TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang
kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan
bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Namun, saat ini kualitas udara sangat
memprihatinkan akibat pencemaran udara. Pencemaran udara dewasa ini semakin
menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat
berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan
perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar
udara yang dibuang ke udara bebas. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan
oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam
beracun, dll. Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan
kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Pencemaran udara merupakan masalah yang memerlukan perhatian khusus,
khususnya untuk daerah-daerah kota besar. Pencemaran udara yang ada dapat berasal
dari asap kendaraan bermotor, asap pabrik ataupun partikel-partikel yang lain. Saat ini
mulai dilakukan upaya pemantauan pencemaran udara. Dari hasil pemantauan tersebut
diketahui ada beberapa parameter yang cukup memprihatinkan, diantaranya: debu
(partikulat), Sulfur Dioksida (SO2), Oksida nitrogen (NOx), Carbon dioksida (CO) dan
hidrokarbon (HC). Pencemar lainnya adalah timbal (Pb) yang dikandung dalam bensin
(Premium). Keberadaan timbal (Pb) di udara dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia. Pencemaran udara akan terus berlangsung sejalan dengan laju pertumbuhan
ekonomi. Dengan semakin berkembangnya kehidupan ekonomi, masyarakat akan
semakin banyak menggunakan bahan-bahan berteknologi tinggi yang dapat
menimbulkan
Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar yang ada
seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lain-lain. Masing-masing
sumber
kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakar
yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang dilakukan.
Perubahan kualitas udara ambien, biasanya mencakup parameter-parameter seperti
gas SO2, NO2, CO, NH3, O3, H2S, HC, dan partikel debu. Apabila terjadi peningkatan
kadar bahan-bahan tersebut diudara ambien yang melebihi nilai baku mutu udara
ambien yang telah ditetapkan, dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pemeriksaan kualitas udara ambient
2. Untuk mengetahui cara pengukuran kadar gas udara ambien (CO, NO2, amonia,
SO2, dan H2S).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Udara Ambien
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi yang berada pada lapisan
troposfir yang dibutuhkan dan dapat mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup
serta unsur lingkungan hidup lainnya. Kualitas udara ambien ini sendiri merupakan
tahap awal dalam memahami dampak negatif dari cemaran udara terhadap lingkungan,
dimana kualitas udara ambien dalam hal ini ditentukan oleh :
1. Kuantitas emisi cemaran dari sumber cemaran.
2. Proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosfer, dimana
kualitas udara ambien akan menentukan dampak negatif cemaran udara terhadap
kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat seperti tumbuhan, hewan,
material dan yang lainnya.
Pengukuran kualitas udara ambien bertujuan untuk mengetahui konsentrasi zat
pencemar yang ada di udara. Data hasil pengukuran tersebut sangat diperlukan untuk
berbagai kepentingan, diantaranya untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di suatu
daerah atau untuk menilai keberhasilan program pengendalian pencemaran udara yang
sedang dijalankan. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang valid (yang
representatif), maka dari mulai pengambilan contoh udara (sampling) sampai dengan
analisis di laboratorium harus menggunakan peralatan, prosedur dan operator (teknisi,
laboran, analis dan chemist) yang dapat dipertanggungjawabkan (Sutardi, 2008).
Informasi mengenai efek pencemaran udara terhadap kesehatan dapat berasal dari
data pemaparan pada binatang, kajian epidemiologi, dan pada kasus yang terbatas
mengenai kajian pemaparan pada manusia (Setyowati, 2009). Mutu udara ambien
adalah kadar zat, energi atau komponen lain yang ada di udara bebas. Status mutu udara
ambien adalah keadaan mutu udara di suatu tempat pada saat dilakukan inventarisasi.
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi atau komponen
yang ada atau yang seharusnya ada atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udara ambien (Sukirno, 2011).
Baku Mutu Kualitas Udara Ambien dibagi menjadi dua, yaitu baku mutu primer dan
baku mutu sekunder. Baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi pada batas
keamanan yang mencukupi (adequate margin safety) kesehatan masyarakat dimana
secara umum ditetapkan untuk melindungi sebagian masyarakat (15-20%) yang rentan
terhadap pencemaran udara. Sedangkan baku mutu sekunder ditetapkan untuk
melindungi kesejahteraan masyarakat (material, tumbuhan dan hewan) dari setiap efek
negatif pencemaran udara yang telah diketahui atau yang dapat diantisipasi (Setyowati,
2009).
B. Zat Pencemar Udara Ambien
Berdasarkan proses pembentukannnya, zat pencemar di udara ambien dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :
1. Zat pencemar primer
Zat pencemar primer dapat didefinisikan sebagai zat pencemar yang
terbentuk pada sumber emisinya, seperti partikulat, NOx, CO dan SO2. Polutan
udara primer mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya. Sumber polusi
yang utama berasal dari transportasi, di mana hampir 60% dari polutan yang
dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon.
Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan
limbah, dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang dapat
mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang ada (Setio,2009).
2. Zat pencemar sekunder
Zat pencemar sekunder merupakan zat pencemar yang terbentuk di atmosfer
yang merupakan produk dari reaksi kimia beberapa zat pencemar, seperti NO 2, O3,
Peroxy Acetyl Nitrate (PAN), asam sulfat dan asam nitrat (Anonim1, 2010).
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Udara Ambien
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas zat pencemar udara ambien, adalah
sumber emisi (alamiah dan anthropogenik), faktor meteorologi seperti temperatur,
tekanan, kelembaban, intensitas matahari, curah hujan, mixing height, arah dan
kecepatan angin serta faktor topografik (Sutardi, 2008).
Apabila intensitas sumber emisi dan faktor meteorologis khususnya arah dan
kecepatan angin dapat selalu berubah, maka dengan demikian konsentrasi zat pencemar
di udara ambien juga selalu berubah (tidak konstan). Perubahan konsentrasi zat
pencemar di udara ambien ini terjadi karena perubahan waktu (temporal) dan juga
terjadi karena perubahan tempat (Anonim1, 2010).
D.
Judul
Ruang Lingkup
Udara ambien Bagian 1: Cara uji Standar ini digunakan untuk
kadar amoniak (NH3) dengan
ambien menggunakan
spektrofotometer
2.
SNI 19-7119.2-
sampai 1 ppm).
Udara ambien Bagian 2: Cara uji Standar ini digunakan untuk
2005
menggunakan spektrofotometer
3.
SNI 19-7119.3-
2005
SNI 19-7119.4-
2005
dengan mengunakan
5.
SNI 19-7119.5-
Pb diudara ambien.
Udara ambien Bagian 5: Cara uji Standar ini digunakan untuk
2005
menggunakan spektrofotometer
SNI 19-7119.6-
alat spektrofotometer.
Satandar ini digunakan untuk
2005
udara ambien
yang meliputi:
a) pemilihan lokasi pengambilan
contoh uji pemantuan kualitas
udara ambien
b) penempatan peralatan
pengambil contoh uji pemantauan
kualitas udara ambien sesaat dan
7.
SNI 19-7119.7-
kontinyu.
Udara ambien Bagian 7: Cara uji Standar ini digunakan untuk
2005
menggunakan spektrofotometer
spektrofotometer dengan
mengunakan metode
pararosanilin
Lingkup pengujian meliputi:
a) cara pengambilan contoh uji
gas sulfur dioksida dengan
mengunakan larutan penyerap.
b) Cara penghitungan volume
contoh uji gas yang dijerap
SNI 19-7119.8-
2005
(NBKI) menggunakan
spektrofotometer
Lingkup pengujian meliputi:
a) cara pengambilan contoh uji
oksidan dengan mengunakan
larutan penjerap
b) cara perhitungan volum contoh
uji gas yang dijerap
c) cara pentuan oksidan diudara
ambien mengunakan metoda
neutral buffer kalium iodida
secara spektrofotometri pada
panjang gelombang 352
nm,dengan kisran konsentrasi
0,01 ppm- sampai 10 ppm
(19,6g/Nm3 19620g/Nm3
sebagai ozon)
9.
SNI 19-7119.9-
2005
udara roadside
roadside
10. SNI 7119.13:2009Udara ambien Bagian 13: Cara Standar ini digunakan untuk
uji hidrokarbon (HC)
menggunakan hydrocarbon
Detector/FID)
PARAMETER
Partikulat (PM10)
Sulfur Dioksida (SO2)
Carbon Monoksida (CO)
Ozon (O3)
Nitrogen Dioksida (NO2)
WAKTU PENGUKURAN
24 jam (Periode pengukuran rata-rata)
24 jam (Periode pengukuran rata-rata)
8 jam (Periode pengukuran rata-rata)
1 jam (Periode pengukuran rata-rata)
1 jam (Periode pengukuran rata-rata)
2. Sampling
Berdasarkan Baku mutu nasional : Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
a. Sampling Lokasi Metode Seleksi
1) SNI 19-7119.6-2005: Udara Ambien Bagian 6: Penentuan Lokasi
Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien.
2) SNI 19-7119.9-2005: Udara Ambien Bagian 9: Penentuan Lokasi
Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Roadside.
3) SNI 19-7118.3-2005: Emisi Gas Buang Sumber Bergerak Bagian 3: Cara
Uji Kendaraan Bermotor Kategori L pada Kondisi Idle.
b. Metode Sampling
Berikut ini adalah tabel standar uji yang digunakan untuk 5 parameter dasar
udara.
Tabel 3. Standar Acuan Udara Ambien
No
1
Standar Acuan
SNI 19-7119.3-2005
Keterangan
Udara ambien-bagian 3: Cara uji partikel tersuspensi
total menggunakan peralatan high volume air sampler
SNI 19-7119.7-2005
pararosanilin menggunakan
SNI 19-4845-1998
spektrofotometer.
Metode pengujian kandungan gas CO di udara dengan
SNI 19-7119.2-2005
menggunakan NDR
Udara ambien-bagian 7: Cara uji kadar nitrogen
dioksida (NO2) dengan metoda Griess Saltzman
SNI 19-7119.8-2005
menggunakan spektrofotometer.
Udara ambien-bagian 7: Cara uji kadar oksidan dengan
metode
neutral
buffer
kalium
iodida
(NBKI)
menggunakan spektrofotometer.
3. Metode Analisis
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107
Tahun 1997 tentang Pedoman Teknik Perhitungan dan Pelaporan Serta Informasi
Indeks Standar Pencemaran Udara.
Tabel 4. Indeks Standar Pencemaran Udara
Indeks Standar
24 Jam PM10
8 Jam SO2
8 Jam CO
1 Jam O3
1 Jam NO2
ug/m3
80
365
800
1600
2100
2620
ug/m3
5
10
17
34
46
57.5
ug/m3
120
253
400
800
1000
1200
ug/m3
1130
2260
3000
3750
membentuk
komplek
diklorosulfitomercurate.
Dengan
Gambar
1.
Skema
Pulsed
Fluorenscent
SO2
Analyzer
2. Oksida-oksida Nitrogen
a. Metode
Metode Griess-Saltman-Spectrofotometri, NO2 di udara direaksikan dengan
pereaksi Griess Saltman (absorbent) membentuk senyawa yang berwarna ungu.
Intensitas warna yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 520 nm.
b. Prinsip Dasar
Absorber untuk penangkapan NO2 adalah absorber dengan desain khusus
dan porositas frittednya berukuran 60 m. Untuk pengukuran NO, sample gas
harus dilewatkan ke dalam oxidator terlebih dahulu ( seperti KMnO4, Cr2O3).
c. Metode chemiluminescence
Gas NO diudara direaksikan dengan gas ozon membentuk nitrogen di-oksida
tereksitasi. NO2 yang tereksitasi akan kembali pada posisi ground state dengan
melepaskan energi berupa cahaya pada panjang gelombang 600 - 875 nm.
Intensitas cahaya yang diemisikan diukur dengan photo mulltifier , Intensitas yang
dihasilkan sebanding dengan konsentrasi NO di udara. Sedangkan gas NO2
sebelum direaksikan dengan gas ozon terlebih dahulu direduksi dengan katalitik
konventor.
Gambar 2.
Skema
3. Karbonmonoksida
a. Metode Nondispersive infrared (NDIR)
Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO menyerap sinar infra merah pada panjang 4,6 m. Banyaknya intensitas sinar yang diserap sebanding
dengan konsentrasi CO di udara. Analyzer ini terdiri dari sumber cahaya
inframerah, tabung sampel dan reference, detektor dan rekorder.
Gambar 3. Skema
Analyzer
NDIR CO
b. Metode Lain
Metode lain yang juga digunakan adalah metode oksidasi CO dengan campuran CuO-MnO2 dalam suasana panas membentuk gas CO 2. Selanjutnya CO2
tersebut diabsorpsi dengan larutan Ba(OH)2 berlebih. Kelebihan Ba(OH) dititrasi
asam oxalat menggunakan indikator phenol phthalin.
c. Metode Iodine Pentoxide, specktrofotmeter
Gas CO di udara akan bereaksi dengan Iodin Pentoksida pada suhu 135 1500C, membentu gas CO2., dan uap Iodin. Senyawa yang terbentuk akan
ditangkap oleh larutan potassium iodide. Kadar gas CO di udara dapat ditentukan
dengan menganalisis kadar gas CO2 atau Iodin yang dihasilkan dengan cara
analisis menggunakan alat specktrofotmeter. Pembacaan dilakukan pada panjang
gelombang 352 nm.
d. Perhitungan Kadar CO
Hitung kadar CO dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar CO (ppm) = Hasil analisa (ul)xVolume sampel (ml)x(Sk+273)oK x76
Vol.udara (L)xVol.sampel yang dianalisa x (273+25)oK x P
hidrokarbon.
b. Metode adsorpsi dengan adsorbent karbon aktif . Contoh gas dilewatkan ke dalam
tube karbon aktif dengan laju alir gas tertentu ( 0, 3 liter/menit) . Waktu
Ammonia adalah zat pencemar udara pada bentuk kebauan. Gas ammonia adalah
gas yang tidak berwarna. Dengan bau menyengat. Biasanya, ammoniak berasal dari
aktifitas mikroba, industry ammonia, perngolahan limbah dan pengolahan batu bara.
Di atmosfer, NH3 bereaksi dengan nitrat dan sulfat sehingga terbentuk garam
ammonium yang sangat korosif (Yuwono, 2011).
a. Pengukuran Amoniak
Pengujian dilakukan dalam toilet karena banyak mengandung endapan
ammonia yang menempel di dinding dan saluran pembuangan urin. Hal ini
ditandai dengan bau yang menyengat karena toilet jarang dibersihkan. Udara
yang berada di toilet diserap oleh impinger selama 60 menit. Kemudian, larutan
penyerap yang telah terkandung ammonia dibawa ke lab untuk dilakukan proses
pengujian kadar ammonia. Lalu, dilakukan beberapa perlakuan pada sampel,
diantaranya diberikan 2 ml larutan penyangga, 5 ml larutan pereaksi fenol; 2,5 ml
larutan pereaksi natrium hipoklorit. Setelah larutan dihomogenkan, tabung
didiamkan hingga 30 menit kemudian dilakukan uji absorbansi dengan
spektrofotometri.
7. Dihidrogen Sulfida (H2S)
Penentuan
Kadar
Dihidrogen
Sulfida
(H2S) dengan
menggunakan
metode W.Leithe 1971 yang bertujuan untuk menentukan kadar H2S pada udara
ambien. Prinsip yang digunakan adalah Gas dihidrogen sulfida (H2S) diserap dalam
larutan penjerap kadmiumdihidroksida Cd(OH)2. Dengan menambahkan larutan
amin dan FeCl3 kedalam larutan tersebut maka terbentuk senyawa FeS beserta
endapan putih. Konsentrasi larutan diukur pada panjang gelombang 670 nm.
G. Satuan Konsentrasi
Untuk menyatakan konsentrasi zat pencemar gas atau debu di udara ambien ,
dapat digunakan satuan yang berdasarkan:
1. Satuan berdasarkan berat /volume (w/v), yaitu satuan yang menyatakan berat zat
pencemar per volume udara ambien. Contohnya satuan mg/m3.
2. Satuan berdasarkan volume/volume (v/v) , yaitu satuan yang menyatakan volume zat
pencemar per volume gas.
Contohnya satuan % volume, ppm . (part permillion), ppb (part perbillion).
Pengertian satuan ppm adalah menunjukkan perbandingan volume antara volume zat
pencemar dengan volume udara ambient, yaitu bagian volume zat percemar per satu
juta volume gas .
Contohnya :
Konsetrasi CO sebesar 1 ppm, artinya dalam satu juta bagian volum gas buang
mengandung 1 bagian volume gas CO, atau Dalam 1 m3 (1 x 106 ml) volume gas emisi
mengandung 1 ml gas CO. Untuk konversi satuan dari satuan ppm ke satuan mg/m3
atau sebaliknya digunakan rumus :
mg/m3 = (ppm / 24,45) x BM x 103 4)
dimana:
24,45 = konversi untuk 1 mol = 24,45 liter ( 25oC , 1 atm)
BM = berat molekul 10-3 = konversi dari ml ke liter
Perlu diketahui bahwa gas merupakan zat yang volumenya berubah dengan
perubahan temperatur dan tekanan. Maka dalam menyatakan konsentrasi zat pencemar
dalam udara digunakan kondisi standar yaitu kondisi dimana volume udara ditetapkan
dan kondisi tertentu , yang dinyatakan dengan kondisi standar.
No
Parameter
1.
2.
Metode pengukuran
Keterangan
Pararosaniline (Spec- Manual Aktif
trophotometri)
dan Passive
Saltzman
Oksida-oksida Nitrogen (NOx) (Spectropho-tometri)
3.
Oksidan (Ozon)
4.
Hidrokarbon
Manual Aktif
dan Passive
Manual Aktif
dan Passive
Gas Chromatograph
Automatic
Analyser
Automatic
Analyser
5.
6.
Amoniak (NH3)
Nessler (Spectrophotometri)
Manual Aktif
dan Passive
Methylene Blue
(Spec-trophotometri)
Manual Aktif
dan Passive
Destruksi Basah
Atomic
Absorption
Spectrophotometry,Fl
ame
Atomic
Absorption
Spectrophotometry,Fl
ame
Atomic
Absorption
Spectrophotometry,Fl
ame
7.
8.
Cr
11.
Destruksi Basah
Atomic
Absorption
Spectrophotometry,Fl
Gravimetri
12.
PM 10
13.
TSP
Gravimetri
ame
Low Volume Air
Sampler
High Volume Air
Sampler
Metode Pengujian
1. Jenis Pengujian
Jenis pengujian berdasarkan penilaian resiko bahaya (risk assessment hazard),
mengacu pada lay out proses produksi.
2. Jumlah Parameter Yang Di Uji
Sesuai dengan Kepmen KLH Nomor .02 tahun 1989, Peraturan Pemerintah Nomor.
41 tahun 1999, tentang baku mutu lingngkungan, dan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Trandmigrasi Nomor. PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011, tentang nilai
ambang batas faktor Fisika dan kimia di tempat kerja.
m. NDIR Analyzer
n. Gas Chromatography (GC )
o. HVDS
p. Atomatic Absorption Spectroscopy (AAS)
q. Spectrophotometer
DAFTAR PUSTAKA