Parameter Baku Mutu Udara Ambien pada Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999
Saat ini indeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di Indonesia
adalah indek Standar Pencemar Udara (ISPU), hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 / MENLH / 1997 Tentang Indeks Standar Pencemar
Udara.
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) adalah konsep indeks yang dijadikan rujukan
kategori udara ambien. Udara ambien dalam atmosfer akan terus mengalami perubahan akibat
aktifitas kehidupan manusia maupun kejadian alamiah. Setiap aktifitas akan menghasilkan
sampah atau hasil sampingan yang akan masuk kembali ke dalam sistem atmosfer.
Data Indeks Standar Pencemar Udara diperoleh dari pengoperasian Stasiun Pemantau
Kualitas Udara Ambien Otomatis. Sedangkan Parameter Indeks Standar Pencemar Udara
yaitu:
1. Partikulat (PM10)
2. Karbon Monooksida (CO)
3. Sulfur Dioksida (SO2)
4. Nitrogen dioksida (NO2)
5. Ozon (O3)
Dan untuk perhitungan dan pelaporan serta informasi Indeks Standar Pencemar Udara
ditetapkan oleh Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, yaitu Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 Tanggal 21 November 1997.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, memuat yaitu :
Parameter – parameter Dasar Untuk Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dan Periode
Waktu Pengukuran.
2. Pencahayaan
a. Ruang kerja 300
b. Ruang gambar 750
c. Reseptionis Lux 300 Direct Batas
d. Ruang arsip 150 Reading Minimum
e. Ruang rapat 300
f. Ruang makan 250
3. Suhu
a. Ruang kerja C 23 – 26º C Direct Batas
b. Lobi & koridor 23 - 28º C Reading Minimum &
maksimum
4. Kelembaban
a. Ruang kerja % 40 – 60% Direct Batas
b. Lobi & koridor 30 – 70 % Reading minimum &
maksimum
5. Pergerakan udara m/dtl 0,15 – 0,5 Direct
Reading Batas
minimum &
maksimum
6. EMF mT 0,5 Direct Batas
Reading
maksimum
7. UV Mw/cm 0,0001 Direct Batas
Reading
maksimum
Persyaratan Minimum Kualitas Fisik Udara dalam Ruangan Perkantoran.
A. SISTEM VENTILASI
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam ruangan dan pengeluaran
udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6572-2001), ventilasi bertujuan
menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh keringat dan
sebagainya dan gas- gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan dan proses-
proses pembakaran, menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi, dan
aktifitas lainnya, juga yang menghilangkan kalor yang berlebihan, serta membantu
mendapatkan kenyamanan termal.
Menurut ILO (1991), ventilasi digunakan untuk memberikan kondisi dingin atau panas
serta kelembaban ditempat kerja. Fungsi lainnya yaitu mengurangi konsentrasi debu dan gas-
gas yang dapat menyebabkan keracunan, kebakaran dan peledakan. Ada 2 jenis ventilasi yaitu
ventilasi alami dan ventilasi mekanik.
Teknologi pengendalian pencemaran udara alam suatu plant atau tahap proses
dirancang untuk memenuhi kebutuhan proses itu atau perlindungan lingkungan. Teknologi ini
dapat dipilih dengan penerapan susunan alat pengendali sehingga memenuhi persyaratan yang
telah disusun dalam rancangan proses.
Rancangan proses pengendalian pencemaran ini harus dapat memenuhi persyaratan
yang dicantumkan dalam peraturan pengelolahan lingkungan. Teknologi pengendalian ini
perlu dikaji dengan seksama, agar penggunaan alat tidak berlebihan dan kinerja yang diajukan
oleh pembuat alat dapat dicapai untuk perlindungan lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan teknologi pengendalian atau
rancangan sistem pengendalian yaitu :
o Karakteristik gas buang atau efluen
o Tingkat pengurangan yang dibutuhkan
o Teknologi komponen alat pengendalian pencemaran
o Kemungkinan perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomik.
B. PENGENDALIAN EMISI
Untuk dapat menentukan tingkat pengendalian emisi yang dapat memenuhi persyaratan
perundangan yang berlaku diperlukan pengendalian secara teknis. Sebelum menentukan
rancanfan design pengendalian emisi dari cerobong, ada 5 hal yang perlu diperhatikan, yaitu.
Sifat -sifat fisik dan kimia emisi yang dikeluarkan dari cerobong harus diukur, yang
meliputi ukuran partikel, density, ruang, ukuran spektrum, komposisi kimia, dan
corrosiveness.
Karakteristik dari carrier exhaust gas yaitu termasuk suhu, kelembaban, density, dan
tekanan.
Perkiraan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses yaitu seperti volume aliran,
kecepatan, dan konsentrasi particulate gas.
Konstruksi alat termasuk di dalamnya adalah pemeliharaan, penggunaannya, dan biaya
pembuangannya yang harus diketahui.
Faktor pengoperasian alat termasuk diantaranya pemeliharaan alat, penggunaanya dan
biaya pemeliharaan yang harus diketahui.
Selain itu, ada beberapa tipe atau jenis peralatan yang dapat digunakan untuk
pengendalian emisi, yaitu :
1. Mechanical separators
2. Filtration devices
3. Wet collector
4. Electrostatic precipitators
5. Gas adsorbers
6. Combustion incinerators
1. Mechanical separators
Proses kerja alat ini menggunakan gaya inertial dan gravitasi untuk menghilangkan
partikel emisi dari aliran udara yang keluar. Range dari partikel emisi yang sesuai dengan
efektifitas dari alat pengumpul ini adalah anatara diameter 15 mikron s/d 40 mikron, sedangkan
kejatuhan partikel yang cepat terjadi pada diameter kurang dari 15 mikron. Penggunaan alat ini
di dalam industri sangat terbatas, dan biasanya alat ini digunakan untuk partikel yang sangat
kasar atau alat ini akan dipasangkan dengan alat lain. Dari berbagai variasi separator dapat
dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
a. Gravity Chamber
Alat ini merupakan alat yang tertua dan merupakan alat yang kurang efisien untuk
pengumpulan debu. Alat ini hanya dapat mengumpulkan partikel-partikel yang berdiameter
besar dengan gaya gravitasi. Partikel dengan diameter lebih kecil dari 40 mikron tidak dapat
dikumpulkan.
Pengendapan Sistem Gravitasi
Setting Chambers
b. Cyclone Collectors
Prinsip kerja alat ini adalah dengan membentuk aliran udara ke dalam alat berputar
(vortex). Selanjutnya partikel yang terikut ke dalamnya akan tertarik ke depan oleh adanya
gaya sentrifungal dan akan membentur permukaan dari alat yang akhirnya partikel jatuh ke
bawah karena adanya gaya gravitasi. Putaran aliran udara terdiri dari 2 macam yaitu :
- Spiral ke bawah pada bagian luar
- Spiral ke atas pada bagian dalam.
Selama pemisahan secara cyclonic, kecepatan aliran udara yang masuk akan beberapa
kali lebih tinggi dari kecepatan aliran udara yang ada pada lubang inlet emisi udara. Mekanisme
pemisahan hampir sama dengan pengendapan gravitasi hanya disini perlu adanya gaya
sentrifungal sehingga dihasilkan gaya yang lebih besar pada partikel. Pada Cyclone dengan
diameter kecil nilai kenaikannya lebih dari 2.500 kali gaya gravitasi.
c. Impingement Separators
Prinsip kerja alat ini adalah berdasarkan pada gaya inertial untuk menghilangkan
partikel dari gas yang dikeluarkan. Sepator ini menggunakan lempengan-lempengan untuk
mengumpulkan atau mengkonsentrasikan particulates.
Prinsip kerjanya yaitu partikel bergerak dalam aliran gas kemudian membentur
lempengan-lempengan yang telah diatur sedemikian rupa sehingga partikel-partikel yang besar
akan jatuh setelah membentur lempengan tersebut.
Efisiensi pengumpulan meningkat dengan meningkatnya ukuran partikel, kecepatan
aliran gas dan partikel density. Tetapi efisiensi secara menyeluruh amatlah rendah pada range
50 s/d 80% dengan partikel lebih kecil dari 20 mikron tidak terkumpul. Karena itu desain yang
optimal menggunakan pembukaan kecil antara lempengan-lempengan dan pengaturan
kecepatan aliran gas yang tinggi.
Impingement separatos ini biasanya digunakan oleh sebagian besar industri sebagai
pre-cleaner yang berfungsi untuk memelihara peralatan, sebagai alat pengumpul sebagian
partikel, dan merupakan alat yang mengkonsentrasikan partikel dalam suatu presentasi aliran
gas yang kecil.
2. Filtration devices
Filbration devices merupakan alat yang efektif sekali dalam pengendalian emisi yang
berbentuk debu atau fume. Efisiensi dari filbration devices ini dalam pengumpulan debu dan
fume lebih dari 99%. Ada 3 tingkatam dari alat filrasi ini yaitu :
- Mat filter
- Ultra filter
- Fabric filter
Dari ketiga macam ini, fabric filter adalah filter yang paling baik digunakan dalam
pengendalian pencemaran udara pada industri.
a. Mat filter pada dasarnya sangat berpori -pori ( porous) berisi sekitar 97 – 99% ruang
kosong. Alat ini mempunyai masa pakai yang terbatas dan biasanya digunakan sebagai
proses pembersih udara.
b. Ultra filters, filter ini terdiri dari suatu lapisan filter yang tebal dan digunakan untuk
meningkatkan efisiensi dalam penyaringan terutama untuk polutan seperti buangan
radioaktif.
c. Fabric filters. Filter ini banyak digunakan oleh berbagai industri. Fabric filter ini terdiri
dari 2 macam yaitu panel filter dan baghouse filter.
d. Panel filter terdiri dari susunan filter -filter dengan ketebalan 1 sampai dengan 2 inchi
(2,5 s/d 5 cm). prinsip kerja filter ini adalah penyaring partikel yang dihembuskan oleh
gas ke dalam medium tersebut.
e. Baghause filter. Alat ini dihubungkan memanjang dengan filter fabric, yaitu lebih dari
45 ft (135 cm). prinsip kerjanya adalah udara akan masuk ke dalam kantong- kantong
penyaring (bag filter) yang terbuat dari kain.
Terdapat tiga variable design yang digunakan untuk menentukan tekanan jatuh yang
maksimal dari sistem ini yaitu :
Filter ratio yaitu ratio dari rata-rata aliran volume gas pembawa terhadap filter area.
Tipe dari kain dan seleksi tenunannya.
Periode waktu pembersihan dan metode yang digunakan.
3. Wet collector
Wet collectors atau scrubber adalah peralatan yang memisahkan partikel dan gas
dengan menggunakan air. Prinsip kerja dari wet collectors adalah partikel pertama kali
membentur tetesan - tetesan cairan atau lapisan cairan dan kemudian pada pemisahan
selanjutnya cairan tersebut akan menghilangkan partikel dari aliran gas. Sedangkan
penghilangan dari komponen terjadi dengan jalan absorpsi. Proses ini berlangsung melalui
difusi dari komponen gas terhadap cairan, dimana cairan tersebut akan mengadsorbsi partikel
dan gas.
Wer collector ini digunakan didalam industri, apabila industri tersebut mempunyai
kondisi sebagai berikut :
Bila komponen gas pencemar tersebut perlu dikontrol
Bila menggunakan koleksi secara kering, dimungkinkan akan terjadi kebakaran
Bila gas yang dikeluarkan agak lembab (humid)
Bila dikehendaki pengeluaran secara dingin.
4. Electrostatic precipitators
Prinsip kerja elektrostatis presipitator adalah berdasarkan pengumpulan partikel dengan
diberikan muatan listrik, untuk selanjutnya partikel yang telah bermuatan listrik tersebut akan
tertarik dan terkumpul pada elektroda.
Alat ini juga sering disebut dengan Cottrell Process, karena alat ini pertama kali di
desain oleh Frederick Gardner Cottrell.
Ada 3 proses kerja elektrostatik precipitators ini yaitu :
a. Proses pemberian muatan partikel (particle charging)
b. Proses pengumpulan partikel (particle collecting)
c. Proses pemisahan partikel- partikel yang telah terkumpul (removal of collected
material)
5. Gas adsorbers
Adsorbsi adalah suatu proses yang sangat berguna untuk mengendalikan emisi udara
dari gas-gas yang berbahaya, gas berbau, gas beracun dan radioaktif.
Proses ini melibatkan molekul-molekul gas yang akan melekat pada permukaan zat
padat. Van der Waal’s force, gaya tarik menarik ion-ion, ikatan kimia sekunder dan kondensasi
kapiler. Semuanya memegang peranan penting dalam adsorbsi gas pada permukaan benda
padat.
6. Combustion incinerators
Combustion incinerator adalah suatu proses yang menggunakan reaksi oksidasi untuk
pengendalian emisi. Combustion afterburner banyak digunakan dalam industri dan dapat
digunakan dala berbagai situasi seperti :
a. Untuk mengkontrol odor
b. Untuk mengurangi kualitas dari plume
c. Untuk mengurangi senyawa organic vapor dan emisi partikulat
d. Untuk mengubah senyawa CO menjadi CO2
American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers (ASHRAE) 62,
2013. Ventilation for Acceptance Air Quality.
ASHRAE Standard 111, 2013. Practices for Measuring, Testing, Adjusting, and Balancing of
Building Heating, Ventilation, Air-Conditioning, and Refrigeration Systems.
Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 45/MENLH/1997 Tentang Indeks
Standar Pencemar Udara, 1997.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : KEP- 107/
KABAPEDAL/11/1997 Tentang Pedoman Teknis Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi
Indeks Standar Pencemar Udara
Kuhn, D.M. and M.A. Ghannoum.2003.Indoor Mold, Toxigenic Fungi, and Strachybotcs
Chartarum: Clinical Microbiology Reviews.
Mahole, G.et al. 2003. Development and Application of a Protocol for the Assessment of
Indoor Air Quqlity. Original Paper. Indoor and Built Environment 2003.
Mukono HJ. 1999. Pinsip-Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press;
World Health Organization (WHO). 2014. Ambient (Outdoor) Air Quality and Health.
http://www.indonesian-publichealth.com/standar-penilaian-kualitas-udara-ruang/