Anda di halaman 1dari 29

1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, dengan segenap hati dan keikhlasan yang mendalam,


penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Pencemaran Udara”.

Makalah ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah analisis
spektrometri yaitu Bapak Aristo Hardinata,M.Pd serta rekan- rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen
pembimbing mata kuliah analisis spektrometri dan rekan-rekan mahasiswa untuk
kesempurnaan makalah ini.

Padang, November 2018

Penulis
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3

1.1. Latar
Belakang.............................................................................................................3

1.2. Rumusan
Masalah........................................................................................................3

1.3. Tujuan
Penulisan..........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4

2.1 Pemantauan dan pengendalian pencemaran udara.................................................4


2.2 Metode sampling..........................................................................................................8
2.3 Metode analisis...........................................................................................................13
2.4 Wujud fisik pencemaran udara................................................................................16
2.5 Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan...................................................19
2.6 Pengendalian pencemaran udara.............................................................................21

BAB III PENUTUP................................................................................................................30

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................31
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, semakin penting


untuk diselesaikan. Karena menyangkut keselamatan,kesehatan,dan kehidupan kita.
Siapa pun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan
ini,termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil,diri kita sendiri,sampai
kelingkungan yang lebih luas.

Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus kita atasi bersama


diantaranya pencemaran pencemaran air tanah dan sungai,pencemaran udara
perkotaan,kontaminasi tanah oleh sampah,hujam asam,perubahan iklim
global,penipisan lapisan ozon,kontaminasi zat radioaktif,dan sebagainya.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara Pemantauan dan pengendalian pencemaran udara?
2. Bagaimana Metode sampling?
3. Bagaimana Metode analisis?
4. Bentuk Wujud fisik pencemaran udara?
5. Bagaimana Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan?
6. Bagaimana tindakan Pengendalian pencemaran udara?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui cara Pemantauan dan pengendalian pencemaran udara


2. Mengetahui Metode sampling
3. Mengetahui Metode analisis
4. Mengetahui Wujud fisik pencemaran udara
5. Mengetahui Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan
6. Mengetahui tindakan Pengendalian pencemaran udara
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pemantauan dan pengendalian pencemaran udara

Pemantauan lingkungan khususnya kualitas udara menjadi konsekuensi bagi


perusahaan dan kegiatan yang mengemisikan pencemar udara. Pemantauan kualitas udara
meliputi udara emisi dan udara ambien diperlukan untuk pemenuhan peraturan (pemantaun
rutin-abnormal-darurat, AMDAL/UKL-UPL, PROPER, dll) dan memprediksi dampak
pencemaran emisi udara ke lingkungan. Dalam hal sampling dan pengukuran ini peran dari
Laboratorium Lingkungan Pemerintah (BLH, Bapedalda) dan Swasta sangat penting.

Tujuan Spesifik dari pemantauan kualitas udara antara lain untuk:


1. Data pemenuhan baku mutu
2. Evaluasi kinerja alat pengendali pencemaran udara
3. Pengendalian proses
4. Pembuktian dalam proses hukum
5. Penelitian, dll

Perusahaan dan kegiatan harus melakukan pemantauan secara manual dalam periode
waktu yang ditentukan oleh peraturan, disamping itu berdasarkan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup no. 13 tahun 1995, 4 jenis industri wajib memantau dengan CEMS
(Continuous Emission Monitoring System) yaitu: Industri Besi dan Baja, Industri Pulp dan
Kertas, Pembangkit Listrik (PLTU) Berbahan Bakar Batubara dan Industri Semen. Selain itu
CEMS dan pemantauan manual juga diwajibkan untuk pembangkit Listrik Tenaga Termal
dengan kapasitas diatas 25 MW (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 21 Tahun 2008).

Agar hasil pemantauan kualitas udara -baik yang dilakukan oleh pihak eksternal
(laboratorium terakreditasi) maupun internal oleh perusahaan- tersebut dapat
dipertanggungjawabkan objektivitas dan validasinya maka pemantauan haruslah
memperhatikan hal-hal berikut:
1.Kaidah pemantauan
2. Baku mutu kualitas udara
3. Sampling (prosedur, teknik, lokasi pengambilan dan penanganan)
4. Satuan-satuan dalam pemantauan, Dll
5

Hasil pemantauan seperti inilah yang dapat digunakan untuk melihat kepatuhan
(compliance) antara kinerja pengelolaan kualitas udara perusahaan dengan peraturan yang
berlaku dan untuk mengukur kinerja program pengendalian pencemaran udara, sehingga
dapat ditentukan tindak lanjut dan perbaikan yang perlu dilakukan oleh perusahaan. Untuk itu
diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pemahaman dan kemampuan untuk
pengelolaan dan pemantauan kualitas udara di perusahaan dan juga Laboratorium
Lingkungan Pemerintah (BLH, Bapedalda) dan Swasta.

Pengendalian pencemaran udara

Polusi udara atau pencemaran udara dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan,
mulai dari masalah kesehatan sampai pada perubahan iklim global. Pencemaran udara tidak
dapat dihilangkan sama sekali, tetapi hanya dapat dikurangi atau dikendalikan. Manusia dapat
mengakibatkan pencemaran udara, tetapi juga dapat berperan dalam pengendalian
pencemaran udara ini. Adapun upaya pencegahan dan pengendalian terhadap polusi udara
dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Penghijauan dan reboisasi


2. Memasang penyaring udara pada cerobong asap pabrik
3. Menetapkan kawasan industri yang jauh dari kawasan pemukiman warga
4. Mengurangi pemakaian bahan bakar dari fosil (minyak bumi dan batu bara)
pada industri dan pembangkit listrik.
5. Memanfaatkan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan
6. Pengawasan yang ketat di wilayah hutan yang rawan terbakar
7. Melarang warga membakar semak belukar di sekitar hutan dalam membuka
lahan pertanian
8. Memakai masker
9. Tidak menggunakan barang-barang rumah tangga yang mengandung Kloro
Fluoro Karbon (CFC)
10. Tidak merokok di dalam ruangan
11. Ketentuan hukum internasional yang mengikat mengenai bahan-bahan
radioaktif
12. Perusahaan yang mengeluarkan emisi harus memenuhi standar batas-batas
pencemaran udara (Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Mutu Udara Emisi )
6

Standar batas-batas pencemaran udara secara kuantitatif diatur dalam Baku Mutu
Udara Ambien dan Baku Mutu Udara Emisi. Baku Mutu Udara Ambien menunjukkan batas
kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, tetapi tidak
menimbulkan gangguan pada makhluk hidup. Sementara itu, Baku Mutu Udara Emisi
menunjukkan batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk
dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara sehingga tidak mengakibatkan pencemaran
yang melampaui batas Baku Mutu Udara Ambien. Dengan ketentuan tersebut, perusahaan
yang mengeluarkan emisi akan berusaha untuk menjaga agar sesuai dengan ketentuan
tersebut. Secara tidak langsung, hal tersebut telah dapat mengendalikan laju pencemaran
udara.

Pengendalian emisi dapat dilakukan dengan berbagai alat. Pemilihannya dapat


dilakukan dengan pertimbangan efisiensi, sifat kimiawi pencemar, dan lainnya. Beberapa alat
pengendali emisi antara lain sebagai berikut:

a. Filter udara, berguna untuk menyaring partikel yang ikut keluar dari cerobong agar
tidak ikut terlepas ke udara sehingga hanya udara yang bersih yang keluar ke
lingkungan.
b. Pengendap siklon, yaitu pengendap partikel yang ikut dalam emisi dengan
memanfaatkan gaya sentrifugal dari partikel dengan cara partikel diembuskan ke
dinding tabung siklon sehingga partikel yang berat akan mengendap.
c. Pengendap sistem gravitasi, yaitu ruang panjang yang dilalui partikel sehingga
perlahan-lahan dimungkinkan terjadi pengendapan partikel ke bawah akibat gaya
gravitasi.
d. Pengendap elektrostatika, berguna untuk mengendapkan partikel di bawah diameter 5
mikrometer dan paling efektif digunakan pengendap elektrostatik. Dengan alat ini,
volume udara yang dibersihkan dapat dalam jumlah yang besar.
e. Filter basah, scrubber, atau wet collectors, berguna untuk mengendapkan pencemar
nonpartikel. Scrubberdapat memisahkan udara bersih dari pencemar nonpartikel.
Kerja alat ini adalah dengan menggunakan larutan penyerap. Pencemar nonpartikel
dilewatkan dalam larutan penyerap sehingga larutan akan menyerap pencemar
nonpartikel tersebut.

Selain itu, ada beberapa pencemar yang dikelola secara khusus, misalnya, sebagai berikut:

a. Pengendalian sulfur dioksida (SO2)


7

Pengendalian SO2 dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan bakar bersulfur tinggi,
seperti batu bara dengan bahan bakar yang lebih bersih untuk lingkungan.

b. Pengendalian oksida nitrogen (NO2)

Cara yang paling tepat untuk menghindari terjadinya pencemaran NO2 adalah dengan
menghindari penggunaan bahan bakar fosil.

2.2. Metode sampling

Teknik sampling dalam penelitian berdasarkan statistikian dan pakar akan dijelaskan
pada kesempatan ini. Teknik sampling adalah teknik yang dilakukan untuk menentukan
sampel. Jadi, sebuah penelitian yang baik haruslah memperhatikan dan menggunakan sebuah
teknik dalam menetapkan sampel yang akan diambil sebagai subjek penelitian.

Pengertian Teknik Sampling Menurut Ahli

Pengertian teknik sampling menurut Sugiyono (2001) adalah: Teknik sampling adalah
merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56). Pengertian teknik sampling
menurut Margono (2004) adalah: Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel
yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya,
dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang
representatif.

Langkah Dalam Teknik Sampling

Menurut Dalen (1981), beberapa langkah yang harus diperhatikan peneliti dalam menentukan
sampel, yaitu:

1. Menentukan populasi,

2. Mencari data akurat unit populasi,

3. Memilih sampel yang representative,

4. Menentukan jumlah sampel yang memadai.

Jenis teknik Sampling

Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Teknik sampling berdasarkan adanya randomisasi, yakni pengambilan subyek
8

secara acak dari kumpulannya, dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu sampling


nonprobabilitas dan sampling probabilitas. Teknik-teknik sampling tersebut dapat dilihat
pada skema berikut.

Menurut Sugiyono (2001), untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,
terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis ditunjukkan pada
diagram berikut ini:

Dari diagram di atas menjelaskan pada kita bahwasanya teknik sampling dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Probability Sampling dan Nonprobability Sampling.

Yang termasuk ke dalam kelompok probability sampling antara lain: simple random
sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random
sampling, dan area (cluster) sampling (disebut juga dengan sampling menurut daerah).

Sedangkan yang termasuk ke dalam jenis nonprobability sampling antara lain:


sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling
jenuh, dan snowball sampling.

Berikut penjelasannya:

1. Probability Sampling
9

Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel
probability sampling meliputi:

a. Simple Random Sampling

Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel


anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu.

Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung
dilakukan pada unit sampling. Maka setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang
terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili
populasinya. Cara tersebut dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik
tersebut dapat dipergunakan bila jumlah unit sampling dalam suatu populasi tidak terlalu
besar. Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling dapat dilakukan dengan
metode undian, ordinal, maupun tabel bilangan random.

Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi dalamprakteknya
akan menyita waktu. Apalagi jika jumlahnya besar, sampelnya besar

b. Proportionate Stratified Random Sampling

Proportionate Stratified Random Sampling biasa digunakan pada populasi yang


mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.

Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek maka tidak dapat
membuat strata.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan untuk menentukan jumlah sampel


bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.

d. Cluster Sampling (Area Sampling)

Cluster Sampling (Area Sampling) juga cluster random sampling. Teknik ini
digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari
10

kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk


menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.

Kelemahan teknik ini dapat dilihat dari tingkat error samplingnya. Jika lebih banyak
di bandingkan dengan pengambilan sampel berdasarkan strata karena sangat sulit
memperoleh cluster yang benar-benar sama tingkat heterogenitasnya dengan cluster yang lain
di dalam populasi.

2. Nonprobability sampling

Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang


sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Jenis teknik
sampling ini antara lain:

a. Sampling Sistematis

Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.

b. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik ini jumlah
populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel
diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan
data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data
dihentikan.

Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian yang menginginkan
sedikit sampel dimana setiap kasus dipelajari secara mendalam. Dan bahayanya, jika sampel
terlalu sedikit, maka tidak akan dapat mewakili populasi.

c. Sampling Aksidental

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu


siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu sesuai sebagai sumber data.
11

Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu.
Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui.

d. Sampling Purposive

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.


Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu
yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya. Maka dengan kata lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau
permasalahan penelitian.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasinya relatif kecil,
kurang dari 30 orang. Sampel jenuh disebut juga dengan istilah sensus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang awal mula jumlahnya kecil,
kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Dan begitu
seterusnya, sehingga jumlah sampel makin lama makin banyak. Ibaratkan sebuah bola salju
yang menggelinding, makin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak
menggunakan sampel purposive dan snowball.

Pemilihan Jenis Teknik Sampling

Pemilahan jenis teknik sampling probabilitas dan nonprobabilitas didasarkan adanya


randomisasi atau keacakan, yakni pengambilan subjek secara acak dari kumpulannya. Dalam
hal randomisasi berlaku, setiap subjek penelitian memiliki kesempatan yang sama untuk
dijadikan anggota sampel sejalan dengan anggapan bahwa pada dasarnya probabilitas
distribusi kejadian ada pada seluruh bagian.

Pemilihan teknik sampling harus berdasarkan 2 hal penting yaitu, reliabilitas dan
efisiensi. Sampel yang reliable adalah sampel yang memiliki reliabilitas tinggi. Hal tersebut
dapat diartikan bahwa semakin kecil kesalahan sampling, reliabilitas sampling semakin
12

rendah. Jika dikaitkan dengan varian nilai statistiknya berlaku kriteria bahwa semakin rendah
varian, maka reliabilitas sampel yang diperoleh semakin tinggi pula.

Demikian statistikian telah membahas dan menguraikan secara singkat perihal teknik
sampling berdasarkan para ahli. Semoga dapat bermanfaat.

2.3. Metode analisis

Macam Macam Metode Analisis

Secara general ada 2 (dua) macam metode analisis yang umumnya digunakan dalam
penelitian yaitu (1) Analisis data secara Kualitatif, (2). Analisis data Secara Kuantitatif.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
tidak menggunakan alat statistik, namun dilakukan dengan menginterpretasi tabel-tabel,
grafik-grafik, atau angka-angka yang ada kemudian melakukan uraian dan penafsiran.
Sedangkan Analisis data secara Kuantitatif adalah metode analisis yang digunakan pada
penelitian dengan pendekatan analisis kuantitatif dan menggunakan alat statistik.

Jika pendekatan analisis menggunakan alat statistik berarti analisis data dilakukan
menurut dasar-dasar statistik. Ada dua macam alat statistik yang digunakan yaitu: Statistik
Deskriptif dan Statistik Inferensial.

Pengelompokan Analisis Berdasarkan Variabel

Jika dilihat dari jumlah variabel yang dianalisis ada 3 jenis analisis data yaitu:

1. Analisis Univariat, analisis yang menggunakan 1 variabel.


2. Analisis Bivariat, analisis yang menggunakan 2 variabel.
3. Analisis Multivariat, analisis yang menggunakan 3 atau lebih variabel

Jika dengan menganalisis data kualitatif diperoleh gambaran yang teratur tentang
suatu peristiwa atau kejadian maka statistik ini disebut “Deskriftif” misalnya pengukuran
nilai sentral (Rata-rata, Median, Modus), deviasi, perhitungan angka indeks, ukuran korelasi,
dan trend.

Metode lebih lanjut dimana dalam analisis tersebut memberikan cara bagaimana
menarik kesimpulan mengenai ciri-ciri populasi tertentu berdasarkan hasil dari analisis
serangkaian sampel yang diambil dari populasi tersebut dinamakan “Metode Statistik
Inferensial” Pemilihan Metode Analisis data menggunakan pendekatan kualitatif atau
13

kuantitatif. Dalam pendekatan kuantitatif persyaratan pertama yang harus terpenuhi adalah
alat uji statistik yang akan digunakan harus sesuai.

Pertimbangan utama dalam memilih alat uji statistic ditentukan oleh pertanyaan untuk
apa penelitian tersebut dilakukan dan ditentukan oleh tingkat/skala, distribusi dan penyebaran
data. Pertimbangan kedua dalam memilih alat uji statistik ini adalah luasnya pengetahuan
statistik yang dimiliki serta ketersediaan sumber-sumber dalam hubungannya dengan
perhitungan dan penafsiran data. Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif berbeda
dengan pendekatan kuantitatif, dalam pendekatan kualitatif perhatian dipusatkan kepada
prinsip umum yang mendasari perwujudan dan satuan gejala yang ada dalam kehidupan
manusia atau pola yang ada. Analisis yang dilakukan adalah gejala sosial dan budaya dengan
menggunakan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh pola yang
berlaku, dan pola tersebut dianalisis dengan teori yang objektif.

Penelitian kualitatif mampu mengungkapkan gejala yang ada di masyarakat secara


sistematis. Oleh karena itu urutan atau sistimatika yang ada dalam penelitian memberikan
urutan serta pola berfikir secara sistematis dan komplek. Penelitian dengan pendekatan
kualitatif ini mampu mengungkap gejala yang ada di masyarakat secara sistematis serta
mampu mengungkapkan kejadian yang sebenarnya sehingga akan sulit ditolak kebenarannya.

Dalam memilih metode analisis perlu dipertimbangkan:

• Kecocokan/kesesuaian metode.

• Kehandalan/ketangguhan.

• Kepekaan.

• Kecepatan/kemudahan.

• Kepraktisan / fleksibel.

• Keamanan.

Cara menentukan metode analisis yang akan digunakan:

• Menetapkan tujuan.

• Jenis metode.
14

• Kemungkinan penggunaan metode.

• Macam atribut metode yang digunakan.

• Pemilihan metode alternative.

Faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam memilih metode analisis adalah:

• Apakah analisis dilakukan untuk 1 sampel, jarang atau sering dengan contoh yang
sama.

• Pereaksi apa saja yang harus tersedia.

• Berapa lama waktu yang diperlukan.

• Apa jenis matriks sampel yang dianalisis.

• Berapa tingkat ketelitian yang diharapkan.

• Apa ada zat pengganggu.

• Apa ada badan khusus atau persyaratan peraturan, batas tindakan, atau batas
pelaporan.

• Apakah diperlukan prosedur yang mampu menseleksi,mendeteksi, dan identifikasi


untuk campuran.

• Berapa biaya yang harus dibayar pelanggan.

Jika menggunakan metode yang dikembangkan sendiri harus:

• Merupakan kegiatan yang direncanakan

• Ditugaskan kepada personil yang memenuhi persyaratan

• Dilengkapi dengan sumber daya laboratorium yang memadai.

Apabila menggunakan metode non standar, maka harus :

• Mendapat persetujuan pemilik sampel

• Memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan oleh pemilik sampel

• Sesuai dengan tujuan analisis.


15

2.4. Wujud fisik pencemaran udara

Partikulat

Keberadaan partikulat di atmosfer sebagian besar bersumber dari kendaraan bermotor


dan industri, selain itu partikulat juga dapat terbentuk di atmosfer dari polutan gas. Efek
partikulat terhadap kesehatan dan pengurangan jarak pandang tergantung pada ukuran
partikel dan komposisi kimia yang terkandung didalamnya. Partikulat dapat diklasifikasikan
berdasarkan sifat fisik (ukuran, bentuk formasi, tempat terbentuknya, kecepatan mengendap,
dll) dan sifat kimia berupa komposisi organik atau anorganik (Hinds C. W, 2000). Pada
partikulat, kita mengenal beberapa substansi yang berupa fase cair dan padat di atmosfer,
yang berada dibawah kondisi normal. Partikulat mempunyai ukuran yang mikroskopis atau
submikroskopis tetapi lebih besar dari dimensi molekul (Seinfeld, 1975). Emisi partikulat
tidak hanya dapat diemisikan dalam bentuk partikel, tetapi juga dapat terbentuk dari
kondensasi gas secara langsung atau melalui reaksi kimia. Deskripsi tentang partikulat tidak
hanya meliputi konsentrasinya, tetapi juga meliputi ukurannya, komposisi kimianya, dan
bentuk fisiknya.

Sejumlah cara dapat digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel, yang paling
sering digunakan adalah diameter equivalen. Disamping itu untuk partikel nonspheric
dinyatakan dengan equivalen spheres, berdasarkan kesamaan volume, massa, dan kecepatan
(Crawford, 1980). Menurut Hinds C. W (2000) partikel secara umum dapat dibagi kedalam
dua bagian, yaitu:

1. Partikel halus (Fine partikel): Partikel berukuran lebih kecil dari 2,5 mµ

2. Partikel kasar (Coarse partikel): Partikel berukuran lebih besar dari 2,5 mµ. Menurut
Crawford (1980) beberapa istilah yang dapat menggambarkan partikulat berdasarkan
pembentukan dan ukurannya adalah sebagai berikut:

a. Debu (dust)

Aerosol padat yang dibentuk akibat pemecahan mekanik material besar seperti dari
Crushing dan grounding. Ukuran partikelnya dari submikrometer sampai visibel. Coarse
particle berukuran > 2,5 µm, Fine particle berukuran < 2,5 µm.

b. Fume
16

Aerosol padat yang dibentuk dari kondensasi uap atau gas hasil pembakaran. Ukuran
partikelnya kurang dari 1 µm. Definisi ini berbeda dengan yang diketahui secara umum yang
didasarkan pada adanya noxious contaminant.

c. Asap (Smoke)

Aerosol visible yang dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna. Ukuran partikelnya
(padat atau cair) < 1 µm.

d. Kabut (Mist)

Aerosol cair yang terbentuk dari proses kondensasi atau atomisasi. Ukuran
partikelnya antara submikrometer hingga 20 µm. Fog : Visible mist, smog : hasil reaksi
fotokimia yang tercampur dengan uap air. Ukuran partikelnya kurang dari 1 atau 2 µm.
Merupakan gabungan dari smoke dan fog.

e. Fly ash yang merupakan hasil pembakaran batu bara.

Menurut Seinfeld (1975) berdasarkan kecepatan pengendapan, partikulat dapat


dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu:

a. Partikulat tersuspensi: kecepatan pengendapannya sangat kecil sehingga jenis ini tetap
tersuspensi di udara selama 10-30 hari sebelum tersisihkan melalui deposisi. Ukurannya
berkisar antara kurang dari 1 hingga 10 mikron.

b. Partikulat terendapkan: ukurannya lebih besar dari 10 mikron dan lebih berat. Sumber
emisi alami partikel yang penting termasuk debu tanah, proses vulkanis, uap air laut,
pembakaran liar dan reaksi gas-gas alami. Emisi partikulat tergantung pada aktivitas manusia,
terutama dari pembakaran bahan bakar dan dari industri, sumber non industri (debu dari
jalan, erosi oleh angin, dll) dan sumber transportasi.

Sumber emisi fugitif dari proses industri seperti penanganan, pengisian hingga
transfer material. Diperkirakan dari kompleks industri besi baja modern, 15 % emisi TSP
(Total Suspended Particulate) berasal dari stack, 25 % berasal dari debu fugitif dan 60 %
berasal dari debu jalan di dalam kompleks industri. Emisi fugitif dari sumber non industri
(pada umumnya disebut fugitive dust) disebabkan dari debu jalanan umum, proses pertanian,
konstruksi, dan pembakaran. Kecuali yang disebut terakhir, semua proses itu terjadi akibat
interaksi antara material dan mesin atau angin. Sumber debu fugitif banyak terdapat didaerah
17

pedesaan (US EPA, 2005). Sumber transportasi terdiri dari 2 kategori: buangan knalpot
kendaraan dan sumber lainnya, seperti ban, kopling, dan rem. Pada tahun 1978, sumber TSP
dari transportasi mencapai 1300000 TG. 75 % dari total TSP ini berasal dari kendaraan di
jalan raya. Partikulat yang berasal dari mesin, sebagian besar terbentuk dari timbal halida,
sulfat, dan materi karbon yang berukuran < 1 µm. Keseluruhan TSP dari sumber gerak roda
40 % berukuran < 10 µm (20% < 1 µm) yang komponen utamanya terdiri dari karbon.
Sumber TSP akibat pengereman berukuran < 1 µm dan dibentuk terutama dari asbes dan
karbon (US EPA, 2005).

Polutan gas

Beberapa kategori polutan adalah SO2, NO2, NO, dan CO. SO2 dihasilkan dari
pembakaran sulfur atau materi lain yang mengandung sulfur. Sumber utama gas SO2 adalah
pembakaran bahan bakar fosil dari instalasi pembangkit listrik serta beberapa industri
lainnya. NOx terbentuk karena ada pembakaran di udara bebas. Sumber berasal dari
transportasi (sumber bergerak) serta sumber stasioner seperti instalasi pembangkit tenaga
listrik. Gas CO bersifat tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang disebabkan
adanya pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon.
Instalasi pembangkit tenaga listrik dan industri peleburan yang besar pada umumnya mampu
mengoptimalkan setiap pembakaran yang ada sehingga dapat mengurangi emisi CO (Cooper
& Aley, 1986).

2.5. Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan

Polusi udara merupakan masalah utama dari kesehatan lingkungan yang dialami
seluruh penduduk negara maju dan berkembang. Sebuah pengkajian di tahun 2013 oleh
Badan Internasional WHO untuk Penelitian Kanker (IARC) menyimpulkan bahwa polusi
udara luar ruangan merupakan karsinogen (penyebab kanker) bagi manusia, terutama untuk
kanker paru-paru. Polusi udara luar ruangan di kota dan di pedesaan diperkirakan telah
menyebabkan kematian dini di seluruh dunia pada tahun 2012. Jadi, sebenarnya apa saja
dampak dari polusi udara ini? Mari kita lihat selengkapnya berikut ini.

Dampak polusi udara berdasarkan polutannya

Polutan udara seperti karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida
(NOx), senyawa organik volatil (VOC), ozon (O 3), logam berat, dan partikulat memiliki
18

komposisi kimia, sifat reaksi, emisi, waktu disintegrasi, dan kemampuan yang berbeda untuk
menyebar dalam jarak panjang atau pendek.

1. Partikulat (PM)

Komponen utama dari PM adalah sulfat, nitrat, amonia, natrium klorida, karbon
hitam, mineral debu, dan air. Ini terdiri dari campuran kompleks partikel padat dan cair dari
bahan organik dan anorganik yang melayang di udara. Partikel yang paling merusak
kesehatan adalah partikel berukuran 10 mikron atau kurang, yang dapat menembus dan
hinggap jauh di dalam paru-paru.

Ada hubungan yang erat antara paparan tinggi partikulat kecil (≤10 PM) dan
peningkatan kematian dan kesakitan, baik dari hari ke hari atau dari waktu ke waktu.
Sebaliknya, ketika konsentrasi partikulat kecil dan halus berkurang, angka kematian juga
akan menurun. Partikel polusi kecil memiliki dampak kesehatan, bahkan pada konsentrasi
yang sangat rendah.

Di negara berkembang, paparan dalam ruangan untuk polutan dari pembakaran rumah
tangga berbahan bakar padat, seperti kompor tradisional, dapat meningkatkan risiko infeksi
saluran pernapasan akut dan kematian pada anak-anak muda. Polusi udara di dalam ruangan
akibat penggunaan bahan bakar padat juga merupakan faktor risiko utama untuk penyakit
jantung, penyakit paru obstruktif kronik, dan kanker paru-paru pada orang dewasa.

2. Ozon (O3)

Ozon di permukaan tanah adalah salah satu unsur utama kabut asap fotokimia. Hal ini
dibentuk oleh rekasi sinar matahari (reaksi fotokimia) dengan polutan, seperti nitrogen oksida
(NOx) dari kendaraan dan industri, serta VOC yang dipancarkan oleh kendaraan, bahan
pelarut, dan industri. Akibatnya, tingkat tertinggi polusi ozon terjadi selama periode cuaca
cerah.

Ozon yang berlebihan di udara dapat memiliki efek pada kesehatan manusia. Hal ini
dapat menyebabkan masalah pernapasan, pemicu asma, berkurangnya fungsi paru-paru, dan
juga menyebabkan penyakit paru-paru. Saat ini di Eropa, ozon dianggap sebagai polutan
udara yang paling memprihatinkan. Beberapa penelitian di Eropa telah melaporkan bahwa
angka kematian harian naik sebesar 0,3%, dan penyakit jantung sebesar 0,4%, setiap 10
mikrogram per meter kubik peningkatan ozon di udara.
19

3. Nitrogen dioksida (NO2)

Pada konsentrasi jangka pendek yang melebihi 200 mikrogram per merter kubik,
nitrogen dioksida dianggap sebagai gas beracun yang menyebabkan peradangan yang
signifikan pada saluran pernapasan. NO2 adalah sumber utama dari aerosol nitrat yang
membentuk pecahan kecil dari partikulat. Sumber utama emisi antropogenik NO2 adalah
proses pembakaran (pemanas, pembangkit listrik, mesin kendaraan, dan kapal).

Studi epidemiologis menunjukkan bahwa gejala bronkitis pada anak yang memiliki
asma meningkat setelah paparan jangka panjang terhadap NO2. Pengurangan fungsi paru-paru
juga terkait dengan NO2.

4. Sulfur dioksida (SO2)

SO2 adalah gas tidak berwarna dengan bau yang tajam. Ini dihasilkan oleh
pembakaran bahan bakar fosil (batu bara dan minyak), dan peleburan bijih mineral yang
mengandung sulfur. Sumber antropogenik utasa SO2 adalah pembakaran bahan bakar fosil
yang mengandung sulfur untuk pemanasan domestik, pembangkit listrik dan kendaraan
bermotor.

SO2 dapat mempengaruhi sistem pernapasan dan fungsi paru-paru, dan menyebabkan
iritasi mata. Radang saluran pernapasan penyebab batuk, sekresi lendir, asma, bronkitis
kronis, dan membuat orang lebih rentan terhadap infeksi pada saluran pernapasan. Pasien
rumah sakit untuk penyakit dan kematian akibat masalah jantung terus meningkat ketika
tingkat SO2 tinggi.

5. Karbon monoksida (CO)

Gas ini mencegah penyerapan oksigen oleh darah. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan pasokan oksigen ke jantung secara signifikan, terutama pada orang yang
menderita penyakit jantung.

2.6. Pengendalian pencemaran udara

Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Pencemaran Udara.

Kebijakan peningkatan pendapatan Negara yang berasal dari sector industry akan
meningkatkan jumlah industry. Konsekuensi lanjutannya adalah meningkatnya limbah yang
dikeluarkan oleh indutsri tersebut, baik limbah udara, tanah maupun air. Limbah udara dapat
20

menyebabkan pencemaran udara. Pencemaran udara dapat menyebabkan menyebabkan


penyakit bagi manusia, misalnya masalah pernapasan bahkan gejala kanker, juga mengancam
secara langsung eksistensi tumbuhan dan hewan, maupun secara tidak langsung ekosistem di
mana mereka hidup. Beberapa unsur pencemar (pollutant) kembali ke bumi melalui deposisi
asam atau salju yang mengakibatkan sifat korosif pada bangunan, tanaman, hutan, di samping
itu juga membuat sungai dan danau menjadi suatu lingkungan yang berbahaya bagi ikan-ikan
karena nilai pH yang rendah.

Berbagai program pencegahan dan penanggulangan pencemaran udara telah


dilakukan oleh pemerintah, misalnya Program Langit Biru. Program Langit Biru dimulai
tahun 1996 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri
Lingkungan no 15 tahun 1996.

Beberapa program pencegahan dan penanggulangan pencemaran udara meliputi:

a. Pengembangan perangkat peraturan.

b. Penggunaan bahan bakar bersih.

c. Penggunaan bahan bakar alternatif.

d. Pengembangan manajemen transportasi.

e. Pemantauan emisi gas buang kendaraan bermotor.

f. Pemberdayaan peran masyarakat melalui komunikasi massa.

Dasar-Dasar Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara :

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan kesehatan sebagai Hak Asasi


Manusia. Pernyataan tersebut tertuang dalam piagam Deklarasi PBB tahun 1948.

Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara di Indonesia diatur oleh

1. Undang-undang No.32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup

2. Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Undang-undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup Baku Mutu Lingkungan Hidup
21

Pasal 20

(1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan
hidup.

(2) Baku mutu lingkungan hidup meliputi:

a. baku mutu air;

b. baku mutu air limbah;

c. baku mutu air laut;

d. baku mutu udara ambien;

Pasal 98

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 99

(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara
ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Daftar Definisi

– pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/ atau komponen
lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambient tidak dapat memenuhi
fungsinya.
22

– pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/ atau penanggulangan


pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.

– sumber pencemar adalah setiap usaha dan/ atau kegiatan yang mengeluarkan bahan
pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana menstinya.

– udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di
dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
manusia, makhluk hidup, dan unsure lingkungan hidup lainnya.

– baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/ atau komponen
yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam udara ambien.

– emisi adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang
masuk dan/ atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/ atau tidak
mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.

– sumber emisi adalah setiap usaha dan/ atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dari sumber
bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak bergerak maupun sumber tidak bergerak
spesifik.

– sumber bergerak adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat
yang berawal dari kendaraan bermotor.

– sumber bergerak spesifik adalah sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu
tempat yang berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut, dan kendaraan berat lainnya.

– sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat.

– sumber tidak bergerak spesifik adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat yang
berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah.

– baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas kadar maksimal dan/ atau beban emisi
maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan ke dalam udara ambien.

– ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor adalah batas maksimum zat atau bahan
pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor.
23

– pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/ atau penanggulangan


pencemaran udara serta pemulihan mutu udara (pasal 1 butir 2)

Pencegahan Pencemaran Udara Dan Persyaratan Penataan Lingkungan Hidup

pasal 20

: “Pencegahan pencemaran udara meliputi upaya-upaya untuk mencegah terjadinya


pencemaran udara dengan cara : a. penetapan baku mutu udara ambien, baku mutu emisi
sumber tidak bergerak, baku tingkat gangguan, ambang batas emisi gas buang dan kebisingan
kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada BAB II Peraturan Pemerintah ini; b.
penetapan kebijaksanaan pengendalian pencemaran udara sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17, 18, dan 19.

Baku Mutu Udara Ambien

pasal 4

(1) baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien
untuk mencegah terjadinya pencemaran udara, sebagaimana terlampir dalam Peraturan
Pemerintah ini”.

pasal 5

(1) baku mutu udara ambien daerah ditetapkan berdasarkan status mutu udara ambien di
daerah yang bersangkutan. (2) Gubernur menetapkan baku mutu udara ambien daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan baku mutu udara ambien nasional. (3) baku
mutu udara ambien daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan ketentuan
sama dengan atau lebih ketat dari baku mutu udara ambien nasional. (4) apabila Gubernur
belum menetapkan baku mutu udara ambien daerah, maka berlaku mutu udara nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1).

Pencegahan Pencemaran Udara Dan Persyaratan Penataan Lingkungan Hidup

pasal 21

“setiap orang yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dan / atau
gangguan ke udara ambien wajib : a. mentaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi dan
24

baku tingkat gangguan yang ditetapkan untuk usaha dan/ atau kegiatan yang dilakukannya. b.
melakukan pencegahan dan/ atau penanggulangan pencemaran udara yang diakibatkan oleh
usaha dan/ atau kegiatan yang dilakukannya. c. memberikan informasi yang benar dan akurat
kepada masyarakat dalam rangka upaya pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha
dan/ atau kegiatannya.

pasal 22 :

(1) setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang
mengeluarkan emisi dan/ atau gangguan wajib memenuhi persyaratan, mutu emisi dan/atau
gangguan yang ditetapkan dalam izin melakukan usaha dan/ atau kegiatan. (2) izin
melakukan usaha dan/ atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh
pejabat yang berwenang dengan perundang-undangan yang berlaku.

pasal 23

“setiap usaha dan/ atau kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan
hidup dilarang membuang mutu emisi melampaui ketentuan yang telah ditetapkan baginya
dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan”.

pasal 24:

(1) setiap usaha dan/ atau kegiatan yang tidak memiliki analisis mengenai dampak
lingkungan hidup, maka pejabat yang berwewenang menerbitkan izin usaha dan/ atau
kegiatan mewajibkan penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan mematuhi ketentuan baku
mutu emisi dan/atau baku tingkat gangguan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran
udara akibat dilaksanakannya rencana usaha dan/atau kegiatannya. (2) ketentuan lebih lanjut
mengenai persyaratan dan kewajiban mengenai baku emisi dan/ atau baku tingkat gangguan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Instansi yang bertanggung
jawab. (3) kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dicantumkan sebagai
ketentuan dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.

Penanggulangan Dan Pemulihan Pencemaran Udara

pasal 25

(1) setiap orang atau penanggung jawab dan/ atau kegiatan yang menyebabkan terjadinya
pencemaran udara dan pemulihannya; (2) kepala instansi yang bertanggung jawab
25

menetapkan pedoman teknis penanggulangan dan pemulihan pencemaran udara sebagaimana


dimaksud pada ayat (1).

Mengenai Kesehatan sebagai HAM oleh negara RI mengesahkan UU no 39 tahun


1999 tentang HAM pada bab II pasal 8 ayat 3 dikatakan: setiap orang berhak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat.

Menteri Negara Lingkungan Hidup, telah menetapkan kebijakan pencemaran udara


yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 15 tahun
1996 tentang Program Langit Biru:

a. Kebijakan bertujuan mencegahan dan/atau menanggulangan pencemaran udara serta


pemulihan mutu udara agar udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan
manusia serta makhluk hidup lainnya tetap terjaga dan terpelihara kelestarian fungsinya
untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk
hidup lainnya.

b. Kebijakan berusaha mencegah terjadinya pencemaran udara dan mewujudkan perilaku


sadar lingkungan, melalui upaya-upaya pengendalian pencemaran udara dari kegiatan sumber
bergerak dan sumber tidak bergerak yang dilakukan dengan Program Langit Biru

c. Dan Kebijakan didasarkan pada UU dan Peraturan Pemerintah/ presiden/ menteri Negara
RI diantaranya seperti yang disebutkan pada dasar kebijakan diatas

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi tingkat pencemaran udara, yaitu
(Kusuma, 2002):

1. Mengembangkan substitusi bahan bakar dengan tujuan untuk mengurangi polutan


(substitusi ini bisa berupa bahan bakar tanpa timbal ataupun gas).

2. Mengurangi melakukan perjalanan yang tidak perlu

3. Mengurangi dan membatasi pemakaian kendaraan pribadi, shift/pindah kepada pemakaian


Transportasi Masal

4. Merencanakan tata ruang kota/wilayah yang lebih baik

5. Meningkatkan efisiensi dan performance mesin kendaraan


26

6. Mengembangkan sumber tenaga alternatif yang rendah polusi (sumber tenaga bisa berupa
tenaga listrik, tenaga surya, ataupun tenaga angin).

7. Menggunakan Natural Gas sebagai bahan bakar kendaraan sangat baik untuk mengurangi
GRK maupun Polusi Udara (karena pembakarannya lebih bersih,sedikit gas buang, dan
rendah CO2)

8. Menggunakan Bio-Ethanol dan Bio-Methanol sebagai Bio-Energi yang berasal dari


tumbuhan yang ditanaman secara berkelanjutan, sangat baik bagi mengurangi GRK maupun
Polusi Udara (lebih sedikit meng-emisi NOx,CO,HC,Partikel).

9. Upaya perbaikan BBM yang berasal dari Fossil Fuel yang digunakan saat ini seperti
mengurangi kandungan Sulphur dan melarang penggunaan Timbal/Pb, sangat bermanfaat
untuk mengurangi Polusi Udara , namun relatif tidak berdampak untuk pengurangan GRK.

10. Memodifikasi mesin untuk mengurangi jumlah polutan yang terbentuk (modifikasi mesin
bisa dilakukan baik dengan menggunakan turbo cyclone, memperbaiki sistem pencampuran
bahan bakar, maupun dengan mengatur pendinginan di dalam ruang bakar).

11. Mengembangkan sistem pembuangan yang lebih sempurna (sistem pembuangan dari gas
buang bisa disempurnakan dengan menggunakan semacam reheater, ataupun dengan
menggunakan catalytic converter yang biasanya dipasang pada kendaraan mewah).

12. Memperbaiki sistem pengapian (sistem pengapian kendaraan dapat diperbaiki dengan
mengatur ignition time dan delay period dari motor bakar, salah satunya adalah dengan
menggunakan power ignition, EFI (Electronic Full Injection).

Bila emisi yang dikeluarkan oleh suatu aktivitas tidak sesuai dengan baku mutu emisi
yang telah ditetapkan, maka perlu dibuat suatu cara pengendalian terhadap emisi tersebut.
Beberapa jenis alat pengendali emisi antara lain:

1. Filter udara

Filter udara dimaksudkan untuk menyaring partikel yang ikut keluar pada cerobong
agar tidak ikut keluar ke lingkungan dan tidak mencemari lingkungan. Pemilihan jenis filter
tergantung pada jenis dan ukuran filter yang terdapat pada sumber emisi (Mulia, 2005).

2. Pengendap siklon
27

Pengendap siklon adalah pengendap debu atau abu yang ikut dalam gas buangan.
Prinsip kerjanya yaitu dengan memanfaatkan gaya sentrifugal dari gas buangan yang
dihembuskan melalui tepi dinding tabung silikon sehingga partikel yang relatif berat akan
jatuh ke bawah (Wardhana, 2004).

3. Pengendap sistem gravitasi

Alat pengendap ini berupa ruang panjang yang dialiri udara kotor yang mengandung
partikel secara perlahan sehingga memungkinkan jatuhnya partikel ke bawah akibat gaya
beratnya sendiri (Mulia, 2005).

4. Pengendap elektrostatik

Pemisahan partikel dengan diameter dibawah 5 μm lebih efektif jika dilakukan


dengan menggunakan pengendap elektrostatik dibandingkan dengan pengendap siklon dan
pengendap sistem gravitasi. Alat pengendap ini berupa tabung silinder yang ditengahnya
dipasangi kawat yang dialiri arus listrik. Perbedaan tegangan akan menimbulkan corona
discharge di daerah seputar silinder yang akan menyebabkan kotoran udara mengalami
ionisasi. Kotoran udara akan menjadi ion negatif dan ditarik oleh dinding tabung. Sedangkan
udara bersih akan tertarik ke tengah silinder dan dihembuskan keluar tabung (Sunu, 2001).

5. Filter basah

Nama lain filter basah yaitu Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerjanya yaitu
membersihkan udara kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alat sedangkan
udara yang kotor masuk dari bagian bawah alat. Saat udara yang kotor kontak dengan air,
maka kotoran akan ikut semprotan air turun ke bawah. Gas yang bersih akan keluar dari
bagian atas tabung (Wardhana, 2004).

6. Exhause Gas Recirculation (EGR)

Merupakan suatu teknik untuk mengatur konsentrasi NO dalam gas buang kendaraan
bermotor dengan cara menurunkan konsentrasi NO atau dengan menurunkan temperatur
siklus puncaknya (Chahaya, 2003).
28

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pemantauan lingkungan khususnya kualitas udara menjadi konsekuensi bagi


perusahaan dan kegiatan yang mengemisikan pencemar udara. Pemantauan kualitas udara
meliputi udara emisi dan udara ambien diperlukan untuk pemenuhan peraturan (pemantaun
rutin-abnormal-darurat, AMDAL/UKL-UPL, PROPER, dll) dan memprediksi dampak
pencemaran emisi udara ke lingkungan.

Teknik sampling adalah teknik yang dilakukan untuk menentukan sampel. Jadi,
sebuah penelitian yang baik haruslah memperhatikan dan menggunakan sebuah teknik dalam
menetapkan sampel yang akan diambil sebagai subjek penelitian.

Secara general ada 2 (dua) macam metode analisis yang umumnya digunakan dalam
penelitian yaitu (1) Analisis data secara Kualitatif, (2). Analisis data Secara Kuantitatif.
Keberadaan partikulat di atmosfer sebagian besar bersumber dari kendaraan bermotor dan
industri, selain itu partikulat juga dapat terbentuk di atmosfer dari polutan gas. Efek partikulat
terhadap kesehatan dan pengurangan jarak pandang tergantung pada ukuran partikel dan
komposisi kimia yang terkandung didalamnya. Kebijakan peningkatan pendapatan Negara
yang berasal dari sector industry akan meningkatkan jumlah industry. Konsekuensi
lanjutannya adalah meningkatnya limbah yang dikeluarkan oleh indutsri tersebut, baik limbah
udara, tanah maupun air. Limbah udara dapat menyebabkan pencemaran udara. Pencemaran
udara dapat menyebabkan menyebabkan penyakit bagi manusia, misalnya masalah
pernapasan bahkan gejala kanker, juga mengancam secara langsung eksistensi tumbuhan dan
hewan, maupun secara tidak langsung ekosistem di mana mereka hidup.
29

DAFTAR PUSTAKA

Chahaya. 2003. Ilmu Lingkungan. Jakarta : Erlangga

Mulia. 2005. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Erlangga

Subardi, Nuryani, Pramono S. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional.

Sulistyorini A. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suwarno. 2002. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional.

Wardana. 2004. Teknik Lingkungan. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan


Nasional.

Anda mungkin juga menyukai