Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


LUKA BAKAR

Disusun Oleh :
Kelompok 2
APELLA PUTRI RULEF
ANNISA MARDHATILLA
EVY ERDINA RUMAPEA
FITRI YATI
MERY ZUSTIKA
NURRASRI SAPUTRI
RIA ANGGRAINI

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR


S1 KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Luka
Bakar” dapat tersusun sampai dengan selesai. Penulis sangat berharap semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari – hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu, kami sangat mengaharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 14 Mei 2023


Penulis

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................. 3
BAB II Tinjauan Pustaka .............................................................................. 4
A. Pengertian Luka Bakar ......................................................................... 4
B. Anatomi Fisiologi Luka Bakar ............................................................. 4
C. Etiologi Luka Bakar ............................................................................. 8
D. Patofisiologi Luka Bakar...................................................................... 10
E. Klasifikasi Luka Bakar ......................................................................... 12
F. Manifestasi klinis Luka Bakar ............................................................. 16
G. Fase – fase Luka Bakar ........................................................................ 17
H. Luas Luka Bakar .................................................................................. 18
I. Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar .................................................... 20
J. Komplikasi Luka Bakar ....................................................................... 21
K. Penatalaksanaan medis Luka Bakar ..................................................... 22
BAB III Askep Gawat Darurat Teoritis Luka Bakar ................................. 24
A. Pengkajian ........................................................................................... 24
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 28
C. Intervensi Keperawatan....................................................................... 28
D. Implementasi Keperawatan ................................................................. 30
E. Evaluasi Keperawatan ......................................................................... 30
BAB IV Penutup ............................................................................................. 31
A. Kesimpulan .......................................................................................... 31
B. Saran .................................................................................................... 31
Daftar Pustaka ............................................................................................... 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di
masyarakat. Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika
Serikat setiap tahunnya dari kelompok ini 200.000 pasien memerlukan
penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit, sekitar
12.000 meninggal setiap tahunnya. (Ulima Larissa, (2017). Luka bakar
merupakan masalah kesehatan yang sangat serius dan sering dihadapi para
dokter. Di Indonesia pasien dengan kasus luka bakar juga relatif banyak,
khususnya pada penduduk yang tinggal di daerah kumuh dan padat (Vidianka,
2015). Luka bakar sering menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia
baik secara fisik maupun psikologis. Rusaknya kulit akibat trauma luka bakar
akan mengganggu fungsi termoregulatorik, sensorik, protektif, metabolik, dan
sinyal seksual dari kulit (Mescher, 2016).
Luka bakar saat ini masih merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus
dari fase akut, subakut dan lanjut. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada
kasus luka bakar ini sangat dipengaruhi oleh prognosis pada pasien luka bakar
khususnya luka bakar berat. Baik buruknya prognosis luka bakar berat
ditentukan oleh penanganan yang tepat baik dari faktor pasien (usia, gizi, jenis
kelamin dan faktor premorbid), faktor trauma (jenis, luas, kedalaman luka
bakar dan trauma penyerta) dan faktor penatalaksanaan (prehospital treatment
dan inhospital treatment). Di Indonesia luka bakar berat masih merupakan
suatu jenis trauma dengan berbagai problematika yang berat, diantaranya
biaya penanganan yang tinggi, perawatan dan rehabilitasi yang sukar dan
lama, serta diperlukannya tenaga medis yang terlatih dan terampil.
Pada tahun 2014, World Health Organization (WHO) memperkirakan
bahwa terdapat 265.000 kematian yang terjadi setiap tahunnya di seluruh
dunia akibat luka bakar. Di India, lebih dari satu juta orang menderita luka

1
bakar sedang-berat per tahun. Di Bangladesh, Columbia, Mesir, dan Pakistan,
17% anak dengan luka bakar menderita kecacatan sementara dan 18%
menderita kecacatan permanen. Sedangkan di Nepal, luka bakar merupakan
penyebab kedua cedera tertinggi, dengan 5% kecacatan. Luka bakar juga dapat
menyebabkan kecacatan (WHO, 2017). Trauma akibat luka bakar kerap
menimbulkan stress dan pada keadaan tertentu dapat memicu suatu keadaan
stress pasca trauma atau Post Traumatic Syndrome Disorder (Brunner &
Suddarth, 2010).
Berdasarkan data dari RSUP wahidin sudirohusodo Makassar bahwa
sejak bulan Agustus – oktober 2019 jumlah pasien luka bakar sebanyak 24
orang. Dibulan agustus terdapat 7 orang pasien luka bakar, september 13
pasien dan oktober sebanyak 4 orang. Dari 24 pasien luka bakar tersebut ada 7
pasien luka bakar karena sengatan listrik. Luka bakar merupakan penyebab
kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur, laki-laki
cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada
orang tua atau lanjut usia (Rahayuningsih, 2012). Dan merupakan penyebab
keempat trauma dan penyebab paling umum kecacatan dan kematian diseluruh
dunia (Ardabili, dkk, 2016).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Luka Bakar?
2. Bagaimana anatomi fisiologi dari Luka Bakar?
3. Apa saja etiologi dari Luka Bakar?
4. Apa patofisiologi dari Luka Bakar?
5. Apa saja Klasifikasi Dari Luka Bakar?
6. Apa saja manifestasi klinis dari Luka Bakar?
7. Bagaimana fase – fase dari Luka Bakar?
8. Bagaimana penghitungan luas Luka Bakar?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Luka Bakar?

2
10. Apa saja komplikasi dari Luka Bakar?
11. Bagaimana penatalaksanaan medik dari Luka Bakar?
12. Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Teoritis dengan
Luka Bakar?

C. Tujuan
Tujuan penulis sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa penegertian dari Luka Bakar
2. Untuk mengetahui Bagaimana anatomi fisiologi dari Luka Bakar
3. Untuk mengetahui Apa saja etiologi dari Luka Bakar
4. Untuk mengetahui Apa patofisiologi dari Luka Bakar
5. Untuk mengatahui Apa saja Klasifikasi Dari Luka Bakar
6. Untuk mengetahui Apa saja manifestasi klinis dari Luka Bakar
7. Untuk mengetahui Bagaimana fase – fase dari Luka Bakar
8. Untuk mengetahui Bagaimana penghitungan luas Luka Bakar
9. Untuk mengetahui Apa saja pemeriksaan penunjang dari Luka Bakar
10. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi dari Luka Bakar
11. Untuk mengetahui Bagaimana penatalaksanaan medik dari Luka
Bakar
12. Untuk mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Teoritis dengan Luka Bakar?

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Luka Bakar


Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi (Smeltzer, suzanna, 2002, dikutip oleh Amin Hudanurarif,
Hardhi Kusuma.2013).
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat
kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik
(electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation).
Luka bakar yaitu kerusakan secara langsung maupun tidak langsung
pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam
yang disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu, api, air atau uap
panas, bahan kimia, radiasi, dan arus listrik (Majid, 2013).

B. Anatomi Fisiologi Luka Bakar


1) Anatomi sistem integumen

Anatomi kulit

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan


mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun

4
masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk
mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian
stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air serta elektroloi
yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan
subkutan (Majid & Prayogi, 2013).
Kulit tersususn atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan
jaringan subkutan :
a) Lapisan epidermis, terdiri atas:
(1) Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti
sel, inti selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu
protein fibrosa tidak larut yang membentuk barrier terluar
kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir pathogen
dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
(2) Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat
telapak tangan dan telapak kaki.
(3) Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi
seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis
yag sejajar dengan permukaan kulit.
(4) Stratum spinosum / stratum akantosum. Lapisan ini
merupakan lapisan yang paling tebal dan terdiri dari 5-8
lapisan. Sel-sel terdiri dari sel yang bentuknya polygonal
(banyak sudut dan mempunyai)
(5) Stratum basal / germinatum. Disebut stratum basal karena
sel-selnya terletak di bagian basal/basis, stratum basal
menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel
induk.
b) Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
(1) Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris). Lapisan ini
berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-
sel fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.

5
(2) Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis). Lapisan
ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi
kolagen. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta
limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar
rambut.
c) Jaringan subkutan atau hypodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini
terutamanya adalah jaringan adipose yang memberikan bantalan
antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang.
Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor
penting dalam pengaturan suhu tubuh.

2) Kelenjar Pada Kulit


a) Kelenjar sebase berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam
ruang antara folikel dan batang rambut yang akan melumasi rambut
sehingga menjadi lentur dan lunak.
b) Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat
aksila, anus, skrotum ,labia mayora, dan bermuara pada folikel
rambut. Kelenjar ini aktif pada masa pubertas, pada wanita akan
membesar dan berkurang pada siklus haid.

3) Fisiologi Kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga
hemostatis tubuh diantaranya yaitu (Majid, 2013) :
a) Fungsi proteksi
Kulit melakukan proteksi terhadap tubuh dengan berbagai cara
yaitu:
(1) Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (Gesekan),
panas, dan zat kimia.

6
(2) Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari
permukaan kulit dan dehidrasi, selain itu juga mencegah
masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
(3) Sebum yang berasal dari kelenjar keringat mencegah kulit
dan rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid
yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit.
(4) Pigmen melanin melindungi dari efek sinar ultraviolet yang
berbahaya.
(5) Sel Langerhans, berperan sebagai sel imun yang protektif
yang merepretasikan antigen terhadap mikroba, dan sel
fagosit yang bertugas memfagositosi mikroba yang masuk
melewati keratin dan sel Langerhans.

b) Fungsi absorsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material laur
dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu,
oksigen dan karbon doiksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen,
karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi.
Kemampuan absorsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan
dapat berlangsung melalui celah antar sel atau melalui muara
saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis
dari pada yang melalui muara kelenjar.

c) Fungsi presepsi
Kulit megandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Untuk merespon terhadap rangsangan panas diperankan
oleh badan-badan Ruffini dermis dan subkutis, sedangkan terhadap
dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis
berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier

7
yang terletak di epidermis. Selanjutnya terhadap tekanan di
perankan oleh badan Paccini di epidermis.

d) Fungsi pengaturan suhu tubuh


Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi) melalui dua cara yaitu: pengeluaran keringat dan
menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada saat suhu
tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak
serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas
akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu tubuh
rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan
mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga
mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.

e) Fungsi pembentukan vitamin D


Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivitas prekusor 7-
dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati
dan ginjal lalu memodifikasi prekusor dan menghasilkan calsitrio,
bentuk vitamin D yang aktif. Calcitrio adalah hormone yang
berperan dalam mengabsorsi kalsium malanan dari traktus
gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin E sendiri
namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan
sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

C. Etiologi Luka Bakar


Luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah
(Majid, 2013) :
1) Paparan api
a) Flame : Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka
dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut.

8
b) Benda panas (kontak) : Terjadi akibat kontak langsung dengan
benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh
yang mengalami kontak.
2) Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan.
Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan
pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan
luka percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan
pada kasus yang disengaja, luka pada umumnya melibatkan keseluruhan
ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai
permukaan cairan.
3) Uap panas
Uap panas terutama ditemukan di daerah industri atau akibat
kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat
kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan
tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera
hingga ke saluran nafas distal di paru.
4) Gas panas
Inhalasi dapat menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian
atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.
5) Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan
luka bakar tambahan. Luka bakar electrik (listrik) disebabkan oleh panas
yang digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat
ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan
cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
6) Zat kimia
7) Radiasi

9
8) Sunburn (sinar matahari), terapi radiasi

D. Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi
protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan
lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama
dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi (Majid &
Prayogi, 2013).
Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka
bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Pajanan selama 15 menit
dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10℃ mengakibatkan cidera full
thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka
bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi
jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibatnya penurunan
curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik.
Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah
ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan
kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial. Curah jantung akan menurun
sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas.
Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler,
maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.
Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin
yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya
vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung. Umumnya
jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam
pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam.

10
Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler,
volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia.
Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen. Volume darah yang
beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka bakar.
Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar
ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium
serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi
segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai
akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan
berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga
terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai
hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang
mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin
memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar (Majid & Prayogi, 2013).
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,
konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat
dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi
cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah
lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat
tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal. Luka
bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber-sumber panas kepada
tubuh. Panas dapat dipindahkan oleh radiasi elektromagnetik.
Pada kasus luka bakar listrik atau Electrical burn injury kerusakan
diakibatkan oleh arus listrik yang masuk ketubuh dan menjalar ke jaringan.
Ekstremitas biasanya terkena kerusakan jaringan yang lebih parah karena
ukurannya lebih kecil di banding tubuh, menyebabkan arus yang besar

11
terkumpul diekstremitas. Luka tambahan karena listrik adalah luka bakar pada
kulit pada tempat masuk dan keluarnya arus listrik karena putaran suhu tinggi
oleh aliran listrik (2,5000C) pada permukaan kulit, luka bakar yang terjadi
karena baju korban terbakar. Mungkin disertai patah tulang dan dislokasi
karena otot-otot berkontraksi akibat listrik. Luka bagian dalam biasanya
termasuk kerusakan otot, kerusakan saraf dan kemungkinan penggumpalan
darah disebabkan tekanan arus listrik, kerusakan organ dalam rongga atau
perut,Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-
faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen
serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat
pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit
menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama
pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam - jam
berikutnya menyebabkan hipertermi yang di akibatkan hiper metabolism
(Majid & Prayogi, 2013).

E. Klasifikasi Luka Bakar


a) Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan
kedalaman luka :
1) Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar
menjadi merah, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab,
atau membengkak. Jika ditekan ,daerah yang terbakar akan memutih,
belum terbentuk lepuh.

12
2) Luka bakar derajat II
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Terjadi kerusakan
epidermis dan dermis. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah, atau
keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh
warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.

3) Luka bakar derajat III


Menyebabkan kerusakan yang paling dalam.Seluruh epidermis dan
dermis telah rusak dan telah pula merusak jaringan di bawahnya
(lemak atau otot). Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau
berwarna hitam, hangus dan kasar.Kerusakan sel darah merah pada
daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah
terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/ bulu
ditempat tersebut mudah dicabut dari akarnya.Jika disentuh, tidak
timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami
kerusakan.Jaringan yang terbakar bisa mati.
Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan
akan merembes dan pembuluh darah dan menyebabkan
pembengkakan. Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar
cairan karena perembesan tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok.
Tekanan darah sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke otak
sangat sedikit

13
b) Kedalaman Luka Bakar
1) Luka bakar derajat I
 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
 Kulit kering, hiperemi berupa eritema
 Tidak dijumpai bulla
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
2) Luka bakar derajat II
Tampak bullae, dasar luka kemerahan (derajat IIA), dasar pucat
keputihan (derajat IIB), nyeri hebat terutama pada derajat IIA. Luka
bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
 Derajat IIA dangkal (superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
 Derajat IIB dalam (deep)
 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang
tersisa. Biasanya penyembuhanterjadi lebih dari sebulan.
3) Luka bakar derajat III
 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang
lebih dalam.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan
 Tidak dijumpai bulae.
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering
letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar

14
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar.
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
ujung saraf sensorik mengalami kerusakan / kematian.
 Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi
spontan dari dasar luka.

c) Berdasarkan tingkat keseriusan luka :


1) Luka bakar ringan/minor
 Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
 Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
 Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
2) Luka bakar sedang (moderate burn)
 Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka
bakar derajat III kurang dari 10 %
 Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau
dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

15
 Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa
yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
3) Luka bakar berat (major burn)
 Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau
di atas usia 50 tahun
 Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada
butir pertama
 Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
 Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar
 Luka bakar listrik tegangan tinggi
 Disertai trauma lainnya
 Pasien-pasien dengan resiko tinggi.

F. Manifestasi Klinis Luka Bakar


Manifestasi klinik luka bakar menurut Majid, 2013 yaitu :
Kedalaman Bagian Gejala Penampilan Perjalanan
Dan Penyebab Kulit yang Luka Kesembuhan
Luka Bakar Terkena
Derajat Satu epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(Superfisial ): hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
tersengat (supersensivitas) ketika ditekan waktu satu
matahari, , rasa nyeri minimal atau minggu,
terkena api mereda jika tanpa edema terjadi
dengan didinginkan pengelupasan
intensitas kulit
rendah
Derajat Dua Epidermis Nyeri, Melepuh, Kesembuhan
(PartialThicknes dan bagian hiperestesia, dasar luka dalam waktu
s) : tersiram air dermis sensitif terhadap berbintik- 2-3 minggu,

16
mendidih, udara yang bintik merah, pembentukan
terbakar oleh dingin epidermis parut dan
nyala api retak, depigmentasi,
permukaan infeksi dapat
luka basah, mengubahnya
terdapat menjadi
edema derajat-tiga

Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan


(Full Thickness) keseluruhan nyeri, syok, bakar eskar,
: terbakar nyala dermis dan hematuria berwarna diperlukan
api, terkena kadang - (adanya darah putih seperti pencangkokan
cairan mendidih kadang dalam urin) dan bahan kulit , pembentukan
dalam waktu jaringan kemungkinan atau gosong, parut dan
yang lama, subkutan pula hemolisis kulit retak hilangnya
tersengat arus (destruksi sel dengan kontur serta
listrik darah merah), bagian lemak fungsi kulit,
kemungkinan yang tampak, hilangnya jari
terdapat luka terdapat tangan atau
masuk dan edema ekstremitas
keluar (pada dapat terjadi
luka bakar
listrik)

G. Fase – fase Luka Bakar


1) Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan
airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah

17
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat
cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal
yang berdampak sistemik.
2) Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber
panas. Luka yang terjadi menyebabkan :
 Proses inflamasi dan infeksi.
 Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada Luka
telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur
atau organ -organ fungsional.
 Keadaan hipermetabolisme.
3) Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ - organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur

H. Luas Luka Bakar


Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas
permukaan tubuh atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung
secara cepat dipakai Rules of Nine atau Rules of Walles dari Walles.
Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-
anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai
modifikasi Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada
umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

18
Wallace membagi tubuh bagian 9 % atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atau rule of Wallace, yaitu:
1) Kepala sampai leher :9%
2) Lengan kanan :9%
3) Lengan kiri :9%
4) Dada sampai prosessus sipoideus :9%
5) Prosessus sipoideus sampai umbilicus :9%
6) Punggung :9%
7) Bokong :9%
8) Genetalia :1%
9) Paha sampai kaki kanan depan :9%
10) Paha sampai kaki kanan belakang :9%
11) Paha sampai kaki kiri depan :9%
12) Paha sampai kaki kiri belakang :9%
Total : 100%

19
I. Pemeriksaan Penunjang
1) Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
2) Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi
atau inflamasi.
3) GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.
4) Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat
konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5) Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6) Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan
cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7) Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8) Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
9) BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau
fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10) Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek
atau luasnya cedera.
11) EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.

20
12) Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar

J. Komplikasi
Komplikasi luka bakar yaitu (Amin, dkk, 2013) :
1) Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan
integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir
kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
2) Gagal Respirasi Akut ( Adult Respiratory Distress Syndrome)
Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi
dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
3) Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-
tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat
mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress
fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh
darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang
berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.
4) Syok Sirkulasi
Terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik
yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya
biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi,
penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng,
tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.

21
5) Gagal ginjal akut
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi
cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis
dalam urine.
6) Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal

K. Penatalaksanaan Medis Luka Bakar


1) Petunjuk perawatan pasien luka bakar sebelum di rumah sakit (pre
hospital) :
a) Jauhkan penderita dari sumber Luka Bakar.
 Padamkan pakaian yang terbakar .
 Hilangkan zat kimia penyebab luka bakar
 Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat kimia
 Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan
menggunakan objek yang kering dan tidak menghantarkan
arus (non conductive).
b) Kaji ABC (airway, breathing, circulation):
 Perhatikan jalan nafas (airway) yaitu membebaskan jalan
nafas dari sumbatan
 Pastikan pernafasan (breathing) adekuat yaitu bisadengan
pemberian oksigen, humidifikasi, terapi inhalasi, lavase
bronkoalveolar, rehabilitasi pernapasan, dan penggunaan
ventilator
 Kaji Sirkulasi yaitu mempertahankan volume sirkulasi
dengan pemasangan infus intravena atau IV line 2 jalur, dan
pemasangan CVP (Central Venous Pressure)
c) Kaji Trauma Lain
 Pertahankan panas tubuh
 Perhatikan kebutuhan untuk pemberian cairan intravena
 Transportasi (segera kirim pasien ka rumah sakit)

22
 Penanganan dibagian emergensi
d) Penanganan Luka Bakar Ringan
Perawatan di bagian emergensi terhadap luka bakar minor
meliputi : menagemen nyeri, profilaksis tetanus, perawatan luka
tahap awal dan pendidikan kesehatan.
e) Penanganan Luka Bakar Berat.
Untuk pasien dengan luka yang luas, maka penanganan pada
bagian emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas,
kondisi pernafasan, sirkulasi ) dan trauma lain yang mungkin
terjadi, resusitasi hilang), pemasangan kateter urine, pemasangan
nasogastric tube (NGT), pemeriksaan vital signs dan laboratorium,
management nyeri, propilaksis tetanus, pengumpulan data, dan
perawatan luka.
f) Implementasi managemen nyeri luka bakar .
Menurut teori gate control Melzack dan Wall (1965 dalam
Morrison & Bennett, 2009) menyatakan bahwa impuls nyeri dapat
diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem saraf pusat.

23
BAB III
ASKEP GAWAT DARURAT TEORITIS
LUKA BAKAR

A. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
sehingga harus dicek airway, breathing, circulation, disability, dan
exposure terlebih dahulu.
a) Airway
Pada pasien luka bakar ditemukan adanya sumbatan akibat
edema mukosa jalan nafas ditambah sekret yang diproduksi
berlebihan (hiperekskresi) dan mengalami pengentalan. Apabila
terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
Endotracheal Tube (ET). Tandatanda adanya trauma inhalasi adalah
: terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, sputum yang hitam.
b) Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan
dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga
apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat pernapasan,
misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae. Kaji
pergerakan dinding thorax simetris atau tidak, ada atau tidaknya
kelainan pada pernafasan misalnya dispnea, takipnea, bradipnea,
ataupun sesak. Kaji juga apakah ada suara nafas tambahan seperti
snoring, gargling, rhonki atau wheezing. Selain itu kaji juga
kedalaman nafas pasien.
c) Circulation
Kaji ada tidaknya penurunan tekanan darah, kelainan detak
jantung misalnya takikardi, bradikardi. Kaji juga ada tidaknya
sianosis dan capilar refil memanjang. Kaji juga kondisi akral dan

24
nadi pasien. Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema, pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas.
d) Disability
Pada pasien penurunan kesadaran, kehilangan sensasi dan
refleks, pupil anisokor dan nilai GCS
e) Exposure
Pada pasien dengan luka bakar terdapat hipertermi akibat
inflamasi.

2) Secondary Survey
Secondary survey ini merupakan pemeriksaan secara lengkap yang
dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang.
a) Monitor tanda-tanda vital
b) Pemeriksaan fisik
c) Lakukan pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis
riwayat pasien yang merupakan bagian penting dari pengkajian
pasien. Riwayat pasien meliputi keluhan utama, riwayat masalah
kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan
sistem. (Emergency Nursing Association, 2007)
(1) Keluhan Utama : Luas cedera akibat dari intensitas panas
(suhu) dan durasi pemajanan, jika terdapat trauma inhalasi
ditemukan keluhan stridor, takipnea, dispnea, dan pernafasan
seperti bunyi burung gagak (Kidd, 2010)
(2) Riwayat Penyakit Sekarang : Mekanisme trauma perlu
diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak dalam
ruang tertutup, sehingga kecurigaan terhadap trauma inhalasi
yang dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas. Kapan
kejadiannya terjadi (Sjaifuddin, 2006).

25
(3) Riwayat Penyakit Dahulu : Penting dikaji untuk menentukan
apakah pasien mempunyai penyakit yang tidak melemahkan
kemampuan untuk mengatasi perpindahan cairan dan melawan
infeksi (misalnya diabetes mellitus, gagal jantung kongestif,
dan sirosis) atau bila terdapat masalah-masalah ginjal,
pernapasan atau gastro intestinal. Beberapa masalah seperti
diabetes, gagal ginjal dapat menjadi akut selama proses
pembakaran. Jika terjadi cedera inhalasi pada keadaan penyakit
kardiopulmonal (misalnya gagal jantung kongestif, emfisema)
maka status pernapasan akan sangat terganggu (Hudak dan
Gallo, 1996).
(4) Riwayat Penyakit Keluarga : kaji riwayat penyakit keluarga
yang kemungkinan bisa ditularkan atau diturunkan secara
genetik kepada pasien seperti penyakit DM, hipertensi, asma,
TBC dll.

d) Review of System
(1) Aktivitas/istrahat
Tanda : penurunan kukuatan tahanan : keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit, gangguan massa otot perubahan
tonus.
(2) Sirkulasi :
Tanda ( dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT)
hipotensi (Syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas
yang cidera, vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan
nadi, kulit putih dan dingin (Syok listrik).
(3) Intergritas Ego
Tanda : angietas, menangis, ketergantungab, menyangkal,
menarik diri, marah. Gejala : masalah tentang keluarga ,
pekerjaan, keuangan dan kecacatan.
(4) Eliminasi

26
Tanda : haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat
warna, mungkin hitam kemerahan bila terjadi myoglobin
mengindikasikan kerusakan otot dalam.
(5) Makanan dan cairan
Tanda : edema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah.
(6) Neurosensori
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan
reflex tendun dalam (RTD) pada cidera ekstremitas, aktivitas
kejang (syok) . laserasi korneal, kerusakan retina, penurunan
ketajaman (syok) Gejala : area kebas dan terbakar
(7) Nyeri/ keamanan
Gejala : berbagai nyeri contoh luka bakar derjat pertama
secara ekstrem sensitive untuk disentuh, ditekan,digerakan
udara dan perubahan suhu,luka bakar ketebalan sedang serajat
dua sangat nyeri, sementara respon pada luka bakar ketebalan
derajat dua tergantung pada keluahan ujung syaraf, luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.
(8) Pernapasan
Gejala : terkurung dalam ruang tertutup, terpejam laam,
(kemungkinan cidera inhalasi) Tanda : serak, baatuk mangi,
partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan menelan
sekresi orang dsn sianosis indikasi ceodera inhalsa.
Pengembangan thoraks mungkin terbatas pada adanya luka
bakar lingkar dada. Jalan napas atas stridor /mengi (obstruksi
sehubungan dengn llaringosis spasme, edema laringeali, bunyi
napas,generic (edema paaru), strider (edema laringeal) secret
jalan napas dalam (rochi).
(9) Keamanan
Tanda : kulit umum : distraksi jaringan dalam mungkin
tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses
thrombus mikro vaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak

27
terbakar mungkin dingin/lembab, pucat,dengan pengisian
kapiler lambat kehilangan cairan/status syok.

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus-kapiler
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas
3) Nyeri akut b.d agen cedera fisik
4) Gangguan Integritas kulit b.d suhu lingkungan yang ekstrem

C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa SLKI SIKI
1. Gangguan Tujuan : Pemantauan Respirasi
pertukaran Setelah dilakukan intervensi a) Observasi
gas b.d keperawatan selama 3×24  Monitor frekuensi, irama,
perubahan jam maka pertukaran gas kedalaman, dan upaya
membrane meningkat dengan kriteria napas
alveolus- hasil :  Monitor pola napas
kapiler a) Tingkat kesadaran  Monitor adanya sumbatan
meningkat napas
b) Dispnea menurun  Monitor saturasi oksigen
c) Takikardi menurun b) Terapeutik
d) Bunyi napas menurun  Atur interval pemantauan
e) Napas cuping hidung respirasi
menurun  Dokumentasikan hasil
f) Pola napas membaik pemantauan
c) Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan

28
2. Bersihan Tujuan : Manajemen jalan napas
jalan nafas Setelah dilakukan intervensi a) Observasi
tidak efektif keperawatan selama 3×24  Monitor pola napas
b.d jam maka bersihan jalan  Monitor bunyi napas
hipersekresi napas meningkat dengan tambahan
jalan nafas kriteria hasil : b) Terapeutik
a) Dipsnea menurun  Pertahankan kepatenan
b) Ortopnea menurun jalan napas
c) Sulit bicara menurun  Keluarkan sumbatan jalan
d) Frekuensi napas napasberikan oksigen,
membaik jika perlu
e) Pola napas membaik c) Edukasi
 Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
ada kontraindikasi
d) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu

3. Nyeri akut Tujuan : Manajemen Nyeri


b.d agen Setelah dilakukan intervensi a) Observasi
cedera fisik keperawatan selama 3×24  Identifikasi lokasi,
jam maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas,
hasil : intensitas nyeri.
a) Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
menurun  Identifikasi faktor yang
b) Meringis menurun memperberat dan
c) Gelisah menurun memperingan nyeri.
d) Kesulitan tidur b) Terapeutik

29
menurun  Berikan teknik
nonfarmakologi
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c) Edukasi
 Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
 Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat.
d) Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kegiatan mengkoordinasikan
aktivitas pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk mengawasi
dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan menggunakan komponen SOAP :
 S: Data subjektif adalah data berdasarkan keluhan yang diucapkan atau
disampaikan oleh pasien.
 O: Data objektif adalah berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi
tenaga kesehatan secara langsung kepada Pasien.
 A: Analisis merupakan suatu masalah atau diagnosis yang masih terjadi.
 P: Planning yaitu perencanaan yang akan dilakukan.

30
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi (Smeltzer, suzanna, 2002, dikutip oleh Amin Hudanurarif,
Hardhi Kusuma.2013).
Luka bakar yaitu kerusakan secara langsung maupun tidak langsung
pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam
yang disebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu, api, air atau uap
panas, bahan kimia, radiasi, dan arus listrik (Majid, 2013).

B. Saran
1. Untuk mahasiswa, agar melakukan tindakan sesuai dengan prosedur dan
mempersiapkan diri dengan baik sebelum melakukan tindakan agar tidak
terjadi kesalahan yang fatal.
2. Untuk tenaga kesehatan (perawat), ketika memberikan pelayanan kesehatan
pada pasien selalu mengutamakan keamanan. Baik pada pasien itu sendiri
maupun pada perawat, dengan selalu menggunakan APD dan SOP yang
benar

31
DAFTAR PUSTAKA

American Burn Association. 2014. Burn Incidence and Treatment in the


United States : 2015. Chicago : ABA.
http://www.ameriburn.org/resources_factsheet.php. Diakses 20 oktober 2019.
Majid Abdul, Prayogi. 2013. Buku pintar perawatan pasien luka bakar.
Yogyakarta : Gosyem Publishing.
Wilkinson, Skinner. 2007. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:
EGC.
SLKI DPP PPNI.(2019).Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI
SIKI DPP PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI
SDKI DPP PPNI.(2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI

32

Anda mungkin juga menyukai