Pendahuluan
P
ernahkah saudara melihat Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis yang
berisi data Indeks Standar Pencemar Udara?. Data tersebut berisi pencemar utama
yang semuanya merupakan pencemar udara yang bersifat kimia. Pada modul bab 3
saudara juga sudah mempelajari tentang Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang
ditetapkan berdasarkan lima pencemar utama, yaitu : karbon monoksida (CO), sulfur dioksida
(SO2), nitrogen dioksida (NO2), ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10). Maka pada
modul bab 5 ini, Saudara akan mempelajari bagaimana melakukan pengukuran-pengukuran
parameter kimia tersebut. Pengukuran kualitas kimia udara bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi zat pencemar bahan kimia yang ada di udara. Data hasil pengukuran bahan kimia
di udara tersebut sangat diperlukan untuk berbagai kepentingan, diantaranya untuk
mengetahui tingkat pencemaran udara di suatu daerah atau untuk menilai keberhasilan
program pengendalian pencemaran udara yang sedang dijalankan.
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid (representative), maka dari mulai
pengambilan sampel udara sampai dengan analisis di laboratorium harus menggunakan
peralatan, prosedur dan operator (teknisi, laboran, dan analis) yang dapat dipertanggung
jawabkan. Perlu diketahui bahwa konsentrasi zat pencemar di udara ambien sangat
dipengaruhi oleh :
Sumber emisi (alamiah dan anthropogenik)
Faktor meteorologi (temperatur, tekanan, kelembaban, intensitas matahari, curah
hujan , mixing height, arah dan kecepatan angin )
Faktor topografik
Karena intensitas sumber emisi dan faktor meteorologis (khususnya arah dan
kecepatan angin) selalu berubah, maka dengan demikian konsentrasi zat pencemar di udara
ambien juga selalu berubah (tidak konstan). Perubahan konsentrasi zat pencemar di udara
ambien terjadi karena perubahan waktu (temporal) dan juga terjadi karena perubahan tempat
(spatial)
Berdasarkan proses pembentukannnya, zat pencemar di udara ambien dapat
dibedakan di zat pencemar primer dan zat pencemar sekunder. Zat pencemar primer dapat
didefinisikan sebagai zat pencemar yang terbentuk di sumber emisinya (SO2, NOx), sedangkan
zat pencemar sekunder merupakan zat pencemar yang terbentuk di atmosfer, yang
Gambar : Lokasi Peralatan Pemantau Yang Relatif Jauh Dengan Bangunan atau Pohon Tinggi
Sumber : SNI-19-7119.9-2005.
4. Homogenitas sampel
Homogenitas sampel memegang peranan yang sangat penting dalam pengambilan sampel
udara. Sampel yang diambil dari media udara yang homogen diharapkan dapat mewakili
kondisi kualitas udara yang sesungguhnya.
Teknik pengambilan sampel udara dilihat lokasi pemantauannya terbagi dalam dua
kategori yaitu teknik sampling udara emisi, dan teknik sampling udara ambien. Sampling udara
emisi adalah teknik sampling udara pada sumbernya seperti cerobong pabrik dan saluran
knalpot kendaraan bermotor. Teknik sampling kualitas udara ambien adalah sampling kualitas
udara pada media penerima polutan udara/emisi udara. Untuk sampling kualitas udara
ambien, teknik pengambilan sampel kualitas udara ambien saat ini terbagi dalam dua
kelompok besar yaitu pemantauan kualitas udara secara aktif (konvensional) dan secara pasif.
Dari sisi parameter yang akan diukur, pemantauan kualitas udara terdiri dari
pemantauan gas dan partikulat. Teknik pengumpulan gas yang umum digunakan untuk
menangkap gas pencemar di udara adalah dengan teknik absorpsi, teknik adsorbsi, dan teknik
evacuated yaitu pendinginan dan pengumpulan pada kantong udara (bag sampler atau tube
sampler), sedangkan teknik pengumpulan partikulat/debu yang sering di gunakan adalah
teknik Impaksi, teknik filtrasi, dan teknik elektrostatik presipitator.
1. Teknik Absorpsi
Teknik absorpsi adalah teknik pengumpulan gas berdasarkan kemampuan gas
pencemar terabsorpsi/bereaksi dengan larutan pereaksi spesifik (larutan absorben). Pereaksi
kimia yang digunakan harus spesifik artinya hanya dapat bereaksi dengan gas pencemar
tertentu yang akan di analisis. Efisiensi pengumpulan nya sangat dipengaruhi oleh:
Karakteristik dari gas pencemar, yaitu kemampuan/kecepatan absorpsi zat pencemar
pada larutan spesifik
Waktu kontak antara gas pencemar dengan pereaksi spesifik
Luas permukaan bidang kontak/ukuran gelembung.
2. Teknik adsorbsi
Teknik adsorbsi berdasarkan kemampuan gas pencemar teradsorbsi pada per-mukaan
padat adsorbent. Jenis adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif, TENAX-GC atau
Amberlite XAD). Teknik ini digunakan untuk pengumpulan gas-gas organik seperti senyawa
hidrokarbon, benzene, toluene dan berbagai jenis senyawa organik yang mampu terserap
pada permukaan adsorben yang digunakan.
Efisiensi pengumpulan gas analit/gas pencemar pada adsorbent tergantung:
1. Konsentrasi gas pencemar disekitar permukaan adsorben.
Semakin tinggi konsentasi gas pencemar semakin tinggi efisiensi pengum-pulan.
2. Luas permukaan adsorben, semakin kecil diameter adsorben semakin luas permukaannya,
semakin banyak gas analit yang teradsorpsi.
3. Temperatur. Semakin tinggi temperatur semakin rendah efisiensi pengumpulan gas analit,
oleh sebab itu teknik ini jarang digunakan untuk pengumpulan gas pencemar dari sumber
emisi (cerobong) dengan temperatur gas yang ting-gi.
4. Kompetisi dari gas organik lain.
Senyawa organik yang lain akan ikut terdesorbsi peda permukaan padat sehingga efisiensi
pengumpulan semakin berkurang.
5. Sifat/karateristik dari adsorben yang digunakan
Harus digunakan jenis adsorben yang cocok/sesuai dengan jenis gas analit yang akan
diukur. Karbon aktif yang bersifat non polar cocok untuk gas or-ganik yang polaritasnya rendah
seperti senyawa hidrokarbon
3. Teknik evacuated
Teknik pengumpulan contoh gas dengan evacuated , memerlukan alat penampung gas
yaitu berupa botol yang inert yang telah divakumkan atau dengan kantong udara yang terbuat
dari bahan tedlar atau Teflon, atau digunakan jarum suntik ( gas syringe). Teknik ini sering
digunakan untuk gas pencemar dengan konsentrasi yang tinggi dan tidak memerlukan
pemekatan contoh udara.
5. Teknik Impaksi
Untuk pengumpulan partikulat /debu dari udara berbeda dengan pengumpulan gas.
Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan partikulat adalah ukuran diameter dari
partikulat tersebut. Ukuran partikulat di dalam matrik gas /udara bervariasi dari ukuran lebih
besar dari ukuran molekul (0.0002 mikron) sampai mencapai ukuran 500 µm. Setiap teknik
6. Teknik Filtrasi
Pengumpulan partikulat/debu dengan teknik filtrasi merupakan teknik yang paling
populer. Jenis filter yang digunakan adalah filter fiber glass , cellulose, polyurthen foam .
Setiap jenis filter mempunyai karateristik tertentu yang cocok untuk penggunaan tertentu.
Filter fiber glass merupakan filter yang paling banyak digunakan untuk pengukuran
SPM (suspended particulate mater) atau TSP (Total Suspended Particulate) , terbuat dari
mikro fiber gelas dengan porositas < 0,3 µm, yaitu mempunyai efisensi pengumpulan
partikulat dengan diameter 0,3 µm sebesar 95%. Filter ini tahan korosif dan dapat digunakan
pad temperatur 540oC. Tetapi kelemahannya , filter ini mudah sobek.
1. Jelaskan apa maksud dan tujuan pengambilan sampel udara, pada pemeriksaan kualitas
kimia udara ?
2. Sebutkan dan jelaskan penentuan titik lokasi pengambilan sampel udara ambien pada suatu
sumber pencemaran menurut SNI-19-7119.9-2005?
3. Sebutkan dan jelaskan beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam melakukan
pengambilan sampling udara?
4. Sebutkan macam-macam teknik pengambilan sampel udara, pada pemeriksaan kualitas
kimia udara?
5. Jelaskan mekanisme pengambilan sampel udara dengan menggunakan teknik absorpsi
pada pemeriksaan kualitas kimia udara?
Ringkasan
1. Pengambilan sampel udara adalah suatu rangkaian rantai kegiatan pengawasan kualitas
udara, dimana ketelitian dan kebenaran hasil tergantung pada sampel yang representatif dan
ketelitian analisa. Apabila sampel udara tidak atau kurang representatif, maka akan
merupakan suatu kerugian besar di dalam analisa, sehingga dapat menyebabkan kekeliruan
dalam pengambilan keputusan.
2. Teknik pengumpulan gas yang umum digunakan untuk menangkap gas pencemar di udara
ambien adalah teknik absorpsi, adsorpsi, pendinginan dan pengumpulan pada kantong
udara (bag sampler atau tube sampler). Pengertian sampling disini adalah pengambilan
suatu contoh udara pada tempat-tempat tertentu, dimana diharapkan konsentrasi zat
pencemar yang didapat dari hasil pengukuran dapat mewakili konsentrasi contoh secara
keseluruhan.
3. Peralatan yang lazim digunakan dalam sampling kualitas udara adalah peralatan impinger
untuk sampling gas-gas diudara. Dalam melakukan pengumpulan gas pencemar dengan
metode ini , perlu diperhatikan efisiensi pengumpulan gas pencemar. Susunan Peralatan
Tes 2
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1. Pada saat akan melakukan pengambilan sampel udara pada pengukuran kadar debu di
permukiman, maka perlu juga diukur parameter-parameter lain yang dapat
mempengaruhi kadar debu udara lingkungan. Salah satu parameter yang harus diukur
adalah parameter yang mempegaruhi area permukiman mana yang akan terpapar oleh
debu pada saat itu. Apakah parameter yang dimaksud pada kasus diatas?
A. Suhu udara
B. Arah angin
C. Curah hujan
D. Kecepatan angin
E. Kelembaban udara
3. Suatu wilayah permukiman terdapat industri pengolahan logam yang dikeluhkan warga
karena adanya emisi debu dari cerobong asapnya. Sanitarian Puskesmas setempat ingin
melakukan pemantauan kualitas udara. Pengambilan sampel bedasarkan sumber
pencemar apa yang tepat untuk kasus tersebut diatas?
A. Titik
B. Garis
C. Kotak
D. Kawasan
4. Pengambilan sampel dengan cara udara yang mengandung partikulat dilewatkan ke
dalam medan listrik, yaitu 2 (dua) plat logam yang dialiri muatan positif dan negatif. Maka
5. Pengambilan sampel dengan cara udara dilewatkan pada bahan yang terbuat dari mikro
fiber gelas dengan porositas < 0,3 µm, yaitu mempunyai efisensi pengumpulan partikulat
dengan diameter 0,3 µm sebesar 95%. Apakah nama teknik pengambilan sampel
tersebut?
A. Teknik Absorbsi
B. Teknik Disorbsi
C. Teknik Evacuated
D. Teknik Filtrasi
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Tes 1 yang terdapat di bagian
akhir Bab 5 ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi Topik 1.
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Bagus, artinya Saudara sudah
memahami dengan baik materi Topik 1 dan dapat melanjutkan ke Topik 2. Jika masih dibawah
80 %, Saudara harus mengulangi materi Topik 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
Topik 2
Berbagai jenis metode pengukuran zat pencemar di udara dapat digunakan untuk
mengukur zat pencemar, dari mulai metode analitik yang sederhana dengan waktu
pengukuran yang lama sepert titrasi atau gravimetri sampai metode analitik yang paling
mutakhir, yaitu menggunakan prinsip fisiko-kimia yang mampu mengukur gas pencemar
dengan konsentrasi rendah secara automatik dengan waktu pengukuran yang cepat ( ± 60
detik). Pada tulisan ini akan hanya diberikan beberapa metode analisa yang umum digunakan
untuk beberapa parameter udara . Metode Pengukuran zat pencemar di udara diantaranya
sebagai berikut :
a) Metode pararosaniline-spectrofotometri.
SO2 di udara diserap/diabsoprsi oleh larutan kalium tetra kloromercurate (absorbent) dengan
laju flowrate 1 liter/menit. SO2 bereaksi dengan kalium tetra kloromercurate membentuk
komplek diklorosulfitomercurate. Dengan penambahan pararosaniline dan formaldehide
akan membentuk senyawa pararosaniline metil sulfonat yang berwarna ungu kemerahan.
Intensitas warna diukur dengan spectrofotometer pada panjang gelombang 548 nm. Susunan
peralatan untuk sampling SO2 Midget Impinger trap rotameter pompa hisap
b) Metode UV-spectrofotometri.
Prinsip dasar pengukuran gas SO2 dengan sinar ultra violet adalah berdasarkan
kemampuan molekul SO2 berinteraksi dengan cahaya pada panjang gelombang 190 –230 nm,
menyebabkan elektron terluar dari molekul gas SO2 akan tereksitasi pada tingkat energi yang
lebih tinggi (excited state). Elektron pada posisi tereksitasi akan kembali ke posisi ground state
dengan melepaskan energi dalam bentuk panjang gelombang tertentu. Dengan mengukur
intensitas cahaya tersebut maka dapat ditentukan konsentrasi gas SO2. Metode ini praktis
mudah dioperasikan , stabil dan akurat, metode ini metode yang dipakai untuk alat
pemantauan kualitas udara scara automatik dan kontinyu. Perlu diketahui bahwa ketelitian
dan keakuratan metode ini , sangat dipengarhui oleh sistem kalibrasi alat tersebut.
2. Oksida-oksida Nitrogen.
a) Metode Griess-Saltman-spectrofotometri
NO2 di udara direaksikan dengan pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk
senyawa yang berwarna ungu. Intensitas warna yang terjadi diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 520 nm. Susunan perlatan untuk sampling NO2 adalah Fritted
Impinger trap rotameter pompa hisap.
3. Karbonmonoksida
a) Metode Nondispersive infrared (NDIR).
Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah pada
panjang 4,6 µm . Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding dengan konsentrasi
CO di udara. Analyzer ini terdiri dari sumber cahaya inframerah, tabung sampel dan
reference, detektor dan rekorder.
b) Metode Lain
Metode lain yang juga digunakan adalah metode oksidasi CO dengan campuran CuO-
MnO2? dalam suasana panas membentuk gas CO2. Selanjutnya CO2 tersebut diabsorpsi
dengan larutan Ba(OH)2 berlebih. Kelebihan Ba(OH) dititrasi asam oxalat menggunakan
indikator phenol phthalin . Metode yang lain adalah oksidasi CO oleh I2O5? dalam suasana
panas menghasilkan gas I2. Selanjutnya gas tersebut ditangkap oleh larutan KI membentuk
warna kuning dan diukur dengan specktrofotmeter. Kedua metode ini hanya cocok untuk
untuk konsentrasi CO relatif tinggi 5 ppm.
4. Ozon/Oksidan
a) Metode Neutral Buffer Potassium Iodine (NBKI) –spectrofotometri.
Gas /udara yang mengandung ozon dilewatkan dalam pereaksi kalium iodida pada buffer
pH netral (pH 6,8), membebaskan Iodium. Selanjutnya Iodium yang dibebaskan diukur
intensitasnya pada panjang gelombang 350 nm.
Susunan peralatan untuk pengukuran ozon adalah sebagai berikut:
Fritted Impinger trap rotameter pompa hisap
b) Metode Chemiluminescence.
Gas ozon direaksikan dengan gas asetilin membentuk aldehide yang tidak stabil , yang
selanjutnya akan melepaskan energi dalam bentuk cahaya. Intensitas cahaya yang
diemisikan diukur dengan fotomultiplier, yang berbanding lurus dengan konsentrasi ozon.
Panjang gelombang cahaya yang diemisikan pada panjang gelombang 300 – 600 nm.
Dimana:
24,45 = konversi untuk 1 mol = 24,45 liter ( 25oC , 1 atm)
BM = berat molekul
103 = konversi dari ml ke liter.
Perlu diketahui bahwa gas merupakan zat yang volumenya berubah dengan perubahan
temperatur dan tekanan. Maka dalam menyatakan konsentrasi zat pencemar dalam udara
digunakan kondisi standar yaitu kondisi dimana volume udara ditetapkan dan kondisi tertentu
, yang dinyatakan dengan kondisi standar
Dimana :
V std = Volume udara pada kondisi standar 25 C , 1 atm (m3)
V sample = Volume udara pada kondisi sampling ( m3)
P sample = tekanan udara pada kondisi sampling ( mm Hg)
P std = tekana udara pada kondisi standar ( 760 mm Hg)
T std = Temperatur pada kondisi standar (273 + 25 K)
T sample = Temperatur pada kondisi sampling ( 273 + C ).
Ringkasan berbagai metoda analisa kualitas udara untuk berbagai parameter yang
akan diukur dapat dilihat di tabel berikut :
Metode Analisa Kualitas udara
B. Prosedur Pengukuran
a. Prinsip Kerja
Partikel debu adalah suatu kumpulan senyawa dalam bentuk padatan yang tersebar di
udara dengan diameter yang sangat kecil, kurang dari satu mikron sampai dengan maksimal
500 mikron. Ukuran partikel debu yang membahayakan kesehatan umumnya ber-kisar antara
b. Peralatan.
Sampler, yang terdiri dari face plate, gasket, tempat saringan, pengontrol aliran
udara, pengatur waktu dan motor. Sampler ini harus mampu menghisap udara
dengan kecepatan antara 1,1 sampai 1,7 m3/menit, dan udara dilewatkan melalui
saringan berukuran 20 x 25 cm.
Pelindung sampler (sampler shelter).
Adalah alat yang berfungsi sebagai rumah atau pelindung seluruh komponen
peralatan pada point a, dari segala gangguan yang tidak diinginkan.
Alat pencatat aliran udara. Alat ini berguna untuk mencatat kecepatan aliran udara
periode waktu selama 24 jam.
Pengatur aliran udara, alat ini berguna untuk mengatur aliran udara
sample/contoh dengan daya sekitar 0,008 m3/menit.
Meteran waktu, alat ini berfungsi untuk menunjukkan waktu sampai dengan 1440
menit dengan tingkat ketelitian 1 menit.
Timbangan analitis, alat ini berfungsi untuk menimbang filter dengan ukuran 20 x
25 cm, dengan angka kepekaan 0,1 mg.
c. Prosedur Kerja.
(1). Persiapan
Alat harus berjarak > 20 meter dari pohon besar
Jarak alat dari bangunan tinggi sekurang-kurangnya 2 kali perbedaan tinggi alat
dengan bangunan tersebut
Alat harus jauh dari Incenerator atau tempat pembakaran lainnya.
Untuk analisa gravimetri, filter yang telah dipakai terlebih dahulu disimpan dalam
desikator selama 24 jam kemudian ditimbang. Catat berat filter (sebagai berat akhir).
Selisih berat awal dan berat akhir adalah berat debu yang tertangkap. Bila diperlukan,
filter yang sudah ditimbang dapat disimpan untuk analisa selanjutnya. Berat SPM dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
( Wf - Wi )
SPM = ----------------------------- x 106
Vt
Keterangan :
SPM = Berat partikel debu, ug/m3
Wf = Berat akhir filter, gram
Wi = Berat awal, gram
Vt = Volume udara contoh, m3
106 = Faktor konversi dari gram ke ug.
Data pemeriksaan :
1. Berat filter Awal (sebelum) : ........................................................... gram
2. Berat filter akhir (sesudah) : ............................................................ gram
3. Kecepatan Aliran Udara : ............................................................ lpm
4. Lama sampling : ............................................................ menit/jam
5. Volume sampel Udara : ........................................................... liter/m3
Mengetahui :
[ ] [ ]
2. Prosedur Pengukuran Gas Sulfur
Salah satu bahan polutan yang dapat mencemari udara ialah gas sulfur dioksida. Gas SO 2
ini ditimbulkan sebagai akibat proses pembakaran bahan fosil untuk energi. Disamping itu gas
SO2 timbul dari hasil kegiatan industri peleburan (smelting), industri asam sulfat dan
pengilangan minyak. Gas SO2 merupakan gas yang tidak dapat terbakar, tidak berwarna dan
dapat berada di udara dalam bentuk gas maupun yang terlarut dalam butiran-butiran air.
a. Prinsip kerja.
Metode Pararosaniline berdasarkan pada prinsip kerja penyebaran gas SO2 di udara
dalam larutan potassium tetrachloromercurate dan akan terbentuk dichloro-sulfitomercurate
complek yang tahan terhadap oksidasi oleh zat asam dari udara. Dari metode ini akan
terbentuk suatu warna yang intensi-tasnya dapat diukur sebagai gambaran kadar SO2 di
udara. Intensitas warna dapat diukur dengan Colorimeter atau spectrophotometer. Metode
ini dianjurkan karena peralatan yang digunakan relatif cukup sederhana. Untuk pengukuran
SO2 pada konsentrasi antara 25 sampai l000 ug/m3, dapat diukur dengan menggunakan
prescribe sample conditions. Sedang untuk kadar dibawah 25 ug/m3 dapat diukur dengan cara
memperbesar contoh udara yang dihisap. Salah satu asset metode ini ialah didapatnya suatu
keadaan sampel yang relatif stabil sesudah pengambilan contoh. Apabila sampel disimpan
dalam suhu 3 derajat C selama 30 hari, maka tidak dijumpai adanya gas SO2 yang hilang.
Metode ini didasarkan pada reaksi Schiff. Pada awalnya reaksi ini digunakan untuk
mengetes formal dehyde dan kemudian dimodifikasi untuk mengetes SO2 oleh Steigmann dan
Kozlyaeva. Metode ini digunakan oleh EPA di USA. Dalam pengukuran SO2 ada kemungkinan
gangguan-ganggu-an dari beberapa bahan oksidan, seperti NOx, Ozone, Besi, Mn dan Cr.
b. Peralatan.
Midget Impenger
Pompa hisap udara
Flow control devise
Spectrophotometer. berkemampuan mengukur absorben gelombang 548 nm.
Gelas Ukur
Labu ukur 25 ml
Pipet volume 10 ml
Pipet ukur
c. Reagensia.
Air destilasi, air yang digunakan harus bebas dari bahan-bahan oksidasi.
Reagen absorbsi, Bahan ini sangat beracun, sehingga bila mengenai kulit harus
segera dicuci dengan air. Larutan penyerap ini ialah Potasium tetrachloro-
mercurate (TCM).
Sulfamic acid 0,6 persen
Formaldehyde 0,2 persen
Pararosanilin 0,2 persen
Larutan standar SO2
Larutan Sodium thiosulfat 0,1 N dan 0,01 N
Larutan sulfat standar
Reagen Pararosaniline.
Metode ini pada umumnya digunakan untuk waktu pengambilan 30 menit, 1 jam,
ataupun 24 jam. Apabila sampel terpaksa harus disimpan lebih dari satu hari sebelum
dianalisa, maka sampel harus disimpan dibawah suhu 5 derajat C dalam refrigerator.
e. Prosedur
Midget impenger diisi dengan penyerap.
Hubungkan dengan pompa isap dan listrik.
Catat waktunya (t menit) dan debit pompa.
f. Cara analisa.
Ambil 10 ml contoh uji, masukkan dalam labu ukur 25 ml
Tambahkan 1 ml 0,6 % Sulfamic acid, tunggu 10 menit
Tambahkan 2 ml 0,2 % formal dehida
Tambhakan 5 ml 0,2 % Pararosanilin, tambah aquadest bebas CO2 sampai batas,
diamkan selama 30 menit.
Baca absorbansinya pada spectrophotometer dengan panjang gelombang 575 nm.
Baca konsentrasinya pada grafik kalibrasi (standart)
Nitrogen monoksida dan Nitrogen dioksida merupakan polutan oksida nitrogen utama
yang paling umum terjadi. Polutan ini disebabkan oleh adanya proses pembakaran pada suhu
tinggi. Di atmosfer gas NO akan dioksidasi menjadi NO2, sedangkan gas NO adalah gas yang
tidak berwarna, tidak berbau dan sedikit larut dalam air. Sedangkan NO2, merupakan gas yang
berwarna coklat kemerahan dengan bau yang tajam khas, bersifat korosif dan mudah
teroksidasi. NO dan NO2 dapat diukur secara terpisah maupun bersama-sama sebagai Oksida
Nitrogen (NOx).
Metode ini merupakan metode manual yang telah dipergunakan di Amerika dan Eropa.
Metode Saltzman didasarkan pada reaksi specifik dari ion nitrit dengan reagen pembentuk
warna. Warna azo atau jelas yang terjadi dapat diukur secara kolorimetrik. NO2 di udara
diubah menjadi ion nitrit melalui kontak dengan larutan penyerap yang mengandung reagen
pembentuk warna. Metode ini dianjurkan, karena peralatan yang dibutuhkan cukup
sederhana dan tidak mahal. Untuk menganalisa sampel dipergunakan sebuah kolorimeter,
atau lebih disarankan spectrophotometer.
Metode ini cukup dapat dipercaya untuk periode sampling 2 jam. Jika NO2 harus diukur
untuk periode lebih dari 2 jam atau dicurigai terdapat kelebihan oksidator atau reduk-tor,
maka satu seri sampel untuk periode pendek (15—30 menit) harus diambil dan masing-
masing sampel dianalisa secepat-cepatnya. Metode ini cukup peka untuk menditeksi kadar
b. Peralatan
Alat penyerap (Midget Impenger)
Alat pengukur aliran udara. Alat ini dapat mengukur aliran secara tepat antara 0,3
dan 0,6 1/menit.
Pompa udara. Pompa hisap yang memenuhi syarat, dipakai untuk mengambil
sampel dengan aliran yang ditentukan dengan interval 2 jam.
Pipet 1 ml, berskala dengan pembagian 0,1 ml, dan pipet volumetric 10 ml.
Gelas ukur berskala 50 ml dengan pembagian skala 1 ml 100 ml dengan pembagian
skala 1 ml dan 1000 ml dengan pembagian skala 10 ml.
Labu ukur : 25, 150, 250, 1000 ml
Gelas piala 2 liter atau lebih besar.
Botol reagen, pengaduk mekanik
Spectrophotometer.
c. Reagensia.
Larutan induk, adalah 0,1% N (1 Naftil). Etilen diamin dihidrokhlorid. 0,1 gram
reagen dilarutkan dalam 100 ml air.
Reagen penyerap. 5 gr asam sulfanilat dilarutkan dalam 800 ml air suling.
Campuran ini harus diaduk secara mekanik. Kedalam campuran yang sudah dingin
ditambahkan 140 ml asam acetat glacial dan 20 ml larutan 0,1 N larutan point 1
dan diencerkan sampai 1 liter. Reagen ini dapat tahan disimpan dalam almari
pendingin (coklat) selama 2 bulan.
Larutan standar Natrium Nitrit (larutan induk) 2,03 gr/1. Larutan induk dibuat
dengan cara menimbang 2,03 gr reagen yang berbentuk butiran padat dan
dilarutkan dengan air suling dalam labu ukur sampai 1 liter. Larutan ini tahan
sampai 3 bulan.
Larutan Natrium Nitrit 0,0203 gr/1. Larutan selalu dibuat baru dengan cara
memipet 10 ml larutan induk kemudian diencerkan dalam 1 liter.
d. Prosedur.
Qt 10
Metode ini merupakan suatu metode yang otomatis berdasarkan pada reaksi fase gas dari
etilen dan Ozon. Ozon ini dapat bereaksi dengan etilen berlebihan dan menghasilkan ozonida
yang membebaskan cahaya pada penguraiannya. Intensitas cahaya ini diukur secara
fotometris dan berbanding langsung dengan kadar O3 di udara. Alat analisa yang didasarkan
pada prinsip ini umumnya dapat dipercaya, mudah dioperasikan, spesifikasi tinggi dan sangat
peka. Metode ini dipergunakan untuk mengukur O3 pada kisaran dari 10-2000 ug/m3 (0,005-
lebih 1 ppm). Untuk pengukuran normal dianjurkan memakai skala 0—500 ug/m3 (0-0,25
ppm) dan dari 0-1000 ug/nA
b. Peralatan.
Midget Impanger
Flow meter
Pompa Hisap
Spektrofotometer
d. Prosedur Kerja
Rangkaikan berurutan midget impinger , Tabung U, Flow meter, Vakum pump,
Generatior. ( Sebelumnya midget impinger diisi 10 ml absorbing solution ).
Generator dihidupkan dan udara dipompa selama 15 menit, Q Ltr / Mnt.
Bila Terjadi perubahan warna pada absorbing solution dari tak berwarna menjadi kuning,
masukan cairan kedalam botol coklat dan periksa dengan spectrophotometer pada
panjang gelombang 352 nm.
Bacalah % Transmisinya dan cocokan pada grafik standar yang sudah ada.
Udara sampel yang di duga mengandung H2S diserap ke dalam 30 ml larutan Cadmium
sulfat dengan bantuan pompa hisap udara dengan kecepatan 1 cm3 selama 30 menit.
b. Analisa
Udara contoh sebanyak 50 ml ditambah dengan 0,6 cc pereaksi amine sulfuric
acid dan ferri chlorida.
Contoh diukur dengan spectrophotometer, panjang gelombang 670 nm.
Larutan blanko dipakai sebagai titik nol.
Sebagai larutan pembanding dipakai larutan standar sulfida yang equivalen
dengan 0-5 ug H2S/ml.
c. Perhitungan.
b. Peralatan.
Analisator Hidrokarbon. Penggunaan alat ini biasanya telah ada petun-juknya, sesuai
dengan manual dari pabrik pembuatnya.
Diagram analisator, yang komponen utamanya adalah :
Khromatograph gas, dengan detektor ionisasi nyala hidrogen dan alat yang
sesuai.
Particulate filter, untuk melindungi valve.
Pompa sampling.
Pengoksidasi hidro karbon, untuk meng-oksidasi kontaminan yang
biasanya selalu ada di udara.
Reaktorkatalistik.
d. Analisa.
Baca konsentrasi senyawa hidro karbon total pada alat pembaca.
Untuk memperoleh pengukuran udara non methana di-lakukan dengan jalan
mengurangi konsentrasi methana dari konsentrasi hidrokarbon total.
a. Prinsip
Sampel udara masuk melewati filter, diteruskan ke CO sensor yang berfungsi sebagai
detector yang peka. Yang kemudian menghasilkan beda potensial sehingga menggerakan
signal yang ditunjukan dengan angka digital pad display sebagai kosentrasi CO.
b. Peralatan : Monoxor II, Merk Bacharach
c. Bahan : Silinder Gas CO standart kosentrasi kurang lebih 5 ppm
d. Cara Uji
Aturlah tombol Power ke posisi On
Tunggu sampai Instrument CO Display stabil ( 1 menit )
Display akan menunjukan angka kosentrasi CO dalam udara dengan satuan ppm
e. Pembacaan
Bila terbaca pada angka display 005 kosentrasi CO di udara adalah 5 ppm
a. Prinsip
Timah hitam bereaksi dengan Dipenhyl Thio Carbazone ( Dithizon ) pada pH 11,5
membentuk garam komplek merah bata ( Pb Dithizonate ) yang diekstrasi dengan
kloroform.
b. Peralatan
Filter dan Filter holder
Flow meter
Pompa Isap, Generator
Spektrofotometer, Labu Takar, Erlenmeyer, Corong Pisah, Gelas Beker, Pipet,
Kompor listrik, Almari asam.
c. Bahan
HNO3 1 : 4
Ambil 100 ml HNO3 pekat dicampur dengan 400 ml aquadest.
HClO4 – HNO3 2 : 3
e. Cara uji
Sampel Pb di udara ditangkap dengan filter dengan jumlah volume udara mencapai
150 – 200 m3
Sampel partikel Pb dilarutkan dengan 10 ml campuran asam nitrat dan perklorat 3
: 2 sampai menjadi pasta kemudian dipanaskan sampai kering untuk
menghilangkam perklorat.
Kemudian dilarutkan lagi dengan 10 ml HNO3 1 : 4 dan disaring
Filtrat ditambah 15 ml larutan buffer
Kemudian diekstrasi dengan 10 ml larutan dithizone dan dibaca dengan
Spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm, dengan menggunakan blanko
seperti pengerjaan diatas.
f. Perhitungan
Kosentrasi Pb = ug
Q Liter / Menit X t menit
= ………..ug/L
= ………...ug/m3
b. Peralatan
Midger Impinger
Pompa Vakum
Gelas ukur, Pipet, Labu takar
Spektrofotometer
c. Bahan
Larutan Penyerap 0,014 ml H2SO4 pekat, masukan dalam aquadest sampai 1 Liter.
Larutan Nessler.
100 gram HgCl2 dicampur homogen dengan KI sebanyak 70 gr.
160 gram NaOH dilarutkan dalam 500 ml aquadest bebas CO2, dinginkan, tuangkan
dalam campuran diatas ( HgCl2 + KI ) sambil diaduk, jadikan 1 lt dengan aquadest
bebas CO2 dalam labu takar 1 lt.
Larutan standart NH3. 3,1471 gr NH4Cl anhidrat , larutkan dengan aquadest sampai
1000 ml dalam labu takar 1000 ml.
d. Cara uji
Pengambilan samplel
Midget Impinger di isi larutan penyerap
Hubungkan dengan pompa vakum dan listrik
Catat waktunya ( t menit ) dan debit pompa
e. Cara analisa
Ukur hasil penyerapanya
Ambil 10 ml masukan labu ukur 10 ml
Tambah 0,5 ml larutan Nessler tutup campur
Baca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 434 nm
f. Perhitungan
a. Prinsip
Gas CO2 di udara diserap dengan Ba(OH)2 yang kosentrasinya diketahui, maka Ba(OH)2
yang bereaksi dengan CO2 dapat diketahui
b. Peralatan
Midget Impinger.
Flow meter.
Pompa Isap.
Generator.
Erlenmeyer.
Vol pipet.
Gelas ukur.
Buret.
Pipet ukur.
c. Bahan
Larutan Ba(OH)2. 4,3 gram Ba(OH)2 dan 1 gram BaCl2 dilarutkan dengan aquadest
hingga 1 Liter
Larutan HCl. 4,6 ml HCl 37% diencerkan dgn aquadest bebas CO2 hingga 1 liter.
Larutan PP. 1 gram indicator PP dilarutkan dengan 100 ml etanol
d. Cara uji
Sampel udara di serap melalui Midget Impinger yang berisi Ba(OH)2 dengan debit Q
liter / menit selama t menit, masukan dalam Erlenmeyer
Kemudian ditambah indicator PP dan dititrasi dengan HCl
Kemudian dilakukan titrasi blanko
e. Perhitungan
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah Latihan
berikut!
1. Untuk membantu anda dalam menjawab soal latihan no. 1 dan 2 tersebut, silahkan anda
pelajari kembali materi tentang metoda pengambilan sampel.
2. Sedangkan untuk menjawab soal latihan no. 3 s.d. 5 tersebut, silahkan anda pelajari
kembali materi tentang prosedur pengukuran.
Ringkasan
1. Ringkasan berbagai metoda analisa kualitas udara untuk berbagai parameter yang akan
diukur dapat dilihat di tabel berikut :
2. Metoda pengukuran debu dengan Gravimetric High Volume Methode adalah merupakan
metode yang dianjurkan dalam rancangan Baku Mutu Lingkungan di Indonesia. Prinsip
kerja metode ini ialah dengan cara melewatkan udara dalam volume tertentu melalui
saringan serat gelas (glass fiber filter). Baik sebelum maupun sesudah pengambilan
contoh, saringan serat gelas tersebut ditimbang untuk menentukan jumlah partikel debu
di udara.
Tes 2
1. Seorang tenaga kesehatan lingkungan melakukan pengambilan contoh gas NO 2 untuk uji
emisi pada sebuah kendaraan roda dua. Pada saat pengambilan contoh emisi, asap dari
knalpot kendaraan dialirkan ke dalam midget impinger yang berisi larutan absorben.
Selanjutnya terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah sebagai indikasi adanya
NO2 yang terikat oleh absorben tersebut. Apa senyawa absorben yang digunakan untuk
mengikat gas NO2 tersebut?
A. Asam nitrat
B. Asam sulfat
C. Asam asetat
D. Natrium korida
E. Natrium hidroksida
2. Seorang sanitarian melakukan pengukuran kadar debu (partikulat) udara di suatu lokasi
dengan mengambil sampel udara selama satu jam , dengan menggunakan peralatan High
Volume Sampler (HVS). Hasil penimbangan kertas saring sebelum pengambilan sampel
adalah 0,232 mg. Sedangkan hasil pengukuran kertas saring setelah pengambilan sampel
udara adalah 0,568 mg. Debit udara pada pengambilan sampel udara adalah 7.m 3/jam.
Berapakah kadar debu udara di lokasi tersebut ?
A. 0,055 mg/m3
B. 0,048 mg/m3
C. 0.036 mg/m3
D. 0,023 mg/m3
E. 0,067 mg/m3
3. Seorang sanitarian melakukan pengambilan sampel udara untuk menentukan kadar debu dengan
menggunakan alat Low Volume Air Sampler (LVAS) di sebuah pemukiman. Beberapa informasi
yang diperoleh dari pengambilan sampel dan proses yang menyertainya adalah:
Suhu udara 31 °C
Kecepatan angin 2 m/s
Kelembaban udara relative 70%
Berat saringan udara sebelum digunakan 2,372 gram
Lama waktu sampling 5 jam
Kecepatan aliran udara saat sampling 20 liter/menit
Berat saringan setelah digunakan 2, 374 gram
Berapakah kadar debu yang diperoleh dari pengambilan sampel tersebut?
A. 333 ug/m3
B. 333 mg/m3
C. 0,333 ug/m3
D. 0,033 mg/m3
4. Dalam pemilihan metode analisis pencemaran udara perlu pertimbangan presisi dan
akurasi metode yang digunakan. Pengukuran yang berdasarkan kemampuan gas
menyerap sinar infra merah pada panjang 4,6 µm, banyaknya intensitas sinar yang diserap
sebanding dengan konsentrasi di udara disebut :
A. Galvanic colori metric analyzer
B. Ampere metric colori metric analyzer
C. Conducti metri analyzer
D. Metode Nondispersive infrared (NDIR).
5. Dalam pemilihan metode analisis pencemaran udara perlu pertimbangan presisi dan akurasi
metode yang digunakan. Pengukuran yang berdasarkan kemampuan molekul berinteraksi
dengan cahaya pada panjang gelombang 190 –230 nm, menyebabkan elektron terluar dari
molekul gas akan tereksitasi pada tingkat energi yang lebih tinggi (excited state) disebut :
A. Galvanic colori metric analyzer
B. Ampere metric colori metric analyzer
C. Metode UV-spectrofotometri.
D. Metode Nondispersive infrared (NDIR).
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Tes 2 yang terdapat di bagian
akhir Bab 5 ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi Topik 2.
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Bagus, artinya Saudara sudah
memahami dengan baik materi Topik 2. Jika masih dibawah 80 %, Saudara harus mengulangi
materi Topik 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
Tes 1 Tes 2
1) B 1) C
2) B 2) B
3) A 3) D
4) C 4) D
5) D 5) C
Lodge James P., 1989. “ Methods of Air Sampling and Analysis , Third Edition, Lewis Publisher
Inc., Michigan.
Moh. Irsyad, 2001. “Modul Analisa Udara”, Laboratorium Udara Teknik Lingkungan ITB.
SNI-19-7119.1-2005 : Udara Ambien-Bagian 1 : Cara Uji Kadar Amoniak (NH3) dengan metoda
indofenol menggunakan spektrofotometer. Badan Standardisasi Nasional (BSN), 2005
SNI 19-7119.3-2005: Udara Ambien-Bagian 3 : Pengambilan sampel partikel debu atau Total
Suspended Particulate (TSP) dalam udara ambien menggunakan High Volume Air Sampler
(HVAS), Badan Standardisasi Nasional (BSN), 2005
SNI 19-7119.6-2005: Udara Ambien Bagian 6: “Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji
Pemantauan Kualitas Udara Ambien” Badan Standardisasi Nasional (BSN), 2005
SNI 19-7119.2-2005 Udara ambien-bagian 7: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO2) dengan
metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer, Badan Standardisasi Nasional
(BSN), 2005
SNI 19-7119.7-2005 : Udara ambien-bagian 7: Cara uji kadar sulfur dioksida (SO2) dengan
metode pararosanilin menggunakan spektrofotometer, Badan Standardisasi Nasional (BSN),
2005
SNI 19-7119.8-2005 Udara ambien-bagian 7: Cara uji kadar oksidan dengan metode neutral
buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer, Badan Standardisasi Nasional
(BSN), 2005.
Wight Gregory D., 1994. Fundamentals of Air Sampling, Lewis Publishers, Tokyo.
https://www.scribd.com/doc/310431635/Pengambilan-Sampel-Udara