DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 :
Puji syukur dan syukur yang sebesar besar nya Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
hidayah dan petunjuk nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Adapun judul dari makalah ini Alat-alat pengendalian pencemaran udara penyusunan
makalah ini merupakan salah satu syarat melengkapi tugas proteksi lingkungan dan produksi
bersih di Universitas Falatehan dalam menyelesaikan makalah penulis mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak baik berupa saran bimbingan dan dukungan moril dan materil, akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya
amin.
KATA PENGANTAR………………………………………………..………
DAFTAR ISI………………………………………………………………....
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….... ..
1.2 Tujuan…………………………………………………………..………..
1.3 Manfaat…………………………………………………………...……..
BAB II PEMBAHASAAN
2.1 Pengertian pengendalian pencemaran udara………………………..….
2.2 Tinjauan tentang udara dalam ruangan (indoor)………….…………...
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pengendalian pencemaran udara bauk udara indoor dan
outdoor.
2.Tujuan Khusus
C. Manfaat
PEMBAHASAN
Pengendalian pencemaran udara adalah setiap usaha atau kegiatan dari sumber bergerak,
sumber tiddak bergerak dan kegiatan lainnya selalu menghasilkan pollutan maka wajib
melakukan pengendalian pencemaran udara, agar kualitas udara ambien dan mutu udara emisi,
tingkat kebisingan, getaran dan kebauan sesuai dengan baku mutu tetap memenuhi kesehatan.
Pencemaran dapat terjadi dimana-mana. Bila pencemaran tersebut terjadi di dalam rumah,
di ruang-ruang sekolah ataupun di ruang-ruang perkantoran maka disebut sebagai pencemaran
dalam ruang (indoor pollution). Sedangkan bila pencemarannya terjadi di lingkungan rumah,
perkotaan, bahkan regional maka disebut sebagai pencemaran di luar ruang (outdoor pollution).
Pengendalian adalah segala macam upaya baik secara administrasi dan teknik untuk
pencegahan dan upaya penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan kualitas udara.
1. Pencegahan adalah setiap bentuk upaya yang dilakukan sebelum terjadinya dampak pencemaran
udara.
2. Penanggulangan adalah semua upaya yang dilakukan setelah terjadi dampak pencemaran udara
agar dampak yang ditimbulkan dapat diminimalisir.
3. Pemulihan adalah upaya yang dilakukan setelah terjadinya dampak, sehingga diharapkan tidak
akan lebih buruk dampaknya.
1. Definisi udara dalam ruangan
Menurut NHMRC (1989,1993), udara dalam ruangan adalalah udara di dalam area kerja
dimana orang menghabiskan waktu selama 1 hari atau lebih dan bukan merupakan
gedung industri. Yang termasuk area tersebut antara lain tempat penghuni (rumah,
kantor ,dan rumah sakit. Sedangkan pengertian kualitas udara dalam ruangan menurut
EPA (1991) adalah hasil interaksi antara tempat, suhu, system gedung (baik desain asi
maupun modifikasi terhadap struktur dan system mekanik), teknik kontruksi, sumber
kontaminan (material, peralatan gedung serta sumber dari luar) dan pekerja.
Menurut Environmental Protection Agency (EPA), indoor air pollution adalah hasil interaksi
antara tempat, suhu, sistem gedung (baik desain asli maupun modifikasi terhadap struktur dari
sistem mekanik), teknik konstruksi, sumber kontaminan (material, peralatan gedung) serta
sumber dari luar) dan pekerja (Joviana, 2009). Udara dalam ruangan adalah media perantara
yang mana manusia, bangunan dan iklim saling mempengaruhi. Kesehatan dan kesejahteraan
manusia ditentukan oleh faktor fisik, kimia dan biologis yang terkandung dalam udara dalam
ruangan.
Secara umum pencemaran udara ruangan (Indoor air pollution), berupa pencemaran udara
didalam ruangan yang berasal dari pemukiman, perkantoran ataupun gedung tinggi.
3. Parameter kualitas udara dalam ruangan
a. Parameter Fisik
1) Particulate Matter
Debu partikulat merupakan salah satu polutan yang sering disebut sebagai partikel yang
melayang di udara ( suspended particulate matter/spm) dengan ukuran satu micron samapai
dengan 500 mikron. Dalam kasus pecemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung (indor
dan outdoor pollutan) debu sering dijadikan salah satu indicator pencemaran yang digunakan
untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja Partikel debu akan ada di udara dalam waktu yang relative lama dengan
keadaan melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui
pernafasan.
2) Suhu
Definisi suhu yang nyaman (thermal comfort) menurut ASHRAE adalah suatu kondisi yang
dirasakan dan menunjukkan kepuasam terhadap suhu yang ada di lingkungan Untuk pekerja
kantor dimana pekerjaan yang berulang-ulang selama beberapa jam, aktivitas personal, pakaian,
tingkat kebugaran, dan pergerakan udara merupakan factor yang cukup berpengaruh terhadap
persepsi seseorang terhadap kenyamanan suhu.
Sedangkan kelembapan aktif juga turut berpengaruh terhadap suhu dimana kelembaban yang
rendah akan membuat suhu semakin dingin dan begitu juga sebaliknya.(BiNardi 2003)
3) Kelembaban Relatif (Relative Humadity /RH)
Kelembaban udara yang ekstrim dapat berkaitan dengan buruknya kualitas udara. RH yang
rendah dapat mengakibatkan terjadinya gejala SBS seperti iritasi mata,
iritasi tenggorokan dan batuk-batuk .
Menurut SK Gubernur No.54 tahun 2008 tahun 2002, agar ruang kerja perkantoran
memenuhi persyaratan, bila kelembaban udara ruang. 60 % perlu menggunakan alat
dehumidifier, dan bila < 40 % perlu menggunakan humidifier
misalnya mesin pembentikan aerasol.
4) Pencahayaan
Cahaya merupakan pencaran gelombang elektromagnetik yang melayang melewati udara,
iluminasi merupakan jumlah atau kualitas cahaya yang jatuh kesuatu permukaan. Apabila suatu
gedung tingkat ilmunasinya tidak memenuhi syarat maka dapat menyebabkan kelelahan mata.
( Spengler et al.2000)
5) Kecepatan Aliran Udara
Pergerakan udara yang tinggi akan mengakibatkan menurunnya suhu tubuh dan
menyebabkan tubuh mersakan suhu yang lebih rendah. Namun apabila kecepatan aliran udara
stagnan ( minimal air movement) dapat membuat terasa
sesak dan buruknya kualiatas udara ( BiNardi 2003)
6) Bau
Bau merupakana salah satu permsalahan buruknya kualitas udara yang dapat dirasakan
dengan jelas. Jenis bau dapat berasal dari tubuh manusia, bau
asap rokok,bau masakan,dan sebagainya.
7) Kebisingan
Menurut Kepmen No.48 tahun 1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan ganguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
b. Parameter Biologi
Mikrooragbisme dapat muncul dalam waktu dan tempat yang berbeda. Penyebaran lewat
udara, mikroorganisme harus mempunyai habitat untuk tumbuh dan berkembang biak
(tillman, 2007). Seringkali sering kali ditemui
di sistem ventilasi atau karpet yang terkontaminasi.
1) Jamur
Menurut Hargreaves dan Parappukkaran (1999) menyatakan bahwa pajajan terhadap khamir
dan kapang terjadi setiap hari, namun ada 3 faktor yang mempengaruhi populasi fungi adalah
teknik konstruksi yang buruk, kegagalan dalam mengidentifikasi atau memperbaiki kerusakan
dalam mengoperasikan dan menjaga sistem AC.
c. Parameter Kimia
1) Karbon Dioksida (CO2)
Sumber CO2 yang terbanyak berasal dari hasil ekshalasi udara hasil pernapasan manusia,
namun Environmenta Tobacco Smoke (ETS) juga dapat menjadi sumber CO2. Nilai ambang
batas CO2 yang diperbolehkan menurut OSHA adalah 500 ppm. Pada dasarnya CO2 tidak
menimbulkan efek kesehatan yang berbahaya apabila berada pada konsentrasi diatas 550 ppm
namun jika berada pada konsentrasi diatas 800ppm, CO2 dapat mengindikasikan kurangnya
udara segar dan buruknya percampuran udara pada area pengguna gedung.
Upaya pengendalian CO2 dalam ruangan adalah dengan menyesuaikan supply udara dalam
ruangan tergantung dari tingkat kegunaan ruang yang bervariasi, selain itu sirkulasi udara dalam
ruangan dengan luar ruangan juga harus ditingkatkan (Binardi, 2003).
2) Karbon Monoksida (CO)
Pengendalian CO pada udara dalam ruangan antara lain dengan pembatasan
merokok, menerapkan system ventilasi yang sesuai pada area parkir, dan penempatan udara-
udara masuk seperti exhaust pada loading docks, dan area parker (Binardi 2003).
3) Nitrogen dan Sulfuroksida (Nox dan Sox)
Nitrogen oksida merupakan pencemar. Sekitar 10% pencemar udara setiap tahun adalah nitr
ogen oksida. NO yang ada diudara belum lama diketahui, kemungkian sumbernya berasal dari
pembakaran pada suhu tinggi. (Pudjiastuti, 1998).
Yang berhubungan dengan pencemaran udara adalah NO
dan NO2adalah pemanas dan peralatan masak, pemanas dari minyak tanah dan asap rokok.Pada
konsentrasi di atas 200 ppm, NO2 dapat mengakibatkan acute pulmonary edema serta acute
building-related diseasae, dan kematian (Binardi 2003)
4) Environmental Tobacco Smoke ( ETS )
Sebagai pencemar dalam ruangan, asap rokok (Environmental Tobacc Smoke ) merupakan
bahan pencemar yang biasanya mempunyai kuantitas paling banyak dibandingkan dengan
pencemar lain.
5) Fiber
Beberapa studi menunjukan bahwa pajanan fiber glass dapat meningkatkan
risiko kanker saluran pernafasan, meskipun bukan factor signifikan. Disamping efek kronis, efek
akut sepert ruam wajah, gatal –gatal, iritasi mata dan pernafasan juga dapat disebabkan oleh
pajanan fiber glass. Pengendalian pajanan ini dapat dimulai dari pemeliharaan instalasi fiber
glass, seperti pembersihan bahan – bahan fiber glass agar tetap terawatt dan berada dalam
kondisi bagus.
6) Ozon (O3)
Peralatan kerja yang dapat mengeluarkan ozon antara lain; printer lazer, lampu UV, mesin
photo copy dan ionizer. Ozon merupakan gas yang sangat beracun dan mempunyai efek pada
konsentrasi rendah. Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernafasan. Ozon
merupakan gas yang sangat mudah bereaksi namun hanya mempunyai pengaruh yang kecil
pada lingkungan udara dalam ruang kerja.
7) Formaldehyde ( HCHO)
Formaldehyde digunakan secara besarbesaran dalam berbagai proses industri, merupakan
volatile organic compounds ( senyawa organic yang mudah menguap) yang sering terdapat pada
bahan perekat, tekstil, kertas maupun produk – produk tekstil dan kosmetik. Pada dosis atau
pajama yang melebihi nilai 103 ppm akan menyebabkan iritasi selaput lendir, gangguan kulit
kering secara kronik maupun akut. Selain itu, pajanan yang melebihi nilai 1 ppm akan
menyebabkan pajanan kronis dan diduga bersifat karsiogenik.
8) Radon
Dipasaran beredar beberapa jenis bahan bangunan yang terbuat dari bahan tamb ang maupun
sisa pengolahan bahan tambang maupun sisa pengolahan bahan tambang yang berkadar
radioaktif tinggi. Beberapa bahan tersebut antara lain asbes, garnit, Italian tuff, gipsum, batu bata
dari limbah pabrik alumunia, cone block, yang terbuat dari limbah abu batubara, acrated
concrete, blast-furnace slag dari limbah pabrik besi, mengandung konsentrasi tinggi radium 226
yang dapat menjadi sumber migrasi radon didalam ruangan ( Pudjiastutu et.al. 1998 ).
A Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan mengidentifikasi proses
pengendalian pencemar udara dari fasilitas WtE.
B Tujuan
Mata pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan proses dan teknologi pengendalian emisi
partikulat dan gas dari luaran hasil pemrosesan sampah terkait WtE.
C Pendahuluan
Pencemar udara secara fasa dibagi menjadi dua yaitu fasa partikulat dan fasa gas.Klasifikasi ini
untuk selanjutnya digunakan untuk membedakan teknik pengambilan sampel. Lebih lanjut, hasil
analisis akan digunakan sebagai dasar penentuan fasa pembentukan senyawa buangan-buangan
udara yang akan digunakan untuk mengevaluasi efisiensi proses termal yang terkait pengolahan
sampah.
D Partikulat
Secara ukuran,partikulat pada buangan udara dinyatakan dalam satuan mikron (m –
micrometer). Partikulat dengan ukuran lebih dari 100 mikron dikategorikan sebagai kelompok
yang mudah mengendap, sedangkan yang kurang dari 100 mikron sebagai partikulat tersuspensi
di udara. Lebih lanjut, untuk ukuran kurang dari 10 mikron dapat berpotensi untuk berpengaruh
terhadap sistem pernapasan (inhalable particulate) dan yang kurang dari 1 mikron merupakan
kelompok permanently suspended di udara. Fasa partikulat terdiri dari sub solid dan liquid.
Secara terminologi, bentuk-bentuk partikulat dapat berupa dust, ash, smoke, fume, dan
aerosol.Sedangkan dalam bentuk campuran bisa berupa aerosol.
a. Dust.
Dust pada umumnya didefinisikan sebagai produk samping dari proses mekanis
(crushing, grinding, drilling) dan erosi alami abrasi.Partikulat pada kategori dust dapat
berada pada rentang 1 – 1000 mikron. Sedangkan partikulat dust pada umumnya irregular
(tidak beraturan).
b. Ash.
Pada terminologi ini, partikulat merupakan produk dari pembakaran atau proses termal
dari senyawa organik. Produknya berukuran antara 1 – 10 mikron.Dalam implementasi
peraturan, dapat dibagi menjadi bottom ash dan fly ash.
c. Smoke.
Smoke merupakan asosiasi partikulat yang berukuran 0,1 -1 mikron dengan uap air. Pada
ukuran partikulat yang lebih besar dengan dominasi black carbon sering disebut soot
(jelaga).
d. Fume.
Fume merupakan produk nukleasi senyawa uap logam, organik dan unsur lain karena
pemanasan pada temperatur yang sangat tinggi namun mengalami pendinginan sehingga
melewati titik embun gas buang. Fume memiliki ukuran < 1 mikron.
e. Aerosol.
Kategori ini merupakan asosiasi senyawa pada tingkat ionik sehingga memiliki perilaku
seperti partikulat. Ukuran aerosol dapat terjadi hingga ukuran 10 mikron, namun
dominasi tertinggi adalah pada rentang kurang dari 2,5 mikron.
E Gas
Terminologigas merupakan kategori di luar partikulat, yaitu dapat berupa uap atau gas
(dalam bahasa Inggris).Uap merupakan bentuk lebih lanjut dari fase liquid akibat
combustion atau pemanasan, sehingga pada perubahan tekanan dan temperatur tertentu
dapat berubah menjadi embun/terkondensasi.Sedangkan gas memiliki energi internal
yang sangat tinggi sehingga jauh dari bentuk cairnya.Contoh uap diantaranya uap air dan
uap organik (volatile organic compound – VOC).Contoh gas diantaranya O2, CO, NOx,
SO2, dan lain-lain.Dalam campuran gas buang, beberapa gas bersifat terlarut dalam uap
air sehingga mengalami disosiasi menjadi ion yang dapat berupah menjadi bentuk
aerosol.
PENDAHULUAN
Pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang sangat penting adalah akibat
kendaraan bermotor di darat yang menghasilkan gas CO, Nox, hidrokarbon, SO2 dan Tetraethyl
lead, yang merupakan bahan logam timah yang ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah
untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah terjadinya letupan pada mesin. Parameter
penting akibat aktivitas ini adalah CO, Partikulat, NOx, HC, Pb , dan SOx. Emisi pencemaran
udara oleh industri sangat tergantung dari jenis industri dan prosesnya, peralatan industri dan
utilitasnya. Berbagai industri dan pusat pembangkit tenaga listrik menggunakan tenaga dan panas
yang berasal dari pembakaran arang dan bensin. Hasil sampingan dari pembakaran adalah SOx,
asap dan bahan pencemar lain. Proses pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat
berperan dalam menambah jumlah zat pencemar diudara terutama debu dan hidrokarbon. Hal
penting yang perlu diperhitungkan dalam emisi pencemaran udara oleh sampah adalah emisi
partikulat akibat pembakaran, sedangkan emisi dari proses dekomposisi yang perlu diperhatikan
adalah emisi HC dalam bentuk gas metana.
Jenis Pencemar Udara
Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar dapat berupa:
a. Partikel (debu, aerosol, timah hitam)
b. Gas (CO, NOx, SOx, H2S dan HC)
c. Energi (suhu dan kebisingan).
Berdasarkan dari kejadian, terbentuknya pencemar terdiri dari :
a. Pencemar primer (yang diemisikan langsung dari sumbernya)
b. Pencemar sekunder (yang terbentuk karena reaksi di udara antara berbagai zat)
Pola emisi akan menggolongkan pencemar dari sumber titik (point source), sumber garis
(line source ) dan sumber area (area source). Dilihat secara kimiawi, banyak sekali macam bahan
pencemar tetapi yang biasanya menjadi perhatian adalah pencemar utama (major air pollutans)
yaitu golongan oksida karbon (CO, CO2) , oksida belerang (SO2, SO3) dan oksida nitrogen
(N2O, NO, NO3) senyawa hasil reaksi fotokimia, partikel (asap, debu, asbestos, metal, minyak,
garam sulfat), senyawa inorganik ( HF, H2S,NH3,H2SO4,HNO3), hidrokarbon (CH4, C4H10)
unsur radio aktif (titanium, Radon), energi panas (suhu, kebisingan). Gas diudara dengan reaksi
fotokimia dapat membentuk bahan pencemar sekunder, misalnya peroxyl radikal dengan oksigen
akan membentuk ozon dan nitrogen dioksida berubah menjadi nitrogen monoksida dengan
oksigen dan sebagainya. Pemaparan terhadap manusia pada umumnya melalui pernafasan dan
cara penanggulangannya terutama dengan mengurangi pembebasan bahan pencemar secara
langsung keudara, misalnya dengan menggunakan “ gas scrubber “, alat tambahan pada knalpot
dan lain – lain. Partikel dengan ukuran antara 0,01 – 5 μm merupakan sumber pencemar udara
yang utama karena keadaanya tidak terlihat secara nyata dan terus berada pada atmosfer untuk
waktu yang cukup lama. Dampak negatif dari bahan – bahan ini biasanya berupa gangguan pada
bahan – bahan bangunan, tanaman, hewan serta manusia .
Dampak Pencemaran Udara Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu,
aerosol, timah hitam) dan gas (CO, NOx, SOx, H2S, hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan
partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan
jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya . Gangguan tersebut
terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru – paru dan pembuluh darah atau
menyebabkan iritasi pada mata dan kulit .
Pencemaran udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernafasan
kronis seperti bronchitis khronis, emfisema (penggelembungan rongga atau jaringan karena gas
atau udara didalamnya; busung angin) , paru, asma bronkial dan kanker paru. Pencemar gas yang
terlarut dalam udara dapat langsung masuk kedalam tubuh sampai ke paru – paru yang pada
akhirnya diserap oleh sistem peredaran darah . Kadar timah (Pb) yang tinggi di udara dapat
mengganggu pembentukan sel darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan dengan
terganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti anemia , kerusakan ginjal, dan lain – lain.
Sedangkan keracunan Pb bersifat akumilatif. Keracunan gas CO timbul akibat terbentuknya
karboksihemoglobin (COHb) dalam darah. Afinitas CO yang lebih besar dibandingkan dengan
oksigen (O2) terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen keseluruh tubuh
menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen kedalam tubuh akan membuat sesak
nafas, dan dapat menyebabkan kematian, apabila tidak segera mendapat udara segar . Bahan
pencemar SOx, NOx,H2S dapat merangsang saluran pernafasan yang mengakibatkan iritasi dan
peradangan.
Partikel Polutan udara primer, yaitu polutan yang mencakup 90 % dari jumlah polutan
udara seluruhnya , dapat dibedakan menjadi lima kelompok sebagai berikut: a) Karbon
monoksida ( CO ) b) Nitrogen oksida ( NOx) c) Hidrokarbon ( HC) d) Sulfur Dioksida ( SOx) e)
Partikel Sumber polusi yang utama berasal dari traspotasi, 60 % dari polutan yang dihasilkan
terdiri dari karbonmonoksida dan sekitar 15 % hidrokarbon. Toksisitas kelima kelompok polutan
tersebut berbeda – beda dan Tabel 1. di bawah ini menyajikan toksisitas relatif masing – masing
kelompok polutan tersebut. Ternyata polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah
partikel – partikel, diikuti berturut – turut NOx, SOx, Hidrokarbon dan yang paling rendah
toksisitasnya adalah karbonmonoksida.
1. Pengendalian pencemaran udara adalah setiap usaha atau kegiatan dari sumber bergerak,
sumber tiddak bergerak dan kegiatan lainnya selalu menghasilkan pollutan maka wajib
melakukan pengendalian pencemaran udara, agar kualitas udara ambien dan mutu udara emisi,
tingkat kebisingan, getaran dan kebauan sesuai dengan baku mutu tetap memenuhi kesehatan.
d. Menurut NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health), terdapat lima
sumber pencemaran udara dalam ruangan:
B. Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara yang lebih lanjut hendaknya kita semua ikut
menjaga kebersihan udara dan meminimalkan pencemaran udara, misalnya tidak memakai
kendaraan bermotor yang sudah tua, tidak membuang gas yang berbahaya secara sembarangan
terutama bagi kegiatan industri, dan lain sebagainya agar kebersihan udara tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.https://himka1polban.wordpress.com/chemlib/makalah/makalahpencemaran-udara/(di
akses pada 12 Mei 2016 pukul 13:00 WITA)
Anonim.https://www.academia.edu/8140639/Pengendalian_Pencemaran_Udara?auto=download(di
akses pada 12 Mei 2016 pukul 13:00 WITA)
Anonim.2014.http://muntiana.blogspot.co.id/2014/09/indoor-air-quality-bab-pendahuluan-a.html(di
akses pada 12 Mei 2016 pukul 13:00 WITA)
Anonim.2016. (di akses pada 12 Mei 2016 pukul 13:00 WITA)
Anonim.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41198/4/Chapter%20II.pdf(di akses pada
12 Mei 2016 pukul 13:00 WITA)
Navis, M.L., and Cornwell, D.A., ”Introduction Environmental Engineering “Second
Edition , McGraw-Hill International Editions, Tokyo.
Fardiaz, S., 1992 , ” Polusi air dan udara ” cetakan ke9 , Kanisius , Yogyakarta .
Hadiyarto, A., dan Sasongko, D.P., 1998, “Buku Teks ; Pengendalian Pencemaran
Udara “ , Pusat Studi lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan , Jakarta.
Nevers de., N., 2000, ”Air Pollution Control Engineering “ , Second Edition ,
McGrawHill International Editions, Tokyo
Soedomo, M., 2001, ”Pencemaran Udara ( Kumpulan karya ilmiah ), ITB press,
Bandung
Wark, K, and Warner,C.F., 1981, “ Air Pollution its Origin and Control “ Second
Edition , Harper & Row, Publishers, New York