Anda di halaman 1dari 36

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL

HYGIENE DENGAN KEJADIAN PEDICULUS HUMANUS


CAPITIS (KUTU KEPALA) YANG TERJADI PADA SISWA-SISWI
SEKOLAH DASAR NEGERI MUTIHAN KECAMATAN
BANGUNTAPAN,KABUPATEN BANTUL,
YOGYAKARTA TAHUN 2021

Usulan Penelitian

Diajukan oleh :

SHONIYA

14.18.4685

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2021
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE
DENGAN KEJADIAN PEDICULUS HUMANUS CAPITIS (KUTU
KEPALA) YANG TERJADI PADA SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR
NEGERI MUTIHAN KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN
BANTUL,

YOGYAKARTA TAHUN 2021

Usulan Penelitian

Diajukan oleh :

SHONIYA

14.18.4685

Yogyakarta, 02 Desember 2021

Telah disetujui oleh dosen pembimbing

pembimbing

Dr. Hariza Adnani, S.K.M., M.Pd., M.Kes

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...........................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................3
C. Batasan Masalah.....................................................................................3
D. Tujuan penelitian....................................................................................4
E. Manfaat Penelitian..................................................................................5
F. Keaslian Penelitian.................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................8
A. Landasan Teori.......................................................................................8
B. Kerangka Teori...........................................................................................22
C. Kerangka Konsep.................................................................................23
D. Hipotesis...............................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................25
A. Jenis Penelitian......................................................................................25
B. Populasi Dan Sampel Penelitian............................................................25
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian................................................................26
D. Variabel penelitian................................................................................26
E. Definisi Operasional.............................................................................26
F. Teknik Pengumpulan Data....................................................................29
G. Instrumen Penelitian..............................................................................29
H. Teknik Pengelolahan Data.....................................................................30
I. Uji validitas dan Realibilitas..................................................................30
J. Metode Analisis Data.............................................................................30
K. Keterbatasan penelitian..........................................................................31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu permasalahan kesehatan di masyarakat adalah
Pediculosis humanus capitis. Pediculosis humanus capitis merupakan
infeksi pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh serangga
ektoparasit obligat (Yousefi ,2012). Prevelensi penyakit Pediculosis
humanus capitis di dunia bervariasi. Hasil pemeriksaan didapat infestasi
Pediculosis human capitis pada perempuan lebih tinggi yaitu 87,1 %,
berdasarkan usia 6-12 tahun yaitu 65,9%, dan menurut karakteristik
rambut infestasi tertinggi ada pada rambut keriting sebesar 81,8 %
(Maryantie al.,2018).
Berdasarkan penelitian (Susi Damayanti ,2017) Di yogyakarta
menunjukkan angka prevalensi infestasi Pediculosis humanus capitis
sebesar 19,6 % pada siswa Sekolah Dasar (SD) di daerah pedesaan dan
12,3 % pada siswa Sekolah Dasar di daerah perkotaan. Sementara angka
kejadian yang ada masih jauh dari angka sesungguhnya karena banyak
penderita yang mengobati sendiri dan tidak melapor ke petugas kesehatan.
Kutu rambut (Pediculosis humanus capitis) adalah suatu parasit
yang terdapat pada rambut atau kepala manusia dan menghabiskan seluruh
siklus hidupnya di manusia (Stone,2012). Pediculosis humanus capitis
dapat meginfeksi secara cepat dengan kontak langsung ataupun tidak
langsung karena kutu rambut tersebut tidak bisa loncat maupun terbang.
Penyebaran berlangsung dengan cepat pada lingkungan yang padat
penduduk dan kurang baik (Yulianti,2014).
Pediculosis humanus capitis menyebabkan gatal dan iritasi dikulit
kepala karena kutu ini menghisap darah dikulit kepala,sementara rasa
gatal itu sendiri disebabkan saliva da fessesnya dan Kebiasaan menggaruk
yang terus-menerus dapat menyebabkan iritasi, luka, menganggu
konsentarasi serta infeksi sekunder.

1
Pediculosis humanus capitis ini banyak terjadi pada anak-anak
yang belum memperhatikan kebersihan diri terutama di negara
berkembang dan Pediculosis humanus capitis terdapat pula pada remaja
hingga orang-orang dewasa, namun hanya sebagian yang menderita
penyakit ini. Prevalensi Pediculosis humanus capitis pada usia sekolah di
Negara maju seperti belgia 8,9 %, Di negara berkembang seperti india
16,9 %, argentia 81,9 % (Alatas, 2013). Sementara di wilayah asia di
malaysia sekitar 11 % anak umur 3-11 tahun terinfeksi dan sekitar 40 % di
taiwan. Sedangkan indonesia sendiri belum ada data yang pasti pada
penyakit Pediculosis humanus capitis ini namun diperkirakan 15 % anak
di indonesia mengalami masalah kutu rambut . (Eliska, 2015).
Pediculus humanus capitis adalah suatu penyakit yang sering diabaikan
karena dianggap ringan, terutama dinegara dimana terdapat prioritas
kesehatan yang lebih serius. walaupun demikian penyakit ini telah
menyebabkan morbiditas yang signifikan diseluruh dunia. Beberapa faktor
yang membantu penyebaran infestasi Pediculosis human capitis adalah
tingkat pengetahuan, Personal Hygiene buruk, dan karakterristik individu
(umur, panjang rambut, dan tipe rambut) (Konturk et al, 3003; Yousefi
2012).
Kejadian infestasi P.humanus capitis pada anak perempuan lebih besar
dibandingkan anak laki-laki dan anak perempuan memiliki resiko sebesar
11,8 kali lipat dibandingkan anak laki-laki. P.humanus capitis pada anak
perempuan lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki (Nindia,
2016).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, perlu memperhatikan


personal hygiene, kondisi lingkungan, kepadatan hunian dan pengetahuan
tentang personal hygiene seperti cara membersihkan kamar tidur (bantal,
kasur harus dijemur dan selimut), membersihkan barang-barang pribadi
( sisir, ikat rambut maupun kerudung) dan pengetahuan tentang penyakit

2
Pediculosis human capitis untuk mencegah dan dapat diatasi mulai dari
diri sendiri.
Oleh karena itu peneliti tertarik mengambil hubungan tingkat
pengetahuan dan personal hygiene dengan kejadian pediculus humanus
capitis (kutu kepala) yang terjadi pada siswa-siswi sekolah dasar negeri
mutihan kecamatan banguntapan,kabupaten bantul, yogyakarta tahun
2021.
. Diperoleh sampel dari 10 siswa-siswi terdapat 6 siswi pernah
mengalami Pediculosis humanus capitis dan 4 siswa belum pernah
mengalami kutu kepala,dengan jumlah siswa-siswi keseluruhan Sekolah
Dasar Negeri Mutihan sebanyak 111 Siswa-siswi. yang dimana dari hasil
wawancara 6 orang siswi ini pernah mengalami pediculosis human capitis
karena tertular dari lingkungan terdekat ,baik teman hingga keluarga , serta
personal hygine dan tingkat pengetahuan mengenai Pediculosis human
capitis masih buruk karena kurangnya keterbukaan.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah “apakah terdapat
hubungan tingkat pengetahuan dan personal hygiene dengan kejadian
pediculus humanus capitis (kutu kepala) yang pernah terjadi pada siswa-
siswi sekolah dasar negeri mutihan kecamatan banguntapan,kabupaten
bantul, yogyakarta tahun 2021 ?”
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini dibatasi pada pembatasan:
 Tema Penelitian ini adalah : “hubungan tingkat pengetahuan dan
personal hygiene dengan kejadian pediculus humanus capitis (kutu
kepala) yang pernah terjadi pada siswa-siswi sekolah dasar negeri
mutihan kecamatan banguntapan, kabupaten bantul, yogyakarta
tahun 2021.
 Variabel bebas pada penelitian ini adalah Personal hygiene dan
tingkat pengetahuan terhadap Pediculosis human capitis (kutu
kepala manusia) yang terjadi pada siswa-siswi sekolah dasar

3
negeri mutihan kecamatan banguntapan, kabupaten bantul,
yogyakarta tahun 2021
 Variabel terikat pada penelitian ini adalah kejadian pediculus
humanus capitis (kutu kepala manusia) yang pernah terjadi pada
siswa-siswi sekolah dasar negeri mutihan kecamatan banguntapan,
kabupaten bantul, yogyakarta tahun 2021
 Lokasi penelitian dilakukan di perpustakaan sekolah dasar negeri
mutihan kecamatan banguntapan, kabupaten bantul, yogyakarta
tahun 2021.
 Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan
bulan Februari Tahun 2022.
D. Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan personal
hygiene dengan kejadian pediculus humanus capitis (kutu kepala) yang
terjadi pada siswa-siswi sekolah dasar negeri mutihan kecamatan
banguntapan, kabupaten bantul, yogyakarta tahun 2021.
B. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Personal hygiene pada siswa-siswi sekolah dasar
negeri mutihan kecamatan banguntapan, kabupaten bantul,
yogyakarta tahun 2021.
2. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pada siswa-siswi sekolah
dasar negeri mutihan kecamatan banguntapan, kabupaten bantul,
yogyakarta tahun 2021.
3. Mengidentifikasi kejadian Pediculosis humanus capitis yang
terjadi pada siswa-siswi sekolah dasar negeri mutihan kecamatan
banguntapan, kabupaten bantul, yogyakarta tahun 2021.
4. Menganalisis Hubungan personal hygiene dan tingkat pengetahuan
dengan kejadian Pediculosis humanus capitis yang pernah terjadi
pada siswa-siswi sekolah dasar negeri mutihan kecamatan
banguntapan, kabupaten bantul, yogyakarta tahun 2021.

4
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah:
 Bagi Siswa-Siswi
Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi siswa-siswi dan pengurus
sekolah dasar dalam mencegah penularan Pediculosis human capitis
baik yang belum terjadi maupun per nah terjadi dilingkungan sekolah.
 Bagi Pengurus Sekolah Dasar
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi tentang faktor-
faktor yang berperan dalam penyebaran pediculosis humanus capitis
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan.
 Bagi peneliti
Menambah pengetahuan mengenai hubungan personal hygiene dan
tingkat pengetahuan dengan kejadian pediculosis human capitis yang
pernah terjadi pada siswa-siswi sekolah dasar negeri mutihan
kecamatan banguntapan, kabupaten bantul, yogyakarta tahun 2021.
 Bagi Stikes Surya Global
Menambah bahan perpustakaan Stikes Surya Global Yogyakarta
tentang hubungan personal hygiene dan tingkat pengetahuan dengan
kejadian pediculosis human capitis yang pernah terjadi pada siswa-
siswi sekolah dasar negeri mutihan kecamatan banguntapan, kabupaten
bantul, yogyakarta tahun 2021.

5
F. Keaslian Penelitian
N Nama Peneliti Judul Hasil Perbedaan Persamaan
o Penelitian
1 Tri Mohamad Hubungan Penelitian Variabel
Ada hubungan
Farhan,prodi Personal dilakukan di bebas
antara personal
kesehatan hygiene dan pondok dalam
hygiene dengan
masyarakat, tingkat pesantren penelitian
kejadian pediculosis
Stikes Bhakti pengetahuan Ma’hadul adalah
humanus capitis(p-
Husada Mulia dengan Muta’alimin personal
value 0,010 dan
Madiun,2018 kejadian dan hygiene
RP= 3,954 >1).Ada
pediculosis dilakukan dan
hubungan antar
humanus pada santri tingkat
hubungan tingkat
capitis di yang sedang pengetah
pengetahuan dengan
Pondok memiliki uan.
kejadian pediculosis
Pesantren kutu kepala. Variabel
humanus capitis (p-
Ma’hadul terikat
value = 0,006 dan
Muta’alimin adalah
Nilai RP =
di kejadian
5.316>1.)
kecamatan Pediculo
widodaren, sis
kabupaten humanus
ngawi pada capitis.
tahun 2018
2 Annisa Hubungan menunjukkan Dilakukan Metode
Anggraini1 , Tingkat bahwa tidak ada di panti penelitian
Qaira Pengetahua hubungan antara asuhan. berupa
Anum,Machdawa n dan tingkat pengetahuan survei
ty ,Masri Personal mengenai analitik
Wira Husada Hygiene pedikulosis kapitis cross
Sumatera terhadap terhadap kejadian sectional
Barat,2016 Kejadian pedikulosis kapitis

6
Pedikulosis dengan nilai
Kapitis pada p=0,126 dan tidak
Anak Asuh ada hubungan
di Panti antara personal
Asuhan hygiene terhadap
Liga kejadian pedikulosis
Dakwah kapitis dengan nilai
Sumatera p = 0,548.
Barat, pada
tahun 2016.
3 Yulinda Hubungan Analisis Sama-sama
Ada hubungan
Yogi Saputri, Personal data penelitian
personal hygiene
Universitas Hygiene menggunaka ini
dengan kejadian
Aisyiyah dengan n uji dilakukan
pediculosis
Yogyakarta, kejadian kendall tau. di sekolah
humanus capitis
2017. Pediculosis dasar.
pada anak usia
human
sekolah di
capitis pada
SD Negeri 1
anak usia
Bendungan,kabupat
sekolah di
en temanggung
SD Negeri 1
Bendungan
Kabupaten
Temanggun
g.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Personal Hygiene
1) Definisi personal hygiene
Hygiene adalah ilmu penegetahuan Mengenai kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan. Sedangkan personal hygiene berasal dari
bahasa yunani yang berarti personal atau perorangan dan hygiene
artinya sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Personal hygiene merupakan kegiatan membersihkan seluruh
bagian tubuh yakni wajah, rambut, tubuh, kaki, dan tangan
(UNICEF,2012). adanya penjagaan personal hygiene maka
penyakit kutu kepala dapat dicegah dan dapat diatasi penularannya.
2) Tujuan Personal Hygiene
Tujuan dari Personal Hygiene yaitu untuk menjaga kebersihan
diri dan mencegah terjadinya infeksi pada kulit kepala akibat kutu
kepala. Personal Hygiene bukan hanya sekedar bersih namun
mencakup banyak kegiatan yang mampu menjadikan seseorang
bersih dan sehat. Dengan menjaga kebersihan,siswa tidak akan
menyebarkan kuman pada orang lain (YUFA,2010).
3) Jenis-Jenis Personal hygiene
Jenis-jenis tindakan personal hygiene menurut Potter dan Perry
(2012) mencakup antara lain :
a. Kebersihan kulit

8
Kesehatan kulit tidak terlepas dari kebersihan
lingkungan, makanan yang di konsumsi serta kebiasaan
hidup sehari-hari. Hal yang perlu diperhatikan dalam
memelihara kebersihan kulit yaitu:
a) Memegang barang-barang keperluan sehari-hari
milik sendiri.
b) Menjaga kebersihan pakaian.
c) Mandi minim 2 kali sehari.
d) Mandi pakai sabun.
e) Memakai handuk.
f) Makan yang bergizi terutama sayur dan buah.
g) Menjaga kebersihan lingkungan.

b. Kebersihan rambut
Karakter rambut diperhatikan dalam kaitan dengan
kejadian pediculosis humanus capitis.yakni:
a) Ketebalan rambut yakni tebal,tipis atau sedang.
b) Jenis rambut lurus, gelombang, atau keriting.
c) panjang rambut yaitu pendek(kurang dari bahu),
panjang (melewati bahu) atau sedang (pas tepat
sampai bahu).
Ada beberapa tips agar terhindar dari pediculosis capitis
menurut Martin (2010) adalah:
a) Mencuci rambut 2 atau 3 kali dalam sehari.
b) Memijat kepala agar sirkulasi darah lancar.
c) mencuci sisir rambut dan menggunakan secara
rutin.
d) rambut diberikan pelembab tiap 2 hari sampai 7-10
hari kemudian disisr dan ditampung menggunakan
tisu putih. penggunaan pelembab rambut mampu
membius kutu sekitar 20 menit meskipun tidak

9
sampai membunuhnya.sisir kutu akan mengangkat
telur kutu dan kutu yang lemas.
e) Kemudian rambut dikeringkan menggunakan
handuk kering dan disisir.
c. Perawatan mulut
Perawatan mulut salah satu personal hygiene yang
membantu mempertahankan kebersihan mulut,gusi dan
bibir dengan cara sebagai berikut:
a) Menggosok gigi secara benar dan teratur setiap hari.
b) menghindari makanan yang merusak gigi.
c) membiasakan memakan buah-buahan yang
menyehatkan gigi.
d) memakai sikat gigi sendiri.
e) memeriksa gigi secara teratur.
d. Kebersihan mata
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara
kebersihan mata antara lain:
a) Membaca buku tidak terlalu dekat ataupun jauh
namun sesuai dengan jarak normal yaitu 30 cm.
b) Membaca ditempat yang terang.
c) Istirahat teratur dan cukup.
d) Memakai peralatan pribadi dan bersih.
e) Memelihara kebersihan lingkungan agar tidak
merusak pandangan mata.
e. Kebersihan telinga
Hal-hal yang diperlukan dalam menjaga kebersihan
telinga yakni:
a) Membersihkan telinga dengan teratur.
b) Jangan menggorek kuping dengan benda tajam.
f. Kebersihan tangan,kaki, dan kuku

10
Dalam membersihkan tangan, kaki, dan kuku
diperlukan perhatian khusus agar tidak terjadi bau,
infeksi pada jaringan. yaitu dengan cara :
a) Mencuci tangan sebelum makan.
b) Memotong kuku jika kuku terlihat panjang dan tidak
bersih.
c) Menjaga kebersihan lingkungan.
d) Mencuci kaki sebelum tidur.
g. Kebersihan Pakaian
Pakaian berguna dalam melindungi kulit dari
sengatan matahari dan kotoran yang berasal dari
luar.pakaian juga menyerap kotoran dan keringat
selama kita beraktifitas. tidak hanya itu, pakaian
berfungsi untuk membantu mengatur suhu tubuh dan
mencegah masuknya bibit penyakit (Maryunani,2013).
2. Pengetahuan
1) Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu.Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari panca indra mata dan telinga. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya suatu tindakan seseorang (Over behavior)
(Notoatmodjo,2010).

2) Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo ( 2010 ) menjelaskan tingkat pengetahuan
dalam domain kognitif terbagi menjadi 6 tingkatan yakni:
a. Tahu
Tahu artinya mengingat suatu materi yang sudah
dipelajari sebelumnya. termasuk mengingat kembali suatu
yang spesifikasi dari seluruh bahan yang dipelajari. antara

11
lain yaitu: menyebut, mendefinisikan, atau menyatakan.
contohnya seorang mampu menyatakan pengertian
Pediculosis humanus capitis dengan baik.
b. Memahami
Memahami artinya kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, orang yang sudah
paham terhadap objek atau materi yang dijelaskan, contoh:
dapat menjelaskan tentang manfaat melakukan penanganan
pengobatan Pediculosis humanus capitis dengan benar.
c. Aplikasi
Kemampuan untuk menggunakan materi yang
pernah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
aplikasi sendiri artinya sebagai penggunaan hukum, metode,
rumus, dan lain sebagainya. contohnya ; cara melakukan
kebersihan rambut dengan keramas secara baik agar
pediculosis capitis dapat dicegah dan tidak menular.
d. Analisis
Analisis artinya kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,
tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tertentu, dan
masih ada kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan ini
dilihat dengan kata kerja seperti menggambarkan,
mengelompokkan, membedakan, memisahkan dan
sebagainya. Contohnya; menganalisis tentang manfaat
melakukan pencegahan pediculosis humanus capitis.
e. Sintesis
Sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam
bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya menyusun,
merencanakan, atau meringkas teori tentang pediculosis
humanus capitis.

12
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan penilaian terhadap
suatu materi atau objek. misalnya; dapat membandingkan
antara anak yang terkena pediculosis humanus capitis dan
yang tidak. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden ke
dalam pengetahuan . Hal ini disesuaikan dengan dengan
tingkat yang ada (Notoatmodjo, 2010).
3. Pediculus Capitis
1) Pengertian
Kutu rambut (Pediculus humanus capitis) merupkan parasit
yang terdapat pada rambut atau kepala manusia dan
menghabiskan seluruh siklus hidupnya pada manusia. Pediculus
humanus capitis dapat menginfeksi manusia secara cepat dengan
kontak langsung maupun tidak langsung karena Pediculus
humanus capitis tersebut tidak dapat terbang maupun melompat
tapi merayap. Penyebaran berlangsung dengan cepat pada
lingkungan yang kurang baik (Yulianti dkk, 2014).
Pedikulosis kapitis adalah infeksi kulit kepala manusia
yang disebabkan oleh kutu rambut (Pediculus humanus capitis)
(Fadilah, 2015).

2) Epidemiologi
Pediculosis humanus capitis banyak terdapat pada anak-
anak yang belum terlalu memperhatikan kebersihan diri. Di
beberapa negara yakni Amerika Utara dan Selatan, Asia, Eropa
dan Australia tercatat sejak pertengahantahun 1960 an adanya
peningkatan infestasi kutu kepala tiap tahunnya. Demikian pula
di negara berkembang. dan pediculosis humanus capits terdapat

13
pada remaja maupun orang-orang dewasa namun hanya
sebagian yang memiliki penyakit ini.
Pediculosis humanus capitis sering menyerang anak
perempuan karena memiliki rambut yang panjang dan sering
memakai asesoris rambut (Moradi, 2009). tidak hanya itu,
kondisi hygiene yang buruk merupakan salah satu faktor resiko .
Penyakit ini menyerang semua usia, ras, dan tingkat sosial, akan
tetapi, penyakit ini banyak menyerang pada orang yang
berstatus ekonomi rendah. Penularan penyakit dapat melalui
kontak langsung maupauan tidak langsung atau prantara sisir,
bantal, kasur, jilbab, dan kuncir rambut.(Rachman, 2014).

3) Morfologi
a. Telur
Telur kutu yang disebut nits, berbentuk silinder putih oval
(panjang 1/16 inci). Telur kutu biasanya menempel pada
rambut dekat kulit kepala.Daerah favorit bagi betina untuk
meletakkan telur mereka adalah di dekat telinga dan belakang
kepala. Kutu betina dapat memproduksi 6 – 7 telur (nits) per
hari dan total 50 sampai 100 telur selama hidup mereka,
normalnya telur akan menetas dalam 7 sampai 11 hari (Sari,
2016).

14
Gambar 2.1 Telur kutu rambut (Pediculus humanus capitis)
(Sari, 2016)

b. Nimfa
Setelah menetas, nimfa atau kutu muda akan segera mencari
makan. Jika dalam 24 jam tidak makan, nimfa tidak akan
bertahan hidup. Nimfa perlu waktu 10 sampai 12 hari untuk
menjadi kutu dewasa dengan ukuran 1,8 inci (Sari, 2016).
c. Kutu Rambut Dewasa
Kutu rambut dewasa memiliki tubuh berukuran kecil 3-4
mm, bertubuh pipih berwarna putih keabu-abuan, memiliki
tiga pasang kaki yang berkuku atau cakar, bersegmen, tidak
memiliki sayap, pada bagian kepala memiliki sepasang
antena serta sepasang mata, dan mulut kutu berbentuk
probosis. Tubuh kutu rambut dewasa terdiri atas bagian yaitu
kepala, toraks dan abdomen. Bagian kepala berbentuk
mengerucut dan memiliki antena pendek berbentuk filiform
dengan lima segmen. Mata majemuk biasanya kurang
berkembang dan bahkan tidak ada. Bagian mulut
termodifikasi menonjol terdiri atas tiga bagian yang berasal
dari fusi rahang atas (moxillary). Toraks berbentuk kecil dan
menyatu, sedangkan abdomen memiliki sembilan segmen.

15
Tiga pasang kaki yang berkembang dengan baik yang terdiri
dari coxa, trochanter, femur, tibia, dan tarsus. Pada ujung
tarsus berbentuk seperti cakar untuk mengenggam pada
rambut. Kutu mampu bergerak dengan kecepatan hingga 23
cm per menit, namun tidak mampu terbang ataupun
melompat (Nindia,2016).
Kutu betina dewasa akan meletakkan telur-telurnya pada
batang rambut menggunakan perekat. Telur-telur ini
berwarna seperti lemak dan sukar dilihat tetapi setelah
menetas dalam waktu kurang lebih 7-12 hari telur-telur yang
sudah kosong akan lebih mudah terlihat serta pada bagian
ujung posterior abdomen kutu jantan menonjol sedangkan
tuma betina melekuk ke dalam (Hidajati, 2016).

Gambar 2.2 Kutu rambut betina dewasa


(Hidajati, 2016).
Waktu pertumbuhan sejak telur diletakkan sampai menjadi
dewasa rata-rata 18 hari, sedangkan kutu kepala dewasa dapat
hidup selama 27 hari (Fadila, 2015).
4) Siklus

16
Pediculus humanus capitis dapat diketahui dengan
mempelajari siklus hidup Pediculus humanus capitis yang
dimulai dengan adanya peletakan telur yang ditempelkan pada
rambut kepala. Kutu menjalani proses metamorfosis yang tidak
sempurna, yaitu telur, nimfa dan individu dewasa. Sesudah 3-4
hari, telur menetas menjadi nimfa, mengalami tiga kali
pengupasan kulit, dan menjadi kutu dewasa. Dua puluh empat
jam sesudah terjadi perkawinan kutu jantan dan betina, kutu
betina akan meletakkan telur sebanyak 7–10 telur (nits) setiap
hari. Lama hidup Pediculus humanus capitis dapat mencapai
30 hari dan hidup dengan mengisap darah manusia. Pediculus
humanus capitis tidak dapat hidup tanpa darah dalam waktu
15-20 jam. Nimfa dan kutu dewasa mengisap darah dan dalam
proses ini penderita akan merasa gatal sehingga menggaruk
kepala. Kaki Pediculus humanus capitis didesain untuk
mengcengkeram rambut dan dapat berjalan 2–3 cm permenit.
Pediculus humanus capitis biasanya hanya dapat hidup 1–2
hari diluar kepala sedangkan telurnya dapat bertahan hingga 10
hari (Sari, 2017).

17
Gambar 2.3 Siklus hidup Pediculus capitis
(Sari, 2017).
5) Dampak Kutu Rambut (Pediculus humanus capitis)
Masa inkubasi penderita kutu rambut sekitar 4-6 minggu,
gejala awal yang timbul pada penderita kutu rambut adalah rasa
gatal pada bagian kulit kepala. Rasa gatal yang timbul
disebabkan oleh air liur yang masuk ke kulit kepala saat kutu
mengisap darah dan menyebabkan kontaminan dari kotoran kutu
rambut terhadap luka yang ada di kulit kepala (Hardiyanti,
2015).
Rasa gatal pada kulit kepala akan menyebabkan penderita
menggaruk kulit kepala, kebiasaan menggaruk yang intensif
dapat menyebabkan iritasi luka, serta infeksi sekunder dan juga
dapat mengalami anemia tidak hanya itu penderita kutu rambut
yang berat akan mengakibatkan munculnya penyakit Relapsing
fever yaitu penyakit yang disebabkan proses garukan pada kulit
kepala sehingga munculnya luka dan mengakibatkan infeksi
pada kulit kepala sehingga tubuh penderita mengalami demam
yang berulang dan diselingi periode tanpa demam (Momcuglu,
2012).
Keberadaan kutu kepala juga dapat menimbulkan gangguan
emosional, menimbulkan masalah dalam status sosial serta
menganggu kemampuan belajar baik pada anak maupun orang
dewasa. Infeksi kutu kepala juga dapat menyebabkan
kekurangan zat besi dan anemia. Pada anak yang terinfeksi kutu
dewasa sekitar 30 ekor dapat kehilangan darah sekitar 0.008 ml
perhari (Nindia, 2016).

18
Gambar 2.4 Tampak telur kutu yang menempel pada bagian
rambut (Nindia, 2016)

6) Faktor resiko Kutu Rambut (Pediculus capitis) :


a. Usia
Anak-anak lebih cenderung rentan terhadap
penyakit kutu rambut terutama pada usia pra-sekolah 3-11
tahun, hal ini dikarenakan anak-anak belum dapat mandiri
dalam menjaga kebersihan diri terutama kebersihan kulit
kepala.
b. Jenis Kelamin
Perempuan lebih rentang terkena kutu rambut hal
ini diakibatkan karena perempuan memiliki rambut yang
lebih panjang dari pada laki-laki dan perempuan senang
menggunakan asesoris rambut.
c. Penggunaan Barang Pribadi Secara Bergantian
Penggunaan barang pribadi secara bergantian
berdampak pada penularan kutu rambut yang lebih tinggi
dari pada yang tidak menggunakan barang pribadi secara

19
bergantian, barang pribadi yang di maksut seperti halnya
sisir, handuk, bantal, dan asesoris rambut.
d. Frekuensi Cuci Rambut
Apabila intensitas mencucui rambut lebih sering
maka kebersihan kulit kepala dan rambut akan terjaga
sehingga tidak akan menderita kutu rambut namun di
negara berkembang masih banyak yang jarang untuk
mencuci rambut sehingga rentan terkena kutu rambut.
Mencuci rambut yang benar minimal satu minggu satu kali.
e. Panjang Rambut
Seseorang yang memiliki rambut panjang sulit
membersihkan dibandingkan rambut pendek. Oleh karena
itu sedikit sekali rambut pendek terkena penyakit kutu
kepala ini.

f. Ekonomi
Dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah membuat
munculnya infestasi kutu rambut karena apabila memiliki
ekonomi yang rendah kemungkinan memiliki tingkat
pendidikan yang rendah juga dapat terjadi hal ini berakibat
kurang sadarnya akan menjaga kebersihan diri sendiri dan
lingkungan.
g. Bentuk Rambut
Kutu rambut dewasa cenderung tidak suka pada jenis
rambut keriting hal ini terjadi karena kutu dewasa akan
kesulitan meletakkan telur kutu pada jenis rambut keriting
sehingga banyak masyarakat terutama di negara Afrika
yang jarang terkena kutu rambut (Hardiyanti, 2015).
7) Diagnosa

20
Diagnosis pasti pada penyakit ini adalah ditemukannya
parasit Pediculus humanus capitis dewasa, nimfa, atau telur
di kulit dan rambut kepala. Adanya Pediculus humanus
capitis dewasa merupakan tanda bahwa sedang mengalami
infeksi aktif. Cara untuk menemukan Pediculus humanus
capitis dewasa maupun nimfa dapat dilakukan dengan
penyisiran serit yang merupakan metode yang lebih efektif
dari pada inspeksi visual. Berikut cara melakukan
pemeriksaan dengan menggunakan sisir bergigi halus (Sari,
2017) :

a. Basahi rambut.
b. Letakkan selembar kertas putih atau handuk polos putih
dibawah kepala.
c. Sisir rambut dengan sisir bergigi halus.
d. Amati kutu yang jatuh.
e. Gunakan pencahayaan yang baik untuk mempermudah
melihat parasit dengan ukuran kecil.

8) Pencegahan Kutu Rambut (Pediculus humanus capitis).


Terdapat dua metode pencegahan yaitu mencegah penularan
langsung dan tidak langsung. Pencegahan langsung adalah
dengan cara menghindari adanya kontak langsung rambut
dengan rambut orang lain ketika bermain dan beraktivitas
dirumah, sekolah, dan dimanapun. Sedangkan metode
pencegahan penularan tidak langsung adalah sebagai berikut :
a. Tidak menggunakan pakaian seperti topi, scarf, jaket,
kerudung, kostum olahraga, ikat rambut secara
bersamaan.
b. Tidak menggunakan sisir, sikat, handuk secara
bersamaan. Apabila ingin memakai sisir atau sikat dari

21
orang yang terinfeksi dapat melakukan desinfeksi sisir
dan sikat dengan cara direndam di air panas sekitar 130 F
selama 5-10 menit.
c. Mencuci dan menjemur pakaian, perlengkapan tempat
tidur, karpet, dan barang-barang lain. Menyapu dan
membersihkan lantai dan perabotan lainnya (Fadilah,
2017).

Umur

B. Kerangka Teori Jenis Kelamin

Tingkat Pendidikan
Host
Riwayat Kontak
Personal hygiene:

 Kebersihan Kulit
 Kebersihan Rambut
 Kebersihan Pakaian

Pengetahuan

Agent Pediculosis Capitis Kejadian Pediculosis

Penggunaan tempat
tidur secara
Enviroment
bersama

Kepadatan hunian
22
Gambar 2.5 Kerangka Teori

Sumber : Teori Segitiga Epidemiologi (Notoatmodjo,2011)

23
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamanati (diukur)
melalui penelitian yang dimaksud (Notoarmodjo, 2012). Sebagaimana
tujuan pustaka yang diuraikan dan kerangka teori yang sudah ada di bab
sebelumnya. Ada beberapa faktor resiko yang terdapat di dalam kerangka
teori dihilangkan, maka dalam penelitian ini dibuat kerangka konsep
penelitian yaitu:
Variabel bebas

Personal hygiene :

 Kebersihan kulit
 Kebersihan rambut
 Kebersihan pakaian

Kejadian
Pediculosis Capitis

Tingkat pengetahuan
tentang Pediculosis Capitis

Gambar 2.6 : Kerangka Konsep

Sumber : (Penelitian Tri Muhammad Farhan Hadi

Prodi Kesehatan Masyarakat, Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2018 )

24
D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan


masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sumber : Buku Metopen , Prof. Dr.
Sugiono). Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Ha : Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian


pediculosis capitis di sekolah dasar negeri mutihan.
2. Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
pediculosis capitis di sekolah dasar negeri mutihan.

25
BAB III

METODE PENILITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik yaitu
penelitian tersebut bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel
menurut ( Notoatmodjo 2012 ). Survey analitik adalah survey yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi.
Desain penilitian yang digunakan adalah metode penelitian analitik
cross sectional. Menurut ( Notoatmodjo 2012 ) desain cross sectional
yaitu suatu penelitian untuk memepelajari dinamika korelasi antara
hubungan personal hygiene dan tingkat pengetahuan dengan kejadian
pediculosis capitis melalui pendekatan, observasi atau pengumpulan data
( Notoatmodjo,2012 )
Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui terkait Personal
hygiene dan tingkat pengetahuan dengan kejadian pediculosis capitis Di
Sekolah Dasar Negeri Mutihan, Kecamatan banguntapan, Kabupaten
bantul Yogyakarta.

B. Populasi dan Sampel Penelitian


a) Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan yang terdiri dari obyek atau subyek
yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulan ( Wiratna,
2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi
sekolah dasar negeri mutihan, kecamatan banguntapan, kabupaten
bantul dengan jumlah 111 siswa-siswi.

b) Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
penelitian ini sampelnya adalah sebagian siswa-siswin sekolah dasar
negeri mutihan kecamatan banguntapan, kabupaten bantul,dengan
jumlah 50 siswa-siswi. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah
non probabilty sampling dengan jenis total sampling yaitu seluruh
populasi diambil untuk dijadikan sebagai sampel ( Nursalam 2008).

26
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di sekolah dasar negeri mutihan
kecamatan banguntapan, kabupaten bantul, Kota Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksankan pada bulan desember 2021.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu hal berbentuk apa saja yang


ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, dan kemudian di tarik kesimpulan (Sugiono (2000)
dalam sujarweni (2014)). Variabel dalam penelitian ini ada 2 yaitu :

1. Variabel Bebas dalam penelitian ini ( Independent ): personal


hygiene dan tingkat Pengetahuan pediculosis capitis.
2. Variabel Terikat dalam penelitian ( Dependent): Kejadian
pediculosis capitis.

E. Definisi Operasional
Adalah uraian tentang batasan variabel atau tentang apa yang diukur
oleh variabel yang bersangkutan (Notoadmodjo,2012).

27
Tabel 3.1 Definisi Operasional.

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor


Operasional Data
Personal Personal hygiene Menurut potter dan perry Wawancara Nominal 0=kurang baik
hygiene merupakan (2012), untuk menjaga mendalam 1= baik
kegiatan kebersihan dan kesehatan -baik= apabila
membersihkan seseorang yaitu: Personal
seluruh bagian  Kebersihan kulit. hygiene
tubuh yakni wajah,  Kebersihan rambut. disekolah dasar
rambut, tubuh,  kebersihan pakaian. negeri mutihan.
kaki, dan tangan Dengan
(UNICEF,2012). penilaian,
Baik >50%
0=kurang baik
apabila
personal hygine
nelum
dilaksanakan
ddengan baik di
sekolah dasar
negeri
mutihan.Dengan
penilaian
Kurang ≤ 50

28
Pengetahuan Pengetahuan Meliputi tentang Test Nominal Pemberian skor
Pediculosis adalah hasil tahu, pengetahuan: kosioner
capitis. terjadi setelah - Pengertian pengetahuan Benar= 1
orang melakukan - Notoatmodjo ( 2010 ) Salah= 0
pengindraan menjelaskan tingkat Dengan
terhadap suatu pengetahuan meliputi: penilaian
objek tertentu.  Tahu Baik ≥ 50%
Pengetahuan atau  memahami Buruk < 50%
kognitif  aplikasi (Sumyoto,
merupakan domain  analisis Danang, 2013
yang sangat  sintesis
penting untuk  evaluasi
terbentuknya suatu
tindak sseorang
( Ovent behavior)
(Notoatmodjo,
2010).
Pediculosis Pedikulosis kapitis Positif: jika terdapat Observasi Nominal Ditemukan
capitis. pediculosis capitis dewasa, dan adanya telur,
adalah infeksi kulit
telur, nimfa atau kutu Konsioner nimfa atau kutu
kepala manusia dewasa di rambut kepala dewasa
dengan serit. 0 = positif
yang disebabkan
1 = negatif
oleh kutu rambut Negatif : jika tidak
ditemukan pediculosis
(Pediculus
capitis dewasa, telur, nimfa,
humanus capitis) atau kutu dewasa di rambut
kepala dengan serit.
(Fadilah, 2015).

29
30
F. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber data penelitian, meliputi :

1. Data Primer
Data Primer diperoleh langsung dari hasil studi pendahuluan oleh
peneliti secara langsung pada siswa-siswi sekolah dasar negeri
mutihan. dengan wawancara meliputi: (kebersihan rambut, kulit dan
pakaian dan tingkat pengetahuan sisiwa siswi .
2. Data Tersier
Data tersier pada penelitian ini adalah berdasarkan penelitian (Susi
Damayanti ,2017) Di yogyakarta menunjukkan angka prevalensi
infestasi Pediculosis humanus capitis sebesar 19,6 % pada siswa
Sekolah Dasar (SD) di daerah pedesaan dan 12,3 % pada siswa
Sekolah Dasar di daerah perkotaan.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah fasilitas yang digunakan oleh


penelitidalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan
hasilnya lebih baik (cermat, lengkap, dan sistematis ) sehingga lebih
mudah diolah ( Saryono 2011 ) . instrumen dalam penelitian ini
wawancara, tes, observasi dan konsioner.

1. Wawancara mendalam
Wawancara pada penelitian ini dilakukan di perpustakaan
sekolah dasar negeri mutihan yang tertuju pada siswa siswi kelas 5
dan 6, bertujuan untuk menanyakan permasalahan yang diharapkan
peneliti.
2. Observasi
Observasi berupa pengamatan dan pencatatan sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian ( Sujarweni,
2014).Alat yang digunakan dalam melakukan observasi dengan
cara Check list : Daftar pengecek, berisi subjek dan identitas dari
sasaran pengamatan.
3. Kuesioner
Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
para responden untuk dijawab. (Sujarweni 2014).

31
H. Teknik Pengolahan Data
Kegiatan dalam pengolahan data meliputi editing, coding,
entry,cleaning, dan tabulating ( Notoatmodjo, 2012 ).
1. editing, memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,
konsisten maupun kesalahan antar jawaban pada konsioner.
2. coding, memberikan kode-kode untuk memudahkan proses
pengolahan data.
3. entry, memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.
4. cleaning, mengecek kembali data yang sudah dimasukkan untuk
melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
kode, kelengkapan, dan kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.
5. tabulating, yang mengelompokkan data sesuai variabel yang akan
diteliti dan memudahkan analisis data.

I. Uji Validitas dan Reabilitas


1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur yang diukur. untuk mengetahui konsioner
yang sudah dibuat peneliti tersebut mampu mengukur apa yang
hendak diukur peneliti, maka perlu dilakukan uji korelasi antara
nilai tiap-tiap pertanyaan dengan skors total koesioner tersebut
( Notoatmodjo 2012).Uji validitas dilakukan di sekolah dasar
Negeri Mutihan sebanyak 50 Responden.
2. Uji Realibilitas
Realibilitas yaitu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dapat dipercaya atau diandalkan.

J. Metode Analisis Data

Analisis data dapat bertujuan untuk memperoleh gambaran dari


hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian,
membuktikan hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dan memperoleh
kesimpulan secara umum dari penelitian yang merupakan kontribusi dalam
pengembangan ilmu yang bersangkutan ( Notoatmodjo, 2012 ).

1. Analisis Univariat
berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran
sedemikian rupa sehingga kumpulan data ini berubah menjadi
informasi yang berguna dan pengolahan datanya hanya 1 variabel
saja, sehingga dinamakan univariat ( Sujarweni, 2014 . Analisis

32
yang dilakukan penelitian ini yaitu menggambarkan masing-
masing variabel, baik variabel bebas berupa personal hygiene dan
tingkat pengetahuan maupun variabel terikat yaitu kejadian
pediculosis capitis.

2. Analisis Bivariat
penelitian analisis bivariat yaitu yang dilakukan lebih dari dua
variabel (Notoatmodjo 2005). berfungsi untuk mengetahui
hubungan antar variabel. Dua variabel yang diadu misalnya
mencari hubungan anatara variabel x1 dengan x2 (Sujarweni,
2014).
Penilitian ini menggunakan analisis hubungan dengan korelasi
chi-square. dengan pengambilan keputusan signifikan yaitu:
1) Apabila p > 0,05, maka H0 diterima sehingga antara kedua
variabel tidak ada hubungan yang bermakna maka H1 ditolak.
2) Apabila p value≤0,05, maka H0 ditolak, sehingga antara kedua
variabel ada hubungan bermakna maka H1 diterima.

K. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini terbatas hanya pada personal hygiene
dan tingkat pengetahuan dengan kejadian pediculosis humanus capitis. dan
terfokus pada siswa siswi sekolah dasar negeri mutihan, keterbatsan lain
terkait waktu yang harus disesuaikan dengan jadwal kelas yang masuk
dimasa pandemi ini serta kesulitan dalam pengambilan data dari
wawancara yang dimana sebagian besar malu mengakui terkena kutu
kepala padahal mereka sering sekali menggaruk dan pernah terkena.

33

Anda mungkin juga menyukai