Kelas : B/016
OLEH :
Kelompok III
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji Syukur tercurahkan kepada Allah SWT karena
atas limpahan nikmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini tepat pada waktunya. Dengan judul makalah “Theory Planned Behavior
Banyak kesulitan yang kami hadapi dalam membuat tugas makalah ini tapi
dengan semangat dan kegigihan serta arahan, sehingga kami mampu menyelesaikan
tugas makalah ini dengan baik.
Kami menyimpulkan bahwa tugas makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran, guna kesempurnaan tugas makalah ini dan
bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
Kelompok III
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku terhadap pelanggaran, ketidakjujuran, dan penyimpangan akademik
atau biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di
kalangan peserta didik. Kecurangan, plagiarisme, dan bentuk lain dari
perbuatan kecurangan akademik seperti ketersediaan hasil ujian siswa lain
yang dapat digunakan sebagai sarana untuk berbuat curang adalah contoh
nyata dari perilaku yang melanggar kebijakan integritas akademis (Stone et
al., 2010).
Penelitian berbasis teori diperlukan untuk mengembangkan pemahaman
mengenai alasan yang mendasari ketidakjujuran akademik dan menentukan
cara paling efektif untuk mengatasi persoalan ini (Stone et al., 2009). Theory
of Planned Behavior (TPB) telah memberikan kerangka teori yang memadai
untuk melakukan penelitian dengan tema ketidakjujuran akademik (Harding et
al., 2007; Stone et al., 2009, 2010). Selain itu, penggunaan teori TPB di
Indonesia dalam penelitian sejenis masih belum banyak. Kedua hal tersebut
menjadi alasan mengapa penelitian ini menggunakan kerangka fikir yang
diadopsi dari TPB.
TPB merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Dalam
TRA dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh dua
faktor utama yaitu attitude toward the behavior dan subjective norm (Fishbein
dan Ajzen, 1975), sedangkan dalam TPB ditambahkan satu faktor yaitu
perceived behavioral control (Ajzen, 1985)
3
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui sejarah dari Teory Planned Behavior
b. Untuk mengetahui definisi dari Teory Planned Behavior
c. Untuk mengetahui komponen dari Teory Planned Behavior
d. Untuk mengetahui aplikasi dari Teory Planned Behavior
e. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Teory Planned
Behavior
C. Manfaat
a. Agar dapat mengetahui sejarah dari Teory Planned Behavior
b. Agar dapat mengetahui definisi dari Teory Planned Behavior
c. Agar dapat mengetahui komponen dari Teory Planned Behavior
d. Agar dapat mengetahui aplikasi dari Teory Planned Behavior
e. Agar dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Teory Planned
Behavior
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
melakukan atau tidak melakukan suatu tingkah laku tertentu. (Fishbein&Ajzen,
1975)
6
utama dalam TPB, yaitu semakin kuat intensinya untuk terlibat dalam sebuah
perilaku, maka semakin besar kemungkinan perilaku tersebut dilakukan (Ajzen,
1991).
7
Adalah keyakinan individu bahwa perilaku akan menghasilkan hasil yang
diharapkan. Meskipun seseorang dapat memiliki banyak keyakinan tentang
perilaku apapun, namun hanya relatif kecil saja yang bisa digunakan pada saat
tertentu. Hal ini diasumsikan bahwa keyakinan digunakan dalam kombinasi
dengan nilai-nilai yang bersifat subjektif dari hasil yang diharapkan kemudian
akan menentukan sikap yang berlaku terhadap suatu perilaku (Ajzen, 2015a).
Behavioral Belief menghasilkan komponen yang disebut attitude toward the
behavior.
8
positif. Akibatnya individu tersebut akan memiliki sikap yang positif. Begitu
pula sebaliknya, jika individu tersebut percaya apabila dia melakukan sebuah
tindakan akan menghasilkan outcome yang negatif. Maka individu tersebut
akan memunculkan sikap yang negatif terhadap tindakan atau perilaku
tersebut. (Ajzen, 1991)
2. Normative Belief
Adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti
pandangan orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya. Jika individu
merasa itu adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang dia lakukan,
bukan ditentukan oleh orang lain di sekitarnya, maka dia akan mengabaikan
pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya. (Ajzen, 2007).
Normative belief berkaitan dengan factor lingkungan khususnya orang-orang
yang significant others dapat mempengaruhi individu dalam berperilaku.
Selain itu, Normative belief menghasilkan komponen yang disebut subjective
norm.
SN ∑ ni mi
Penjelasan rumus diatas adalah Subjective Norm ( SN) didapatkan dari
hasil kali keseluruhan antara normative belief tentang tingkah laku (ni) dengan
motivation to comply / motivasi untuk mengikutinya (mi). Dengan kata lain,
9
Individu percaya bahwa orang-orang yang significant other cukup
berpengaruh terhadapnya dalam mendukung dia berperilaku, maka ini menjadi
tekanan sosial bagi individu yang melakukannya. Sebaliknya, jika individu
tidak percaya bahwa orang lain yang berpengaruh kepadanya tidak
mendukung tingkah laku tersebut, maka ini ia memiliki subjective norm untuk
tidak melakukannya. (Ajzen, 1991)
3. Control Belief
10
Sehingga hubungan antara control belief dengan perceived pwer control dapat dilihat
pada rumus berikut :
PBC ∑ ci pi
Rumus tersebut menjelaskan bahwa perceived behavioral control
merupakan hasil penjumlah dari hasil kali antara control belief tentang hadir
tidaknya factor (ci) dengan perceived power control ( pi). Sehingga semakin
besar persepsi individu mengenai kesempatan yang dimiliki dan semakin kecil
hambatannya, maka semakin besar persepsi control perilaku yang dimiliki
individu tersebut.
11
dengan niat individu tersebut. Hal ini terjadi karena kondisi di lapangan tidak
memungkinkan memunculkan perilaku yang telah diniatkan tersebut, sehingga
dengan cepat akan mempengaruhi perceived behavioral control individu
tersebut. Perceived behavioral control yang telah berubah akan mempengaruhi
perilaku yang ditampilkan sehingga tidak sama lagi dengan perilaku yang
diniatkan sebelumnya. (Fishbein&Ajzen, 1975).
12
Jeffrey J. Martin dari, Health and Sport Studies di Wayne State University
bersama Pamela Hodges Kulinna dari the di Arizona State University
melakukan penelitian yang didasarkan pada Self-Efficacy Theory dan TPB
untuk beberapa faktor penentu intensi guru olahraga untuk melakukan
kegiatan fisik ketika mengajar di jam mengajar mereka dimaksudkan untuk
para guru agar menggunakan paling tidak setengah dari keseluruhan waktu
mereka untuk melakukan kegiatan fisik mulai skala sedang sampai berat.
Martin dan Kulinna (2004)
Stephen Richard Marrone (2005) dari Columbia University Teachers
College melakukan penelitian yang berkiblat pada TPB dari Ajzen dan
Fishbein, berhubungan dengan intensi perawat IGD di rumah sakit untuk
melayani pasien Muslim Arab dengan benar secara kultural
Penelitian dalam basis psikologi klinis telah dipraktekkan oleh Godin dkk.
(1992) dengan menggunakan TPB yang bertujuan untuk mencari tahu
kebenaran anggapan-anggapan dasar dalam TPB untuk memperkirakan
intensi berolah raga dan juga kegiatan olahraga itu sendiri pada orang
dewasa dalam kelompok umum dan kelompok wanita hamil.
13
4. Menjelaskan hubungan diantara niat perilaku dan perilaku (tindakan)
dengan bantuan dari pengendalian perilaku yang dipersepsi (perceived
behavioral control) (Ajzen, 2002)
Kelemahan :
1. TPB beranggapan bahwa kepercayaan pemakai bergantung pada situasi
masing-masing. Karena itu model TPB tidak berasumsi bahwa
kepercayaan itu yang berlaku pada satu konteks juga akan berlaku pada
konteks yang lain. (Siregar, 2011)
2. TPB memerlukan suatu studi untuk mengidentifikasi hasil relevan,
kelompok acuan, dan variabel kendali di dalam tiap-tiap konteks yang
digunakan. (Siregar, 2011)
3. Materi TPB memerlukan suatu alternatif perilaku eksplisit jika ingin
memperoleh hasil yang sama. (Siregar, 2011)
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
15
i
i