Anda di halaman 1dari 6

TEORI PERILAKU INDIVIDU

Terdapat beberapa teori perilaku yang digunakan untuk pembahasan mengenai perilaku terkait
dengan kesehatan.

1. TEORI HBM (HEALTH BELIEFS MODEL)


Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk menjelaskan dan
memprediksi perilaku kesehatan. HBM bertujuan untuk mengubah perilaku dalam
menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
Ada enam konstruksi utama HBM menurut Sneling (2014)
• kerentanan yang akan dirasakan (perceived susceptibility)
• Tingkat keparahan yang dirasakan (perceived severity)
• manfaat yang dirasakan (perceived benefits)
• hambatan yang dirasakan (perceived barriers);
• isyarat untuk bertindak (cus to action)
• self-efficacy
Tiga faktor penting dalam HBM
• kesiapan individu
• adanya dorongan
• perilaku itu sendiri

2. THEORY OF REASONED ACTION (TRA) AND THEORY OF PLANNED


BEHAVIOR
TRA pertama kali diperkenalkan oleh psikolog social Martin Fishbein di tahun 1967 dan
dikembangkan bersama muridnya Icek Ajzen di tahun 1980. Theory of Planned
Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Dalam TRA
dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap perilaku dibentuk oleh dua faktor utama
yaitu attitude toward the behavior dan subjective norms (Fishbein dan Ajzen, 1975), Teori
tindakan beralasan Ajzen dan Fishbein, (1980), mengasumsikan perilaku ditentukan oleh
keinginan individu untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu atau
sebaliknya. Keinginan ditentukan oleh dua variabel independen termasuk sikap dan norma
subyektif.
Dalam TPB ditambahkan satu faktor lagi yaitu perceived behavioral control (Ajzen,
1991). Dalam TPB, niat ditentukan oleh tiga variabel antecedent, yaitu:
1. Attitude (Sikap)
Sikap merupakan suatu faktor dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan
respon positif atau negatif pada penilaian terhadap perilaku tertentu. Sebagai contoh
apabila seseorang menganggap sesuatu bermanfaat bagi dirinya maka dia akan
memberikan respon positif terhadapnya, sebaliknya jika sesuatu tersebut tidak bermanfaat
maka dia akan memberikan respon negatif.
Ajzen (2005) mengemukakan bahwa sikap terhadap perilaku ini ditentukan oleh
keyakinan yang diperoleh mengenai konsekuensi dari suatu perilaku atau disebut juga
behavioral beliefs. Behavioral belief berkaitan dengan penilaian-penilaian subjektif
seseorang terhadap dunia sekitarnya, pemahaman mengenai diri dan lingkungannya.
Bagaimana cara mengetahui belief, dalam teori perilaku direncanakan ini, Ajzen
menyatakan bahwa belief dapat diungkapkan dengan cara menghubungkan suatu perilaku
yang akan kita prediksi dengan berbagai manfaat atau kerugian yang mungkin diperoleh
apabila kita melakukan atau tidak melakukan perilaku itu. Keyakinan ini dapat
memperkuat sikap terhadap perilaku berdasarkan evaluasi dari data yang diperoleh bahwa
perilaku itu dapat memberikan keuntungan bagi pelakunya.
2. Subjective Norm (Norma Subjektif)
Norma subjektif menyangkut kepercayaan individu tentang pemikiran orang-orang
yang memiliki arti penting bagi dirinya terhadap perilaku tersebut. Keputusan individu
dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan social khususnya orang-orang yang
berpengaruh bagi kehidupan individu.Fishbein dan Ajzen (1975) menggunakan istilak
motivation to comply yaitu individu mematuhi pandangan orang lain yang berpengaruh
dalam hidupnya atau tidak. Seorang individu akan cenderung melakukan perilaku jika
termotivasi oleh orang lain yang menyetujuinya untuk melakukan perilaku tersebut.
Norma subjektif adalah perasaan atau dugaan-dugaan seseorang terhadap harapan-
harapan dari orang-orang yang ada di dalam kehidupannya tentang dilakukan atau tidak
dilakukannya perilaku tertentu, karena perasaan ini sifatnya subjektif maka dimensi ini
disebut norma subjektif (subjective norm).
Hubungan sikap terhadap perilaku sangat menentukan, maka norma subjektif juga
dipengaruhi oleh keyakinan, bedanya adalah apabila hubungan sikap terhadap perilaku
merupakan fungsi dari keyakinan terhadap perilaku yang akan dilakukan (behavioral
belief) maka norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan seseorang yang diperoleh atas
pandangan orang-orang lain yang berhubungan dengannya (normative belief).
3. Perceived Behavioral Control (Kontrol Perilaku)
Persepsi kontrol perilaku atau disebut juga dengan kontrol perilaku adalah perasaan
seseorang mengenai mudah atau sulitnya mewujudkan suatu perilaku tertentu, (Ajzen,
2005). Dalam teori perilaku direncanakan, Ajzen (2005) mengemukakan bahwa persepsi
kontrol ditentukan oleh keyakinan individu mengenai ketersediaan sumberdaya berupa
peralatan, kompatibilitas, kompetensi, dan kesempatan (control belief strength) yang
mendukung atau menghambat perilaku yang akan diprediksi dan besarnya peran sumber
daya tersebut (power of control factor) dalam mewujudkan perilaku tersebut. Keyakinan
yang kuat terhadap tersedianya sumberdaya dan kesempatan yang dimiliki individu
berkaitan dengan perilaku tertentu dan semakin besar peranan sumberdaya tersebut maka
semakin kuat persepsi kontrol individu terhadap perilaku tersebut. Individu yang
mempunyai persepsi kontrol yang tinggi akan terus terdorong dan berusaha untuk
berhasil karena yakin dengan sumberdaya dan kesempatan yang ada, kesulitan yang
dihadapinya dapat diatasi.
Contoh dalam menjelaskan teori ini adalah sebagai berikut. Sebutlah siti mempunyai
sikap yang positif terhadap olahraga (sikap terhadap perilaku) karena keyakinan siti akan
olahraga dapat menjadikan dia sehat (keyakinan terhadap perilaku) dan evaluasi terhadap
hasil olahraga teratur sudah teruji di beberapa sumber yang dibaca siti dan testimony
temannya juga (evaluasi hasil perilaku).
Siti bekerja di kantor pengembang alat olahraga, sehingga mayoritas teman
sekerjanya olahraga dan seperti kesepakatan tidak tertulis, staf dikantor tersebur
sebaiknya melakukan olahraga (norma subjektif). Keyakinan siti untuk melakukan hal
yang sama seperti mayoritas teman sekerjanya (keyakinan normative) dan motivasi untuk
mematuhi menjadikan norma subjektifnya semakin kuat dan memperkuat niatnya untuk
olahraga.
Niat siti diperkuat oleh keyakinan untuk dapat melakukan olahraga (keyakinan untuk
mengendalikan) dan persepsi siti bahwa dia mempunyai kekuatan untuk dapat
mewujudkan aktivitas olahraganya (persepsi terhadap kekuatan). Kedua hal tersebut
memperkuat persepsi siti bahwa dia dapat mengendalikan kemauan dia untuk melakukan
olahraga. Sikap yang positif untuk olahraga, norma subjektif bahwa olahraga sebaiknya
dilakukan serta pengendalian perilaku untuk melakukan olahraga membentuk niat yang
kuat untuk olahraga dan siti akhirnya memang melakukan olahraga secara teratur.

3. TRANSTHEORETICAL MODEL (TTM)


TTM adalah salah satu teori yang menjelaskan terjadinya perilaku secara individu. TTM
dikembangkan pertama kali oleh James O. Prochasca, seorang Professor psikologi kepala
Cancer Prevention Research Institute di Universitas Rhode Island pada tahun 1977.
Konstruk TTM sebagai berikut
Prekontemplasi : Tidak ada tindakan / perubahan dalam 6 bulan ke depan
Kontemplasi : Niat untuk berubah/ melakukan tindakan dalam 6 bulan ke depan
Preparasi : Niat untuk berubah dalam 30 hari kedepan
Aksi : Sudah berubah, tapi perubahannya kurang dari 6 bulan
Pemeliharaan : Sudah berubah lebih dari 6 bulan
Terminasi : Tidak ada usaha untuk kembali ke perilaku lama dan 100 % yakin

TTM Merupakan dasar model trajektori. TTM juga Merupakan dasar untuk berhenti
merokok (Prabandari, 2012) dan dapat diterapkan untuk mengkaji Intervensi yang sesuai
dalam proses berhenti merokok pada wanita di Turki (Koyun dan Eroglu, 2015)

Contoh kasus Tahapan TTM


Seorang ibu yang diminta oleh petugas kesehatan untuk menurunkan berat badan dengan
melakukan olahraga dan pengaturan makan. Apabila ibu itu menolak dan besitegas bahwa
olahraga dan pengaturan makan tidak dia perlukan maka ibu tersebut dalam Kostruk TTM
ada pada Tahapan PRAKONTEMPLASI. Bila ibu tersebut mengatakan bahwa dia telah
berpikir untuk mengatur pola makan dan berolahraga tetapi melakukannya beberapa dalam
enam bulan ke depan, maka dia ada pada tahapan KONTEMPLASI. JIka ibu tersebut
mengatakan akan melakukan olah raga dan pengaturan pola makan bulan depan maka dia ada
pada tahapan PREPARASI. Selanjutnya, jika Ibu tersebut sudah berubah dan telah
melakukan olahraga dan pengaturan pola makan maka dia ada pada tahapan AKSI
Jika ibu tersebut telah mepertahankan pola makan dan olahraga dimaksud lebih dari 6 bulan,
maka maka dia ada pada tahapan PEMELIHARAAN. Tahapan terakhir yaitu TERMINASI
adalah ketika pola makan dan olahraga dalam waktu yang lama dan tidak ada niat dari ibu
tersebut untuk kembali ke perilaku yang lama.

4. SOCIAL COGNATIVE THEORY (SCT)


Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan penamaan baru dari Teori
Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Albert
Bandura lahir di kanada pada tahun 1925. Ia memperoleh gelar doktornya dalam bidang
psikologi klinis dari University of lowa di mana arah pemikirannya di pengaruhi oleh tulisan
Miller dan Dollard (1941) yang berjudul Social Learning And Imitation. Penamaan baru
dengan nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ide pokok
dari pemikiran Bandura juga Miller dan Dollard tentang belajar meniru merupakan (imitative
pengembangan dari ide learning). ( Yanuardianto, E. 2019. Teori Kognitif Sosial Albert
Bandura : Jurnal Auladuna Volume 1. Jember : Fakultas Tarbiyah Universitas Islam.)
Bandura melabel teorinya sebagai teori kognitif social didasarkan atas beberapa alasan.
Tidak hanya menempatkan manusia mempunyai kemampuan kognitif yang berkontribusi
pada proses motivasi manusia, afeksi dan aksi/tindakan, tetapi juga bagaimana mereka
memotivasi dan meregulasi perilaku mereka dan membuat sistem-sistem social untuk
mengorganisasi dan menstrukturisasi kehidupan mereka. (Abdullah, S. M. 2019. Social
Cognitive Theory : A Bandura Thought Review: Journal Psikodimensia Volume 18.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana.)
Teori kognitif sosial adalah teori yang menonjolkan gagasan bahwa sebagian besar
pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah lingkungan sosial. Dengan mengamati orang
lain, manusia memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-keterampilan, strategi-
strategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap. Individu-individu juga melihat model- model
atau contoh-contoh untuk mempelajari kegunaan dan kesesuaian prilaku-prilaku akibat dari
prilaku yang di modelkan, kemudian mereka bertindak sesuai dengan keyakinan tentang
kemampuan mereka dan hasil yang diharapkan dari tindakan mereka. (Yanuardianto, E.
2019. Teori Kognitif Sosial Albert Bandura : Jurnal Auladuna Volume 1. Jember : Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam.)
Dalam perspektif teorinya juga, manusia dilihat sebagai produk dinamik saling
mempengaruhi antara dimensi personal (kognitif, afektif dan kejadian biologis), perilaku atau
dalam hal ini tindakan dan lingkungan. (Prabandari, dkk. 2020. Ilmu Sosial Perilaku.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.)
Ilustrasi dari penjelasan teori ini terhadap perilaku adalah contoh sebagai berikut.
Seorang staf dinas Kesehatan akan mematuhi merokok ditempat yang disediakan untuk
merokok bila staf tersebut mempunyai pengetahuan (faktor personal) bahwa sekarang ini
telah ada peraturan bahwa merokok masih diperbolehkan ditempat yang disediakan dan sikap
(faktor personal) staf tersebut positif terhadap peraturan. Staf tersebut juga mempunyai
harapan (faktor personal) jika merokok menjadi agak menyulitkan, kemungkinan staf
tersebut akan mengurangi rokok dan bahkan berhenti, seperti himbauan kepala dinas
Kesehatan. Meskipun tempat untuk merokok agak jauh dari ruang kerja staf tersebut, namun
dijalankannya (faktor perilaku), terutama jika keinginan merokok begitu mendesak. Namun
bila keinginan tidak terlalu mendesak, staf tersebut mencoba mempraktekkan menahan
keinginan untuk tidak merokok (faktor perilaku). Faktor lingkungan yang mendorong staf
tersebut akhirnya berkurangnya merokoknya, karena setelah penerapan kawasan bebas asap
rokok, jarang sekali staf di dinas tersebut terlihat merokok sembarangan dan kepala dinas
Kesehatan menjadi orang berpengaruh, karena tepat sebelum penerapan Kawasan bebas asap
rokok, kepala dinas kesehatan berhenti merokok. Aplikasi SCT dalam memprediksi perilaku
merokok menunjukkan bahwa lingkungan yang tidak mendukung perilaku merokok dan
penyesuaian emosional untuk tidak merokok dapat memprediksi perilaku merokok.
Prabandari, dkk. 2020. Ilmu Sosial Perilaku. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.)
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah S.M 2019. Social Cognitive Theory : A Bandura Thought Review : Journal
Psikodimensia Volume 18. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana

Ajzen,I., & Fishbein, M (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior : An Introduction to
Theory and Research, Reading, MA: Addison-wesley.

Ajzen,1991. The Teory of Planned Behaviour. Organizational Behaviour and Human Decision,
Vol 50,Issue 2, p: 179 - 211

Ajzen, Icek.2005. Attitude, Personality and Behaviour (second edition). New York: McGraw
Hill

Health Beliefs Model Component and Linkage,Glantz,Rimer,Viswanath,2008 hal 49

Prabandari, dkk 2020. Ilmu Sosial Perilaku. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Yanuardianto, E.2019. Teori Kognitif Sosial Albert Bandura: Jurnal Auladuna Volume
I.Jember : Fakultas Tarbiyah Universitas Islam

Anda mungkin juga menyukai