Oleh
Kelompok 3
A.SYAUQI ( 211110001 )
FRISKA NUR‘AINI F.C ( 211110008 )
KHAIRUN NISHA ALYAFASI ( 211110012 )
SARAH EDISTI ( 211110032 )
YOGA AFRIANDA ( 211110039 )
ZACKY FAJAR MAULANA ( 211110040 )
Dosen Pembimbing
Mahaza, SKM. MKM
Sejati, SKM, M.Kes
Rahmi Hidayanti,SKM, M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak dan dosen pembinbing mata kuliah, untuk itu dalam kesempatan ini kami
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
Kami menyadari dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikannya dengan baik.
Oleh karena itu kami dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan,saran dan
usul guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi seluruh
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN..…………………………………………………………… 4
1.2 Tujuan………………….…………………………………………………….. 5
BAB II PEMBAHASAN……….…………………………………………………….. 6
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….……….. 20
DAFTAR PUSTAKA……………………………….……………………………...... 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. UDARA
Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Sifat udara
tidak tampak mata, tidak berbau dan tidak berasa. Kehadiran udara hanya dapat dilihat dari
adanya angin yang menggerakkan benda. Udara termasuk salah satu jenis sumber daya alam
Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan berubah-ubah dengan
ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga massanya, akan berkurang seiring dengan
ketinggian. Apabila udara semakin dekat dengan lapisan troposfer maka udara udara tersebut
akan semakin tipis, sehingga apabila melewati batas gravitasi bumi maka udara akan hampa
sama sekali.
Begitu juga hal nya dengan proses kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya,
apabila makhluk hidup bernafas dan menghirup oksigen di udara, maka kandungan oksigen
di udara akan berkurang, sementara kandungan kanbondioksida akan bertambah, maka ketika
itulah proses fotosintesa berperan untuk memulihkan kandungan oksigen di udara (oksigen
kembali dibebaskan)
4
2. KANDUNGAN UDARA
Udara terdiri dari 3 unsur utama, yaitu udara kering, uap air dan aerosol. Kandungan
udara kering adalah 78% Nitrogen, 20% Oksigen, 0,93% Argon, 0,03% Karbon Dioksida,
0,003% gas-gas lain (Neon, Helium, Metana, Kripton, Hidrogen, Xenon, Ozon, Radon). Uap
air yang ada pada udara berasal dari evaporasi (penguapan) pada laut, sungai, danau, dan
tempat berair lainnya. Aerosol adalah benda berukuran kecil, seperti garam, karbon, sulfat,
1.2 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Udara dikatakan tercemar apabila kualitasnya telah melampaui nilai ambang batas
(NAB) menurut baku mutu yang telah ditetapkan. Pengendalian pencemaran udara adalah
upaya pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.
Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleh sumber alami sukar diketahui besarnya,
walaupun demikian masih mungkin kita memperkirakan banyaknya polutan udara dari setiap
akitivitas.
Polutan udara sebagai hasil aktivitas manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan
banyaknya, terlebih jika diketahui jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya
aktivitas tersebut, serta spesifikasi satuan yang digunakan dalam proses maupun pasca
prosesnya.
1. Sumber Pencemar udara alami, yaitu sumber pencemar udara yg terjadi akibat dari
alam seperti : akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan, nitrifikasi dan
denitrifikasi biologi
2. Sumber pencemar udara buatan (akibat perbuatan manusia) misalnya : dari kegiatan
transportasi, emisi pabrik, dll
Dalam hal ini industri selalu dikaitkan dengan sumber pencemar, karena industri
merupakan kegiatan yang sangat tampak dalam pembebasan berbagai senyawa kimia
kedalam lingkungan alam. Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang No. 23 Tahun
6
1997 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengawasan lingkungan
khususnya kualitas udara menjadi konsentrasi bagi perusahaan dan kegiatan yang
menghasilkan emisi pencemaran udara.
Prinsip pengawasan kualitas udara sudah tercantum didalam peraturan yang telah
ditetapkan didalam dokumen izin lingkungan hidup setiap perusahaan (AMDAL, UKL-UPL,
dll). Dalam hal sampling dan pengukuran, peran dan fungsi dari Laboratorium Lingkungan
sangat penting baik Pemerintah ataupun Swasta. Untuk memahami lebih dalam dampah
negatif cemaran udara terhadap lingkungan dan kesehatan maka yang harus di kaji terlebih
dahulu adalah kualitas udara.
Udara dapat di golongkan menjadi 2 (dua), yaitu udara ambien dan udara emisi.
A. Udara Ambien
Udara ambien merupakan udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir
yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, mahluk hidup dan unsur
lingkungan hidup lainnya. Dalam keadaan normal udara ambien ini akan terdiri dari
Baku mutu udara ambien merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau
komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam udara ambien. Pemerintah menetapkan baku mutu udara ambien
sebagai batas maksimum kualitas udara ambien nasional yang diperbolehkan untuk di semua
kawasan di seluruh Indonesia. Arah dan tujuan dari penetapan baku mutu udara ambien
nasional adalah untuk mencegah pencemaran udara dalam rangka pengendalian pencemaran
udara nasional.
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen
yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam udara ambien. Tiap negara memiliki standar baku mutu udara yang berbeda
B. Udara Emisi
Udara emisi adalah udara yang langsung dikeluarkan oleh sumber emisi seperti
cerobong gas buang pabrik dan knalpot kendaraan bermotor. Kualitas udara di lingkungan
industri dalam hal ini udara emisi bisa mencemari udara ambien atau tidak mencemari
udara ambien tergantung dari pengelolaan lingkungannya,. Parameter-parameter kualitas
udara emisi yang dipantau umumnya hampir sama seperti gas SOx, CO, NO2, H2S, NH3
dan partikulat yang berbentuk padat.
Kendaraan bermotor adalah salah satu sumber pencemar udara yang berasal dari proses
pembakaran bahan bakar khususnya untuk daerah perkotaan. Emisi gas buang yang keluar
dari kendaraan bermotor pada umumnya mempunyai karakteristik bahan pencemar seperti:
7
Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO), Partikulat debu,
Hidro Karbon (NMHC) dan bahan-bahan organik lainnya. Disamping itu juga bisa
ditetapkan parameter lainnya tergantung dari hasil inventarisasi sumber emisi yang ada.
Sedangkan debu (partikulat) dapat berasal dari alam ataupun kegiatan manusia. Sumber
alam, contoh: letusan gunung berapi dan dekomposisi material. Sedangkan dari kegiatan
manusia berasal dari pembakaran bahan bakar fossil. Ukuran partikel bervariasi mulai dari
yang kasat mata hingga yang tidak terdeteksi sehingga harus memerlukan peralatan khusus.
Dalam konteks udara maka ukuran partikel dibedakan antara PM10, PM2.5 serta TSP. Angka
10 dan 2.5 menunjukkan diameter partikel dalam mikron (µ).
Untuk menguji partikel dengan ukuran ≤ 2,5 μm dan ukuran ≤ 10 μm, BSN melalui
Komitek Teknis 13-03 Kualitas Lingkungan sedang merumuskan SNI 7119.14:201X dengan
judul: Udara ambien – Bagian 14 : Cara uji partikel dengan ukuran ≤ 2,5 μm (PM2,5)
menggunakan peralatan high volume air sampler (HVAS) dengan metode gravimetric dan
juga SNI 7119.15:201X Udara ambien – Bagian 15 : Cara uji partikel dengan ukuran ≤ 10 μm
(PM10) menggunakan peralatan high volume air sampler (HVAS) dengan metode
gravimetric dan Standar ini digunakan untuk penentuan partikel dengan ukuran ≤ 2,5 μm dan
ukuran ≤10 μm (PM10) dalam udara ambien di lingkungan hidup, menggunakan alat High
Volume Air Sampler (HVAS) dengan nilai rata-rata laju alir 1,1 m3/menit sampai dengan 1,7
m3/menit selama 24 jam pada konsentrasi minimum 5 μg/Nm3.
Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara (terutama jika konsentrasi
gas itu melebihi dari tingkat konsentrasi latar normal) baik gas yang berasal dari sumber
alami atau sumber yang berasal dari kegiatan manusia (anthropologic sources). Untuk
mengatahui standart konsentrasi kandungan gas di atmosfer dapat dilihat pada tabel berikut :
Neon Ne 18 0.0018
8
Hydrogen H2 0.5 0.00005
Lapisan udara yang menjadi perhatian utama dalam kaitan dengan pencemaran adalah
troposfer. Pada lapisan inilah terjadi peristiwa hujan asam. Hujan asam ini diakibatkan oleh
reaksi dari gas SOx dan NOx dengan H2O di dalam atmosfer serta sinar matahari yang
menghasilkan asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (H2NO3). Asam ini
dapat merusak/mematikan tumbuhan, hewan bahkan manusia serta mmerusak bangunan.
(Peave et al, 1986)
1. Faktor Emisi
Apabila sejumlah tertentu bahan bakar dibakar, maka akan keluar sejumlah tertentu gas
hasil pembakarannya. Misalnya, batu bara (C), jika dibakar sempurna dengan O2 (Oksigen)
akan dihasilkan CO2 (karbon dioksida). Namun pada kenyataannya tidaklah demikian, setiap
batu bara yang dibakar dihasilkan pula produk lain selain CO2, yaitu CO (karbon
monoksida), HCHO (aldehida), CH4 (metana), NO2 (nitrogen dioksida), SO2 (sulfur
dioksida) maupun abu. Produk hasil pembakaran selain CO2 disebut sebagai Pollutan (zat
pencemar).
Faktor emisi didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan yang dihasilka oleh
terbakarnya sejumlah tertentu bahan bakar selama kurun waktu tertentu. Jika faktor emisi
suatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari proses pembakaran dapat
diketahui jumlahnya persatuan waktu. Faktor emisi berbagai jenis bahan bakar diperoleh atas
hasil pengukuran berulang-ulang pada berbagai sumber emisi dengan tipe sistem yang sama.
Oleh karena itu walaupun bahan bakarnya sama, jika tipe sistemnya berbeda, maka emisi
polutannya akan berbeda besarnya.
9
Beberapa Faktor Emisi (FE) berbagai bahan bakar maupun tipe sistem yang digunakan,
disajikan pada tabel di bawah ini :
CO 0,5 3 50
CH4 0,2 1 10
NO2 20 20 8
Keterangan :
Alam dan kegiatan manusia serta industri membebaskan senyawa kimia ke lingkungan
udara. Jika senyawa itu adalah asing untuk komposisi udara atau konsentrasi suatu jenis
senyawa itu melebihi nilai ambang batas (TLV: threshold limit value), maka udara itu
mengalami pencemaran. Dampak pencemaran udara dapat menyerang berbagai sektor
kehidupan manusia dan makhluk hidup di bumi, adapun dampak pencemaran udara terhadap
kehidupan manusia dan lingkungan sebagai berikut :
Dalamnya penetrasi polutan polusi udara ke dalam tubuh tergantung kepada jenis zat
pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernafasan bagian atas,
sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru bagian dalam
(bahkan sampai ke alveolus). Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran
darah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
10
b. Dampak Terhadap Ekonomi
Hasil kajian Bank Dunia menemukan bahwa dampak ekonomi akibat dari pencemaran
udara di indonesia sebesar Rp. 1,8 Trilyun dan meningkat menjadi 4,3 trilyun pada tahun
2015.
Dampak sosial akibat dari pencemaran udara adalah manusia dan makhluk hidup
lainnya akan tidak dapat lagi menikmati udara segar dan sehat, karena setiap harinya akan
terus melihat dan menghirup asap, akibatnya aktifitas sosial menjadi terhambat
Dampak dari segi pendidikan adalah pencemaran udara dapat mempengaruhi tingkat
belajar para siswa.mereka akan terhambat dalam hal berfikir, dan terhambat pula dalam
menyelesaikan permasalahan
Pencemaran udara sangat berpengaruh pada sektor pertanian. Kurangnya lahan hijau
tempat pohon melakukan proses fotosintesis karena dapat mengganggu pertumbuhan pohon.
Tanaman juga akan rawan penyakit diantaranya klorosis, nekrosis, hal ini akan menyebabkan
sirkulasi udara sehat berkurang sehingga udara menjadi kotor dan tidak baik untuk dihirup.
Tingkat keasaman (pH) normail air hujan adalah 5,6. Jika polusi akibat SO2 dan NO2
yang bereaksi dengan air hujan maka akan dapat membentuk asam dan menurunkan pH air
hujan. Dampak dari hujan asam ini mempengaruhi kualitas air permukaan. Hujan asam juga
dapat melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi
kualitas air tanah dan air permukaan.
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O
dilapisan troposfer. Keseluruhan gas ini menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan
oleh permukaan bumi. Akibatnya panas akan terperangkap dalam lapisan troposfer sehingga
menimbulkan fenomena pemanasan global. Dampak dari pemanasan global tersebut
diantaranya adalah terjadinya pencairan es di kutub utara, naiknya permukaan air laut,
perubahan iklim, perubahan siklus hidup flora dan fauna.
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) dari permukaan bumi
merupakann pelindung alami bumi. Lapisan ini berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari
matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di
stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersidat sangat stabil menyebabkan laju
11
penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya. Hal ini menyebabkan
terbentuknya lubang-lubang pada lapisan ozon. Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar
UV-B matahari tidak terfilter dan akhirnya dapat mengakibatkan kanker kulit serta penyakit
pada tanaman.
Ross [1972] menyatakan bahwa pencemaran udara yang merupakan akibat dari kegiatan
manusia dibangkitkan oleh enam sumber utama:
1) Pengangkutan
2) Kegiatan rumah tangga
3) Pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar minyak atau batubara
4) Pembakaran sampah
5) Pembakaran sisa pertanian dan
6) Kebakaran hutan
Dalam hal ini industri memberikan bagian yang relative kecil pada pencemaran
atmosferik jika dibandingkan dengan pengangkutan. Meskipun industri dalam kenyataannya
memberikan bagian yang kecil dalam emisi senyawa pencemar, tetapi sumber ini mudah
diamati, karena industri merupakan sumber pencemaran tiitik (point source of pollution).
Bagian paling besar yang dibebaskan oleh industri adalah padatan renik atau debu. Debu ini
memberikan dampak negative bagi lingkungan biotik dan fisik.
Kendala yang harus dipertimbangkan dalam hal pencemaran udara adalah watak
pencemaran itu sendiri. Watak ini tergantung:
12
1.3 PRINSIP PENGGUNAAN INSTRUMEN PENGAWASAN
1) Udara Ambien
Kualitas udara ambien merupakan tahap awal untuk memahami dampak negatif
cemaran udara terhadap lingkungan. Kualitas udara ambien ditentukan oleh :
Fungsi dari nilai ambang batas Baku mutu udara ambien dapat dibagi menjadi 2, yaitu
sebagai berikut :
Untuk melindungi pada batas keamanan yang mencukupi (adequate margin safety)
kesehatan masyarakat dimana secara umum ditetapkan untuk melindungi sebagian
masyarakat (15-20%) yang rentan terhadap pencemaran udara
13
NO2 1 Jam 400 µg/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
1 Tahun 90 µg/Nm3
Pengabuan AAS
10
Ton/km2/Bulan
(industri)
Dari kertas
limed filter
14
Dioksida Electrode Analyzer
Catatan : Flour Indeks dan Sulphat Indeks hanya diberlakukan untuk daerah/kawasan industri
kimia dasar seperti : Industri petrokimia, Industri pembuatan asam sulfat
Pengendalian senyawa pencemar pada sumber merupakan upaya yang paling berhasil-
guna bahkan pengendalian ini dapat mengghilangkan atau paling sedikit mengurangi kadar
senyawa pencemar dalam aliran udara atau fasa yang dibebaskan ke lingkungan.
Pengendalian pencemaran dapat dicapai dengan pengubahan:
Pemilihan tingkat kerja (actions) itu selalu dikaitkan dengan penilaian ekonomik
seluruh produksi. Hal-hal yang menyulitkan adalah proses produksi yang berada di bawah
lisensi. Jika pembentukan senyawa pencemar ini tidak dapat dihindarkan lagi, maka
pemasangan alat untuk menangkap senyawa ini harus dilakukan. Secara umum penghilangan
senyawa pencemar yang akan memasuki atmosfer adalah metoda yang didasarkan atas
pengurangan (reduction) senyawa pencemar.
Berbagai jenis alat pengumpul (collectors) didasarkan atas pengurangan kadar debu
saja atau kadar debu dan gas. Prinsip pengurangan kadar debu dalam aliran gas yang
dibebaskan ke lingkungan diantaranya:
a) Pemisah Brown
Pemisahan jenis ini menerapkan gerakan partikel menurut Brown. Alat ini dapat
memisahkan debu dengan rentang ukuran 0.01-0.05 mikron. Alat yang dipatenkan dibentuk
dengan susunan filament gelas dengan jarak antar filament yang lebih kecil dari lintasan
bebas rata-rata partikel.
15
b) Penapisan
Deretan penapis atau penapis kantung (filter bag) akan dapat menghilangkan debu
hingga ukuran diameter 0.1 mikron. Penapis ini dibatasi oleh pembebanan yang rendah,
karena pembersihan membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi. Susunan penapis yang bias
digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik. Temperature
gas buang dibatasi oleh komposisi bahan penapis.
c) Pengendap elektrostatik
Alat ini memberikan tegangan tinggi pada aliran gas berkecepatan rendah. Debu yang
telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang
diperoleh adalah debu yang kering dengan ukuran rentang 0.3-0.5 mikron. Tetapi secara
teoritik ukuran partikel yang dapat dikumpulkan tidak memiliki batas minimum.
d) Pengumpul sentrifugal
Pemisah debu dari aliran gas didasarkan atas gaya sentrifugal yang dibangkitkan oleh
bantik saluran masuk alat. Gaya ini melemparkan partikel ke dinding dan gas berputar
(vortex) sehingga debu akan menempel di dinding serta terkumpul di dasar alat. Alat yang
menggunakan prinsip ini dapat digunakan untuk pemisahan partikel besar dengan rentang
ukuran diameter hingga 10 mikron.
e) Pemisah inersia
Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel di dalam aliran gas.
Pemisahan ini menggunakan susunan penyekat, sehingga partikel akan bertumbukan dengan
penyekat ini dan akan dipisahkan dari aliran fasa gas. Kendala daya guna ditentukan oleh
jarak antar penyekat. Alat yang didasarkan atas prinsip gaya inersia bekerja dengan baik
untuk partikel yang memiliki ukuran diameter lebih besar dari pada 20 mikron. Rancangan
yang baru dapat memisahkan partikel yang berukuran hingga 5 mikron.
Rancangan alat ini didasarkan perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan yang dialami
oleh partikel. Alat ini akan bekerja dengan baik untuk partikel dengan ukuran diameter yang
lebih besar dari pada 40 mikron dan tidak digunakan sebagai pemisah debu tingkat akhir.
(Teller, 1972)
Dan untuk prinsip pengurangan kadar debu dan gas secara simultan hasil dari kegiatan
industri adalah:
1. Menara percik
Prinsip kerja pada menara percik ini adalah aliran gas yang berkecepatan rendah
bersentuhan dengan aliran air yang bertekanan tinggi dalam bentuk butir. Alat ini merupakan
alat yang relative sederhana dengan kemampuan penghilangan pada tingkat sedang
16
(moderate). Alat dengan prinsip ini dapat mengurangi kandungan debu dengan rentang
ukuran diameter 10-20 mikron dan gas yang larut dalam air.
2. Siklon basah
Modifikasi siklon ini menangani gas yang berputar lewat percikan air. Butiran air
yang mengandung dan gas yang terlarut akan dipisahkan dengan aliran gas utama atas dasar
gaya sentrifugal. Slurry ini dikumpulkan di bagian bawah siklon. Siklon jenis ini lebih efektif
daripada menara percik. Rentang ukuran diameter debu yang dapat dipisahkan adalah 3-5
mikron.
3. Pemisahan venturi
Rancangan pemisahan venturi ini didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi dan
berkisar antara 30-150 meter per detik pada bagian yang disempitkan dan gas bersentuhan
dengan butir air yang dimasukan di daerah itu. Alat ini dapat memisahkan partikel hingga
ukuran 0.1 mikron dan gas yang larut dalam air.
Alat ini disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini
berkecepatan 10 hingga 30 meter per detik. Gas ini membentur lapisan air hingga membentuk
percikan air. Percikan ini akan bertumbukan dengan penyekat dan air akan meyerap gas serta
mengikat debu. Gas yang memiliki kelarutan sedang dapat diserap dengan air dalam alat ini.
Ukuran partikel paling kecil yang diserap adalah 1 mikron.
Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara persentuhan cairan dan gas di daerah
antara packing. Aliran gas dan cairan dapat searah arus maupun berlawanan arah arus atau
aliran melintang. Rancangan baru alat ini dapat menyerap debu yang lebih besar dari 10
mikron.
Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan partikel yang
dapat ditangani berukuran hingga 0.01 mikron serta dikumpulkan pada permukaan filament.
7. Pembentur turbulen
Penyerapan partikel dilakukan dengan cara mengalirkan aliran gas lewat cairan yang
berisi bola-bola berdiameter 1-5 cm. Partikel dapat dipisahkan dari aliran gas, karena debu
bertumbukan dengan bola-bola itu. Efisiensi penyerapan gas bergantung pada jumlah tahap
yang digunakan.
Upaya pembersihan aliran gas atau udara sebelum dibebaskan ke lingkungan dapat
dihubungkan dengan kebutuhan proses produksi, perolehan produk samping atau
17
perlindungan lingkungan. Seringkali alat ini merupakan bagian integral dari suatu proses, jika
sasaran utama adalah penghilangan gas yang beracun atau mudah terbakar.
Debu ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas (trace,
apparent, bulk density), daya kohesi, sifat higroskopik dan lain-lain. Variable yang aneka
ragam ini mengakibatkan pemilihan alat dan system pengendalian pencemaran udara oleh
debu dan gas harus berhubungan dengan sasaran masalah pembersihan gas dan watak kinerja
alat disamping penilaian ekonomik.
Teknologi pengendalian pencemaran udara dalam suatu plant atau tahap proses
dirancang untuk memenuhi kebutuhan proses itu atau perlindungan lingkungan. Teknologi ini
dapat dipilih dengan penerapan susunan alat pengendali sehingga memenuhi persyaratan
yang telah disusun dalam rancangan proses.
Teknologi pengendalian ini perlu dikaji dengan seksama, agar penggunaan alat tidak
berlebihan dan kinerja yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi
persyaratan perlindungan lingkungan. System pengendalian ini harus diawali dengan
memahami watak emisi senyawa pencemar dan lingkungan penerima. Teknologi
pengendalian yang sempurna akan membutuhkan biaya yang besar sekali sehubungan dengan
dimensi alat, kebutuhan energy, keselamatan kerja dan mekanisme reaksi.
18
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan teknologi pengendalian atau rancangan
system pengendalian meliputi:
Watak efluen merupakan faktor penentu dan tidak dapat digunakan untuk
penyelesaian semua jenis pengendalian pencemaran. Jadi watak fisik kimia dan efluen dan
lingkungan penerima harus di fahami dengan baik. Kemungkinan fenomena sinergetik yang
dapat berlangsung harus dapat di perkirakan, jika perubahan watak atau komposisi effluent
atau proses produksi dapat berlangsung dalam waktu yang akan datang.
19
BAB III
PENUTUP
• Kesimpulan
•
Pengawasan pencemaran udara yang diakibatkan oleh kegiatan industri dapat
dilakukan dengan selau melakukan pemeriksaan sampel udara ambien di lingkungan
industri dengan rujukan nilai kualitas udara ambien tidak boleh melebihi nilai ambang
batas (NAB) nasional yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, pengawasan wajib
dilakukan secara berkala sesuai dengan rujukan pada peraturan pemerintah daerah,
dapat dilakukan 6 bulan sekali atau pertahun. adapun nilai ambang batas (NAB) udara
ambien adalah sebagai berikut :
Pengawasan pencemaran udara yang diakibatkan oleh kegiatan industri dapat
dilakukan dengan selau melakukan pemeriksaan sampel udara ambien di lingkungan
industri dengan rujukan nilai kualitas udara ambien tidak boleh melebihi nilai ambang
batas (NAB) nasional yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, pengawasan wajib
dilakukan secara berkala sesuai dengan rujukan pada peraturan pemerintah daerah,
dapat dilakukan 6 bulan sekali atau pertahun.Jika pengendalian pencemaran ingin
diterapkan, maka berbagai pendekatan dapat dipilih untuk menentukan metoda
pengendalian pencemaran udara. Pengendalian pencemaran yang dapat dilakukan
meliputi pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran sehingga senyawa
pencemar itu tidak berbahaya lagi baik untuk lingkungan fisik dan biotik maupun
untuk kesehatan manusia.Pengendalian senyawa pencemar pada sumber merupakan
upaya yang paling berhasil-guna bahkan pengendalian ini dapat mengghilangkan atau
paling sedikit mengurangi kadar senyawa pencemar dalam aliran udara atau fasa yang
dibebaskan ke lingkungan.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://haklibatam2017.blogspot.com/2018/01/artikel-pengawasan-dan-
pengolahan.html?m=1
21