Anda di halaman 1dari 28

METODOLOGI PENELITIAN KESLING

Faktor faktor yang Berhubungan dengan Pediculosis

di Daerah Pontang

KELOMPOK 12:

Anggi Pebria Saputri

Dzikri

Endah Lestari

Neng Intan

Rosdiana Dewi

Siti Ayu Nurjanah

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG – BANTEN

TAHUN AKADEMIK
2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit merupakan penyakit yang angka
kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah satu penyakit yang paling sering adalah
pediculosis capitis atau kutu kepala. Di Indonesia khususnya di bagian pulau jawa kutu ini
disebut Tuma, sinonimnya adalah tungau.

Tingkat pengetahuan yang kurang tentang pedikulosis kapitis juga menjadi faktor terjadinya
pedikulosis kapitis, banyak hal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang seperti
karakteristik demografi (Nordin dan Awang, 2006).

Pemenuhan kebutuhan hygiene dari tiap-tiap individu yang terkait adalah perawatan kulit,

rambut, kuku, dan meningkatkan perawatan personal dan harga diri (Dingwall, 2010). Berbagai

kebutuhan hygiene yang terkait dalam penelitian ini akan dibahas mengenai personal hygiene

rambut. Sebagaimana struktur tubuh yang lainnya, maka rambut juga tidak akan lepas dari

permasalahan/gangguan yang bisa ditimbulkan akibat dari kurangnya menjaga kebersihan dan

perawatan rambut. Salah satu masalah akibat kurangnya menjaga kebersihan rambut adalah

pedikulosis kapitis.

Penggunaan alat atau tempat tidur dengan Kebiasaan tidur sendiri, prevalensi pedikulosis

kapitis pada anak yang tidur sendiri lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidur bersama

anggota keluarga lain (Hadidjaja, 2011).

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pedikulosis kapitis, antara lain : jenis kelamin,

anak perempuan lebih banyak terserang pedikulosis kapitis dibandingkan anak laki-laki karena

biasanya rambut anak perempuan lebih panjang (Hadidjaja, 2011).


Pediculosis capitis dapat menyerang siapa saja, namun perempuan dua kali lebih besar terkena

Pediculosis capitis dibandingkan laki-laki, karena perempuan mayoritas memiliki rambut yang

panjang sehingga lebih susah untuk dibersihkan dan menguntungkan bagi Pediculus humanus

var. capitis untuk berlindung, selain itu anak perempuan sering bertukar aksesoris rambut dengan

santri lain (Dita, 2016)

infeksi yang disebabkan oleh kutu rambut ini praktis tidak dapat dicegah. Pengawasan dengan

adanya telur di rambut dapat dilakukan dengan memakai sisir serit, yang bergerigi sangat rapat.

Sebelum kutu tersebut berkembang menjadi kutu dewasa telur-telur tersebut sudah dilepaskan.

Cara untuk mencegah penyebaran kutu rambut lainnya adalah dengan tidak memakai topi, sisir,

atau barang-barang milik seseorang yang terkena kutu rambut (Hartanti, 2010).

Pediculosis capitis menyebabkan gatal dan iritasi di kulit kepala karna tuma ini menghisap darah

kulit kepala sementara rasa gatal itu sendiri di sebabkan salifa dan fesesnya

Kutu kepala (pediculosis capitis ) merupakan penyakit yang disebakan ektoparasit obligat

pemakan darah di kepala manusia. (Maryati et al,2018 )

Pediculosis capitis banyak terdapat pada anak anak yang belum terlalu memperdulikan

kebersihan diri terutama di negara berkembangan dan pediculosis capitis ini juga masih terdapat

pada remaja dan orang orang dewasa namun hanya sebagian dari mereka yang menderita

penyakit ini ( Saleh alatas &Luwis 2013 )

Sebuah penelitian di Amerika serikat menunjukan bahwa sekitar 10 -2 juta anak terinfeksi
pediculosiscapitis setiap tahun nya (Stone et al.,2012).

Sehat merupakan hak bagi setiap individu baik secara fisik, maupun mental. Menurut World

Health Organization (WHO), sehat adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani, dan sosial yang

merupakan aspek positif dan tidak hanya bebas dari penyakit. Selanjutnya, dalam Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dijelaskan kesehatan adalah keadaan sehat,

baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomi.

Pemerintah Republik Indonesia terutama Menteri Kesehatan melalui PMK No. 5 Tahun 2014 tentang

Panduan Praktik Klinis Dokter di Fasilitas Layanan Kesehatan sudah mengatur bahwa konseling dan

edukasi itu diperlukan untuk membekali para wanita (sasaran utama karena prevalensinya lebih tinggi

daripada kaum laki-laki).

B.Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari faktor pediculosis capitis ini adalah Hubungan personal hygne,
pengetahuan,penggunaan alas atau tempat tidur bersamaan, jenis kelamin antara perempuan dan
laki laki, fakotr rambut panjang dan prilaku dengan kejadian pediculosis capitis.

C.Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan pedikulosis kapitis di daerah pontang tahun
2020

D.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kejadian pedikulosis kapitis pada masyarakat di daerah pontang

2. Untuk mengetahui pengetahuan mengenai kejadian pedikulosis di daerah pontang

3. Untuk mengetahui hubungan prilaku pencegah dengan kejadian pedikulosis masyarakat di daerah
pontang

E.Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup KeilmuanPenelitian ini termasuk ke dalam lingkup ilmu Kesehatan Lingkungan .

2. Materi

Materi penelitian ini adalah tentang penyuluhan mengenai PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) terutama tentang personal hygiene kebersihan rambut untuk mengetahui pengetahuan
Masyarakat di daerah Pontang

3. Subyek

Subyek penelitian ini adalah Masyarakat daerah Pontang yang merupakan Penduduk Setempat

4. Lokasi

Lokasi penelitian ini adalah Pontang

5. WaktuPenelitian ini dilakukan pada tanggal ............... ( BELUM

F.Manfaat Penelitian

1 Bagi ilmu pengetahuan


Hasil penelitian ini dilakukan sebagai pengembangan dalam bidang ilmu infeksi penyakit kulit
dan bidang ilmu parasitologi khususnya penyakit pediculosis capitis dan sebagai bahan refisi
untuk penelitian selanjutnya.
2 Bagi peneliti

Menambah pengetahuan mangenai faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian pedicolusis
capitis di daerah pontang

3 Bagi masyarakat
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi masyarakat tentang faktor-faktor yang
berperan dalam penyebaran pediculosis capitissehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
penyakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Pediculosis Capitis

1.Definisi

Pediculosis capitis adalah penyakit kulit kepala akibat infestasi ektoparasit obligat (tungau/lice)
spesies Pediculus humanus var. Capitis yang termasuk famili Pediculidae,Parasit ini termasuk
parasit yang menghisap darah (hemophagydea)dan menghabiskan seluruh siklus hidupnya di
manusia.

B.Epidemiologi

Penyakit ini sering menyerang anak-anak,terutama berusia 3-11 tahun.Di Indonesia belum ada
angka yang pasti mengenai terjadinya infeksi Pediculosis capitis.Sedikit data yang bisa di
dapatkan angka kejadian tersebut di negara berkembang.Di Malaysia sekitar 11% anak umur 3-
11 tahun terinfeksi dan sekitar 40% di Taiwan.Sekitar 6 juta –12 juta estimasi anak kelompok
umur 3-11 tahun yang terkena penyakit tersebut di Amerika Serikat.

Penyakit ini lebih sering menyerang anak perempuan dikarenakan memiliki rambut yang panjang
dan sering memakai aksesoris rambut.Kondisihigiene yang tidak baik seperti jarang
membersihkan rambut juga merupakan penyebab terkena penyakit ini.Penyakit ini menyerang
semua ras dan semua tingkatan sosial,namun status sosio-ekonomi yang rendah lebih banyak
yang terkena penyakit ini.cara penularannya dapat langsung (rambut dengan rambut) atau
melalui perantara seperti topi,bantal,kasur,sisir,kerudung.

C.Etiopatogenesis

Pediculosis humanus var. capitismemiliki tubuh yang pipih dorsoventral,memiliki tipe mulut
tusuk hisap untuk menghisap darah manusia,badannya bersegmen segmen,memiliki 3 pasang
kakidan berwarna kuning kecoklatan atau putih ke abu-abuan.Tungau ini tidak memiliki
sayap,oleh karena itu parasit ini tidak bisa terbang dan penjalaran infeksinya harus dari benda
ataurambut yang saling menempel.Tungau memiliki cakar di kaki untuk bergantung di
rambut.Bentuk dewasa betina lebih besar dibandingkan yang jantan.Telur (nits)berbentuk
oval/bulat lonjong dengan panjang sekitar 0,8 mm ,berwarna putih sampai kuning kecoklatan
lurdiletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke
ujung terdapat telur yang lebih matang.

Tungauadalah ektoparasit obligat yang menghabiskan seluruh siklus hidupnya yaitu telur, larva,
nimfa dan dewasa di rambut dan kulit kepala manusia. Penelitian sebelumnya menyatakan
bahwa tungau ini hanya dapat bertahan hidup selama 1 sampai 2 hari jika tidak berada di rambut
atau kulit kepala manusia, lebih dari 95% orang yang terinfeksi penyakit terdapat tungau dewasa.

Tungau tersebut adalah jenis parasit penghisap darah.Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh
gigitan tungau dan garukan untuk menghilangkan rasa gatal.Gataltimbul karena pengaruh air liur
dan ekskresi tungau yang ikut masuk kedalam kulit kepala ketika tungau sedang menghisap
darah. Menurut beberapa penelitian tungau ini hanya dapat bertahan kurang dari 48 jam untuk
dapat hidup tanpa menghisap darah atau tidak berada di kulit kepala. Sedangkan telur nya dapat
bertahan sekitar1 minggubila tidak berada di rambut atau kulit kepala manusia.

D.Gambaran Klinis

Gejala utana dari manifestasi tungau kepala ialah rasa gatal, namun sebagian orang asimtomatik
dan dapat sebagai karier. Masa inkubasi sebelum terjadi gejala sekitar4-6 minggu.Tungau dan
telur(nits) paling banyak terdapat di daerah oksipital kulit dan retroaurikuler.

Tungau dewasa dapat ditemukan di kulit kepala berwarna kuning kecoklatan sampai putih
kea.bu-abuan,tetapi dapat berwarna hitam gelap bila tertutup oleh darah.Tungau akan berwarna
lebih gelap pada orang yang berambut gelap.Telur (nits) berada di rambut dan berwarna kuning
kecoklatan atau putih,tetapi dapat berubah menjadi hitam gelap bila embryo didalamnya mati.

Gigitan dari tungaudapat menghasilkan kelainan kulit berupa eritema,makula dan papula,tetapi
pemeriksa seringnya hanya menemukan eritema dan ekskoriasi saja.Ada beberapa individu yang
mengeluh dan menunjukkan tanda demam serta pembesaran kelenjar limfa setempat. Garukan
pada kulit kepala dapat menyebabkan terjadinya erosi,ekskoriasi dan infeksi sekunder berupa pus
dan krusta. Bila terjadi infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal akibat banyaknya pus dan
krusta.Keadaan ini disebut plica polonicayang dapat ditumbuhi jamur.

E.Diagnosis

Diagnosispasti pada penyakit pediculosis capitisadalah menemukan Pediculus humanus var.


capitisdewasa,nimfa,dan telur di kulit dan rambut kepala.Telur (nits) sangat mudah dilihat dan
merupakan marker yang paling efisien dalam mendiagnosis penyakit tersebut.

Penemuan tungau dewasa merupakan tanda bahwa sedang mengalami infeksi aktif,tetapitungau
dewasa sangat sulit ditemukankarena dapat bergerak sekitar 6-30 cm per menit dan bersifat
menghindari cahaya.Sisir tungau dapatmembantu menemukan tungau dewasa maupun nimfadan
merupakan metode yang lebih efektif daripada inspeksi visual. Tungau dewasa meletakkan telur
dirambut kurang dari 5mm dari kulit kepala,maka seiring bertumbuhnya rambut kepala,telur
yang semakin matang akan terletak lebih jauh dari pangkal rambut.Telur yang kecil akan sulit
dilihat,oleh karena itu pemeriksa memerlukan kaca pembesar.Telur-telur terletak terutama di
daerah oksipital kulit kepala dan retroaurikular.Ditemukannya telur bukanlah tanda adanya
infeksi aktif,tetapi apabila ditemukan 0,7 cm dari kulit kepala dapat merupakan tanda diagnostik
infeksi tungau.

Warna dari telur yang baru dikeluarkan adalah kuning kecoklatan.Telur yang sudah lama
berwarna putih dan jernih.1Untuk membantu diagnosis,dapat menggunakan pemeriksaan lampu
wood.Telur dan tungau akan memberikan fluoresensi warna kuning-hijau.

F.Pencegahan

Kutu kepala paling sering menyebar melalui hubungan langsung antar kepala (dari rambut ke
rambut).Meskipun demikian tungau dapat menyebar melalui pakaianatau aksesoris kepala yang
yang digunakan secara bersama.Resiko untuk tertular melalui karpet atau tempat tidur dimana
tempat tungau jatuh sangatlah kecil. Kutu kepala dapat bertahan kurang dari 1-2 hari jika mereka
tidak berada di rambut dan tidak mendapatkan makanan.Sedangkan telur dapat bertahan sekitar 1
minggu jika tidak berada di kelembapan dan temperatur yang sama dengan kulit kepala dan
rambut.

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat mencegah penyebaran penularan kutu kepala :

1.Menghindari adanya kontak langsung(rambut dengan rambut) ketika bermain dan beraktivitas
di rumah,sekolah, dan dimanapun.

2.Tidak menggunakan pakaian seperti topi, scarf, jaket,kerudung, kostum olahraga, ikat rambut
secara bersamaan.

3.Tidak menggunakan sisir, sikat, handuk secara bersamaan. Melakukan desinfeksi sisir dan
sikat dari orang yang terinfestasi dengan direndam di air panas (sekitar 130 F) selama 5-10
menit.

4.Mencuci dan menjemur pakaian, perlengkapantempat tidur, karpet, dan lain-lain.

5.Menyapu dan membersihkan lantai dan perabotan rumah tangga lainnya.

G.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Pediculosis Capitis

Faktor-faktor yang diduga berperan serta dapat mempengaruhi terjadinya Pedikulosis kapitis,
antara lain :

1.Usia

Anak-anak lebih sering terkena penyakit pedikulosis kapitis,terutama kelompok umur 3-11
tahun.

2.Jenis Kelamin

Menurut beberapa penelitian yang telah ada,anak perempuan lebih sering terkena penyakit
pediculosis capitis.Hal ini dapat dihubungkan bahwa anak perempuan hampir semuanya
memiliki rambut yang lebih panjang daripada anak laki-laki.Anak perempuan pun lebih sering
menggunakan sisir dan aksesoris rambut.
3.Menggunakan tempat tidur/bantal bersama

Tungau dewasa dapat hidup di luar kulit kepala selama 1-2 hari,sedangkan telurnya dapat
bertahan sampai seminggu. Apabila seseorang yang terkena infestasi pediculus humanus
var.capitisdan meletakkan kepala di suatu tempat,maka kemungkinan besar ada tungau dewasa
serta telur yang terjatuh.

4.Menggunakan sisir /aksesoris rambut bersama

Menggunakan sisir akan membuat telur bahkan tungau dewasa menempel pada sisir tersebut.
Apabila seseorang menggunakan sisir yang ada tungau atau telur yang hidup akan tertular,begitu
juga dengan aksesoris rambut seperti kerudung, bando dan pita.

5.Panjang rambut

Orang yang memiliki rambut panjang lebih sering terkena infestasi kutu kepala,hal ini
disebabkan lebih susah membersihkan rambut dan kulit kepala pada orang dengan rambut
panjang dibandingkan dengan rambut pendek.

6.Frekuensi cuci rambut

Seringnya mencuci rambut berhubungan dengan tingkat kebersihan rambut dan kulit kepala.Di
Amerika Serikat dimana mencuci kepala adalah kebiasaan rutin sehari-hari,orang yang
terinfestasi kutu kepala lebih sedikit, dibandingkan dengan daerah dan negarayang
masyarakatnya jarang mencuci rambut.
VARIABEL PERSONAL HYGNE
VARIABEL PENGETAHUAN
VARIABEL PENGGUNAAN ALAS TEMPAT TIDUR BERSAM
VARIABEL PANJANG PENDEK RAMBUT
VARIABEL JENIS KELAMIN

.
VARIABEL PERILAKU PENCEGAHAN
 
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VARIABEL
INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

1. Pengetahuan
Pediculosis
2. Personal hygne
Capitis
3. Pengguna alas/
tempat tidur
Bersama
4. Jenis kelamin
5. Faktor rambut
panjang
6. perilaku
pencegah

Definisi Operasional

Variable de Definisi oper Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
penden asional
Pediculosis Kutu kepala Wawancara Kuesioner d 0: jika ditemukan Ordinal
Capitis (Pediculosis tidak an lembar o telur nimfa/kutu
Capitis) langsung bservasi dewasa
merupakan 1.jika tidak ditemukan
penyakit telur nimfa/kutu
yang dewasa
disebabkan
ektoparasit
obligat
pemakan
darah
dikepala
manusia

No Variable in Definisi operasiona Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
dependen l
1. Pengetahua Pengetahuan Wawancara Kuesioner 0: kurang Ordinal
n adalah orang tidak google baik
Pediculosis melakukan langsung form 1: baik
Capitis pengindran
terhadap suatu
objek tertentu.
Pengindraan terjadi
melalui pancaindra
manusia. Sebagian
besar pengetahuan
manusia diperoleh
dari mata dan
telinga.
Pengetahuan atau
kognitif merupakan
domain yg sangat
penting untuk
terbentuknya suatu
tindak seseorang
2 Personal hy Personal hygiene Wawancara Kuesioner 0: Baik Ordinal
giene adalah perawatan tidak google apabila
diri sendiri yang langsung form personal
dilakukan untuk hygiene
mempertahankan pada orang
kesehatan baik sudah
secara fisik dilaksanaka
maupun psikologis n dengan
baik.
1:Kurang
baik apabila
personal
hygiene
pada orang
belum
dilaksanaka
n dengan
baik.

3 Pengguna Pernah tidur Wawancara Kuesioner 0: jika meng Ordinal


alas / menggunakan tidak google gunakan ala
tempat tempat langsung form s tidur bersa
tidur tidur,bantal,dan ma
bersama alas tidur seperti 1: : jika tida
karpet matras k mengguna
bersamaan dengan kan alas tid
orang lain. ur bersama
Ditentukan dengan
cara kuesioner
4 Jenis Jenis kelamin yg Wawancara Kuesioner 1. Ya Ordinal
kelamin dimaksud dalam tidak google 2. Tida
penelitian ini langsung form k
adalah jenis
kelamin murid laki
laki dan perempuan
-laki laki
-perempuan

5 Faktor Berdasarkan Wawancara Kuesioner 0: Baik,jika


rambut pengamatan yang tidak google responden Ordinal
panjang dilakukan oleh langsung form >nilai
peneliti tengah
menunjukkan
bahwa sebagian 1.. kurang
besar anak baik,Jika
perempuan prilaku
memiliki rambut
responden
yang panjang dan
dibiarkan terurai nilai tengah
tanpa diikat.
Menurut Akib et
al. (2017) hal ini
mempermudah
berkembang
biaknya
Pediculus humanus
var. capitis di kulit

0: kurang ba
6. Perilaku kepala Wawancara Kuesioner Ordinal
ik
pencegah tingkah laku tidak google
1: baik
seseorang dalam langsung form
melakukan
pencegahan
pediculis capitis

HO : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang pediculosis capitis dengan kejadian
pediculosiscapitis di daerah pontang
1. HO1: Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian pediculosis capitis di
daerah pontang
2. HO2: Ada hubungan personal hygiene dengan kejadian pediculosis capitis di daerah pontang
3.HO3: Ada hubungan alas/ tempat tidur bersama dengan kejadian pediculosis capitis di daerah
pontang
4. HO4: Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian pediculosis capitis di daerah
pontang
5. HO5 : Ada hubungan antara faktor tambut panjang dengan kejadian pediculosis capitis di
daerah pontang
6.: HO6 Ada hubungan antara perilaku pencegah dengan kejadian pediculosis capitis di daerag
pontang

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini bersifat deskkirptif analitik
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini variabel dependen
yaitu Pediculosis Capitis atau yang disebut jyga kutu rambut dan variabel Independen
yaitu Pengetahuan, Personal hygne, Pengguna alas/ tempat tidur Bersama, Jenis kelamin,
Faktor rambut Panjang, perilaku pencegah.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian di lakukan wilayah Pontang di sekitar warga nya Kota Serang,
Banten Tahun 2020
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian di laksanakan pada tanggal ......... bulan ........ tahun 2020
C. Populasi dan Sampel

1. PopulasiPopulasi
merupakan seluruh subjek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2015). Adapun populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat di Wilayah
Pontang Kota Serang, Banten yaitu sebanyak .... orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian obyek yang diambil dari keseluruhan obyek yang
diteliti yang dianggap mewakili keseluruhan nya , Sampel yang di gunakan kan
adalah Masyarakat di Daerah Pontang, Kota Serang, Banten. Tahun 2020.

Tabel 4.1
Rumus P1 dan P2
Pengetahuan penyakit Total
ya tidak
Ada (+) a b a +b
Tidak ada ( -) c d c+d
Total a+c b +d T

P1 = P2=
Setelah di dapat P1 dan P2 kemudian di hitung sampel minimal dengan rumus

Keterangan :
n: besar sampel minimal
: Nilai Z berdasarkan tingkat kesalahan 5 %
: Nilai z berdasarkan kuat uji 95%
: proporsi subjek terpapan pada kelompok beresiko
proposi subjek terpajan pada kelompok tidak beresiko

Tabel 4.2
Rumus P1 dan P2
Hasil Perhitungan Jumlah Sample Size
Berdasarkan Hasil Penelitian Sebelum nya
Variabel P1 P2 N Penelitian
sebelum nya
pengetahuan 0,72 0,29 27 Tri
Mohammad
Farhan
Hadi,2018
Tabel 4.3
Rumus P1 dan P2
Personal hygne penyakit Total
ya tidak
Ada (+) a b a +b
Tidak ada ( -) c d c+d
Total a+c b +d T

P1 = P2=
Setelah di dapat P1 dan P2 kemudian di hitung sampel minimal dengan rumus

Keterangan :
n: besar sampel minimal
: Nilai Z berdasarkan tingkat kesalahan 5 %
: Nilai z berdasarkan kuat uji 95%
: proporsi subjek terpapan pada kelompok beresiko
proposi subjek terpajan pada kelompok tidak beresiko

Tabel 4.4
Rumus P1 dan P2
Hasil Perhitungan Jumlah Sample Size
Berdasarkan Hasil Penelitian Sebelum nya
Variabel P1 P2 N Penelitian
sebelum nya
personal 0,73 0,35 35 Tri
hygne Mohammad
Farhan
Hadi,2108
Tabel 4.5
Rumus P1 dan P2

Penggunaan penyakit Total


alas/tempat tidur
bersama
ya tidak
Ada (+) a b a +b
Tidak ada ( -) c d c+d
Total a+c b +d T

P1 = P2=
Setelah di dapat P1 dan P2 kemudian di hitung sampel minimal dengan rumus

Keterangan :
n: besar sampel minimal
: Nilai Z berdasarkan tingkat kesalahan 5 %
: Nilai z berdasarkan kuat uji 95%
: proporsi subjek terpapan pada kelompok beresiko
proposi subjek terpajan pada kelompok tidak beresiko

Tabel 4.6
Rumus P1 dan P2
Hasil Perhitungan Jumlah Sample Size
Berdasarkan Hasil Penelitian Sebelum nya

Variabel P1 P2 N Penelitian
sebelum nya
penggunaan 0,77 0,19 14 Zakaria Aulia
alsa/tempat Rahman,2014
tidur bersama

Tabel 4.7
Rumus P1 dan P2
Panjang rambut penyakit Total
ya tidak
Ada (+) a b a +b
Tidak ada ( -) c d c+d
Total a+c b +d T

P1 = P2=
Setelah di dapat P1 dan P2 kemudian di hitung sampel minimal dengan rumus

Keterangan :
n: besar sampel minimal
: Nilai Z berdasarkan tingkat kesalahan 5 %
: Nilai z berdasarkan kuat uji 95%
: proporsi subjek terpapan pada kelompok beresiko
proposi subjek terpajan pada kelompok tidak beresiko

Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Jumlah Sample Size
Berdasarkan Hasil Penelitian Sebelum nya
Variabel P1 P2 N Penelitian
sebelum nya
panjang 0,91 0,3 9 Dita s,t 2016
rambut

Berdasar kan tabel 4.8 dari penelitian sebelumnya maka di dapatkan besar sampel
minimal sebayak 9 responden Namun jumlah sampelyang diambil di tambah 89
% dan jumlah sampel minimal 50 respoden
D. Metode Pengambilan Sampel

E. Metode Pengumpulan Data


1. Sumber Data
Data penelitian ada 2 berasal dari :
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang berdasarkan kuesioner terbadap sampel penelitian.
Pengumpulan data dengan metode kuesioner yang telah diuji validitas dan
reliabilitas. Pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan kuesioner dengan
metode Wawancara tidak langsung.
b. Data sekunder
Data sekunder diambil dari kepala desa kp. Pontang berupa data
jumlah warga setempat serta melihat dan melakukan penelitian adanya
kejadian pediculosis capitis disetiap warga.
2. Cara Pengumpulan
a. Data Pengumpulan
data dalam penelitian ini di lakukan dengan wawancara tidak langsung di
Masyarakat sekitar Pontang Serang,Banten
b. Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan alat Google From, untuk
mengetahui pengetahuan masyarakat Pengetahuan, Personal hygne, Pengguna
alas/ tempat tidur Bersama, Jenis kelamin, Faktor rambut Panjang,dan
perilaku pencegah.

A. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau

keshahian suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat (Arikunto, 2010)

 Jika nilai koefisien korelasi pearson dari suatu pertanyaan tersebut bahwa:
 jika Nilai r lebih besar dari nilai tabel maka pertanyaan tersebut valid Nilai r

lebih kecil dari nilai tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid

2. Uji Realibitas

Untuk mendapatkan data primer yang reliabel, maka alat ukur yang digunakan

dalam penelitian perlu dilakukan uji reabilitas. Reliabilitas adalah suatu instrumen

yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengtumpulan dan

karena instrumen tersebut sudab baik (Arikunto, 2010). Untuk menguji reliabilitas

dapat dilakukan dengan Alfa Cronbach dengan rumus sebagai berikut (Riwidikdo,

2010).

Keterangan :

 Jika Niiai alpha lebih dari r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.

 Nilai alpha nya kecil dari r tabel, maka pertanyaan tersebut tidak reliabel

B. Cara Pengolahan Data


Langkah dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan (Editting)
adalah setiap lembar kuesioner diperiksa untuk memastikan bahwa setiap pertanyaan
yang terdapat dalam daftar kersioner telab terisi semua.
2. Pemberian Code (Coding)
adalah pemberian kode pada setiap jawaban yang terkumpul dalam kuesioner untuk
memudahkan proses pengolahan data.
3. Processing data
adalah melakukan pemindahan atau pemasukan data dari kuesioner ke dalam
komputer untuk diproses menggunakan software statistik
4. Pembersihan Data (Cleaning)
adalah proses yang dilakukan setelah data masuk ke komputer, data akan diperiksa
apakah ada kesalahan atau tidak.
5. Tabulating
pada tahap ini jawaban responden yang sama dikelompokan dengan teliti dan teratur
lalu dihitung dan dijumlabkan, kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel.
C. Analisa Data

Pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodingan dan pemberian nilai (scoring) kemudian data
dimasukkan pada komputer dalam program SPSS windows ver. 21.0.dan dihitung frekuensinya
kemudian ditampilkan dalam tabel.

Data dianalisis secara univariat dan bivariat. Analisis univariat berupa distribusi data dan
nilai rata-rata serta simpang baku. Analisis bivariat berupa analisis keroelasi chi-
squaredan rasio prevalens.

Anda mungkin juga menyukai