Anda di halaman 1dari 26

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gigitan Ular Berbisa

Pembimbing : Ns.Ganda Ardiansyah, M.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Amalia Lutvitasari (202014401001)


2. Ambar Setiani (202014401002)
3. Andrea Anggraini (202014401004)
4. Anggi Laras Sakti (202014401005)
5. Ayu Nur Azizah (202014401006)
6. Arum Puji Lestari (202014401007)
7. Binti Jumi Astutik (202014401008)
8. Deka Cahya Pradita (202014401009)
9. Diah Ayu Rahmawati (202014401010)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SATRIA BHAKTI NGANJUK
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Alhamdulillahirobbil’alamin berkat limpahan rahmat-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gigitan Ular Berbisa”
dapat terwujud sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Makalah ini dibuat
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gadar dan Manajemen
Bencana.

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari kesalahan,


kelemahan, bahkan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan agar dapat dijadikan acuan dalam penulisan
makalah periode berikutnya.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Atas bantuan dari semua pihak
penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan untuk siapapun yang membaca makalah ini dan mempelajarinya.

Nganjuk, 24 Mei 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
B. TUJUAN ...................................................................................................... 2
C. MANFAAT .................................................................................................. 2
BAB II KONSEP MEDIS GIGITAN ULAR BERBISA........................................3
A. DEFINISI ..................................................................................................... 3
B. ETIOLOGI ................................................................................................... 3
C. MANIFESTASI KLINIS ............................................................................. 4
D. KLASIFIKASI ............................................................................................. 7
E. PATOFISIOLOGI.........................................................................................9
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.................................................................9
G. PENATALAKSANAAN ........................................................................... 10
H. KOMPLIKASI...............................................................................................12
I. WOC/PATHWAY ..................................................................................... 12
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GIGITAN ULAR
BERBISA...............................................................................................................12
A. PENGKAJIAN KEGAWATDARURATAN ............................................ 13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................... 15
C. RENCANA KEPERAWATAN ................................................................. 15
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 22
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 22
B. SARAN ...................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kegawatdaruratan adalah kejadian tiba-tiba yang menuntut tindakan segera yang
mungkin disebabkan kejadian alam, bencana teknologi, perselisihan atau kejadian yang
disebabkan oleh manusia (WHO dalam Ngirarung dkk, 2017). Gigitan ular merupakan
kegawatdaruratan yang telah diketahui secara global, terutama terjadi pada wilayah
tropis dengan pekerjaan utamanya petani, nelayan, pemburu, dan pawang ular. Menurut
Dr. dr. Tri Maharani, M.Si.,Sp.EM. Secara geografis Indonesia kaya gunung, hutan, dan
sungai. Wilayah-wilayah yang subur untuk tumbuh kembangnya ular. Total, ada 348
jenis ular yang tersebar di penjuru negeri ini.
Asia tenggara merupakan area dengan insiden tinggi. Pada awal 2009, kasus gigitan
ular masuk kedalam daftar penyakit tropis yang ditelantarkan menurut WHO, padahal
gigitan ular menyebabkan puluhan ribu kematian setiap tahun dan berbagai kasus
kecatatan fisis kronis pada korbannya (Jaya, 2016). Pada tahun 2016 di Indonesia 135
ribu orang terkena gigitan ular. Sebanyak 728 orangdi antaranya digigit ular berbisa dan
35 korban meninggal. (Tri Maharani, 2018)
Pertolongan gawat darurat dapat menyelamatkan jiwa mencegah luka lebih parah,
mempercepat pemulihan, menjaga dan menyadarkan orang yang tidak sadar. Pertolongan
pertama tidak hanya diperlukan pada bencana alam tetapi tehnik ini juga dapat
membantu orang yang menderita akibat dari kecelakaan atau trauma.
Pada saat melakukan pertolongan pada korban gigitan ular banyak sekali
mendapatkan kendala yaitu kepercayaan masyarakat masih sangat kuat mempercayai
pengobatan tradisional sehingga korban gigitan ular sering dibawake dukun di desa
tersebut, selain itu juga sulitnya akses ke rumah sakit di desa-desa terpencil, tidak
tersedianya anti-venom di rumah sakit terdekat, mahalnya biaya pengobatan untuk
pembelian anti-venom, dan kurangnya ketersediaantenaga terlatih dalam penanganan
gigitan ular (Vongphoumy, I. et al., 2017).

1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memahami dan memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gigitan ular
berbisa
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang definisi gigitan ular berbisa
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi gigitan ular berbisa
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis gigitan ular berbisa
d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi gigitan ular berbisa
e. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi gigitan ular berbisa
f. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnosis gigitan ular berbisa
g. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan gigitan ular berbisa
h. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi gigitan ular berbisa
i. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang WOC (Web Of Cause)/ pathway gigitan
ular berbisa
j. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan pasien gawat darurat
dengan gigitan ular berbisa

C. MANFAAT
Dalam penulisan makalah, dengan selesainya penulisan makalah ini serta pembahasan
makalah ini diharapkan mempunyai manfaat bagi pribadi maupun rekan-rekan
mahasiswa. Menambah ilmu dan wawasan penulis khususnya, pembaca pada
umumnya mengenai gigitan ular yang ada mulai dari pengertian, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan pasien, komplikasi,
pathway, dan konsep asuhan keperawatan gigitan ular.

2
BAB II
KONSEP MEDIS GIGITAN ULAR BERBISA

A. DEFINISI
Gigitan ular merupakan kejadian gawatdarurat yang disebabkan oleh bisa atau
racun kompleks yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan ular selain itu racun
dapat disemprotkan ke mata maupun ke mukosa dengan tujuan untuk pertahanan
ular. Bisa ular sedikit demi sedikit menyesuaikan untuk membunuh mangsa secara
cepat menetapkan dan menghilangkan fungsi berbagai reseptor sel terhadap manusia
maupun pada hewan, masalah ini bisa menimbulkan multi-organ atau multi-sistem
yang bisa mengakibatkan pendarahan, gangguan thrombosis, hemostasis yang
berkepanjangan, kelumpuhan neuromuskuler, nekrois jaringan, kerusakan otot
umum, kardiotoksisitas, cedera ginjal akut, syock hipovolamic dan efek lain
tergantung jenis/ spesies ular dan kategori racun dalam bisa (World health
organization, 2019).
Gigitan ular adalah pemicu utama jumlah kematian pada suatu populasi dalam
skala yang besar (mortalitas) dan morbiditas diseluruh dunia dengan beban mortalitas
tinggi pada pedesaan miskin sub-sahara (Tianyi et al., 2018). Gigitan ular yaitu
masalah medis yang cukup banyak kasus akan tetapi cukup terabaikan diIndia ,
kurangnya pengetahuan pada tindakan awal pada saat tergigit ular berbisa yang benar
dapat mengakibatkan kematian terhadap manusia (Bhargava et al., 2020). Gigitan
ular berbisa dapat mengakibatkan keadaan yang berat hingga dapat menyebabkan
kematian. Sehingga gigitan ular mermelukan penanganan yang akurat untuk
meminimalisir gejala (Pratama & oktafany, 2017).

B. ETIOLOGI
Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan
Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan
pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi
pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat
lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam . Macam-macam daya toksik bisa ular :
1. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan
merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan
3
stroma lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur
dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah,
mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut,
hidung, tenggorokan, dan lain-lain.
2. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel saraf
sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut mati
dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam
(nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf
pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan
dan jantung. Penurunan curah jantung bisa menyebabkan gelisah, letargi,
takikardia. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.
3. Bisa ular yang bersifat Myotoksin
Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan maemotoksin.
Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat
kerusakan sel-sel otot
4. Bisa ular yang bersifat Kardiotoksin
Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung
5. Bisa ular bersifat Cytotoksin
Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler
6. Bisa ular bersifat Cytolitik
Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat
gigitan
7. Enzim-enzim
Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bias

C. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum akan timbul gejala lokal dan gejala sistematik pada semua
gigitan ular. Gejala lokal : edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit
kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).
Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala khusus gigitan ular berbisa
yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri),

4
pallor (muka pucat), paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot),
pulselesness (denyutan).
Tanda dan gejala khusus pada gigitan family ular:
a. Gigitan elapidae

Ini termasuk kedalam gigitan Cytotoksin


Misal: ular kobra, ular weling, ular welang, ular sendok, ular Anang, ular cabai,
Coral snakes, membas, kraits), cirinya:
1) Semburan kobra pada mata dapat menimbulkan rasa sakit yang berdenyut,
kaku pada kelopak mata, bengkak di sekitar mulut.
2) Gambaran sakit yang berat, melepuh dan kulit yang rusak. 15 menit setelah
digigit ular muncul gejala sistemik. 10 jam muncul paralisis urat-urat di wajah,
bibir, lidah, tenggorokan, sehingga sukar bicara, susah menelan otot lemas,
kelopak mata menurun, sakit kepala, kulit dingin muntah, pandangan kabur,
mati rasa di sekitar mulut dan kematian dapat terjadi dalam 24 jam.
b. Gigitan viperidae/crotalidae

Ini termasuk kedalam jenis gigitan Hematoxid


Misal pada ular tanah, ular hijau, ular bandotan Puspo, cirinya:
1) Gejala lokal timbul dalam 15 menit atau setelah beberapa jam berupa bengkak
di dekat gigitan yang menyebar ke seluruh anggota badan.
2) Gejala sistemik muncul setelah 50 menit atau setelah beberapa jam.
3) Keracunan berat ditandai dengan pembengkakan di atas siku dan lutut dalam
waktu 2 jam atau ditandai dengan pendarahan hebat.

5
c. Gigitan hydropiidae

Ini termasuk kedalam gigitan jenis Myotoksin dan Kardiotoksin


Misalnya, ular laut, cirinya:
1) Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat dan muntah.
2) Setelah 30 menit sampai beberapa jam biasanya timbul kaku dan nyeri
menyeluruh, dilatasi pupil, spasma otot rahang, paralisis otot, mioglobinuria
yang ditandai dengan urine warna coklat gelap (ini penting untuk diagnosis),
ginjal rusak, henti jantung.
d. Gigitan crotalide

Ini termasuk kedalam gigitan Hematoksin


Misalnya ular tanah ular hijau, ular bandotan Puspo, cirinya:

6
1) Bicara lokal ditemukan tanda gigitan taring, pembekakan, ekimosis, nyeri di
daerah gigitan, semua ini indikasi perlunya pemberian polivalen crotalidae
antivenin.
2) Anemia, hipotensi, trombositopeni.
Tanda dan gejala lain gigitan ular terbiasa dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori:
a. Efek lokal, digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra menimbulkan
rasa sakit dan perlukan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan
dapat berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan
jaringan sekitar sisi gigitan luka.
b. Pendarahan, gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elastis Australia dapat
menyebabkan pendarahan organ internal seperti otak atau organ-organ
abdomen. Korban dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari
mulut atau luka yang lama. Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan
syok atau bahkan kematian.
c. Efek sistem saraf, bisa ular elapit dan ular laut dapat berefek langsung pada
sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat bereaksi terutama secara cepat
menghentikan otot-otot pernapasan, berakibat kematian sebelum mendapat
perawatan. Awalnya, korban dapat menderita masalah visual, kesulitan bicara
dan bernafas, dan kesemutan.
d. Kematian otot, bisa dari russell's viper (daboia russelli), ular laut, dan beberapa
elapit Australia dapat secara langsung menyebabkan kematian otot di beberapa
area tubuh. debris dari sel otot yang mati dapat menyumbat ginjal, yang
mencoba menyaring protein. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal.
e. Mata, semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat mengenai mata
korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada
mata.

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi
1. Elapidae

7
Memiliki gigi taring pendek di depan (proteroglyph). Famili ini meliputi kobra,
raja kobra, kraits, ular koral, ular Australia dan ular laut. Elapidae secara relatif
merupakan ular yang cukup panjang, kurus, memiliki warna seragam dengan
sisik simetrikal besar halus pada puncak kepala. Beberapa kobra, meninggikan
bagian depan tubuhnya dari tanah dan melebar dan merata dari leher untuk
membentuk kerudung. Beberapa spesies kobra dapat meludahkan bisanya hingga
1 meter atau lebih terhadap mata korbannya. Ular laut berbisa memiliki ekor yang
lebar seperti padel dan skala ventral mengecil atau hilang.

2. Viperidae

Memiliki gigi taring yang cukup panjang (solenogyph) yang secara normal
terlipat rata terhadap rahang atas, tetapi saat menyerang akan menjadi tegang.
Ada dijumpai dua subfamili, viper tipikal (Viperinae) dan viper pit (Crotalinae).
Crotalinae memiliki organ khusus untuk mendeteksi korban berdarah panas yang
terletak diantara hidung dan mata. Viperidae merupakan ular yang relatif pendek,
bertubuh tebal dengan banyak sisik kasar pada puncak kepala dan pola warna
yang khas pada permukaan dorsal tubuh.

8
3. Colubridae

Dua spesies penting yang telah diidentifikasi pada regional Asia Tenggara adalah
Rhabdophis subminiatus berleher merah dan Rhabdophis triginus. Piton besar
(Boidae), merupakan Python reticularis di Indonesia, pernah dilaporkan
menyerang dan menelan manusia, yang biasanya petani.

E. PATOFISIOLOGI
Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksik. Toksik
tersebut menyebar melalui peredaran darah yang dapat mengganggu berbagai sistem.
Seperti, sistem neurogist, sistem kardiovaskuler sistem pernapasan. Pada gangguan
sistem neurologis, toksik tersebut dapat mengenai saraf yang berhubungan dengan
sistem pernapasan yang dapat mengakibatkan oleh oedem pada saluran pernapasan,
sehingga menimbulkan kesulitan untuk bernapas. Pada sistem kardiovaskuler toksik
mengganggu kerja pembuluh darah yang dapat mengakibatkan hipotensi. Sedangkan
pada sistem pernapasan dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan terjadi
koagulopati hebat yang dapat mengakibatkan gagal napas.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium dasar : untuk mendeteksi adanya penyakit,menentukan
faktor resiko penyakit, memantau perkembangan penyakit dan memantau
efektivitas pengobatan.
2. Pemeriksaaan kimia darah : untuk mengukur berapa zat kimia di dalam darah
3. Hitung sel darah lengkap : untuk mengetahui kondisi kesehatan secara
menyeluruh. Penurunan atau kenaikan jumlah sel darah yang melewati batas
normal dapat memberi petunjuk adanya gangguan kesehatan

9
4. Penentuan golongan darah dan uji silang : cek golongan darah penting untuk
dilakukan jika pasien memerlukan transfusi darah. Uji silang untuk mengetahui
apakah individu bergenotipe homozigot (bergalur murni) atau heterozigot
5. Waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial : untuk mengetahui proses
pembekuan darah yang diukur dalam satuan detik
6. Hitung trombosit : untuk mengetahui jumlah sel trombosit
7. Urinalis : untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit serta memantau kondisi
kesehatan dan fungsi ginjal
8. BUN : untuk menentukan kadar urea nitrogen dalam darah yang merupakan sisa
zat metabolisme protein

G. PENATALAKSANAAN
1. Prinsip penanganan pada korban gigitan ular :
a. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular
b. Menetralkan bisa
c. Mengobati komplikasi
Beberapa faktor yang berpengaruh pada kematian akibat gigitan antara lain :
1) Serum Anti Bisa Ular : pemberian dosis yang tidak adekuat atau anti bisa
ular yang hanya spesifik untuk satu jenis spesies ular tertentu
2) Waktu ketika mendapat terapi yang adekuat pada pusat layanan kesehatan
memanjang akibat korban biasanya terlebih dahulu datang pada pengobatan
alternatif atau masalah pada transportasi
3) Adanya kegagalan multifungsi pada sistem organ sebagai contoh syok
hemoragik atau sepsis ,dan obstruksi jalan nafas

2. Pertolongan pertama :
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera
cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip
yaitu RIGT, yaitu :
(R) Reassure : yakinkan kondisi korban tenangkan dan istirahatkan korban,
kepanikan akan menaikkan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih
cepat menyebar ke tubuh titik terkadang pasien pingsan atau panik karena kaget.
(I) Immobilisation : jangan menggerakkan korban, perintahkan korban untuk
tidak berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak
10
datang, lakukan teknik balut tekan (pressure Immobilisation) pada daerah sekitar
gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur pressure Immobilisation (balut tekan)
(G) Get : bawa korban ke rumah sakit segera dan seaman mungkin.
(T) Tell the Doctor : informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul pada
korban

C. Prosedur Pressure Immobilisation (balut tekan)


1. Balut tekan pada kaki :
a) Istirahatkan (imobilisasikan) korban
b) Keringkan sekitar luka gigitan.
c) Gunakan pembalut elastis.
d) Jaga luka lebih rendah dari jantung.
e) Sesegera mungkin, lakukan pembalutan dari bawah pangkal jari kaki naik ke
atas.
f) Biarkan jadi kaki jangan dibalut.
g) Jangan melepas celana atau baju korban.
h) Balut dengan cara melingkar cukup kencang namun jangan sampai
menghambat aliran darah (dapat dilihat dengan warna jari kaki yang tetap
pink).
i) Beri papan atau pengalas keras sepanjang kaki

2. Balut tekan pada tangan :


a) Balut dari telapak tangan naik ke atas. (jari tangan tidak dibalut)
b) Balut siku dan lengan dengan posisi di tekuk 90 derajat
c) Lanjutkan balutan ke lengan sampai ke pangkal lengan.
d) Pasang papan sebagai fiksasi.
e) Gunakan mitela untuk menggendong tangan.
Perhatian :
a) Jangan mengiris dan menghisap
b) Jangan menggunakan es untuk mengompres
c) Jangan gunakan alkohol karena akan menyebabkan dilatasi dan mempercepat
absorbsi racun
d) Jangan menggunakan turning card untuk mencegah penyebaran racun

11
e) Lepaskan perhiasan seperti cincin atau gelang yang dapat mengganggu aliran
darah jika jaringan menjadi bengkak.

H. KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik
2. Edema paru
3. Kematian
4. Gagal napas

I. WOC/PATHWAY

Bisa ular masuk ke dalam tubuh

Daya toksik menyebar melalui peredaran

Bisa bersifat Bisa Bisa bersifat Bisa bersifat Bisa bersifat Bisa bersifat
hematoxic: bersifat myotoksin: kardiotoksin: cytotoksin: cytolitik:
merusak sel neurotixic: Kerusakan Kerusakan terganggunya peradangan
darah merah mengenai sel otot jantung kardiovaskuler daerah gigitan
saraf

Hemolysin
Melumpuhkan Gangguan Inflamasi
hancur dan Kerusakan
susunan saraf pernafasan bagian
larut ginjal
pusat : sistem gigitan
pernafasan

Perdarahan
Oedem pada MK : Risiko
Perfusi Renal MK : Nyeri
saluran
Tidak Efektif Akut
pernapasan

MK : Resiko MK : Pola nafas


Perdarahan tidak efektif

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GIGITAN ULAR BERBISA

A. PENGKAJIAN KEGAWATDARURATAN
1. Identitas
Gigitan ular berbisa bisa menyerang siapa saja dan dimana saja, terutama yang
tinggal didaerah persawahan, rawa atau dekat dengan sungai. Terjadi pada
wilayah tropis dengan pekerjaan utamanya petani, nelayan, dan pawang ular.

2. Keluhan Utama
Klien yang terkena gigitan ular biasanya akan mengalami sakit kepala,
berkeringat dan muntah, edema, nyeri tekan pada luka gigitan

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien yang terkena gigitan ular biasanya akan mengeluh terasa panas pada bagian
ekstremitas yang digigit ular disertai dengan sesak napas.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien yang terkena gigitan ular biasanya tidak ada riwayat penyakit dahulu,
karena gigitan ular terjadi secara tidak terduga

5. Pola Fungsi Kesehatan yang Terganggu


Bisa dilakukan pemeriksaan pada area gigitan ular dapat ditemukan pembekakan,
nyeri tekan, tanda limfonodi, ekimosis, dan tanda seperti melepuh, perubahan
warna, terjadi pembusukan atau nekrosis (Regional Office for South-East Asia,
2016).
Pengkajian Primer
a. Airway
1) Jalan napas bersih/tidak
2) Ada/tidak terdengar adanya bunyi napas
3) Ada/tidak jejas badan daerah dada
b. Breathing
1) Peningkatan frekuensi napas
2) Napas dangkal
13
3) Distress pernapasan
4) Kelemahan otot pernapasan
5) Kesulitan bernapas : sianosis
c. Circulation
1) Penurunan curah jantung : gelisah, latargi, takikardia
2) Sakit kepala
3) Pingsan
4) Berkeringat banyak
5) Reaksi emosi yang kuat
6) Pusing, mata berkunang-kunang
d. Disability
1) Dapat terjadi penurunan kesadaran

6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sistem organ (B1 – B6) :
a. B1 breathing (sistem pernapasan)
Sesak/tidak, batuk/tidak, ada/tidak cuping hidung, ada/tidak sekret, ada/tidak
suara napas tambahan
b. B2 blood (sistem peredaran darah)
Penurunan curah jantung : tampak gelisah, takikardia, sakit kepala,
berkeringat, adanya pendarahan/tidak
c. B3 brain (sistem persyarafan)
Kesulitan bicara dan bernafas, kesemutan
d. B4 bladder (sistem perkemihan)
Ada/tidak distensi kandung kemih
e. B5 bowel (sistem pencernaan)
Ada/tidak distensi abdomen, bentuk abdomen,
f. B6 bone (sistem muskuloskeletal dan integumen)
Edema, kulit dingin, kulit melepuh,
7. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium :
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan darah lengkap meliputi
leukosit, trombosit, Hemoglobin, hematokrit dan hitung jenis leukosit. Faal
Hemostasis ( Prothrombin time, Activated Partial Thromboplastin time,
14
International Normalized Ratio), Cross Match, Serum elektrolit, Faal ginjal
(BUN, Kreatinin), Urinalisis untuk melihat myoglobinuria, dan Anlisis Gas
darah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma, bisa ular yang bersifat
hematoxic hemolysin hancur dan larut yang mengakibatkan perdarahan.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan inervasi diafragma
(kerusakan saraf C5 ke atas) yang disebabkan oleh bisa ular yang bersifat
neurotix mengenai saraf, melumpuhkan susunan saraf pusat : sistem pernafasan
yang mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan.
3. Risiko perfusi renal tidak efektif berhubungan dengan bisa ular yang bersifat
myotoksin: Kerusakan sel otot, yang menyebabkan kerusakan ginjal
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, bisa ular yang bersifat
cytolitik: peradangan daerah gigitan, yang mengakibatkan inflamasi bagian
gigitan

C. RENCANA KEPERAWATAN
1. Resiko Perdarahan berhubungan dengan trauma, bisa ular yang bersifat
hematoxic hemolysin hancur dan larut yang mengakibatkan perdarahan.

SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Pencegahan perdarahan
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan risiko pendarahan 1. Monitor tanda dan gejala
berkurang dengan kriteria hasil : perdarahan
1. Tekanan darah membaik Terapeutik
2. Denyut nadi apikal membaik 1. Batasi tindakan invasif, jika
3. Suhu tubuh membaik perlu
Edukasi
1. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin
K
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika
perlu

15
Prosedur Pressure Immobilisation (balut tekan)
1) Balut tekan pada kaki :
a. Istirahatkan (imobilisasikan) korban
b. Keringkan sekitar luka gigitan.
c. Gunakan pembalut elastis.
d. Jaga luka lebih rendah dari jantung.
e. Sesegera mungkin, lakukan pembalutan dari bawah pangkal jari kaki
naik ke atas.
f. Biarkan jadi kaki jangan dibalut.
g. Jangan melepas celana atau baju korban.
h. Balut dengan cara melingkar cukup kencang namun jangan sampai
menghambat aliran darah (dapat dilihat dengan warna jari kaki yang tetap
pink).
i. Beri papan atau pengalas keras sepanjang kaki

2) Balut tekan pada tangan :


a. Balut dari telapak tangan naik ke atas. (jari tangan tidak dibalut)
b. Balut siku dan lengan dengan posisi di tekuk 90 derajat
c. Lanjutkan balutan ke lengan sampai ke pangkal lengan.
d. Pasang papan sebagai fiksasi.
e. Gunakan mitela untuk menggendong tangan.

Perhatian :
a. Jangan mengiris dan menghisap
b. Jangan menggunakan es untuk mengompres
c. Jangan gunakan alkohol karena akan menyebabkan dilatasi dan
mempercepat absorbsi racun
d. Jangan menggunakan turning card untuk mencegah penyebaran racun
e. Lepaskan perhiasan seperti cincin atau gelang yang dapat mengganggu
aliran darah jika jaringan menjadi bengkak.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan inervasi diafragma


(kerusakan saraf C5 ke atas) yang disebabkan oleh bisa ular yang bersifat
neurotix mengenai saraf, melumpuhkan susunan saraf pusat : sistem pernafasan
yang mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan.

Data Subyektif :
a. Dispnea
Data Obyektif :
a. Penggunaan otot bantu pernapasan
b. Pola napas abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi)
c. Pernapasan cuping hidung

16
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan pola napas tidak efektif 1. Monitor pola napas
membaik dengan kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
1. Dispnea menurun usaha napas)
2. Penggunaan otot bantu napas Terapeutik
menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan
3. Pemanjangan fase ekspirasi napas dengan head-tilt dan
menurun chin-lift
4. Frekuensi napas membaik Edukasi
5. Kedalaman napas membaik 1. Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

1) Prinsip penanganan pada korban gigitan ular :


d. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular
e. Menetralkan bisa
f. Mengobati komplikasi
Beberapa faktor yang berpengaruh pada kematian akibat gigitan antara lain :
a. Serum Anti Bisa Ular : pemberian dosis yang tidak adekuat atau anti bisa
ular yang hanya spesifik untuk satu jenis spesies ular tertentu
b. Waktu ketika mendapat terapi yang adekuat pada pusat layanan kesehatan
memanjang akibat korban biasanya terlebih dahulu datang pada pengobatan
alternatif atau masalah pada transportasi
c. Adanya kegagalan multifungsi pada sistem organ sebagai contoh syok
hemoragik atau sepsis ,dan obstruksi jalan nafas

2) Pertolongan pertama :
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera
cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip
yaitu RIGT, yaitu :
(R) Reassure : yakinkan kondisi korban tenangkan dan istirahatkan korban,
kepanikan akan menaikkan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih

17
cepat menyebar ke tubuh titik terkadang pasien pingsan atau panik karena
kaget.
(I) Immobilisation : jangan menggerakkan korban, perintahkan korban untuk
tidak berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak
datang, lakukan teknik balut tekan (pressure Immobilisation) pada daerah
sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur pressure Immobilisation (balut
tekan)
(G) Get : bawa korban ke rumah sakit segera dan seaman mungkin.
(T) Tell the Doctor : informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul
pada korban

3. Risiko perfusi renal tidak efektif berhubungan dengan bisa ular yang bersifat
myotoksin: Kerusakan sel otot, yang menyebabkan kerusakan ginjal

SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan risiko perfusi renal tidak 1. Monitor status
efektif membaik dengan kriteria hasil : kardiopulmonal (frekuensi dan
1. Tekanan arteri rata-rata membaik kekuatan nadi, frekuensi
2. Kadar urea nitrogen darah napas, TD, MAP)
membaik Terapeutik
3. Kadar keratinin plasma membaik 1. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94 %
2. Pasang jalur IV, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberiaan IV,
jika perlu

1) Prinsip penanganan pada korban gigitan ular :


g. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular
h. Menetralkan bisa
i. Mengobati komplikasi
Beberapa faktor yang berpengaruh pada kematian akibat gigitan antara lain :
d. Serum Anti Bisa Ular : pemberian dosis yang tidak adekuat atau anti bisa
ular yang hanya spesifik untuk satu jenis spesies ular tertentu

18
e. Waktu ketika mendapat terapi yang adekuat pada pusat layanan kesehatan
memanjang akibat korban biasanya terlebih dahulu datang pada pengobatan
alternatif atau masalah pada transportasi
f. Adanya kegagalan multifungsi pada sistem organ sebagai contoh syok
hemoragik atau sepsis ,dan obstruksi jalan nafas

2) Pertolongan pertama :
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera
cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip
yaitu RIGT, yaitu :
(R) Reassure : yakinkan kondisi korban tenangkan dan istirahatkan korban,
kepanikan akan menaikkan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih
cepat menyebar ke tubuh titik terkadang pasien pingsan atau panik karena
kaget.
(I) Immobilisation : jangan menggerakkan korban, perintahkan korban untuk
tidak berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak
datang, lakukan teknik balut tekan (pressure Immobilisation) pada daerah
sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur pressure Immobilisation (balut
tekan)
(G) Get : bawa korban ke rumah sakit segera dan seaman mungkin.
(T) Tell the Doctor : informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul
pada korban

4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, bisa ular yang bersifat
cytolitik: peradangan daerah gigitan, yang mengakibatkan inflamasi bagian
gigitan

Data Subyektif :
a. Mengeluh nyeri
Data Obyektif :
a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Tekanan darah meningkat
f. Pola napas berubah

19
SLKI SIKI
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan nyeri akut menurun dengan 1. Identifikasi lokasi,
kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas
2. Meringis menurun nyeri
3. Sikap protektif menurun Terapeutik
4. Gelisah menurun 1. Berikan teknik
5. Frekuensi nadi membaik nonfarmakologis untuk
6. Pola napas membaik mengurangi rasa nyeri (mis.
7. Tekanan darah membaik TENS, hipnosis, akupresur)
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberiaan
analgetik, jika perlu

1) Prinsip penanganan pada korban gigitan ular :


j. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular
k. Menetralkan bisa
l. Mengobati komplikasi
Beberapa faktor yang berpengaruh pada kematian akibat gigitan antara lain :
g. Serum Anti Bisa Ular : pemberian dosis yang tidak adekuat atau anti bisa
ular yang hanya spesifik untuk satu jenis spesies ular tertentu
h. Waktu ketika mendapat terapi yang adekuat pada pusat layanan kesehatan
memanjang akibat korban biasanya terlebih dahulu datang pada pengobatan
alternatif atau masalah pada transportasi
i. Adanya kegagalan multifungsi pada sistem organ sebagai contoh syok
hemoragik atau sepsis ,dan obstruksi jalan nafas
2) Pertolongan pertama :
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera
cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip
yaitu RIGT, yaitu :
(R) Reassure : yakinkan kondisi korban tenangkan dan istirahatkan korban,
kepanikan akan menaikkan tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih

20
cepat menyebar ke tubuh titik terkadang pasien pingsan atau panik karena
kaget.
(I) Immobilisation : jangan menggerakkan korban, perintahkan korban untuk
tidak berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak
datang, lakukan teknik balut tekan (pressure Immobilisation) pada daerah
sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur pressure Immobilisation (balut
tekan)
(G) Get : bawa korban ke rumah sakit segera dan seaman mungkin.
(T) Tell the Doctor : informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul
pada korban

21
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gigitan ular merupakan kejadian gawatdarurat yang disebabkan oleh bisa atau
racun kompleks yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan ular selain itu racun dapat
disemprotkan ke mata maupun ke mukosa dengan tujuan untuk pertahanan ular.
Gigitan ular adalah pemicu utama jumlah kematian pada suatu populasi dalam skala
yang besar (mortalitas) dan morbiditas diseluruh dunia dengan beban mortalitas tinggi
pada pedesaan miskin sub-sahara. Beragam bisa ular menunjukan sifat racun haemo
yang kuat dan dapat mengakibatkan terganggunya tekanan darah, faktor pembekuan
dan trombosit, dan secara langsung bisa menyebabkan pendarahan. Secara umum
akan timbul gejala lokal dan gejala sistematik pada semua gigitan ular. Gejala lokal,
seperti edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah
yang terperangkap di jaringan bawah kulit).

B. SARAN
Kecepatan pertolongan sangat mempengaruhi keselamatan jiwa klien, maka
dari itu sebagai tenaga kesehatan kita hendaklah bersikap cepat tanggap terhadap
kasus-kasus kegawatdaruratan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari, Debby Chintya.(2021). Penatalaksanaan Gigitan Ular di Masyarakat. Jurnal


Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang, 4-10. http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/5736/

Winoto,Sugeng.(2012).Laporan Pendahuluan Snake Bite.


https://id.scribd.com/doc/117323893/Laporan-Pendahuluan-Snake-Bite

Cindy Nurul Afni, A., & Nasrul Sani, F. (2020). Pertolongan Pertama Dan Penilaian
Keparahan Envenomasi Pada Pasien Gigitan Ular. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, 91–98.
https://doi.org/10.34035/jk.v11i1.423

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.(2018).Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

23

Anda mungkin juga menyukai