PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang
berada di wilayah yuridis Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Perwujudan
kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara
sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi makhluk
hidup untuk dapat hidup secara optimal. Pencemaran udara umumnya diartikan sebagai
udara yang mengandung suatu atau lebih bahan kimia dalam konsentrasi yang cukup
tinggi untuk dapat menyebabkan gangguan atau bahaya terhadap manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan harta benda (Sugianto, 2005).
Di dalam Undang-undang No. 23 tahun 1997 yang dimaksud dengan pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lainnya ke
dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Secara umum penyebab pencemaran udara ada 2 macam yaitu biogenik (secara
alamiah), contohnya debu yang berterbangan akibat tiupan angin, abu (debu) yang
dikeluarkan dari letusan Gunung berapi berikut gas-gas vulkanik, proses pembusukan
sampah organik, dan lain-lain. Penyebab pencemaran udara yang lain adalah
antropogenik (karena ulah manusia), contohnya hasil pembakaran bahan bakar fosil,
debu atau serbuk dari kegiatan industri, pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke
udara.
Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka diperlukan pengukuran dan pengujian
kualitas udara ambient di tempat yang mempunyai peranan penting dalam pencemaran
udara untuk mengetahui tingkat pencemaran yang telah terjadi yang dilihat dari jumlah
total partikulat dan kadar berbagai bahan yang dapat mempengaruhi kualitas udara
tersebut. Sebelum melakukan pengujian, terlebih dahulu harus menguasai teknik
pengambilan sampelnya, supaya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan sampling.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Pengambilan Sampel Udara?
2. Bagaimana Cara Pengiriman Sampel Udara?
3. Bagaimana Cara Pemeriksaan sampel Udara?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Cara Pengambilan Sampel Udara
2. Untuk mengetahui Cara Pengiriman Sampel Udara
3. Untuk mengetahui Cara Pemeriksaan sampel Udara
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-
kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan
dan kesehatan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan penulis mengenai wacana nilai pendidikan khususnya
Kimia Lingkungan tentang Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan udara.
b. Bagi Peneliti Berikutnya
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut,
serta referensi terhadap tugas yang sejenis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Udara Ambien
Teknik sampling kualitas udara dilihat lokasi pemantauannya terbagi dalam dua
kategori yaitu teknik sampling udara emisi dan teknik sampling udara ambien.
Sampling udara emisi adalah teknik sampling udara pada sumbernya seperti cerobong
pabrik dansaluran knalpot kendaraan bermotor. Teknik sampling kualitas udara ambien
adalah sampling kualitas udara pada media penerima polutan udara/emisi udara.Untuk
sampling kualitas udara ambien, teknik pengambilan sampel kualitas udara ambien saat
ini terbagi dalam dua kelompok besar yaitu pemantauan kualitas udara secara aktif
(konvensional)dan secara pasif. Dari sisi parameter yang akan
diukur, pemantauan kualitas udara terdiri dari pemantauan gas dan partikulat. Pemantau
an parameter partikulat secara konvensional (aktif sampling) metoda passive sampling
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Metoda Pengujian Partikulat dari Udara Ambien secara Aktif
Partikulat atau debu adalah suatu benda padat yang tersuspensi di udara
denganukuran dari 0,3 m sampai 100 m, berdasarkan besar ukurannya partikulat
(debu) ada dua bagian besar yaitu debu dengan ukuran lebih dari 10 m disebut
dengandebu jatuh (dustfall) sedang debu yang ukuran partikulatnya kurang dari 10
m disebut dengan Suspended Partikulate Matter (SPM). Debu yang ukurannya
kurang dari 10m ini bersifat melayang-layang di udara. Peralatan yang dipakai
untuk melakukan pengukuran debu SPM (melayang-layang) ada 4 jenis alat
diantaranya :
a. HVS (High Volume Sampler)
Cara ini dikembangkan sejak tahun 1948 menggunakan filter berbentuk
segiempat seukuran kertas A4 yang mempunyai porositas 0,30,45 m dengan
kecepatan pompa berkisar 1.0001.500 lpm. Pengukuran berdasarkan metoda
ini untuk penentuan sebagai TSP (Total Suspended Partikulate). Alat ini dapat
digunakan selama 24 jam setiap pengambilan contoh.
b. MVS (Middle Volume Sampler)
Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (Bulat) dengan porositas0,3-
0,45 m, kecepatan pompa yang dipakai untuk pengangkapan suspense
Particulate Matter ini adalah 50500 lpm. Operasional alat ini sama dengan
3
High Volume Sampler, hanya yang membedakan dari ukuran filter
membrannya. HVS ukuran A4 persegi panjang, sedang MVS ukuran bulat
diameter 12 cm.
c. LVS (Low Volume Sampler)
Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (Bulat) dengan porositas0,3-
0,45 m, kecepatan pompa yang dipakai untuk pengangkapan
SuspensiPartikulate Matter ini adalah 1030 lpm.
B. Pencemaran Udara
Berdasarkan proses pembentukannnya, zat pencemar di udara ambien dapat
dibedakan di zat pencemar primer dan zat pencemar sekunder. Zat pencemar primer
dapat didefinisikan sebagai zat pencemar yang terbentuk di sumber emisinya (SO2,
NOx), sedangkan zat pencemar sekunder merupakan zat pencemar yang terbentuk di
atmosfer, yang merupakan produk dari reaksi kimia beberapa zat pencemar (seperti
senyawa oksidan dan ozon).
Sedangkan berdasarkan fasanya, zat pencemar di udara dibedakan atas zat
pencemar berupa aerosol, atau partikulat (debu) dan zat pencemar berupa gas-gas
mulia, nitrogen oksida, hidrogen, methana, belerang dioksida, amonia ,ozon, dan lain-
lain. Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan normal seperti
tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, he-wan dan binatang,
maka udara telah tercemar.
Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam, yakni:
1. Pencemaran Udara Alami
Adalah: Masuknya zat pencemar ke dalam udara/atmosfer, akibat pros-esproses
alam seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, panca-ran garam dari laut,
debu meteroid dan sebagainya.
2. Pencemaran Udara Non- Alami
Adalah: Masuknya zat pencemar oleh aktivitas manusia, yang pada umumnya tanpa
disadari dan merupakan produk samping, berupa gas-gas beracun, asap, partikel-
partikel halus, senyawa belerang, senyawa kimia, buangan panas dan buangan
nuklir.
4
kebakaran hutan oleh teriknya matahari, debu vulkanik, debu meteorit, pancaran garam
dari laut dan sebagainya) maupun akibat aktivitas manusia yang justru sering
menimbulkan masalah (seperti pancaran gas beracun dari pemupukan pem-basmian
hama, asap rumah tangga, transportasi, produk sampingan dari industri dan
sebagainya).
Karena intensitas sumber emisi dan faktor meteorologis (khususnya arah dan
kecepatan angin) selalu berubah, maka dengan demikian konsentrasi zat pencemar di
udara ambien juga selalu berubah (tidak konstan). Perubahan konsentrasi zat pencemar
5
di udara ambien terjadi karena perubahan waktu (temporal) dan juga terjadi karena
perubahan tempat (spatial)
Dalam melakukan sampling kualitas udara ketujuh hal diatas haruslah di-catat
saat pelaporan kualitas udara sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas udara.
Termasuk juga, dekat atau jauhnya industri dari lokasi sampling, jarak dan ramainya
kendraan bermotor serta aktivitas penduduk.
6
D. Teknik Sampling Kulaitas Udara
Dalam melakukan sampling udara, kita dapat membagi daerah monitoring
(pemantauan) atas tiga daerah dengan keperluan dan cara sampling yang berbeda-beda
satu sama lainnya, yaitu :
1. Daerah ambient
Daerah ambient merupakan daerah tempat tinggal penduduk (pemukiman) dimana
diperkirakan seseorang mengalami keterpaan terhadap zat pencemar yang
berlangsung selama 24 jam. Sehingga, konsentrasi zat pencemar udara harus sekecil
mungkin dan memenuhi baku mutu udara yang diper-syaratkan.
2. Daerah tempat kerja (work place)
Daerah tempat kerja (work place) merupakan daerah dimana seseorang bekerja
selama periode waktu tertentu. Biasanya seseorang bekerja di in-dustri/pabrik
selama 8 jam per hari, sehingga keterpaparan zat pencemar terhadap seseorang yang
bekerja diharapkan tidak mengganggu kesehatannya.
3. Daerah/sumber pencemar udara
Daerah/sumber pencemar udara, yang berasal dari cerobong asap pabrik perlu
dilakukan monitoring terhadap jenis dan konsentrasi zat pencemar, minimal setiap
penggantian teknologi proses dan penggunaan bahan baku yang berbeda.
Teknik sampling kualitas udara dilihat lokasi pemantauannya terbagi dalam dua
kategori yaitu
1. teknik sampling udara emisi ,dan
2. teknik sampling udara ambien.
Sampling udara emisi adalah teknik sampling udara pada sumbernya seperti
cerobong pabrik dan saluran knalpot kendaraan bermotor. Teknik sampling kualitas
udara ambien adalah sampling kualitas udara pada media penerima polutan udara/emisi
udara.
Untuk sampling kualitas udara ambien, teknik pengambilan sampel kualitas udara
ambien saat ini terbagi dalam dua kelompok besar yaitu pemantauan kualitas udara
secara aktif (konvensional) dan secara pasif. Dari sisi parameter yang akan diukur,
pemantauan kualitas udara terdiri dari pemantauan gas dan partikulat.
7
E. Pengukuran Kadar Debu Total di Udara
1. Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk mengukur kadar debu total di udara tem-pat kerja
Acuan: NIOSH, NIOSH manual of analytical methods, metode 0500
2. Prinsip Dasar
Debu total diudara tempat kerja diambil contohnya (sampelnya) dengan cara
mengisap udara yang terkontaminasi debu dengan menggunakan media kertas filter
dengan memakai alat Vakum Pump yang dihubungkan dengan selang silicon.
Selanjutnya debu yang di-hisap ditangkap pada permukaan kertas filter. Penentuan
kadar debu total di udara ditentukan secara gravimetric.
b. Peralatan
Pompa Cakum LVS
Timbangan analitik, sentivitas 0,001 mg
Pinset
Desikator
Flowmeter
Filter holder
Obeng kecil
Wadah penyimpanan sampel
8
Catat berat filter blanko dan filter contoh masing-masing dengan berat B1 (mg),
W1 (mg).
c. Taruh masing-masing filter yang telah ditimbang kedalam wadah filter,
kemudian beri nomor (kode) dengan kertas label.
d. Simpankan filter blanko dan filter sampel sesuai kebutuhan
e. Masukan kertas filter untuk sampel kedalam dust holder
f. Hubungkan vakum pump dengan dust holder menggunkan selang silicon
g. Hidupkan vakum pump, lakukan kalibrasi dengan flowmeter 5 L/menit s/d 10
L/menit (sesuai kondisi), lakukan kalibrasi, menimal tiga kali. Catat
flowratenya.
h. Lakukan pengambilan sampel selama 45 menit s/d 8 jam ker-ja (sesuaikan
dengan kondisi kadar debu di tempat kerja).
i. Setelah selesai sampling simpan filter sampel kedalam wadah sampel.
5. Pengiriman sampel
Pada saat pengiriman sampel ke laboratorium, maka filter sampel harus di simpan
dalam wadah (petridish) dan masukkan ke toolbox. Setelah sampai di laboratorium,
masukkan petridish yang berisi filter sampel dalam desikator, minimal selama 24
jam.
7. Perhitungan
a. Kadar debu respirabel di udara dihitung dengan menggunakan rumus:
C = {(W2-W1) - (B2 B1)}/V *103 (mg/m3)
V = Flowrate * waktu pengambilan sampel
Keterangan:
C = kadar debu respirabel di udara (mg/m3)
W2 = berat filter sampel setelah pengambilan sam-pel (mg)
9
W1 = berat filter sampel sebelum pengambilan sam-pel (mg)
B2 =berat fileter blangko setelah pengambilan sampel (mg)
B1 =berat filter balangko sebelum pengambilan sampel (mg)
V =volume udara pada waktu pengambilan sam-pel (L)
2. Prinsip Dasar :
NO2 di udara diserap oleh pereaksi dalam bentuk senyawa azo. Perubahan warna
merah-violet yang stabil akan dihasilkan setelah bereaksi selama 15 menit.
Perubahan warna yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 550 nm.
10
Pompa vakum, Impinger, Flowmeter, Pipet, Gelas ukur, Gelas Er-lenmeyer,
Tabung reaksi, Timbangan analitik, Spektrofotometer, Labu ukur, Gelas beaker,
Botol timbang, Spatula.
4. Reagensia
a. Absorbing Reagen :
1) Larutan 5 gr asam sulfanilat dalam 750 ml aquades yang telah
mengandung 140 ml asam asetat glacial. Panaskan supaya larut
sempurna, sambil diaduk (jangan sampai mendidih), kemudian
dinginkan.
2) Pada larutan yang telah dingin diatas, tambahkan 20 ml larutan 0,1% N-
(1-Napthyl)-ethylenediamine Dihydrochlo-ride.
3) Masukkan ke dalam labu volumetric 1 liter dan encerken dengan
aquades sampai garis batas.
b. Asam Asetat Glasial :
Ukur 140 ml asam asetat glacial masukkan ke dalam gelas ukur/beaker glass,
tambahkan aquades sehingga volumenya men-jadi 750 ml.
c. Larutan Standar Natrium Nitrit :
1) 2,03 gr NaNO2 larutan dalam aquades sehingga volu-menya 1 liter
(larutan ini mengandung 1000 ul NO2/ml).
2) Pipet 1 ml larutan (1000 ul NO2/ml) masukkan dalam labu volumetric
50 ml dan encerkan sampai garis batas dengan aquades (larutan ini
mengandung 20 ul NO2/ml).
3) Pipet 5 ml larutan (20 ul NO2/ml) masukan dalam labu vol-umetric 100
ml dan encerkan sampai garis batas (larutan ini mengandung 20 ul
NO2/ml).
11
6. Pengiriman Sampel
Dalam melakukan pengiriman sampel ke laboratorium, maka sampel harus
diwadahkan dalam botol berwarna gelap, dan masukkan ke coolbox. Setelah itu
baru dibawa ke laboratorium.
8. Perhitungan :
Hitung kadar NO2 dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kadar NO2 (ppm)
Hasil analisa (ul) x Volume total sampel (ml) x (Sk + 273)K x 76
=
Vol. udara (L) . (273 + 25)
Volume Udara (L) = f x t
Keterangan :
f = kecepatan aliran udara (L/menit)
t = waktu pengambilan contoh uji/sampel, menit
Sk = suhu udara kering pada saat pengambilan sampel (oC)
P = tekanan udara pada saat pengambilan sampel (cmHg)
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang
berada di wilayah yuridis Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
2. Di dalam Undang-undang No. 23 tahun 1997 yang dimaksud dengan pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen
lainnya ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya.
3. Jenis alat untuk Pengujian Partikulat dari Udara Ambien secara Aktif :
a. HVS (High Volume Sampler)
b. MVS (Middle Volume Sampler)
c. LVS (Low Volume Sampler)
4. Pengujian Kadar NO2 di udara dengan Metode Saltzman (Spektrofotometri) haruslah
menggunakan reagensia
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat kami berikan ialah
agar khalayak dapat mengetahui terlebih dahulu akan pengambilan sampel udara,
khususnya secara kimia. Dan juga kami menghimbau agar para pembaca dapat
menjadikan makalah ini sebagai media pembelajaran pendamping mata kuliah kimia
lingkungan atau yang berkaitan.
13