Anda di halaman 1dari 4

UDARA AMBIEN DAN KEBAUAN LINGKUNGAN

1. RUANG LINGKUP
Pembahasan dalam artikel ini hanya sebatas pada konsep dasar (awareness) mengenai udara ambien dan kebauan lingkungan industri.

2. DEFINISI
Pencemaran Udara :
Masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia sampai melampaui
baku mutu yang telah ditetapkan baik disengaja maupun tidak disengaja yang menyebabkan mutu udara ambien turun sampai ketingkat
tertentu sehingga udara ambien tidak sehat, bersih serta aman untuk kesehatan dan keselamatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Sumber Pencemar :
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak sehat, bersih serta aman
untuk kesehatan dan keselamatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Udara Ambien :
Udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia dan makhluk hidup
lain serta mempengaruhi unsur lingkungan hidup lainnya.

Baku Mutu Udara Ambien :


Ukuran batas maksimal kadar zat atau unsur tunggal, senyawa dan/atau campuran berbagai macam senyawa yang ada atau seharusnya
ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang (toleran) keberadaannya dalam udara ambien.

Bau :
Suatu rangsangan dari zat dan/atau senyawa yang diterima oleh indera penciuman.

Sumber Bau atau Odoran :


Setiap zat atau unsur tunggal, senyawa dan/atau campuran berbagai macam senyawa yang dapat menimbulkan rangsangan bau pada
keadaan tertentu.

Kebauan Lingkungan :
Bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.

Baku Mutu Kebauan Lingkungan :


Ukuran batas maksimal bau yang ditenggang (toleran) keberadaannya dalam udara yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.

Parameter Kunci :
Parameter dominan dan kritis yang konsentrasinya relatif tinggi dibandingkan dengan parameter lain baik berupa zat atau unsur tunggal,
senyawa dan/atau campuran berbagai macam senyawa yang berasal dari aktifitas usaha dan/atau kegiatan seperti aktifitas dari proses
produksi, bahan penolong, bahan bakar serta termasuk bahan lainnya yang bukan digunakan untuk pengendalian pencemaran.

3. PARAMETER
Parameter Udara Ambien yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia ada sebanyak 9 (sembilan)
parameter yaitu Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro Carbon (HC) – Non Methane
Hidro Carbon (NMHC), Particulate Matter < 10 μm (PM10), Particulate Matter < 2,5 μm (PM2,5), Partikulat Debu < 100 μm / Total
Suspended Particulate (TSP) dan Pb (Timah Hitam).

Catatan :
Berdasarkan pertimbangan parameter kunci secara umum dari berbagai macam sumber pencemar di Indonesia, parameter udara
ambien yang harus dilakukan pemantauan (pengukuran) paling tidak yaitu Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Nitrogen
Dioksida (NO2), Oksidan (O3) dan Particulate Matter < 10 μm (PM10).
Parameter udara ambien lainnya dapat mengacu pada ketentuan hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi usaha dan/atau
kegiatan (AMDAL atau RKL-RPL), peraturan internasional dan/atau peraturan lainnya yang relevan.
Parameter lain yang perlu dipertimbangkan pada saat analisis dampak lingkungan adalah parameter kunci yang dianggap berbahaya
bagi manusia serta dapat mencemari dan/atau merusak lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Parameter Kebauan Lingkungan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia hanya 5 (lima) parameter
dari odoran tunggal yaitu Amoniak (NH3), Hidrogen Sulfida (H2S), Metil Merkaptan (CH3SH), Metil Sulfida ((CH3)2)S, Stirena (C6H8CHCH2).

Catatan :
Parameter kebauan lainnya baik dari odoran tunggal maupun dari odoran campuran dapat mengacu pada ketentuan hasil analisis
mengenai dampak lingkungan bagi usaha dan/atau kegiatan (AMDAL atau RKL-RPL), peraturan internasional dan/atau peraturan
lainnya yang relevan.
Parameter lain yang perlu dipertimbangkan pada saat analisis dampak lingkungan adalah parameter kunci yang dianggap mengganggu
kesehatan manusia dan kenyaman lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

G04R1212104 DISUSUN OLEH MUHAMAD HIBBAN


4. LOKASI DAN JUMLAH TITIK PENGUKURAN
Penentuan atau penetapan titik lokasi pengukuran udara ambien dan kebauan lingkungan, paling tidak harus mengacu pada SNI 19-
7119.6 : 2005 Udara Ambien – Bagian 6 : Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien.

: Batas / Pagar Kawasan Industri

: Batas / Pagar Area Permukiman Penduduk

: Titik Lokasi Sumber Pencemar dan/atau Bau Industri

: Titik Area Lokasi Pengukuran Udara Ambien dan


Kebauan, Lingkungan Industri

Ilustrasi Lokasi Pengukuran Udara Ambien dan Kebauan Lingkungan Industri

Penentuan atau penetapan jumlah titik lokasi pengukuran udara ambien dan kebauan lingkungan pada prinsipnya ditentukan
berdasarkan beberapa faktor pertimbangan, paling tidak yaitu faktor jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan keragamannya (arah
dan kecepatan angin, kelembaban dan suhu udara, dll) serta kebijakan yang berlaku.

Catatan :
Penentuan atau penetapan titik lokasi dan jumlah titik pengukuran udara ambien dan kebauan lingkungan dapat menggunakan
ketentuan lainnya sesuai dengan standar yang telah divalidasi oleh lembaga yang berwenang.

5. METODE PENGUKURAN
Metode Pengukuran Udara Ambien Secara Manual, paling tidak harus mengacu pada :

− Sulfur Dioksida (SO2); SNI 19-7119.7 : 2017 Udara Ambien – Bagian 7 : Cara Uji Kadar Sulfur Dioksida (SO2) dengan Metoda
Pararosanilin Menggunakan Spektrofotometer.
− Karbon Monoksida (CO); SNI 7119.10 : 2011 Udara Ambien – Bagian 10 : Cara Uji Kadar Karbon Monoksida (CO) Menggunakan
Metoda Non Dispersive Infra Red (NDIR).
− Nitrogen Dioksida (NO2); SNI 19-7119.2 : 2017 Udara Ambien – Bagian 2 : Cara Uji Kadar Nitrogen Dioksida (NO 2) dengan Metoda
Gries-Saltzman Menggunakan Spektrofotometer.
− Oksidan (O3); SNI 19-7119.8 : 2017 Udara Ambien – Bagian 8 : Cara Uji Kadar Oksidan (O3) dengan Metoda Neutral Buffer Kalium
Iodida (NBKI) Menggunakan Spektrofotometer.
− Hidro Carbon (HC) – Non Methane Hidro Carbon (NMHC); SNI 7119.13 : 2009 Udara Ambien – Bagian 13 : Cara Uji Hidrokarbon (HC)
Menggunakan Hydrocarbon Analyzer dengan Detektor Ionisasi Nyala (Flame Ionization Detector / FID).
− Particulate Matter ≤ 10 μm (PM10); SNI 7119.15 : 2016 Udara Ambien – Bagian 15 : Cara Uji Partikel dengan Ukuran ≤ 10 μm (PM10)
Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metoda Gravimetri.
− Particulate Matter ≤ 2,5 μm (PM2,5); SNI 7119.14 : 2016 Udara Ambien – Bagian 14 : Cara Uji Partikel dengan Ukuran ≤ 2,5 μm (PM2,5)
Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metoda Gravimetri.
− Partikulat Debu ≤ 100 μm / Total Suspended Particulate (TSP); SNI 7119.3 : 2017 Udara Ambien – Bagian 3 : Cara Uji Partikel
Tersuspensi Total Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metoda Gravimetri.
− Timah Hitam (Pb); SNI 19-7119.4 : 2017 Udara Ambien – Bagian 4 : Cara Uji Kadar Timbal (Pb) dengan Metoda Destruksi Cara Basah
Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.

Metode Pengukuran Kebauan Lingkungan Secara Manual, paling tidak harus mengacu pada :

− Amoniak (NH3); SNI 19-7119.1 : 2005 Udara Ambien – Bagian 1 : Cara Uji Kadar Amoniak (NH3) dengan Metoda Indofenol
Menggunakan Spektrofotometer.
− Hidrogen Sulfida (H2S); SNI 7119.11 : 2007 Udara Ambien – Bagian II : Cara Uji Kadar Hidrogen Sulfida (H2S) Udara Ambien dengan
Metode Biru Metilen Secara Spektrofotometri.
− Metil Merkaptan (CH3SH); hingga saat artikel ini ditulis, SNI untuk pengukurannya belum ada namun alternatifnya bisa menggunakan
American Standard Testing and Material (ASTM) D2913 – 20 Standard Test Method for Mercaptant Content of The Atmosphere.
− Metil Sulfida (((CH3)2)S); hingga saat artikel ini ditulis, SNI untuk pengukurannya belum ada namun alternatifnya bisa menggunakan
American Standard Testing and Material (ASTM) D5504 – 12 Standard Test Method for Determination of Sulfur Compounds In Natural
Gas and Gaseous Fuels by Gas Chromatography and Chemiluminescence.
− Stirena (C6H8CHCH2); hingga saat artikel ini ditulis, SNI untuk pengukurannya belum ada namun alternatifnya bisa menggunakan
American Standard Testing and Material (ASTM) D5135 – 16e1 Standard Test Method for Analysis of Styrene by Capillary Gas
Chromatography.

Catatan :
Metode pengukuran udara ambien dan kebauan lingkungan dapat menggunakan metode lainnya sesuai dengan standar yang telah
divalidasi oleh lembaga yang berwenang.

G04R1212104 DISUSUN OLEH MUHAMAD HIBBAN


6. BAKU MUTU
Baku Mutu Udara Ambien, paling tidak harus mengacu pada PP RI Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Lampiran VII.

Baku Mutu Kebauan Lingkungan, paling tidak harus mengacu pada Kepmen LH Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.

Catatan :
Baku mutu udara ambien dan kebauan lingkungan dapat mengacu pada ketentuan peraturan internasional dan/atau peraturan lainnya
yang lebih ketat.
Nilai baku mutu kebauan yang terdapat pada Kepmen LH Nomor 50 Tahun 1996 adalah untuk durasi 1 jam pengukuran.

7. FREKUENSI DAN PERIODE PENGUKURAN


Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia tidak ada persyaratan atau ketentuan mengenai frekuensi pengukuran
udara ambien dan kebauan lingkungan industri namun pada umumnya, frekuensi pengukuran mengacu pada ketentuan hasil analisis
mengenai dampak lingkungan bagi usaha dan/atau kegiatan (AMDAL atau RKL-RPL) yang pada prinsipnya ditentukan berdasarkan
beberapa faktor pertimbangan, paling tidak yaitu faktor jumlah penduduk, tingkat pencemaran dan keragamannya (arah dan kecepatan
angin, kelembaban dan suhu udara, dll) serta kebijakan yang berlaku.

Catatan :
Frekuensi pengukuran udara ambien dan kebauan lingkungan industri dapat mengacu pada ketentuan peraturan internasional dan/atau
peraturan lainnya yang relevan.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran udara ambien dan kebauan lingkungan industri yang sedikit banyak merepresentatifkan
pencemaran udara yang terjadi, paling tidak pengukuran harus dilakukan pada periode waktu sebagai berikut :

− Amoniak (NH3), Hidrogen Sulfida (H2S), Metil Merkaptan (CH3SH), Metil Sulfida (((CH3)2)S), Stirena (C6H8CHCH2);
Untuk pengukuran 1 jam, pengukuran dilakukan selama 1 jam terus – menerus pada salah satu interval waktu di bawah ini :
• 06.00 – 09.00 (pagi),
• 12.00 – 14.00 (siang), atau
• 16.00 – 18.00 (sore).
Untuk pengukuran 24 jam, pengukuran dilakukan 4 kali (1 kali pada setiap interval waktu; 1 kali pagi, 1 kali siang, 1 kali sore dan 1
kali malam) dengan durasi 1 jam pada interval waktu di bawah ini :
• 06.00 – 10.00 (pagi),
• 10.00 – 14.00 (siang),
• 14.00 – 18.00 (sore), dan
• 18.00 – 22.00 (malam).

Catatan :
Hasil pengukuran 24 jam adalah rata-rata dari 4 kali hasil pengukuran durasi 1 jam pada tiap interval waktu.

− Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2)


Untuk pengukuran 1 jam, pengukuran dilakukan selama 1 jam terus – menerus pada salah satu interval waktu di bawah ini :
• 06.00 – 09.00 (pagi),
• 12.00 – 14.00 (siang), atau
• 16.00 – 18.00 (sore).
Untuk pengukuran 24 jam pengukuran dilakukan selama 24 jam terus – menerus.
− Karbon Monoksida (CO)
Untuk pengukuran 1 jam, pengukuran dilakukan selama 1 jam terus – menerus pada salah satu interval waktu di bawah ini :
• 06.00 – 09.00 (pagi),
• 12.00 – 14.00 (siang), atau
• 16.00 – 18.00 (sore).
Untuk pengukuran 8 jam, pengukuran dilakukan selama 8 jam terus – menerus pada interval waktu 06.00 – 18.00.
− Oksidan (O3);
Untuk pengukuran 1 jam, pengukuran dilakukan selama 1 jam terus – menerus atau pengukuran dilakukan 2 kali dengan durasi 30
menit pada interval waktu 11.00 – 14.00.
Untuk pengukuran 8 jam, pengukuran dilakukan selama 8 jam terus – menerus pada interval waktu 06.00 – 18.00.
− Hidro Carbon (HC) – Non Methane Hidro Carbon (NMHC);
Untuk pengukuran 3 jam, pengukuran dilakukan selama 3 jam terus – menerus pada interval waktu 06.00 – 10.00.
− Particulate Matter ≤ 10 μm (PM10), Particulate Matter ≤ 2,5 μm (PM2,5), Debu / Total Suspended Particulate (TSP), Timah Hitam (Pb);
Untuk pengukuran 24 jam, pengukuran dilakukan selama 24 jam terus – menerus.

G04R1212104 DISUSUN OLEH MUHAMAD HIBBAN


8. PENGENDALIAN
Apabila udara ambien dan/atau kebauan lingkungan melebihi baku mutu maka harus dilakukan pengendalian yang meliputi Eliminasi,
Substitusi dan/atau Kontrol Rekayasa.

Lebih Efektif
Menghilangkan sumber bahaya secara fisik, contoh :
Tidak menggunakan sumber pencemar (mesin), bahan
dan/atau material yang menghasilkan pencemar udara
dan/atau kebauan yang tinggi
Mengganti sumber bahaya, contoh :
Mengganti bahan dan/atau material yang memiliki dan/atau
menghasilkan pencemar udara dan/atau kebauan yang tinggi
dengan bahan dan/atau material yang memiliki dan/atau
menghasilkan pencemar udara dan/atau kebauan yang rendah
Membuat kontrol rekayasa, contoh :
Membuat penghalang dan/atau peralatan pereduksi pencemar udara
dan/atau kebauan seperti tanaman penyerap pencemar udara dan/atau
bau, scrubber, adsorption filter, dll
Kurang Efektif

Hirarki Pengendalian Pencemaran Udara Ambien dan Kebauan Lingkungan

9. REFERENSI
Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR) - Environmental Odors Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
United States Department of Health & Human Services.
American Standard Testing and Material (ASTM) D2913-20 Standard Test Method for Mercaptant Content of The Atmosphere.
American Standard Testing and Material (ASTM) D5135 – 16e1 Standard Test Method for Analysis of Styrene by Capillary Gas
Chromatography.
American Standard Testing and Material (ASTM) D5504 – 12 Standard Test Method for Determination of Sulfur Compounds In Natural
Gas and Gaseous Fuels by Gas Chromatography and Chemiluminescence.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 205 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.
National Council of The Paper Industry for Air and Stream Improvement, Inc (NCASI). 1997. Methods Manual, Determination of Chlorine
and Chlorine Dioxide in Pulp Mill Bleach Plant Vents.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-4844 : 1998 Metode Pengujian Konsentrasi Hidrogen Sulfida (H 2S) dalam Udara dengan Alat
Spektrofotometer Air Sampler (HVS).
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.1 : 2005 Udara Ambien – Bagian 1 : Cara Uji Kadar Amoniak (NH3) dengan Metoda Indofenol
Menggunakan Spektrofotometer.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.1 : 2005 Udara Ambien – Bagian 1 : Cara Uji Kadar Amoniak (NH3) dengan Metoda Indofenol
Menggunakan Spektrofotometer.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.6 : 2005 Udara Ambien – Bagian 6 : Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan
Kualitas Udara Ambien.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7119.11 : 2007 Udara Ambien – Bagian II : Cara Uji Kadar Hidrogen Sulfida (H2S) Udara Ambien dengan
Metode Biru Metilen Secara Spektrofotometri.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7119.13 : 2009 Udara Ambien – Bagian 13 : Cara Uji Hidrokarbon (HC) Menggunakan Hydrocarbon
Analyzer dengan Detektor Ionisasi Nyala (Flame Ionization Detector / FID).
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7119.10 : 2011 Udara Ambien – Bagian 10 : Cara Uji Kadar Karbon Monoksida (CO) Menggunakan
Metoda Non Dispersive Infra Red (NDIR).
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7119.14 : 2016 Udara Ambien – Bagian 14 : Cara Uji Partikel dengan Ukuran ≤ 2,5 μm (PM2,5)
Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metoda Gravimetri.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7119.15 : 2016 Udara Ambien – Bagian 15 : Cara Uji Partikel dengan Ukuran ≤ 10 μm (PM10)
Menggunakan Peralatan High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metoda Gravimetri.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.2 : 2017 Udara Ambien – Bagian 2 : Cara Uji Kadar Nitrogen Dioksida (NO 2) dengan Metoda
Gries-Saltzman Menggunakan Spektrofotometer.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7119.3 : 2017 Udara Ambien – Bagian 3 : Cara Uji Partikel Tersuspensi Total Menggunakan Peralatan
High Volume Air Sampler (HVAS) dengan Metoda Gravimetri.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.4 : 2017 Udara Ambien – Bagian 4 : Cara Uji Kadar Timbal (Pb) dengan Metoda Destruksi Cara
Basah Menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.7 : 2017 Udara Ambien – Bagian 7 : Cara Uji Kadar Sulfur Dioksida (SO2) dengan Metoda
Pararosanilin Menggunakan Spektrofotometer.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.8 : 2017 Udara Ambien – Bagian 8 : Cara Uji Kadar Oksidan (O3) dengan Metoda Neutral Buffer
Kalium Iodida (NBKI) Menggunakan Spektrofotometer.

G04R1212104 DISUSUN OLEH MUHAMAD HIBBAN

Anda mungkin juga menyukai