PARTIKEL
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penyehatan Udara-C.
Disusun Oleh:
Anisa Mulyasari NIM.P17333118424
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Pembuatan Alat. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas praktek Mata Kuliah Penyehatan Udara C.
Dalam melaksanakan praktik ini, kami telah banyak mendapatkan bantuan baik moril,
materil maupun tenaga dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami
ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dosen mata kuliah Penyehatan Udara-C
2. Rekan kelompok mata kuliah Penyehatan Udara C
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini belum dapat dikatakan sempurna
dikarenakan keterbatasan kami baik pengetahuan, pengalaman, maupun kemampuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mohon maaf dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran demi
kemajuan serta kebaikan di masa yang akan datang. Demikian, kami berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................3
1.3 Tujuan Makalah....................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................3
1.4 Kegunaan................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1 Pencemaran Udara................................................................................................4
2.1.1 Pengertian Pencemaran Udara.....................................................................4
2.2 Dampak Pencemaran Udara................................................................................5
2.3 Partikulat................................................................................................................6
2.4 Teknologi Pengendalian Partikulat.....................................................................9
2.5 Filter Pengendalian Partikulat...........................................................................10
2.5.1 Serabut Kelapa.............................................................................................10
2.5.2 Serbuk Kayu.................................................................................................11
BAB III METODE PELAKSANAAN..............................................................................12
3.1 Tahap Pembuatan Desain Perencanaan............................................................12
3.2 Tahap Persiapan Alat dan Komponen..............................................................13
3.3 Tahap Pembuatan Alat.......................................................................................14
3.4 Prinsip Kerja Alat...............................................................................................14
3.5 SOP Penggunaan Alat.........................................................................................14
BAB IV RINCIAN BIAYA................................................................................................15
4.1 Rincian Biaya Pembuatan Alat..........................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Untuk mengurangi dampak yang timbul akibat debu ini dapat dibuat suatu alat
yang mampu menghisap debu yang didalamnya terdapat filter untuk menyaring
sehingga hasil yang didapatkan yaitu udara yang lebih bersih.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana desain rancang alat filter partikulat udara ruang?
2. Bagaimana ketebalan filter yang tepat agar agar rancang alat filter partikulat udara
ruang?
1.3 Tujuan Makalah
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana mengetahui tentang pembuatan alat
teknologi tepat guna filter partikulat udara ruang
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pembuatan desain rancang alat filter partikulat udara
ruang
2. Untuk mengetahui ketebalan filter yang tepat dalam mengaplikasian alat
penghisap debu.
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari alat yang akan kami buat yaitu mampu mengurangi kadar TSP
yang terdapat di udara lingkungan sekitar sehingga dapat mengurangi gangguan
pernafasan yang disebabkan oleh partikulat atau debu sehingga tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
terjadinya pencemaran udara dimulai dengan iritasi saluran pernafasan, iritasi mata,
alergi kulit sampai timbulnya tumbuhan/ kanker paru. Dampak negatif yang diterima
seseorang juga mempengaruhi terhadap daya kerja seseorang, menurunya tingkat
produktifitas sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi pada jangka panjang dan
timbulnya permasalahan sosial ekonomi dan masyarakat.
2.3 Partikulat
Debu merupakan partikulat padat yang berukuran antara 1 mikron sampai
dengan 100 mikron. Debu didefinisikan sebagai suatu sistem disperse (aerosol) dari
partikulat padat yang dihasilkan secara mekanik seperti crushing (penghancuran),
handling (penghalusan) atau grinding (penggerindaan). Berdasarkan ukurannya,
partikulat debu dibagi menjadi tiga kelompok yakni:
a. Partikulat debu inhalable, merupakan partikulat debu yang dapat terhirup ke dalam
mulut atau hidung serta berbahaya bila tertimbun dimanapun dalam saluran
pernafasan.
b. Partikulat debu thoracic, merupakan partikulat debu yang dapat masuk ke dalam
saluran pernafasan atas dan masuk ke dalam saluran udara di paru-paru.
c. Partikulat debu respirable, adalah partikulat airborne yang dapat terhirup dan dapat
mencapai daerah bronchiola sampai alveoli dindalam sistem pernafasan. Partikulat
debu jenis ini berbahaya bila tertimbun di alveoli yang merupakan daerah
pertukaran gas di dalam sistem pernafasan.
Karakteristik fisik partikulat yang paling utama adalah ukuran dan distribusinya.
Secara umum partikulat berdasarkan ukurannya dibedakan atas dua kelompok, yaitu
partikel halus (fine particles, ukuran kurang dari 2,5 μm) dan partikel kasar (coarse
particles, ukuran lebih dari 2,5 μm). Perbedaan antara partikel halus dan partikel
kasarterletak pada sumber, asal pembentukan, mekanisme penyisihan, sifat optiknya,
dan komposisi kimianya. Partikel halus dan partikel kasar ini dikelompokkan ke dalam
partikel tersuspensi yang dikenal dengan Total Suspended Particulate (TSP) yaitu
partikel dengan ukuran partikel kurang dari 100 μm. Jumlah partikel tersuspensi (TSP)
adalah partikel kecil di udara seperti debu, fume, dan asap dengan diameter kurang
dari 100 μm yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi, pembakaran, dan kendaraan.
Partikulat ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik. Partikulat organik dapat
berupa mikroorganisme seperti virus, spora dan jamur yang melayang di udara.
Nilai ambang batas adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang
6
diperkenankan, sehingga manusia dan makhluk lainnya tidak mengalami gangguan
penyakit atau menderita karena zat tersebut (Agusnar, 2008). Dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara dijelaskan mengenai pengertian baku mutu udara ambien, yaitu
ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya
ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.
Baku mutu kadar debu dalam udara ambien yang tercantum di dalam PP RI No. 41
tahun 1999 tersebut untuk PM10 (Partikel <10 μm) adalah 150 μg/m3, PM2,5 (Partikulat
< 2,5 μm ) adalah 66 μg/Nm3 , dan untuk Debu (TSP) 230 μg/Nm.
Debu adalah partikel yang dihasilkan oleh proses mekanis seperti penghancuran
batu, pengeboran, peledakan yang dilakukan pada tambang timah putih, tambang besi,
tambang batu bara, diperusahaan tempat menggerinda besi, pabrik besi dan baja dalam
proses sandblasting dan lain-lain. Debu yang terdapat dalam udara terbagi dua yaitu
deposit particulate matter yaitu partikel debu yang berada sementara di udara, partikel
ini segera mengendap akibat daya Tarik bumi, dan suspended particulate matter yaitu
debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap. Deposit particulate
metter dan suspended particulate matter sering juga disebut debu total.
Sifat-sifat debu adalah :
a. Sifat Pengendapan
Sifat debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi.
Namun karena kecilnya kadang-kadang debu ini relatif tetap berada di udara. Debu
yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih dari pada yang
ada diudara.
b. Sifat Permukaan Basah
Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air
yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam tempat kerja.
c. Sifat Penggumpalan
Permukaan debu yang selalu basah dapat menjadikan debu menempel satu
sama lain dan dapat menggumpal. Kelembaban di bawah saturasi kecil
pengaruhnya terhadap penggumpalan debu. Akan tetapi bila tingkat humiditas di
atas titik saturasi mempermudah penggumpalan. Oleh karena partikel debu bisa
merupakan inti dari air yang berkonsentrasi, partikel jadi besar.
d. Sifat Listrik Statik
7
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang
berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya
proses penggumpalan.
e. Sifat Opsis
Debu atau partikel basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang
dapat terlihat dalam kamar gelap. Debu tambang didefinisikan sebagai zat padat
yang terbagi halus. Partikel-partikel zat padat atau cairan yang berukuran sangat
kecil di dalam medium gas atau udara disebut aerosol misalnya asap, kabut dan
debu dalam udara. Agar dapat mengendalikan zat-zat berbutir dalam udara tambang
dengan baik, maka perlu dipahami sifat-sifat dasar sebagai berikut :
1) Zat-zat berbutir, baik cairan maupun padat yang menunjukkan kelakuan yang
serupa apabila dikandung dalam udara
2) Butiran-butiran debu baik yang mengakibatkan penyakit maupun
ledakan/mudah terbakar berukuran <10mikron. Butiran-butiran yang berukuran
<5 mikron diklasifikasikan sebagai debu terhirup (respirable dust).
3) Butiran-butiran >10 tidak tinggal lama di dalam suspensi aliran udara.
4) Debu-debu tambang dan industri mempunyai karakteristik berukuran sangat
kecil, antara 0,5-3 mikron. Aktivitas kimianya meningkat dengan semakin
berkurangnya ukuran butir.
5) Debu di bawah ukuran 19 mikron yang menyebabkan akibat serius terhadap
kesehatan tidak mempunyai berat yang berarti atau lamban (inertia), dengan
demikian dapat tinggal sebagai suspensi dalam udara dan mustahil dapat
mengendap dari aliran udara.
6) Untuk mengendalikan debu halus tersebut (<10 mikron) yang telah mengapung
di dalam udara, memerlukan pengontrolan aliran udara dimana debu
bersuspensi. (Rahmadani 2017).
c. Proses Elektrostatik. Pada proses ini partikulat diberikan muatan pada bagian
permukaannya kemudian ditangkap oleh bidang pengumpul yangbermuatan
berlawanan. Pada mekanisme pemberian muatan ini, ukuran partikel efektif
adalah lebih kecil dari 10 mikron karena pada ukuran yang lebih besar, muatan
akan mudah lepas dari bidang permukaan seiring dengan berkurangnya gaya
induksi elektrik.
d. Proses Impaksi. Proses penyisihan pada proses ini adalah melalui
menumbukkan partikel dengan bidang material tertentu yang tegak lurus
dengan garis edar gas buang. Proses impaksi akan efektif jika pada titik
tumbukan tercapai kecepatan terminal sehingga tidak terpantul Kembali dan
terbawa aliran gas buang.
e. Proses Intersepsi. Pada proses intersepsi, partikulat masih akan terbawa dalam
garis edar gas buang namun ketika memasuki zona porositas, partikel akan
mengalami kehilangan tekan sehingga terpisah dari gas buang.
f. Proses Difusi. Proses ini merupakan mekanisme lebih lanjut dari partikulat
dengan proses impaksi namun terjadi kesetimbangan momentum sehingga
perilaku partikel akan mengalami perubahan sesuai mmateri atau bidang yang
terkena impaksi.
10
kelapa yang tidak terpakai secara maksimal. Untuk sekarang ini memang
digunakan untuk matras, sofa, isolasi, sapu, keset, dan sebagainya. Serabut kelapa
kering yang akan digunakan sudah diolah dengan baik maka tidak mudah rusak
atau membusuk serta bahan ini alami. Serabut kelapa memiliki bagian ± 35% dari
buah kelapa dengan produksi sekitar 3.250.00 ton/tahun. Serat selulosa merupakan
komponen terbesar dinding sel tanaman. Selulosa bersifat tidak larut dalam air,
asam, atau basa. Selulosa dapat menghidrolisis bakteri sehingga dimanfatkan untuk
menyaring sebagian emisi partikel.
Filter udara dari serabut kelapa yang paling baik adalah dengan density 20
mg/cm3. Serabut kelapa dengan berat 20 gram di dapat rata – rata daya serapan
filter sebesar 31,2 gram atau sebesar 62,4%. Hal ini disebabkan filter serabut kelapa
memiliki porositas yang cukup untuk menangkap debu dengan dibantu oli khusus
untuk filter, hal ini dikarenakan memiliki daya serap yang baik dan memiliki
pressure drop yang kecil. (Edwin Kurniawan dan Fandi D. Suprianto)
Kandungan dari serbuk kayu itu sendiri yaitu selulosa sebesar 47,5%, lignin
29,9%, dan pentosan 14,4 %. Dari kandungan inilah yang membuat serbuk kayu
dapat digunakan sebagai bahan biomassa pembuatan filter untuk mengurangi
partikel dari emisi keluaran knalpot sepeda motor. Serbuk kayu juga mudah didapat
di lingkungan sekitar dan masih dapat dikembangkan dengan campuran bahan
dasar maupun komposisinya. Salah satunya yakni pembuatan filter partikulat dari
bahan serbuk kayu dengan penambahan lem kayu.
11
12
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Filter 1 dan 2
HOOD
Output
13
b. Desain Rancangan Alat
Tampak Atas
14
Y adalah 15 gr dan Z adalah 20 gr. Sedangkan, filter yang kedua dengan serbuk
kayu. Pembuatan serbuk kayu dengan menggunakan alat tambahan lem kayu,
dibuat seperti lembaran filter dengan variasi ketebalan X,Y, dan Z. X adalah 1 cm,
Y adalah 2cm dan Z 3cm.
4. Setelah itu membuat tempat penampung untuk menyimpan debu yang telah di filter
untuk dibuang
3.6
15
BAB IV
RINCIAN BIAYA
16
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Edwin dan Fandi D. Suprianto. Tanpa Tahun. Penelitian Filter Udara Mobil
Menggunakan Sabut Kelapa Kering Sebagai Pengganti Bahan Filter Udara
Aftermarket. Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen Petra.
Pawestri, M.A., Wardoyo, A.Y.P., dan Yuana, F. (2014) Sistem filter PM2,5 berbahan
campuran serbuk sabut kelapa dan lem kanji dengan perbandingan 50:50.
Brawijaya Physics Student Journal. 2 (1), 793–796.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Santoso, Muhayatun,dkk. 2016. Karakteristik Partikulat Udara Ambien dan Terespirasi di
Sekitar Kawasan Industri Non Formal dalam Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir
Indonesia. 17(1):49. Institut Teknologi Bandung: Bandung.
http://dx.doi.org/10.17146/jstni.2016.17.1.2342 ( diakses pada 10 November
2020 )
Wardoyo, Arinto Y. P, dkk. 2018. Uji Efisiensi Filter Partikulat Berbahan Serbuk Kayu
dan Lem Kayu untuk Mengurangi Emisi PM 2,5 dari Sepeda Motor dalam Jurnal
Natural B. Vol. 4, No. 4, Oktober. Jurusan Fisika FMIPA: Universitas Brawijaya
17