kontrol
perilaku persepsi. Sikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan kontrol perilaku persepsi,
akan menimbulkan niat perilaku (behavioral intention) dan selanjutnya terbentuk perilaku
(behavior).
Theory of Planned Behavior adalah teori yang meramalkan pertimbangan perilaku
karena perilaku dapat dipertimbangkan dan direncanakan (Filadelfia 2015). Peachetal.,
(2006); Wellington et al,. (2006) dalam Nuary (2010), menyatakan bahwa Theory of Planned
Behavior memiliki keunggulan dibandingkan teori keperilakuan yang lain, karena Theory of
Planned Behavior merupakan teori perilaku yang dapat mengidentifikasikan keyakinan

5
seseorang terhadap pengendalian atas sesuatu yang akan terjadi dari hasil perilaku, sehingga
membedakan antara perilaku seseorang yang berkehendak dan yang tidak berkehendak.

2.2 Faktor Theory of Planned Behavior


a) Sikap terhadap perilaku
Sikap bukanlah perilaku, namun sikap menghadirkan suatu kesiapsiagaan
untuk tindakan yang mengarah pada perilaku. Individu akan melakukan sesuatu
sesuai dengan sikap yang dimilikinya terhadap suatu perilaku. Sikap terhadap
perilaku yang dianggapnya positif itu yang nantinya akan dipilih individu untuk
berperilaku dalam kehidupannya. Oleh karena itu sikap merupakan suatu wahana
dalam membimbing seorang individu untuk berperilaku.
b) Persepsi kontrol perilaku
Dalam berperilaku seorang individu tidak dapat mengontrol sepenuhnya
perilakunya dibawah kendali individu tersebut atau dalam suatu kondisi dapat
sebaliknya dimana seorang individu dapat mengkontrol perilakunya dibawah kendali
individu tersebut. Pengendalian seorang individu terhadap perilakunya disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal
berasal dari dalam diri individu tersebut seperti keterampilan, kemauan, informasi,
dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan yang ada di
sekeliling individu tersebut. Persepsi terhadap kontrol perilaku adalah bagaimana
seseorang mengerti bahwa perilaku yang ditunjukkannya merupakan hasil
pengendalian yang dilakukan oleh dirinya.
c) Norma Subyektif
Seorang individu akan melakukan suatu perilaku tertentu jika perilakunya
dapat diterima oleh orang-orang yang dianggapnya penting dalam kehidupannya
dapat menerima apa yang akan dilakukannya sehingga normative beliefs akan
menghasilkan kesadaran akan tekanan dari lingkungan sosial atau Norma Subyektif.

2.3 Komponen Theory of Planned Behavior


Kepercayaan perilaku yang memengaruhi sikap terhadap perilaku. Keyakinan perilaku
adalah hal-hal yang mendorong individu untuk bertindak. Sedangkan sikap terhadap
perilaku yaitu sikap individu terhadap perilaku yang diperoleh dari keyakinan yang
ditimbulkan oleh perilaku tersebut.

6
 Keyakinan normatif yang mempengaruhi norma subjektif.
Kepercayaan normatif adalah norma yang digunakan orang orang yang akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Sedangkan norma-norma subyektif
menjadi sebagai individu persepsi terhadap sosialisasi yang ada untuk menunjukkan
atau tidak perilaku. Norma-norma subyektif ini identik dengan keyakinan dari
seseorang tentang perbuatan atau orang lain atau orang lain yang perlu, harus,
atau tidak boleh melakukan perilaku, dan memotivasi orang untuk mengetahui
orang lain tersebut.
 Kontrol keyakinan yang memengaruhi kontrol perilaku yang dirasakan.
Pengendalian keyakinan adalah pengalaman pribadi, atau orang-orang yang
akan mempengaruhi hasil individu. Kontrol perilaku yang dirasakan adalah
keyakinan bahwa individu pernah melakukan atau tidak pernah melaksanakan
perilaku tertentu. Kontrol perilaku cerdik dan diartikan persepsi individu yang
berhubungan dengan tingkah laku tertentu.

Bagan 3 Komponen TPB

2.4 Aplikasi Penerapan Theory of Planned Behavior


Penelitian sebelumnya menggunakan teori ini dalam mengetahui ada tidaknya
pengaruh hubungan independen antara indentitas diri individu dengan niatan atau rencana
berperilaku. Hal ini dilakukan karena keragu-raguan terhadap pengaruh sikap individu dalam
konsumsi sayuran organik yang dihasilkan negara. Hal ini berarti intensi dan perilaku yang
diteliti adalah konsumsi sayuran organik.
 Attitude Toward Behavior
Masyarakat Amerika (United States) bereaksi terhadap sayuran organik.
Sayuran organik dianggap solusi akan kekhawatiran penggunaan nitrogen sintetis

7
yang telah meningkat enam kali lipat dan produksi pestisida telah meningkat
sekitar dua puluh kali.
 Subjective Norms
Banyak orang bersedia membayar premi besar untuk makanan yang
diproduksi secara organik seperti buah organik yang dihasilkan dan vegetasi khusus.
Saat ini diperkirakan permintaan untuk produk premium semakin meningkat.
Banyaknya orang yang melakukan hal tersebut turut memengaruhi keputusan
individu dalam masyarakat tersebut untuk turut membayar tinggi demi konsumsi
sayuran organik.
 Perceived Behavioral Control
Pengalaman individu dalam konsumsi sayuran organik terjadi sejak akhir
perang dunia kedua di US. Hal ini meningkatkan individual awareness dan
memutuskan mengkonsumsi makanan yang aman dan sehat. Dewasa ini, teori ini
juga dapat diterapkan untuk beberapa perilaku sehat lainnya, seperti
pencegahan perilaku merokok. Komponen attitude toward behavior dari
pencegahan perilaku merokok adalah membuat perokok percaya akan hal positif
dan negatif dari merokok sehingga ia memiliki kecenderungan untuk sadar akan
konsekuensi merokk. Komponen subjective norms adalah orang-orang disekitar
perokok yang diminta atau dibuat untuk mendukung perokok berhenti merokok;
perokok juga distimulasi agar menginternalisasi bahwa ia harus berhenti merokok.
Lalu, komponen perceived behavioral control adalah penggalian pengalaman
buruk akibat merokok serta mendukung perokok agar mengkontrol perilaku
merokoknya.

2.5 Kelebihan Theory of Planned Behavior


a) Dibanding dengan teori sebelumnya yaitu Theory of Reasoned Action (TRA),
Theory of Planned Behavior (TPB) memiliki kelebihan karena terdapat perceived
behavioral control (PBC), sehingga TPB lebih dapat menjelaskan perilaku secara
akurat dibanding TRA.
b) Theory of Planned Behavior (TPB) dapat digunakan untuk menjelaskan tiap aspek
penting beberapa perilaku manusia seperti mengapa seseorang memilih calon pada
pemilu, mengapa melakukan hubungan pra-nikah, mengapa membeli mobil baru,
mengapa tidak masuk kerja dan lain sebagainya (Achmat, 2010).
8
c) Theory of Planned Behavior (TPB) dapat memprediksi dan memahami pengaruh
motivasional terhadap perilaku yang bukan dibawah kendali / kemauan individu
sendiri (Achmat, 2010).
d) Theory of Planned Behavior (TPB) dapat digunakan untuk mengidentifikasi
bagaimana dan kemana arah strategi-strategi untuk perubahan perilaku (Achmat,
2010).
e) Dapat memberi pegangan untuk menganalisa komponen perilaku dalam item yang
operasional. Hal ini memudahkan berbagai tipe pencegahan yang dapat
dipertimbangkan. Sasaran teori ini adalah prediksi perilaku yang dapat diamati
secara langsung dan dibawah kendali seseorang.
f) Relatif mudah diaplikasikan pada pengggunaan substansi tertentu seperti rokok,
narkoba, alkohol, perilaku makan, penggunaan kondom, dan lain sebagainya.

2.6 Kekurangan Theory of Planned Behavior


g) Theory of Planned Behavior (TPB) digunakan dalam berbagai penelitian, namun
dalam memprediksi menggunakan teori ini, kebanyakan berhenti pada intensi
berperilaku, sehingga belum jelas bagaimana hubungan intensi dengan perilaku
aktual / sesungguhnya (Achmat, 2010).
h) Teori ini masih tergolong relatif baru dan kurang banyak digunakan dan kurang
banyak dikenal. Selain itu pemanfaatan teori ini membutuhkan bantuan atau
control dari orang lain. Orang lain sangat berpengaruh terhadap komponen teori ini.

Referensi
Achmat Z. 2010. Theory of Planned Behavior, Masihkah Relevan?. Diperoleh dari
https://www.academia.edu/6121811/THEORY_OF_PLANNED_BEHAVIOR_MA
SIHKAH_RELEVAN. Diakses pada 21 Desember 2022.

Ajzen, I. (1985). From intentions to actions: A Theory of Planned Behavior (pp. 11-39).
Springer Berlin Heidelberg. Diperoleh dari http://people.Umass.edu/aizen/pdf/tpb.
intervention.pdf. Diakses pada 21 Desember 2022.

Azjen, I. (1991). The Theory of Planned Behaviour. Organizational Behaviour and Human
Decision Processes Vol. 50, No. 2, Halaman 179-211 (1991). Diperoleh dari
https://www.researchgate.net/publication/272790646_The_Theory_of_Planned_Be
havior. Diakses pada 21 Desember 2022.

9
Rimer B.K., Viswanath K. (2008). Health Behaviour and Health Education 4th Edition.
The United States of America : Jossey-Boss. Diperoleh dari
https://www.google.co.id/books/edition/Health_Behavior_and_Health_Education/
1xuGErZCfbsC. Diakses pada 21 Desember 2022.

10

Anda mungkin juga menyukai