Anda di halaman 1dari 24

PROTEKSI LINGKUNGAN DAN PRODUKSI BERSIH

ALAT – ALAT PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Dosen : Feriyanto SKM,M.KM

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 :

1. ANGGI PEBRIA SAPUTRI


2. ENDAH LESTARI
3. LISA ARIF SUMARTINI
4. MALINDA PARIPURNIA
5. ROSDIANA DEWI
6. SITI AYU NURJANAH
7. WINDI FUJIARTI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN


UNIVERSITAS FALATEHAN SERANG
TAHUN AJARAN 2020-2021
KATA PENGHANTAR

Puji syukur dan syukur yang sebesar besar nya Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
hidayah dan petunjuk nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.

Adapun judul dari makalah ini Alat-alat pengendalian pencemaran udara penyusunan
makalah ini merupakan salah satu syarat melengkapi tugas proteksi lingkungan dan produksi
bersih di Universitas Falatehan dalam menyelesaikan makalah penulis mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak baik berupa saran bimbingan dan dukungan moril dan materil, akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya
amin.

Serang, September 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………..………
DAFTAR ISI………………………………………………………………....

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….... ..
1.2 Tujuan…………………………………………………………..………..
1.3 Manfaat…………………………………………………………...……..

BAB II PEMBAHASAAN
2.1 Pengertian pengendalian pencemaran udara………………………..….
2.2 Tinjauan tentang udara dalam ruangan (indoor)………….…………...

2.3 Tinjauan tentang udara di luar ruangan (outdoor)…………………….


2.4 Teknik pengendalian pencemaran udara………………………………

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………...
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA………………………..……………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran udara dapat diartikan sebagai hadirnya satu atau beberapa


kontaminan di dalam udara atmosfir,seperti antara lain oleh debu,gas,kabut,bau-
bauan,asap atau uap dalam kuantitas yang banyak,dengan berbagai sifat maupun
lama berlangsungnya di udara tersebut,hingga dapat meninmbulkan gangguan-
gangguan terhadap manusia,tumbuhan atau hewan maupun benda, atau tanpa alasan
jelas sudah dapat mempengaruhi kelestarian kehidupan organisme.
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
kesehatan.Udara sebagai komponen lingkungan yang penting bagi kegidupan perlu
dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memeberikan daya dukung
bagi makhluk hidup secara optimal.
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain
industry,transportasi,perkantoran dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut
merupakan kontribusi terbesar dari pencemaran udara yang dibuang ke udara bebas.
Sumber pencemaran udara juga dapat disebebkan oleh berbagai kegiatan
alam,seperti kebakaran hutan,gunung meletus,gas alam beracun dll. Dampak dari
pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara,yang
berdampak negative terhadap kesehatan manusia.Udara merupakan media
lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia perlu mendapatkan perhatian
yang serius,hal ini pula menjadi kebijakaan pembangunan kesehatan Indonesia
2010 dimana program pengendalian pencemaran udara merupakan salah satu dari
sepuluh program unggulan.
Pertumbuhan pembangunan seperti industri,transportasi, dll di samping
memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negative
dimana salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan bauk yang terjadi
didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor)
Dampak terhadap kesehatan senyawa-senyawa di dalam gas buang
terbentuk selama energi diproduksi untuk menjalankan kendaraan bermotor.
Beberapa senyawa yang dinyatakan dapat membahayakan kesehatan akibat dari
emisi gas buang kendaraan adalah berbagai oksida sulfur,oksida nitrogen,dan
oksida karbon,hidrokarbon,logam berat tertentu dan partikulat.
Oleh karena itu sebagai seorang tenaga sanitarian harus dapat
meminimalisir pencemaran udara dengan salah satu upaya melaluli penyegaraan
udara.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pengendalian pencemaran udara bauk udara indoor dan
outdoor.

2.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian pengendalian pencemaran udara.


b. Untuk mengetahui tentang tinjauan udara dalam ruangan (indoor)
c. Untuk mengetahui tentang tinjauan udara di luar ruangan (outdoor)

C. Manfaat

Manfaat dari makalah ini,baik bagi penyusun maupun pembaca dapat


menjadi sarana penambah wawasan serta pengetahuan tentang pengendalian
pencemaran udara indoor dan outdoor berserta hal-hal yang terkait dengan
pengendalian pencemara udara lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengendalian Pencemaran Udara

Pengendalian pencemaran udara adalah setiap usaha atau kegiatan dari sumber bergerak,
sumber tiddak bergerak dan kegiatan lainnya selalu menghasilkan pollutan maka wajib
melakukan pengendalian pencemaran udara, agar kualitas udara ambien dan mutu udara emisi,
tingkat kebisingan, getaran dan kebauan sesuai dengan baku mutu tetap memenuhi kesehatan.

Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah,
di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran
dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah,
perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution).

Pengendalian adalah segala macam upaya baik secara  administrasi dan teknik untuk
pencegahan dan upaya penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan kualitas udara.

Ruang lingkup pengendalian pencemaran udara yaitu :

1.   Pencegahan adalah setiap bentuk upaya yang dilakukan sebelum terjadinya dampak pencemaran
udara.

2.   Penanggulangan adalah semua upaya yang dilakukan setelah terjadi dampak pencemaran udara
agar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalisir.

3.   Pemulihan adalah upaya yang dilakukan setelah terjadinya dampak, sehingga diharapkan tidak
akan lebih buruk dampaknya.

B.  Tinjauan tentang udara dalam ruangan (indoor)

1.   Definisi udara dalam ruangan
Menurut  NHMRC  (1989,1993), udara  dalam  ruangan  adalalah  udara  di dalam  area  kerja
dimana  orang  menghabiskan  waktu  selama  1  hari  atau  lebih  dan  bukan  merupakan
gedung  industri.  Yang  termasuk  area  tersebut  antara  lain  tempat  penghuni  (rumah,
kantor ,dan  rumah  sakit. Sedangkan   pengertian  kualitas  udara  dalam  ruangan  menurut
EPA  (1991)  adalah  hasil  interaksi  antara  tempat,  suhu,  system  gedung  (baik  desain  asi 
maupun  modifikasi  terhadap  struktur  dan  system  mekanik),     teknik  kontruksi, sumber
kontaminan  (material, peralatan gedung serta sumber dari luar) dan pekerja.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA), indoor air pollution adalah hasil interaksi
antara tempat, suhu, sistem gedung (baik desain asli maupun modifikasi terhadap struktur dari
sistem mekanik), teknik konstruksi, sumber kontaminan (material, peralatan gedung) serta
sumber dari luar) dan pekerja (Joviana, 2009). Udara dalam ruangan adalah media perantara
yang mana manusia, bangunan dan iklim saling mempengaruhi. Kesehatan dan kesejahteraan
manusia ditentukan oleh faktor fisik, kimia dan biologis yang terkandung dalam udara dalam
ruangan.
Secara umum pencemaran udara ruangan (Indoor air pollution), berupa pencemaran udara
didalam ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung tinggi.

2.   Baku mutu udara dalam ruangan


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1077/Menkes/Per/V/2011 tentang persyaratan kualitas udara dalam ruang.

3.   Parameter kualitas udara dalam ruangan 
a.    Parameter Fisik
1)    Particulate Matter 
Debu partikulat merupakan salah satu polutan  yang sering disebut sebagai partikel yang
melayang di udara ( suspended particulate matter/spm) dengan ukuran satu micron samapai
dengan 500 mikron. Dalam kasus pecemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung (indor 
dan outdoor pollutan) debu sering dijadikan salah satu indicator pencemaran yang digunakan
untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja Partikel debu akan ada di udara dalam waktu yang relative lama dengan
keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan.
2)    Suhu
Definisi suhu  yang nyaman (thermal comfort) menurut ASHRAE adalah suatu kondisi yang
dirasakan dan menunjukkan kepuasam terhadap suhu yang ada di lingkungan Untuk pekerja
kantor dimana  pekerjaan yang berulang-ulang selama beberapa jam, aktivitas personal, pakaian,
tingkat kebugaran, dan pergerakan  udara merupakan factor yang cukup berpengaruh terhadap
persepsi seseorang terhadap kenyamanan suhu.
Sedangkan kelembapan aktif juga turut  berpengaruh terhadap suhu dimana kelembaban yang
rendah akan membuat suhu semakin dingin dan begitu juga sebaliknya.(BiNardi 2003)
3)    Kelembaban Relatif (Relative Humadity /RH)
Kelembaban udara yang ekstrim dapat berkaitan dengan buruknya kualitas udara. RH yang
rendah dapat mengakibatkan terjadinya gejala SBS seperti iritasi mata,
iritasi tenggorokan dan batuk-batuk .
Menurut SK Gubernur No.54 tahun 2008 tahun 2002, agar ruang kerja perkantoran
memenuhi persyaratan, bila kelembaban udara ruang. 60 %  perlu menggunakan alat
dehumidifier, dan bila < 40 %  perlu menggunakan humidifier
misalnya mesin pembentikan aerasol.
4)    Pencahayaan
Cahaya merupakan pencaran gelombang elektromagnetik yang melayang melewati udara,
iluminasi merupakan jumlah atau kualitas cahaya yang jatuh kesuatu permukaan. Apabila suatu
gedung tingkat ilmunasinya tidak memenuhi syarat maka dapat menyebabkan kelelahan mata.
( Spengler et al.2000)
5)    Kecepatan Aliran Udara
Pergerakan udara yang tinggi akan mengakibatkan menurunnya suhu tubuh dan
menyebabkan tubuh mersakan suhu yang lebih rendah. Namun apabila kecepatan aliran udara
stagnan ( minimal air movement) dapat membuat terasa
sesak dan buruknya kualiatas udara ( BiNardi 2003)
6)    Bau
Bau merupakana salah satu permsalahan buruknya kualitas udara yang dapat dirasakan
dengan jelas. Jenis  bau dapat berasal dari tubuh manusia, bau
asap rokok,bau masakan,dan sebagainya.
7)    Kebisingan 
Menurut Kepmen No.48 tahun 1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan ganguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
b.    Parameter Biologi 
Mikrooragbisme dapat muncul dalam waktu dan tempat yang berbeda. Penyebaran lewat
udara,  mikroorganisme harus mempunyai habitat untuk tumbuh dan berkembang biak
(tillman, 2007).  Seringkali sering kali ditemui
di sistem ventilasi atau karpet yang terkontaminasi.
1)  Jamur 
Menurut Hargreaves dan Parappukkaran (1999) menyatakan bahwa pajajan terhadap khamir
dan kapang terjadi setiap hari, namun ada 3 faktor yang mempengaruhi populasi fungi adalah
teknik konstruksi yang buruk, kegagalan dalam mengidentifikasi atau memperbaiki kerusakan
dalam mengoperasikan dan menjaga sistem AC.
c.    Parameter Kimia
1)   Karbon Dioksida (CO2)
Sumber CO2 yang terbanyak berasal dari hasil ekshalasi udara hasil pernapasan manusia,
namun Environmenta  Tobacco Smoke (ETS) juga dapat menjadi sumber CO2. Nilai ambang
batas CO2 yang diperbolehkan menurut OSHA adalah 500 ppm. Pada dasarnya CO2 tidak
menimbulkan efek kesehatan yang berbahaya apabila berada pada konsentrasi diatas 550 ppm
namun jika berada pada konsentrasi diatas 800ppm, CO2 dapat mengindikasikan kurangnya
udara segar dan buruknya percampuran udara pada area pengguna gedung.
Upaya pengendalian CO2 dalam ruangan adalah dengan menyesuaikan supply udara dalam
ruangan tergantung dari tingkat kegunaan ruang yang bervariasi, selain itu sirkulasi udara dalam
ruangan dengan luar ruangan juga harus ditingkatkan (Binardi, 2003).
2)    Karbon Monoksida (CO)
Pengendalian CO pada udara dalam ruangan antara lain dengan pembatasan
merokok, menerapkan system ventilasi yang sesuai pada area parkir, dan penempatan udara-
udara masuk seperti exhaust pada loading docks, dan area parker (Binardi 2003).
3)    Nitrogen dan Sulfuroksida (Nox dan Sox)
Nitrogen oksida merupakan pencemar. Sekitar 10% pencemar udara setiap tahun adalah nitr
ogen oksida. NO yang ada diudara belum lama diketahui, kemungkian sumbernya berasal dari
pembakaran pada suhu tinggi.  (Pudjiastuti, 1998).
Yang berhubungan dengan pencemaran udara adalah NO
dan NO2adalah pemanas dan peralatan masak, pemanas dari minyak  tanah dan asap rokok.Pada 
konsentrasi di atas  200 ppm, NO2 dapat mengakibatkan acute pulmonary edema serta acute
building-related diseasae, dan kematian (Binardi 2003)
4)      Environmental Tobacco Smoke ( ETS )
Sebagai pencemar dalam ruangan, asap rokok (Environmental Tobacc  Smoke ) merupakan
bahan pencemar yang biasanya mempunyai kuantitas paling banyak dibandingkan dengan
pencemar lain. 
5)     Fiber
Beberapa studi menunjukan bahwa pajanan fiber glass dapat meningkatkan
risiko kanker saluran pernafasan, meskipun bukan factor signifikan. Disamping efek kronis, efek
akut sepert  ruam wajah,  gatal –gatal, iritasi mata dan pernafasan juga dapat disebabkan oleh
pajanan fiber glass. Pengendalian pajanan ini dapat dimulai dari pemeliharaan instalasi fiber
glass, seperti pembersihan bahan – bahan fiber glass agar tetap terawatt dan berada dalam
kondisi bagus.
6)    Ozon (O3) 
Peralatan kerja yang dapat mengeluarkan ozon antara lain; printer lazer, lampu UV, mesin
photo copy dan ionizer.  Ozon merupakan gas yang sangat beracun dan mempunyai efek pada
konsentrasi rendah. Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernafasan. Ozon
merupakan gas yang sangat mudah bereaksi namun hanya mempunyai pengaruh yang kecil
pada lingkungan udara dalam ruang kerja.
7)    Formaldehyde ( HCHO)
Formaldehyde digunakan secara besarbesaran dalam berbagai proses industri, merupakan
volatile organic compounds ( senyawa organic yang mudah menguap) yang sering terdapat pada
bahan perekat, tekstil, kertas maupun produk – produk tekstil dan kosmetik. Pada dosis atau
pajama  yang melebihi nilai 103 ppm akan menyebabkan iritasi selaput lendir, gangguan kulit
kering secara kronik maupun akut. Selain itu, pajanan yang melebihi nilai 1 ppm akan
menyebabkan pajanan kronis dan diduga bersifat karsiogenik.
8)    Radon
Dipasaran beredar beberapa jenis bahan bangunan yang terbuat dari bahan tamb ang maupun
sisa pengolahan bahan tambang maupun sisa pengolahan bahan tambang yang berkadar
radioaktif tinggi. Beberapa bahan tersebut antara lain asbes, garnit, Italian tuff, gipsum, batu bata
dari limbah pabrik alumunia, cone block, yang terbuat dari limbah abu batubara, acrated
concrete, blast-furnace slag dari limbah pabrik besi, mengandung konsentrasi tinggi  radium 226
yang dapat menjadi sumber migrasi radon didalam ruangan ( Pudjiastutu et.al. 1998 ).

4.   Sumber pencemar udara dalam ruang


Menurut NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health), terdapat lima
sumber pencemaran udara  dalam ruangan:
a.   Pencemaran dari dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.
b.   Pencemaran dari luar gedung yang dapat masuk ke dalam ruangan seperti gas buangan
kendaraan bermotor, gas cerobong asap atau dapur yang terletak dekat gedung umumnya
disebabkan karena penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat.
c.   Pencemaran akibat bahan bangunan, seperti formaldehid, lem, asbes, fiberglass, dan bahan lain
yang merupakan komponen pembentuk gedung tersebut.
d.   Pencemaran akibat mikroba berupa bakteri, jamur, protozoa, dan produk mikroba lainnya yang
ditemukan di saluran udara serta alat pendingin beserta seluruh sistemnya.
e.   Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk serta buruknya distribusi
udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.

5.   Penyegaran udara udara dalam ruangan


Dapat dilakukan dengan cara mengurangi polutan dengan alat-alat, mengubah polutan,
melarutkan polutan dan mendispersikan polutan. Dan juga dalam penyegaran udara dalam ruang
agar dapat merasakan nyaman dapat menggunakan AC,kipas angin dan vrentilasi
Sumber dari pencemaran udara ruangan berasal dari asap rokok, pembakaran asap dapur,
bahan baku ruangan, kendaraan bermotor dan lain-lain yang dibatasi oleh ruangan. Pencegahan
pencemaran udara yang berasal dari ruangan bisa dipergunakan :
a.  Ventilasi yang sesuai, yaitu usahakan polutan yang masuk ruangan seminimum mungkin.
Tempatkan alat pengeluaran udara dekat dengan sumber pencemaran.Usahakan menggantikan
udara yang keluar dari ruangan sehingga udara yang masuk ke ruangan sesuai dengan kebutuhan.
b.  Filtrasi yaitu dengan memasang filter dipergunakan dalam ruangan dimaksudkan untuk
menangkap polutan dari sumbernya dan polutan dari udara luar ruangan.
c.   Pembersihan udara secara elektronik. Udara yang mengandung polutan dilewatkan melalui alat
ini sehingga udara dalam ruangan sudah berkurang polutannya atau disebut “bebas polutan”.

C.  Tinjauan tentang udara di luar ruangan (outdoor)

1.   Pengertian udara di luar ruangan


Udara  di luar ruangan terbuat dari partikel-partikel kimia. Ketika asap atau polutan lain
masuk udara, partikel-partikel yang ditemukan dalam polusi bercampur dengan udara. Udara
tercemar ketika mengandung banyak partikel beracun yang besar.
Polusi udara di luar ruangan mengubah karakteristik alamiah dari atmosfer. Polutan primer
ditambahkan langsung ke atmosfer. Kebakaran menambah polutan primer ke udara. Partikel
dibebaskan dari api langsung masuk ke udara dan menyebabkan polusi misalnya Kebakaran
hutan, baik alami atau yang disebabkan manusia, pelepasan partikel ke udara, salah satu dari
banyak penyebab polusi udara. Pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara
merupakan sumber utama polutan primer seperti sumber utama pencemaran udara adalah
pembakaran bahan bakar fosil dari pabrik, pembangkit listrik, dan kendaraan bermotor.

2.   Baku mutu udara di luar ruangan


Baku mutu udara ambient di Indonesia yaitu terdapat pada  PP No.41 tahun 1999 tentang
baku mutu udara ambient nasional.

3.   Sumber pencemaran udara di luar ruangan


Sebagian besar polusi udara dapat ditelusuri pada pembakaran bahan bakar fosil. Bahan bakar
fosil yang terbakar selama banyak proses, termasuk di pembangkit listrik untuk menciptakan
listrik, di pabrik-pabrik untuk membuat mesin berjalan, pada kompor listrik dan tungku untuk
pemanasan, dan fasilitas limbah. Mungkin salah satu penggunaan terbesar dari bahan bakar fosil
dalam transportasi. Bahan bakar fosil yang digunakan dalam mobil, kereta api, dan pesawat.
Polusi udara juga dapat disebabkan oleh pertanian, seperti peternakan sapi dan penggunaan
pupuk dan pestisida. Sumber-sumber lain dari polusi udara meliputi produksi plastik, pendingin,
dan aerosol, dalam tenaga nuklir dan pertahanan, dari tempat pembuangan sampah dan
pertambangan, dan dari senjata biologis.

4.   Penyegaran udara di luar ruangan


Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan sektor
transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain.  Untuk dapat menyegarkan udara di luar
ruangan dapat dilakukan sebagai berikut:
a.   Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai
salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang terawat,  semakin besar
potensi untuk memberi kontribusi polutan udara.
b.   Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan  tanjakan.
Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran
berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
c.   Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun
secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan
tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan
kelengkapan kendaraan yang lain.
d.   Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu
lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.
e.   Pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN)
f.    Menghemat Energi yang digunakan.

IDENTIFIKASI PROSES PENGENDALIAN PENCEMAR UDARA

A Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan mengidentifikasi proses
pengendalian pencemar udara dari fasilitas WtE.

B Tujuan
Mata pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan proses dan teknologi pengendalian emisi
partikulat dan gas dari luaran hasil pemrosesan sampah terkait WtE.

C Pendahuluan
Pencemar udara secara fasa dibagi menjadi dua yaitu fasa partikulat dan fasa gas.Klasifikasi ini
untuk selanjutnya digunakan untuk membedakan teknik pengambilan sampel. Lebih lanjut, hasil
analisis akan digunakan sebagai dasar penentuan fasa pembentukan senyawa buangan-buangan
udara yang akan digunakan untuk mengevaluasi efisiensi proses termal yang terkait pengolahan
sampah.

D Partikulat
Secara ukuran,partikulat pada buangan udara dinyatakan dalam satuan mikron (m –
micrometer). Partikulat dengan ukuran lebih dari 100 mikron dikategorikan sebagai kelompok
yang mudah mengendap, sedangkan yang kurang dari 100 mikron sebagai partikulat tersuspensi
di udara. Lebih lanjut, untuk ukuran kurang dari 10 mikron dapat berpotensi untuk berpengaruh
terhadap sistem pernapasan (inhalable particulate) dan yang kurang dari 1 mikron merupakan
kelompok permanently suspended di udara. Fasa partikulat terdiri dari sub solid dan liquid.
Secara terminologi, bentuk-bentuk partikulat dapat berupa dust, ash, smoke, fume, dan
aerosol.Sedangkan dalam bentuk campuran bisa berupa aerosol.
a. Dust.
Dust pada umumnya didefinisikan sebagai produk samping dari proses mekanis
(crushing, grinding, drilling) dan erosi alami abrasi.Partikulat pada kategori dust dapat
berada pada rentang 1 – 1000 mikron. Sedangkan partikulat dust pada umumnya irregular
(tidak beraturan).
b. Ash.
Pada terminologi ini, partikulat merupakan produk dari pembakaran atau proses termal
dari senyawa organik. Produknya berukuran antara 1 – 10 mikron.Dalam implementasi
peraturan, dapat dibagi menjadi bottom ash dan fly ash.
c. Smoke.
Smoke merupakan asosiasi partikulat yang berukuran 0,1 -1 mikron dengan uap air. Pada
ukuran partikulat yang lebih besar dengan dominasi black carbon sering disebut soot
(jelaga).
d. Fume.
Fume merupakan produk nukleasi senyawa uap logam, organik dan unsur lain karena
pemanasan pada temperatur yang sangat tinggi namun mengalami pendinginan sehingga
melewati titik embun gas buang. Fume memiliki ukuran < 1 mikron.
e. Aerosol.
Kategori ini merupakan asosiasi senyawa pada tingkat ionik sehingga memiliki perilaku
seperti partikulat. Ukuran aerosol dapat terjadi hingga ukuran 10 mikron, namun
dominasi tertinggi adalah pada rentang kurang dari 2,5 mikron.

E Gas
Terminologigas merupakan kategori di luar partikulat, yaitu dapat berupa uap atau gas
(dalam bahasa Inggris).Uap merupakan bentuk lebih lanjut dari fase liquid akibat
combustion atau pemanasan, sehingga pada perubahan tekanan dan temperatur tertentu
dapat berubah menjadi embun/terkondensasi.Sedangkan gas memiliki energi internal
yang sangat tinggi sehingga jauh dari bentuk cairnya.Contoh uap diantaranya uap air dan
uap organik (volatile organic compound – VOC).Contoh gas diantaranya O2, CO, NOx,
SO2, dan lain-lain.Dalam campuran gas buang, beberapa gas bersifat terlarut dalam uap
air sehingga mengalami disosiasi menjadi ion yang dapat berupah menjadi bentuk
aerosol.

TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA YANG DIAKIBATKAN OLEH


PARTIKEL
Kualitas udara dilingkungan semakin menurun. Aktivitas manusia merupakan faktor
utama penyebab menurunnya kualitas udara di lingkungan. Partikel adalah salah satu jenis
pencemar di udara. Partikel merupakan polutan yang paling berbahaya. Sedangkan yang paling
rendah toksisitasnya adalah karbonmonoksida. Teknik untuk mengontrol emisi partikel semua
didasarkan pada penangkapan partikel sebelum dilepaskan ke atmosfer. Metode yang digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut dipengaruhi oleh ukuran partikel. Beberapa alat yang digunakan
untuk tujuan tersebut diantaranya sistem ruang pengendap gravitasi, kolektor siklon,
penggosoksikat basah dan presipitator elektrostatik. Pengendalian lingkungan sangat diperlukan
demi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat. Perlindungan terhadap lingkungan dapat
dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas alat dan modifikasi alat. Kata kunci : partikel,
pencemar, toksisitas, metode, alat.

PENDAHULUAN

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan,namun dengan meningkatkannya


pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industry,kualitas udara telah mengalami perubahan.
Udara yang dulunya segar,kini kering dan kotor. Keadaan ini apabila tidak segera di tanggulangi
dapat membahayakan kesehatan manusia,kehidupan hewan serta tumbuhan.
Perubahan lingkungan udara disebabkan pencemaran udara,yaitu masuknya zat pencemar
(berbentuk gas – gas dan partikel kecil/aerosol) kedalam udara. Zat pencemar masuk kedalam
udara dapat secara alamiah (asap kebakaran hutan,akibat gunng berapi,debu meteroit dan
pancaran garam dari laut) dan aktivitas manusia (transportasi,industry pembuangan sampah).
Konsentrasi pencemaran udara di beberapa kota besar dan daerah industri Indonesia
menyebabkan adanya gangguan pernafasan,iritasi pada mata dan telinga, timbulnya penyakit
tertentu serta gangguan jarak pandang.
Pembahasan di bawah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum tentang
udara dan permasalahannya serta mengetahui tentang upaya-upaya dalam pengendalian
pencemaran udara.

Sumber Pencemar Udara


Sumber pencemaran dapat merupakan kegiatan yang bersifat alami dan kegiatan
antropogenik.Contoh sumber alami adalah akibat letusan gunung berapi,kebakaran
hutan,dekomposisi biotic debu,spora tumbuhan dan lain sebagainya. Pencemaran akibat kegiatan
manusia secara kuantitatif sering lebih besar,misalnya sumber pencemar akibat aktivitas
transportasi ,industry,persampahan baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran dan
rumah tangga.

Pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang sangat penting adalah akibat
kendaraan bermotor di darat yang menghasilkan gas CO, Nox, hidrokarbon, SO2 dan Tetraethyl
lead, yang merupakan bahan logam timah yang ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah
untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah terjadinya letupan pada mesin. Parameter
penting akibat aktivitas ini adalah CO, Partikulat, NOx, HC, Pb , dan SOx. Emisi pencemaran
udara oleh industri sangat tergantung dari jenis industri dan prosesnya, peralatan industri dan
utilitasnya. Berbagai industri dan pusat pembangkit tenaga listrik menggunakan tenaga dan panas
yang berasal dari pembakaran arang dan bensin. Hasil sampingan dari pembakaran adalah SOx,
asap dan bahan pencemar lain. Proses pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat
berperan dalam menambah jumlah zat pencemar diudara terutama debu dan hidrokarbon. Hal
penting yang perlu diperhitungkan dalam emisi pencemaran udara oleh sampah adalah emisi
partikulat akibat pembakaran, sedangkan emisi dari proses dekomposisi yang perlu diperhatikan
adalah emisi HC dalam bentuk gas metana.
Jenis Pencemar Udara
Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar dapat berupa:
a. Partikel (debu, aerosol, timah hitam)
b. Gas (CO, NOx, SOx, H2S dan HC)
c. Energi (suhu dan kebisingan).
Berdasarkan dari kejadian, terbentuknya pencemar terdiri dari :
a. Pencemar primer (yang diemisikan langsung dari sumbernya)
b. Pencemar sekunder (yang terbentuk karena reaksi di udara antara berbagai zat)

Pola emisi akan menggolongkan pencemar dari sumber titik (point source), sumber garis
(line source ) dan sumber area (area source). Dilihat secara kimiawi, banyak sekali macam bahan
pencemar tetapi yang biasanya menjadi perhatian adalah pencemar utama (major air pollutans)
yaitu golongan oksida karbon (CO, CO2) , oksida belerang (SO2, SO3) dan oksida nitrogen
(N2O, NO, NO3) senyawa hasil reaksi fotokimia, partikel (asap, debu, asbestos, metal, minyak,
garam sulfat), senyawa inorganik ( HF, H2S,NH3,H2SO4,HNO3), hidrokarbon (CH4, C4H10)
unsur radio aktif (titanium, Radon), energi panas (suhu, kebisingan). Gas diudara dengan reaksi
fotokimia dapat membentuk bahan pencemar sekunder, misalnya peroxyl radikal dengan oksigen
akan membentuk ozon dan nitrogen dioksida berubah menjadi nitrogen monoksida dengan
oksigen dan sebagainya. Pemaparan terhadap manusia pada umumnya melalui pernafasan dan
cara penanggulangannya terutama dengan mengurangi pembebasan bahan pencemar secara
langsung keudara, misalnya dengan menggunakan “ gas scrubber “, alat tambahan pada knalpot
dan lain – lain. Partikel dengan ukuran antara 0,01 – 5 μm merupakan sumber pencemar udara
yang utama karena keadaanya tidak terlihat secara nyata dan terus berada pada atmosfer untuk
waktu yang cukup lama. Dampak negatif dari bahan – bahan ini biasanya berupa gangguan pada
bahan – bahan bangunan, tanaman, hewan serta manusia .
Dampak Pencemaran Udara Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu,
aerosol, timah hitam) dan gas (CO, NOx, SOx, H2S, hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan
partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan
jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya . Gangguan tersebut
terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru – paru dan pembuluh darah atau
menyebabkan iritasi pada mata dan kulit .
Pencemaran udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernafasan
kronis seperti bronchitis khronis, emfisema (penggelembungan rongga atau jaringan karena gas
atau udara didalamnya; busung angin) , paru, asma bronkial dan kanker paru. Pencemar gas yang
terlarut dalam udara dapat langsung masuk kedalam tubuh sampai ke paru – paru yang pada
akhirnya diserap oleh sistem peredaran darah . Kadar timah (Pb) yang tinggi di udara dapat
mengganggu pembentukan sel darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan dengan
terganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti anemia , kerusakan ginjal, dan lain – lain.
Sedangkan keracunan Pb bersifat akumilatif. Keracunan gas CO timbul akibat terbentuknya
karboksihemoglobin (COHb) dalam darah. Afinitas CO yang lebih besar dibandingkan dengan
oksigen (O2) terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen keseluruh tubuh
menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen kedalam tubuh akan membuat sesak
nafas, dan dapat menyebabkan kematian, apabila tidak segera mendapat udara segar . Bahan
pencemar SOx, NOx,H2S dapat merangsang saluran pernafasan yang mengakibatkan iritasi dan
peradangan.
Partikel Polutan udara primer, yaitu polutan yang mencakup 90 % dari jumlah polutan
udara seluruhnya , dapat dibedakan menjadi lima kelompok sebagai berikut: a) Karbon
monoksida ( CO ) b) Nitrogen oksida ( NOx) c) Hidrokarbon ( HC) d) Sulfur Dioksida ( SOx) e)
Partikel Sumber polusi yang utama berasal dari traspotasi, 60 % dari polutan yang dihasilkan
terdiri dari karbonmonoksida dan sekitar 15 % hidrokarbon. Toksisitas kelima kelompok polutan
tersebut berbeda – beda dan Tabel 1. di bawah ini menyajikan toksisitas relatif masing – masing
kelompok polutan tersebut. Ternyata polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah
partikel – partikel, diikuti berturut – turut NOx, SOx, Hidrokarbon dan yang paling rendah
toksisitasnya adalah karbonmonoksida.

Sumber Polusi Partikel


Berbagai proses alami, mengakibatkan penyebaran partikel diatmosfer, misalnya letusan
volkano dan hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas manusia juga berperan dalam
penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk partikel – partikel debu dan asbes dari bahan
bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses pembakaran tidak
sempurna, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang utama yaitu pembakaran bahan bakar
dari sumbernya, dikuti oleh proses-proses industri.
Hubungan antara ukuran partikel polutan dengan sumbernya adalah, untuk partikel
dengan diameter lebih besar dari 10 mikron dihasilkan dari proses – proses mekanis seperti erosi
angin , penghancuran dan penyemprotan. Pelindasan benda- benda oleh kendaraan atau pejalan
kaki. Partikel yang berukuran diameter diantara 1 – 10 mikron biasanya termasuk tanah, debu,
dan produk – produk pembakaran dari industri lokal , dan pada tempat – tempat tertentu juga
terdapat garam laut. Partikel yang mempunyai diameter antara 0,1 – 1 mikron berasal dari
sumber – sumber kebakaran.
Pengaruh Partikel Terhadap Lingkungan Pengaruh partikel terhadap tanaman. Pengaruh
partikel terhadap tanaman terutama adalah dalam bentuk debunya, dimana debu–debu tersebut
jika bergabuing dengan uap air atau air hujan akan membentuk kerak yang tebal pada permukaan
daun dan tidak dapat tercuci dengan air hujan kecuali digosok. Lapisan kerak tersebut akan
menganggu proses fotosintesis pada tanaman karena menghambat masuknya sinar matahari dan
mencegah pertukaran CO2 dengan atmosfer, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi
terganggu. Bahaya lain yang ditimbulkan dari pengupulan partikel pada tanaman adalah
kemungkinan bahwa partikel tersebut mengandung komponen kimia yang berbahaya bagi hewan
yang memakan tanaman tersebut. Pengaruh partikel terhadap manusia. Polutan partikel masuk
kedalam tubuh manusia melalui sistem pernafasan, oleh karena itu pengaruh yang merugikan
terjadi pada sistem pernafasan. Faktor yang berpengaruh terhadap sistem pernafasan adalah
ukuran partikel, karena ukuran partikel yang menentukan seberapa jauh penetrasi partikel
kedalam sistem pernafasan.

Pengendalian Pencemaran Udara


Upaya pengendalian pencemaran udara dapat melakukan melalui :
Penelitian dan pemantauan Pengendalian pengelolaan perlu mempertimbangkan keserasian
antara faktor sumber emisi, dampak,kondisi sosial, ekonomi, dan politik serta melakukan
pengukuran lapangan sesuai dengan kondisi. Langkah pertama, dalam pengelolaan pencemaran
udara adalah dengan melakukan pengkajian/identifikasi mengenal macam sumber, model dan
pola penyebaran serta pengaruhnya / dampaknya. Sumber pencemaran udara yang sering dikenal
dengan sumber emisi adalah tempat dimana pencemaran udara mulai dipancarkan keudara
Model dan pola penyebaran dapat diperkirakan melalui studi pengenai kondisi fisik
sumber (tinggi cerobong, bentuk, lubang pengeluaran dan besarnya emisi) , kondisi awal kualitas
udara setempat (latar belakang), kondisi meteorologi dan topografi. Studi dampak pencemaran
udara dilakukan terhadap kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan , material, estetika dan
terhadap kemungkinan adanya perubahan iklim setempat (lokal) maupun regional.
Langkah selanjutnya adalah mengetahui dan mengkomonikasikan tentang pentingnya
pengelolaan pencemaran udara dengan mempertimbangkan keadaan sosial lingkungannya, yang
behubungan dengan demografi , kondisi sosial ekonomi, sosial budaya dan psikologis serta
pertimbangan ekonomi. Juga perlunya dukungan politik, baik dari segi hukum, peraturan,
kebijakan maupun administrasi untuk melindungi pelaksanaan pemantauan, pengendalian dan
pengawasan.
Untuk melakukan pengukuran lapangan dalam rangka pemantauan pencemaran udara
diperlukan pemilihan metoda secara tepat sesuai dengan kemampuan jaringan pengamatan,
penempatan peralatan yang diperlukan untuk mengambil sampel dan kebutuhan peralatan beserta
ahlinya untuk keperluan analisis .

Metoda Analisa Debu /Partikulat


Metode : High Volume Sampling
Prinsip Pengukuran
Udara dihisap melalui filter fibreglass dengan kecepatan aliran udara 1,13 – 1,70 m3
/menit atau 30 – 60 cuft/ menit. Partikel tersuspensi dengan diameter < 100 mikron akan terhisap
dan tertahan di permukaan filter. Metode ini digunakan untuk mengukur konsentrasi partikel
tersuspensi diudara ambient dengan satuan mg/m3 dengan cara menimbang berat partikel yang
tertahan dipermukaan filter dengan menghitung volume udara yang terhisap. Metode ini sering
dilengkapi dengan pengatur kecepatan aliran udara , untuk memastikan laju analisis kualitatif
dan kuantitatif senyawa – senyawa yang berbeda dalam bentuk partikel . Senyawa yang dapat
dianalisis antara lain : senyawa organic, PAN, nitrat, Sulfat, logam – logam berat, ion
ammonium dan ion fluorida.
Peraturan pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Ketentuan Umum :
a. Pencemaran udara masuknya atau dimasukannya zat,energi, dan atau komponen
lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan manusia,sehingga mutu udara ambien
oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
b. Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan penanggulangan
pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.
c. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfir yang
berada di dalam wilayah yuridiski Republik Indonesia yang di butuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia,makhluk hidup dan unsure lingkungan hidup
lainnya.
d. Perlindungan mutu udara ambient adalah upaya yang di lakukan agar udara
ambien dapat memenuhi fungsi sebagaimana mestinya.
e. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah kadar maksimum dan beban emisi
maksimum yang diperbolehkan masuk atau di masukkan ke dalam udara ambien.
f. Emisi adalah zat,energi atau komponen lain yang di hasilkan dari suatu kegiatan
yang masuk dan di masukkannya kedalam udara ambient yang mempunyai dan
tidak mempunyai potensi sebagai unsure pencemar.
g. Sumber emisi adalah setiap usaha dan kegiatan yang mengeluarkan emisi dari
sumber bergerak,sumber bergerak spesifik,sumber tidak bergerak maupun sumber
tidak bergerak spesifik.
h. Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahaan dan penangulangan
pencemaraan serta pemulihaan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu
udara ambien,pencegahaan sumber pencemar,baik dari sumber bergerak maupun
sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keadaan
darurat.

Peralatan pengendalian pencemaran udara (mengurangi emisi


Mekanisme pengendalian :
- Partikulat : secara fisik (penyaringan,perbedaan medan magnet,penagkapan,dll)
- Gas : secara kimiawi (pelarutan,penyerapan,dll)

Faktor pertimbangan pemilihan


- Jenis proses produksi yang akan dikendalikan
- Beban dan konsentrasi outlet yang diperlukan
- Kelembaban dan temperatur inlet
- Jenis partikulat yang akan dikumpulkan
- Konsentrasi debu pada inlet
- Volume inlet

Jenis peralatan PPU


- Electrostatic precipitator (EP)
- Separator (Siklon)
- Wet Scrubber
- Fabric Filter (Baghouses)
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan

1.     Pengendalian pencemaran udara adalah setiap usaha atau kegiatan dari sumber bergerak,
sumber tiddak bergerak dan kegiatan lainnya selalu menghasilkan pollutan maka wajib
melakukan pengendalian pencemaran udara, agar kualitas udara ambien dan mutu udara emisi,
tingkat kebisingan, getaran dan kebauan sesuai dengan baku mutu tetap memenuhi kesehatan.

2.   Tentang udara dalam ruangan (indoor)


a.   Definisi udara dalam ruangan (indoor) menurut  NHMRC  (1989,1993), udara  dalam  ruangan
adalalah  udara  di dalam  area  kerja  dimana orang   menghabiskan  waktu  selama  1  hari  atau
lebih  dan  bukan merupakan  gedung  industry.

b.   Baku mutu udara dalam ruangan (indoor) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang persyaratan kualitas udara dalam ruang.

c.   Parameter kualitas udara dalam ruang(indoor) terbagi 3 yatu parameter  fisik,biologi dan kimia.

d.   Menurut NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health), terdapat lima
sumber pencemaran udara  dalam ruangan:

1)  Pencemaran dari dalam gedung.


2)  Pencemaran dari luar gedung.
3)  Pencemaran akibat bahan bangunan.
4)  Pencemaran akibat mikroba.
5)  Gangguan ventilasi udara.
e.    Penyegaran udara dalam ruang yaitu Udara dapat dilakukan dengan cara mengurangi polutan
dengan alat-alat, mengubah polutan, melarutkan polutan dan mendispersikan polutan. Dan juga
dalam penyegaran udara dalam ruang agar dapat merasakan nyaman dapat menggunnakan
AC,kipas angin dan vrentilasi, serta Dan Pencegahan pencemaran udara yang berasal dari
ruangan bisa dipergunakan :
1)    Ventilasi yang sesuai,
2)    Filtrasi yaitu dengan memasang filter.
3)    Pembersihan udara secara elektronik.
2.   Tentang udara di luar ruangan (outdoor)
a.   Udara  di luar ruangan terbuat dari partikel-partikel kimia. Ketika asap atau polutan lain masuk
udara, partikel-partikel yang ditemukan dalam polusi bercampur dengan udara.
b.   Baku mutu udara di luar ruangan (outdoor) yaitu pada  PP No.41 tahun 1999 tentang baku mutu
udara ambient nasional.
c.   Sebagian besar polusi udara dapat ditelusuri pada pembakaran bahan bakar f osil,pertanian
dan Sumber-sumber lain dari polusi udara meliputi produksi plastik, pendingin, dan aerosol,
dalam tenaga nuklir dan pertahanan, dari tempat pembuangan sampah dan pertambangan, dan
dari senjata biologis.
d.   Penyegaran  udara di luar ruangan yaitu sebagai berikut:
1)  Pembatasan usia kendaraan.
2)  Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun
secara uji petik (spot check).
3)  Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu
lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.
4)  Pembuatan Bahan Bakar Nabati (BBN)
5)  Menghemat Energi yang digunakan.

B.  Saran

Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara yang lebih lanjut hendaknya kita semua ikut
menjaga kebersihan udara dan meminimalkan pencemaran udara, misalnya tidak memakai
kendaraan bermotor yang sudah tua, tidak membuang gas yang berbahaya secara sembarangan
terutama bagi kegiatan industri, dan lain sebagainya agar kebersihan udara tetap terjaga.
  DAFTAR PUSTAKA
Anonim.https://himka1polban.wordpress.com/chemlib/makalah/makalahpencemaran-udara/(di
akses pada 12 Mei 2016 pukul 13:00 WITA)
Anonim.https://www.academia.edu/8140639/Pengendalian_Pencemaran_Udara?auto=download(di
akses pada 12 Mei 2016 pukul 13:00 WITA)
Anonim.2014.http://muntiana.blogspot.co.id/2014/09/indoor-air-quality-bab-pendahuluan-a.html(di
akses pada 12 Mei 2016 pukul 13:00 WITA)
Anonim.2016. (di akses pada 12 Mei 2016 pukul 13:00 WITA)
Anonim.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41198/4/Chapter%20II.pdf(di akses pada
12 Mei 2016 pukul 13:00 WITA)
Navis, M.L., and Cornwell, D.A., ”Introduction Environmental Engineering “Second
Edition , McGraw-Hill International Editions, Tokyo.
Fardiaz, S., 1992 , ” Polusi air dan udara ” cetakan ke9 , Kanisius , Yogyakarta .
Hadiyarto, A., dan Sasongko, D.P., 1998, “Buku Teks ; Pengendalian Pencemaran
Udara “ , Pusat Studi lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan , Jakarta.
Nevers de., N., 2000, ”Air Pollution Control Engineering “ , Second Edition ,
McGrawHill International Editions, Tokyo
Soedomo, M., 2001, ”Pencemaran Udara ( Kumpulan karya ilmiah ), ITB press,
Bandung
Wark, K, and Warner,C.F., 1981, “ Air Pollution its Origin and Control “ Second
Edition , Harper & Row, Publishers, New York

Anda mungkin juga menyukai