Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL ALAT TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

PARTIKEL
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penyehatan Udara-C.

Disusun Oleh:
Anisa Mulyasari NIM.P17333118424

Devira Nuradzila W NIM.P17333118422

Feisal Muhammad NIM.P17333118427

Fikri Ar-Rizkar NIM.P17333118445

Mohammad Rizal NIM.P17333118442

Putri Milenia Ramadhanti NIM.P17333118410

Viyasa Rezkananda NIM.P17333118444

PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Pembuatan Alat. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas praktek Mata Kuliah Penyehatan Udara C.
Dalam melaksanakan praktik ini, kami telah banyak mendapatkan bantuan baik moril,
materil maupun tenaga dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami
ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dosen mata kuliah Penyehatan Udara-C
2. Rekan kelompok mata kuliah Penyehatan Udara C
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini belum dapat dikatakan sempurna
dikarenakan keterbatasan kami baik pengetahuan, pengalaman, maupun kemampuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mohon maaf dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran demi
kemajuan serta kebaikan di masa yang akan datang. Demikian, kami berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung , November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................3
1.3 Tujuan Makalah....................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................................3
1.4 Kegunaan................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................4
2.1 Pencemaran Udara................................................................................................4
2.1.1 Pengertian Pencemaran Udara.....................................................................4
2.2 Dampak Pencemaran Udara................................................................................5
2.3 Partikulat................................................................................................................6
2.4 Teknologi Pengendalian Partikulat.....................................................................9
2.5 Filter Pengendalian Partikulat...........................................................................10
2.5.1 Serabut Kelapa.............................................................................................10
2.5.2 Serbuk Kayu.................................................................................................11
BAB III METODE PELAKSANAAN..............................................................................12
3.1 Tahap Pembuatan Desain Perencanaan............................................................12
3.2 Tahap Persiapan Alat dan Komponen..............................................................13
3.3 Tahap Pembuatan Alat.......................................................................................14
3.4 Prinsip Kerja Alat...............................................................................................14
3.5 SOP Penggunaan Alat.........................................................................................14
BAB IV RINCIAN BIAYA................................................................................................15
4.1 Rincian Biaya Pembuatan Alat..........................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia selalu memerlukan udara untuk bernafas dan melakukan metabolisme


dalam tubuh yang nantinya menghasilkan energi yang digunakan untuk melakukan
aktivitas. Dalam udara yang kita hirup, tidak selamanya bersih. Kadang udara tersebut
mengandung partikel pemcemar yang disebut polutan. Debu yang halus, uap air yang
secara umum disebut total kelarutan debu atau partikulat (TSP: Total Suspended
Particulates) merupakan salah satu bentuk pencemar yang berbahaya. Polutan tersebut
dapat berupa butiran debu yang biasa ditemukan diberbagai tempat. Sering dijumpai
adanya dampak kesehatan yang ditimbulkan dikarenakan debu yaitu seperti alergi
yang mengakibatkan gangguan pernafasan.
Besarnya debu itu sangat mempengaruhi keberadaannya di udara, bertambah
kecil diameter-nya keberadaannya tambah lama atau pe-nyebarannya semakin luas.
Bahan-bahan partikel/debu merupakan bahan-bahan kompleks dan campuran yang
terdiri dari partikel-partikel dasar karbon (carbon based particles), debu (dust), dan
aerosol asam (acid aerosol). Bahan partikel/debu yang terbanyak mengganggu paru
yaitu PM2,5 dan PM10. Pengetahuan yang cukup tentang dampak debu sebenarnya
sangat diperlukan untuk dapat mengidentifikasi bahan yang dapat mencemari udara,
mengenali kelainan yang timbul, dan melakukan usaha pencegahan. Secara fisik, debu
atau particulate dikategorikan sebagai pencemar udara aerosol. (Universitas Hasanudin
:Penyakit Paru Akibat Debu Industri, 2007).
Salah satu pencemar udara yang kita tak mungkin hindari dalam kehidupan
sehari-hari adalah debu. Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat
menimbulkan kerugian, misalnya fungsi fatal paru-paru, atau bahkan dapat
menimbulkan keracunan umum. Terkait hal tersebut, pengkondisian kualitas udara
yang baik di dalam rumah merupakan solusi yang dapat dilakukan untuk memulihkan
fisik setelah seharian penuh beraktifitas diluar rumah.

1
Untuk mengurangi dampak yang timbul akibat debu ini dapat dibuat suatu alat
yang mampu menghisap debu yang didalamnya terdapat filter untuk menyaring
sehingga hasil yang didapatkan yaitu udara yang lebih bersih.

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana desain rancang alat filter partikulat udara ruang?
2. Bagaimana ketebalan filter yang tepat agar agar rancang alat filter partikulat udara
ruang?
1.3 Tujuan Makalah
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana mengetahui tentang pembuatan alat
teknologi tepat guna filter partikulat udara ruang
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pembuatan desain rancang alat filter partikulat udara
ruang
2. Untuk mengetahui ketebalan filter yang tepat dalam mengaplikasian alat
penghisap debu.
1.4 Kegunaan
Kegunaan dari alat yang akan kami buat yaitu mampu mengurangi kadar TSP
yang terdapat di udara lingkungan sekitar sehingga dapat mengurangi gangguan
pernafasan yang disebabkan oleh partikulat atau debu sehingga tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Udara

2.1.1 Pengertian Pencemaran Udara


Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan
(Fardiaz, 1992).

Gambar 2.1 Fungsi Udara


Udara adalah kumpulan yang terbayak yaitu nitrogen dan oksigen. Oksign
sangat diperlukan bagi makluk hidup sebagai pendukung kehidupannya. Kuliatas
udara bersih berbeda tiap daerahnya, rata-rata persentase (per volume) gas dalam
udara bersih dan kering yaitu nitrogen 78%, oksigen 20,8%, argon 0,8%,
karbondioksida 0,03%,, dan gas lainnya 0,27%.
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat, energy, atau
komponen lainnya kedalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
udara ambien turun hingga titik tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
bisa memenuhi fungsinya (PP No 41 Tahun 199 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara). Pencemaran udara adalah suatu keadaan dimana kualitas
udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang berbahaya
maupun yang tidak membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap makhluk
hidup. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-koda besar dengan kepadatan
4
kendaraan yang tingi juga di kawasan industri yang menghasilkan gas yang
merupakan hasil dari produksi.

a. Klasifikasi Bahan Pencemar


Menurut Miller dalam Putra (2011) bahan-bahan pencemar udara dalam
atmosfer dapat diklasifikasikan kedalam 10 bagian, yaitu:
a. Karbon oksida, yang terdiri dari karbonmonoksida dan karbondioksida.
b. Sulfur oksida, yang terdiri dari sulfur dioksida dan sulfur trioksida.
c. Nitrogen oksida, yang terdiri dari nitrogen oksida, nirtrogen dioksida, dan
nitrous oksida.
d. Volatile Organic Compounds (VOCs), seperti metana, benzene,
formaldehyde, dan CFC.
e. Suspended Particulatte Matter (SPM), butir-butir partikulat seperti debu,
karbon, asbestos, tembaga, aresnik, cadmium, nitrat, dan butir-butir cairian
kimia.
f. Photochemical Oxydant seperti ozon, peroxycetil nitrates (PAN), dan
hydrogen peroksida.
g. Bahan radioaktif seperti radon-222, iodine-131, strontium-90, plotonim-239,
dan radioisotope.
h. Panas yang dihasilkan dari proses pembakaran
i. Kebisingan dari kendaraan bermotor, pesawat tebang, kereta api, dan bunyi
mesin.
j. Getaran yang disebabkan oleh kegiatan manusia, pesawat terbang.

Jenis pencemaran udara dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:


a. Partikulat : Dustfall, timah hitam, aerosol, dsb
b. Gas : CO, Nox, H2S, Sox, Hidrokarbon
c. Energi : Getaran, kebisingan, suhu
2.2 Dampak Pencemaran Udara
Menurut Budiyono, Arif (2001) dampak dari pencemaran udara terhadap
manusia akan berakibat secara langsung terutama pada konsentrasi zat pencemar yang
tinggi. Hal in bisa berakibat secara mendadak atau akut, menahun atau kronis/sub-
kronis dan dengan gejala yang samar terhadap kesehatan manusia. Dampak dari

5
terjadinya pencemaran udara dimulai dengan iritasi saluran pernafasan, iritasi mata,
alergi kulit sampai timbulnya tumbuhan/ kanker paru. Dampak negatif yang diterima
seseorang juga mempengaruhi terhadap daya kerja seseorang, menurunya tingkat
produktifitas sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi pada jangka panjang dan
timbulnya permasalahan sosial ekonomi dan masyarakat.
2.3 Partikulat
Debu merupakan partikulat padat yang berukuran antara 1 mikron sampai
dengan 100 mikron. Debu didefinisikan sebagai suatu sistem disperse (aerosol) dari
partikulat padat yang dihasilkan secara mekanik seperti crushing (penghancuran),
handling (penghalusan) atau grinding (penggerindaan). Berdasarkan ukurannya,
partikulat debu dibagi menjadi tiga kelompok yakni:
a. Partikulat debu inhalable, merupakan partikulat debu yang dapat terhirup ke dalam
mulut atau hidung serta berbahaya bila tertimbun dimanapun dalam saluran
pernafasan.
b. Partikulat debu thoracic, merupakan partikulat debu yang dapat masuk ke dalam
saluran pernafasan atas dan masuk ke dalam saluran udara di paru-paru.
c. Partikulat debu respirable, adalah partikulat airborne yang dapat terhirup dan dapat
mencapai daerah bronchiola sampai alveoli dindalam sistem pernafasan. Partikulat
debu jenis ini berbahaya bila tertimbun di alveoli yang merupakan daerah
pertukaran gas di dalam sistem pernafasan.
Karakteristik fisik partikulat yang paling utama adalah ukuran dan distribusinya.
Secara umum partikulat berdasarkan ukurannya dibedakan atas dua kelompok, yaitu
partikel halus (fine particles, ukuran kurang dari 2,5 μm) dan partikel kasar (coarse
particles, ukuran lebih dari 2,5 μm). Perbedaan antara partikel halus dan partikel
kasarterletak pada sumber, asal pembentukan, mekanisme penyisihan, sifat optiknya,
dan komposisi kimianya. Partikel halus dan partikel kasar ini dikelompokkan ke dalam
partikel tersuspensi yang dikenal dengan Total Suspended Particulate (TSP) yaitu
partikel dengan ukuran partikel kurang dari 100 μm. Jumlah partikel tersuspensi (TSP)
adalah partikel kecil di udara seperti debu, fume, dan asap dengan diameter kurang
dari 100 μm yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi, pembakaran, dan kendaraan.
Partikulat ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik. Partikulat organik dapat
berupa mikroorganisme seperti virus, spora dan jamur yang melayang di udara.
Nilai ambang batas adalah kadar tertinggi suatu zat dalam udara yang
6
diperkenankan, sehingga manusia dan makhluk lainnya tidak mengalami gangguan
penyakit atau menderita karena zat tersebut (Agusnar, 2008). Dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara dijelaskan mengenai pengertian baku mutu udara ambien, yaitu
ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya
ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.
Baku mutu kadar debu dalam udara ambien yang tercantum di dalam PP RI No. 41
tahun 1999 tersebut untuk PM10 (Partikel <10 μm) adalah 150 μg/m3, PM2,5 (Partikulat
< 2,5 μm ) adalah 66 μg/Nm3 , dan untuk Debu (TSP) 230 μg/Nm.
Debu adalah partikel yang dihasilkan oleh proses mekanis seperti penghancuran
batu, pengeboran, peledakan yang dilakukan pada tambang timah putih, tambang besi,
tambang batu bara, diperusahaan tempat menggerinda besi, pabrik besi dan baja dalam
proses sandblasting dan lain-lain. Debu yang terdapat dalam udara terbagi dua yaitu
deposit particulate matter yaitu partikel debu yang berada sementara di udara, partikel
ini segera mengendap akibat daya Tarik bumi, dan suspended particulate matter yaitu
debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap. Deposit particulate
metter dan suspended particulate matter sering juga disebut debu total.
Sifat-sifat debu adalah :
a. Sifat Pengendapan
Sifat debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi.
Namun karena kecilnya kadang-kadang debu ini relatif tetap berada di udara. Debu
yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih dari pada yang
ada diudara.
b. Sifat Permukaan Basah
Sifat permukaan debu akan cenderung selalu basah, dilapisi oleh lapisan air
yang sangat tipis. Sifat ini penting dalam pengendalian debu dalam tempat kerja.
c. Sifat Penggumpalan
Permukaan debu yang selalu basah dapat menjadikan debu menempel satu
sama lain dan dapat menggumpal. Kelembaban di bawah saturasi kecil
pengaruhnya terhadap penggumpalan debu. Akan tetapi bila tingkat humiditas di
atas titik saturasi mempermudah penggumpalan. Oleh karena partikel debu bisa
merupakan inti dari air yang berkonsentrasi, partikel jadi besar.
d. Sifat Listrik Statik
7
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang
berlawanan. Dengan demikian, partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya
proses penggumpalan.
e. Sifat Opsis
Debu atau partikel basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang
dapat terlihat dalam kamar gelap. Debu tambang didefinisikan sebagai zat padat
yang terbagi halus. Partikel-partikel zat padat atau cairan yang berukuran sangat
kecil di dalam medium gas atau udara disebut aerosol misalnya asap, kabut dan
debu dalam udara. Agar dapat mengendalikan zat-zat berbutir dalam udara tambang
dengan baik, maka perlu dipahami sifat-sifat dasar sebagai berikut :
1) Zat-zat berbutir, baik cairan maupun padat yang menunjukkan kelakuan yang
serupa apabila dikandung dalam udara
2) Butiran-butiran debu baik yang mengakibatkan penyakit maupun
ledakan/mudah terbakar berukuran <10mikron. Butiran-butiran yang berukuran
<5 mikron diklasifikasikan sebagai debu terhirup (respirable dust).
3) Butiran-butiran >10 tidak tinggal lama di dalam suspensi aliran udara.
4) Debu-debu tambang dan industri mempunyai karakteristik berukuran sangat
kecil, antara 0,5-3 mikron. Aktivitas kimianya meningkat dengan semakin
berkurangnya ukuran butir.
5) Debu di bawah ukuran 19 mikron yang menyebabkan akibat serius terhadap
kesehatan tidak mempunyai berat yang berarti atau lamban (inertia), dengan
demikian dapat tinggal sebagai suspensi dalam udara dan mustahil dapat
mengendap dari aliran udara.
6) Untuk mengendalikan debu halus tersebut (<10 mikron) yang telah mengapung
di dalam udara, memerlukan pengontrolan aliran udara dimana debu
bersuspensi. (Rahmadani 2017).

Partikulat adalah zat dengan diameter kurang dari 10 mikron. Berdasarkan


ukurannya partikel partikulat dibagi dua yaitu: a). Diameter kurang dari 1 mikron:
aerosol dan fume (asap) dan b). Diameter lebih dari 1 mikron: debu dan mists (butir
cairan). Perjalanan debu masuk saluran pernafasan dipengaruhi oleh ukuran partikel
tersebut. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar
antara 0,1 mikron sampai 10 mikron. Partikel yang berukuran 5 mikron atau lebih
8
akan mengendap di hidung, nasofaring, trakea dan percabangan bronkus. Partikel yang
berukuran kurang dari 2 mikron akan berhenti di bronkiolus dan alveolus. Partikel
yang berukuran kurang dari 0,5 mikron biasanya tidak sampai mengendap disaluran
pernafasan akan tetapi dikeluarkan lagi. Partikulat bersama polutan lain seperti ozon
dan sulfurdioksida akan menimbulkan penurunan faal paru berupa penurunan VEP1
dan rasio VEP2/KVP yaitu gangguan obstruksi saluran nafas (Depkes,2008).

Udara yang kita hirup dalam pernapasan mengandung partiketpartikel dalam


bentuk debu dimana sebagian dari debu, tergantung ukuranya, dapat tertahan atau
tertinggal didalam paru. Tubuh manusia sebenarnya sudah mempunyai mekanisme
pertahanan untuk menangkis sebagian besar debu. Mekanisme penimbunan debu
tergantung dari ukuran debu, kecepatan aliran udara dan struktur anatomi saluran
napas. Adapun ukuran debu dan hubunganya dengan struktur saluran pernapasan
adalah sebagai berikut (Yamani n.d.) :’
a. Ukuran 5-10 mikron, akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian atas.
b. Ukuran 3-5 mikron, akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian tengah.
c. Ukuran 1-3 mikron, sampai dipermukaan alveoli.
d. Ukuran 0,5-1 mikron, hinggap di permukaan alveoli/selaput lender sehingga
dapat menyebabkan terjadinya fibrosis paru.
e. Ukuran 0,1-0,5 mikron, melayang dipermukaan alveoli.
Jenis debu terkait dengan daya larut dan sifat kimianya. Adanya perbedaan daya
larut dan sifat kimiawi ini, maka kemampuan mengendapnya di paru juga akan
berbeda pula. Demikian juga tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga akan
berbeda pula. Mengelompokkan partikel debu menjadi dua yaitu debu organik dan
anorganik. (Ramdan 2013)
2.4 Teknologi Pengendalian Partikulat
Secara mekanistik teknologi pengendalian partikulat terdiri dari 6 cara,
yaitu:
a. Proses Gravitasi. Pada proses ini penyisihan dilakukan dengan memanfaatkan
gaya berat/gravitasi dari partikulat itu sendiri yang menghasilkan kecepatan
pengendapan. Sehingga mekanisme penyisihannya memanfaatkan ruang yang
9
mampu menghasilkan kecepatan terminal saat partikulat terpisah dari stream
aliran gas buang. Proses ini hanya efektif pada ukuran partikulat lebih dari 70
mikron.
b. Proses Sentrifugal. Pada proses ini, kelemahan pada mekanisme gravitasi
dicoba diatasi dengan memberikan percepatan gaya sentrifugal dan
pembentukan vortex. Sehingga partikulat dapat terpisah dari stream aliran gas
buang. Penambahan gaya sentrifugal ini mampu menyisihkan partikulat hingga
ukuran 5 mikron.

c. Proses Elektrostatik. Pada proses ini partikulat diberikan muatan pada bagian
permukaannya kemudian ditangkap oleh bidang pengumpul yangbermuatan
berlawanan. Pada mekanisme pemberian muatan ini, ukuran partikel efektif
adalah lebih kecil dari 10 mikron karena pada ukuran yang lebih besar, muatan
akan mudah lepas dari bidang permukaan seiring dengan berkurangnya gaya
induksi elektrik.
d. Proses Impaksi. Proses penyisihan pada proses ini adalah melalui
menumbukkan partikel dengan bidang material tertentu yang tegak lurus
dengan garis edar gas buang. Proses impaksi akan efektif jika pada titik
tumbukan tercapai kecepatan terminal sehingga tidak terpantul Kembali dan
terbawa aliran gas buang.
e. Proses Intersepsi. Pada proses intersepsi, partikulat masih akan terbawa dalam
garis edar gas buang namun ketika memasuki zona porositas, partikel akan
mengalami kehilangan tekan sehingga terpisah dari gas buang.
f. Proses Difusi. Proses ini merupakan mekanisme lebih lanjut dari partikulat
dengan proses impaksi namun terjadi kesetimbangan momentum sehingga
perilaku partikel akan mengalami perubahan sesuai mmateri atau bidang yang
terkena impaksi.

2.5 Filter Pengendalian Partikulat

2.5.1 Serabut Kelapa


Bahan filter yang akan diteliti menggunakan serabut kelapa kering.
Pemilihan bahan serabut kelapa kering ini melihat banyaknya limbah dari serabut

10
kelapa yang tidak terpakai secara maksimal. Untuk sekarang ini memang
digunakan untuk matras, sofa, isolasi, sapu, keset, dan sebagainya. Serabut kelapa
kering yang akan digunakan sudah diolah dengan baik maka tidak mudah rusak
atau membusuk serta bahan ini alami. Serabut kelapa memiliki bagian ± 35% dari
buah kelapa dengan produksi sekitar 3.250.00 ton/tahun. Serat selulosa merupakan
komponen terbesar dinding sel tanaman. Selulosa bersifat tidak larut dalam air,
asam, atau basa. Selulosa dapat menghidrolisis bakteri sehingga dimanfatkan untuk
menyaring sebagian emisi partikel.
Filter udara dari serabut kelapa yang paling baik adalah dengan density 20
mg/cm3. Serabut kelapa dengan berat 20 gram di dapat rata – rata daya serapan
filter sebesar 31,2 gram atau sebesar 62,4%. Hal ini disebabkan filter serabut kelapa
memiliki porositas yang cukup untuk menangkap debu dengan dibantu oli khusus
untuk filter, hal ini dikarenakan memiliki daya serap yang baik dan memiliki
pressure drop yang kecil. (Edwin Kurniawan dan Fandi D. Suprianto)

2.5.2 Serbuk Kayu

Di sisi lain, meskipun teknologi filtrasi telah banyak dikembangkan, perlu


dilakukan sebuah inovasi. Hal ini dilakukan untuk menemukan sebuah kebaharuan
akan teknologi filtrasi, utamanya untuk sistem filtrasi partikulat berbentuk PM2,5
yang dapat diaplikasikan secara langsung. Selain serabut kelapa, kayu juga
memiliki potensi sebagai filter partikulat. Hal ini dikarenakan adanya zat selulosa
dan lignin.

Kandungan dari serbuk kayu itu sendiri yaitu selulosa sebesar 47,5%, lignin
29,9%, dan pentosan 14,4 %. Dari kandungan inilah yang membuat serbuk kayu
dapat digunakan sebagai bahan biomassa pembuatan filter untuk mengurangi
partikel dari emisi keluaran knalpot sepeda motor. Serbuk kayu juga mudah didapat
di lingkungan sekitar dan masih dapat dikembangkan dengan campuran bahan
dasar maupun komposisinya. Salah satunya yakni pembuatan filter partikulat dari
bahan serbuk kayu dengan penambahan lem kayu.

11
12
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Tahap Pembuatan Desain Perencanaan


Desain rancangan alat penghisap total suspended particulat memiliki beberapa
tahapan dalam pengorasiannya yaitu sebagai berikut :
1. Hood
Hood merupakan komponen paling penting karena efisiensi penangkapan partikel
merupakan kunci utama yang menentukan kinerja alat.
2. Filter
Pada tahapan ini, kontaminan udara disaring melalui 2 filter. Filter pertama adalah
Serabut Kelapa, Lalu Filter kedua adalah Serbuk Kayu.
a. Gambar dan Skala

Filter 1 dan 2
HOOD

Output

Sensor Penyimpanan Debu

13
b. Desain Rancangan Alat

Tampak Atas

3.2 Tahap Persiapan Alat dan Komponen


Untuk membuat alat diatas, maka dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut :
1. Fan
2. Serbuk Kelapa
3. Serbuk Kayu
4. Akrilik
5. Kasa Besi
6. Sensor
7. Triplek
8. Dinamo

3.3 Tahap Pembuatan Alat


1. Triplek yang berbentuk balok disusun seperti gambar yang sudah di desain
2. Kemudian dipasang fan dan dinamo dibagian depan triplek untuk menyedot
partikulat debu sebelum masuk ke filter.
3. Pada tahap selanjutnya yaitu pembuatan 2 filter. Filter yang pertama dengan
menggunakan serabut kelapa. Percobaan variasi X,Y,dan Z. X seberat adalah 10 gr,

14
Y adalah 15 gr dan Z adalah 20 gr. Sedangkan, filter yang kedua dengan serbuk
kayu. Pembuatan serbuk kayu dengan menggunakan alat tambahan lem kayu,
dibuat seperti lembaran filter dengan variasi ketebalan X,Y, dan Z. X adalah 1 cm,
Y adalah 2cm dan Z 3cm.
4. Setelah itu membuat tempat penampung untuk menyimpan debu yang telah di filter
untuk dibuang

3.4 Prinsip Kerja Alat


Partikulat debu dihisap melalui hood pada alat, lalu disaring dengan 2 filter yaitu filter
serabut kelapa dan filter serbuk kayu. Menghasilkan udara yang bersih tanpa adanya debu.

3.5 SOP Penggunaan Alat


1. Nyalakan alat dengan menyalakan tombol on/off
2. Sensor timer di setting terlebih dahulu sesuai waktu yang ditentukan
3. Biarkan alat menghisap debu dalam ruangan dan debu tersebut melalui 2 filter
Yang telah ada didalam alat
4. Debu tersebut yang telah masuk ke penampung, dihitung jumlah berat
Yang didapatkan sesuai waktu yang sudah ditentukan
5. Nyalakan alat tersebut kembali jika sudah dibuang debu nya.

3.6

15
BAB IV

RINCIAN BIAYA

4.1 Rincian Biaya Pembuatan Alat

No Nama Barang Jumlah Harga Satuan Total


1. Fan 1 Rp. 33.000 Rp. 33.000

2. Sensor 1 Rp.65.000 Rp. 65000

3. Serbuk Kayu 500 gr RP.5000 Rp. 5000

4. Serabut kelapa 500 gr RP.5000 Rp. 5000

5. Dinamo Kipas 1 Rp.50.000 Rp. 50.000

6. Triplek Per 1 meter RP. 16.000 Rp. 16.000

7. Akrilik 100 x 100 Rp.247.500 Rp. 247.500


cm
Rp. 421.500
Total

16
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Edwin dan Fandi D. Suprianto. Tanpa Tahun. Penelitian Filter Udara Mobil
Menggunakan Sabut Kelapa Kering Sebagai Pengganti Bahan Filter Udara
Aftermarket. Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen Petra.
Pawestri, M.A., Wardoyo, A.Y.P., dan Yuana, F. (2014) Sistem filter PM2,5 berbahan
campuran serbuk sabut kelapa dan lem kanji dengan perbandingan 50:50.
Brawijaya Physics Student Journal. 2 (1), 793–796.
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Santoso, Muhayatun,dkk. 2016. Karakteristik Partikulat Udara Ambien dan Terespirasi di
Sekitar Kawasan Industri Non Formal dalam Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir
Indonesia. 17(1):49. Institut Teknologi Bandung: Bandung.
http://dx.doi.org/10.17146/jstni.2016.17.1.2342 ( diakses pada 10 November
2020 )
Wardoyo, Arinto Y. P, dkk. 2018. Uji Efisiensi Filter Partikulat Berbahan Serbuk Kayu
dan Lem Kayu untuk Mengurangi Emisi PM 2,5 dari Sepeda Motor dalam Jurnal
Natural B. Vol. 4, No. 4, Oktober. Jurusan Fisika FMIPA: Universitas Brawijaya

17

Anda mungkin juga menyukai