Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH KEPERWATAN KRITIS

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN


KEPERAWAT PADA PASIEN LUKA BAKAR
(COMBUSTIO)

Oleh:

NI PUTU MARTHADI LUCKY LESTARI NIM. 21.322.1202


NI PUTU AYU WEDHA ASTUTI NIM. 21.322.1203
NI WAYAN MURDI NIM. 21.322.1199
NI WAYAN WINDARI NIM. 21.322.1201
NI NYOMAN SAREN SERINADI NIM. 21.322.1200

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan karuniaNya, peneliti dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

”Konsep Dasar Penyakit dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka

Bakar (Combustio) ” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk

memenuhi mata kuliah Keperawatan Kritis .Dalam penyusunan makalah ini,

penulis banyak mendapat bantuan sejak awal sampai terselesainya makalah ini,

untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis menyampaikan

penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Wira Medika Bali yang telah memberikan kesempatan mengikuti

pendidikan Program Studi Keperawatan di STIKes Wira Medika Bali.

2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kes, selaku Ketua Program Studi

Keperawatan STIKes Wira Medika PPNI Bali yang telah membantu dalam

kelancaran pembuatan makalah ini.

3. Ns I Nyoman Asdiwinata S.Kep.MKep., selaku dosen pengampu mata kuliah

Keperawatan Kritis yang telah memberikan bantuan sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

4. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini

Denpasar, 16 Oktober 2022

Kelompok V

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perlindungan dan Perawatan Bagi Petugas dan Caregiver........................
2.1.1 Pengertian Caregiver .......................................................................
2.1.2 Karakteristik Caregiver....................................................................
2.1.3 Tugas-tugas Caregiver.....................................................................
2.1.4 Standarisasi Petugas Pelayan............................................................
2.1.5 Perlindungan dan Perawat Bagi Petugas..........................................
2.2 Konsep Kerjasama Tim Inter dan Multi....................................................
2.2.1 Kerjasama Tim Interdisiplin Dalam Keperawatan Bencana............
2.2.2 Kerjasama Multidisiplin Dalam Keperawatab Bencana...................
2.3 Pemberdayaan Masyarakat........................................................................
2.3.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat............................................
2.3.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat..................................................
2.3.3 Peran Petugas dan Sektor Kesehatan ..............................................
2.3.4 Ciri Pemberdayan Masyarakat.........................................................
2.3.5 Wujud Peran Serta Masyarakat........................................................

2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................
3.2 Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, sebagai akibat

perubahan yang terjadi dalam hidup mereka yang terjadi secara drastis dan tiba–

tiba, dan pada akhirnya menimbulkan kelainan atau gangguan pada mental atau

gangguan kejiwaan sebagai buntut bencana. Pada fase awal bencana, akan

membuat para korban menjadi khawatir dan bahkan mungkin menjadi panik.

Kepanikan itu berupa, seseorang akan merasa sangat down, shock, karena

kehilangan harta benda dan sanak saudara. Demikian pula, mereka akan

merasakan berbagai macam emosi seperti ketakutan, kehilangan orang dan benda

yang dicintainya, serta membandingkan keadaan tersebut dengan kondisi sebelum

bencana, mereka kembali mengingat harta benda yang telah hilang atau rusak

sekaligus merasakan kesedihan yang mendalam. Hingga pada akhirnya merasa

kecewa, frustasi, marah, dan merasakan pahitnya hidup. Dalam mengatasi kondisi

tersebut menunjukkan pentingnya peran petugas kesehatan dan caregiver,

diperlukkan adanya kerjasama inter dan multidisiplin, serta pemberdayaan

masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat menurut United Nations Development Program

(UNDP) diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan

indikator komposit dari tiga indikator sektor pembangunan: pendidikan,

kesehatan, dan ekonomi. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan

mengemuka sejak dideklarasikannya Piagam Ottawa. Piagam Ottawa menegaskan

4
bahwa partisipasi masyarakat merupakan elemen utama dalam pemberdayaan

masyarakat bidang kesehatan. Selanjutnya, Konferensi Internasional Promosi

Kesehatan ke-7 di Nairobi, Kenya, menegaskan kembali pentingnya

pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan menyepakati perlunya:

membangun kapasitas promosi kesehatan, penguatan sistem kesehatan, kemitraan

dan kerjasama lintas sektor, pemberdayaan masyarakat, serta sadar sehat dan

perilaku sehat.

Pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses membuat orang mampu

meningkatkan kontrol atas keputusan dan tindakan yang memengaruhi kesehatan

masyarakat, bertujuan untuk memobilisasi individu dan kelompok rentan dengan

memperkuat keterampilan dasar hidup dan meningkatkan pengaruh pada hal-hal

yang mendasari kondisi sosial dan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah pada

makalah ini:

1.2.1 Bagaimana konsep dasar luka bakar?

1.2.2 Bagiamanakonsep dasar asuhan keperawatan luka bakar?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan dasar

penyakit dan proses asuhan keperawatan pada luka bakar.

1.3.2 Tujuan Khusus

5
Adapun Tujuan khusus penulisan dalam makalah ini adalah:

1. Mengindetifiksi definisi dari luka bakar.

2. Mengidentifikasi epidemiologi dari luka bakar.

3. Mengidentifikasi etiologi dari luka bakar.

4. Mengidentifikasi klasifikasi dari luka bakar.

5. Mengidentifikasi patofisiologi dari luka bakar.

6. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari luka bakar.

7. Mengidentifikasi pemeriksaan diagnostik/penunjang dari luka bakar.

8. Mengidentfikasi penatalaksanaan dari luka bakar.

9. Mengidentifikasi prognosis dari luka bakar.

10. Mengidentifikasi proses keperawatan dari luka bakar.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan

bencana, khususnya materi mengenai konsep dasar penyakit dan contoh asuhan

keperawatan pada pasien dnegan luka bakar.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan

mengenai keperawatan kritis, khususnya materi mengenai konsep dasar

penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar.

6
2. Memberikan pemahaman bagi mahasiswa lainnya mengenai keperawatan

kritis, khususnya materi mengenai mengenai konsep dasar penyakit dan

asuhan keperawatan pada pasien dengan luka bakar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi Luka Bakar

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,

bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih

dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Luka bakar adalah kerusakan atau

kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air

panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenajat, 2001). Luka bakar adalah luka

yang disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh (Effendi,

1999).

Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat trauma

panas, elektrik, kimia dan radiasi (Smith, 1998). Luka bakar adalah kerusakan

pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau radio aktif (Wong, 2003). Luka

bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas

7
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan radiasi elektro magnetic.

(Effendi. C, 1999). Jadi luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan

oleh panas, kimia, elektrik maupun radiasi.

2.1.2 Karakteristik Caregiver

Menurut Mc Querrey (2012) karakterisitik caregiver yang baik adalah :

a) Empathy

Salah satu karakteristik caregiver yang baik adalah memiliki kemampuan

empati kepada klien yang memerlukan pendampingan. Ketika melakukan

pendampingan baik kepada anak kecil atau membantu orangtua, kemampuan

“personal understanding” dan koneksi dengan klien adalah hal yang sangat

penting. Caregiver yang baik mengerti bagaimana membuat klien menjadi

nyaman dan merasa diperhatikan.

b) Patience

Individu yang menerima pendampingan/pelayanan biasanya tergantung

pada oranglain dan self sufficient, hal tersebut dapat membuat mereka frustasi dan

memberontak. Ketika seorang anak yang tidak bisa mengekspresikan rasa

laparnya, atau yang tidak bisa mengungkapkan rasa sakit secara verbal atau

8
seorang lansia yang mengalami demensia. Kesabaran menjadi hal yang vital untuk

caregiver. Anda harus mampu memisahkan diri dari kemarahan dan tidak terbawa

situasi.

c) Realistic Outlook

Pelayanan/pendampingan sering dilakukan dalam jangka waktu yang

panjang untuk melengkapi kebutuhan sehari-hari dari klien. Memahami

keterbatasan dari klien membantu caregiver untuk menurunkan tekanan yang ada

di lingkungan. Caregiver yang baik menyadari kapabilitas dan tetap terdorong

untuk semangat dalam melayani dan memperhatikan klien.

d) Strong Constitution

Tugas yang dilakukan oleh caregiver berhubungan dengan aktivitas

instrumental seperti memandikan baik itu bayi atau lansia, membersihkan luka.

Seorang caregiver yang baik tidak akan merasa malu dengan tugas yang

dilakukan.

e) Soothing Nature

Caregiver tahu bagaimana cara untuk menenangkan klien. Menjadi voice of

encouragement adalah hal yang membuat kualitas dari caregiver jadi baik.

f) Reliability

Merupakan trait yang penting bagi caregiver. Individu yang menerima

pendampingan/pelayanan bergantung dan tidak bisa berpisah dari caregiver dan

9
sering merasa dekat dengan caregivernya. Caregiver harus konsisten dalam

memberikan pelayanan baik itu makanan dan pemberian obat.

2.1.3 Tugas – Tugas Caregiver

Tugas- tugas caregiver menurut Milligan (2004,dalam Widiastuti,2019) dalam

penelitiannya mengatakaan bahwa tugas yang dilakukan caregiver, tidak hanya terbatas

kepada pekerjaan rumah tangga,akan tetapi dibagi ke dalam 4 kategori , sebagai berikut:

1. Physical Care/ Perawatan fisik, yaitu merupakan tindakan yang berhubungan

dengan pemenuhan kebutuhan fisik atau kebutuhan sehari-hari seperti

memberi makan,menggantikan pakaian, memotong kuku, membersihkan

kamar,dan lain-lain.

2. Social Care /Kepedulian sosial, antara lain: mengunjungi tempat- tempat

bencana atau pengungsian korban bencana sebahgai penghibur dan memberi

hiburan, menjadi supir, bertindak sebagai sumber informasi dari seluruh

dunia di luar perawatan di rumah.

3. Emotional Care, yaitu menunjukkan kepedulian, cinta dan kasih sayang

kepada pasien yang tidak selalu ditunjukkan ataupun dikatakan tetapi

ditunjukkan melalui tugas-tugas lain yang dikerjakan.

4. Quality Care, yaitu memantau meningkatkan tingkat perawatan,standar

pengobatan,dan indikasi kesehatan.

2.1.4 Standarisasi Petugas Pelayanan Kesehatan dan Caregiver dalam

Bencana.

a. Standarisasi Petugas Pelayanan Kesehatan

10
Untuk memastikan kualitas dan profesionalitas dalam menangani kondisi

gawat darurat dan tanggap bencana, ada berapa sertifikasi yang ditetapkan oleh

negara dan fungsinya:

1. Sertifikasi BTCLS, PPGD, BTLS, GELS, Ke-Gawat-Darurat-an

Sertifikasi ini digunakan bagi perawat dan caregiver serta tenaga medis

lainnya dalam menangani pasien yang rujukannya di rumah sakit, khususnya di

Unit Gawat Darurat (UGD), Perusahaan, Puskesmas dan Klinik. Seluruh tenaga

medis yang memiliki sertifikat ini tentunya telah mampu menangani kasus ke-

gawat-darurat- an kardiovaskuler, termasuk di dalamnya serangan jantung (Acute

Miocard Infark) dan Arythmia Lethal. Tenaga medis yang memegang sertifikat ini

telah dipercaya menggunakan alat Automatic External Defibrillator yang

merupakan alat basic standar internasional. Selain itu, memiliki juga kemampuan

untuk menangani berbagai kasus ke-gawat-darurat-an trauma, khususnya pada

kasus-kasus kecelakaan lalu lintas, kecelakaan di perusahaan atau tempat kerja.

2.  Basic Sea Survival

Sertifikasi ini digunakan bagi perawat dan caregiver serta tenaga medis

lainnya dalam menangani pasien di perairan. Sederhananya, para perawat dibekali

ilmu yang meliputi pengenalan perangkat keamanan dan keselamatan di laut atau

air. Ini selaras dengan kemampuan dan tanggungjawab untuk memahami tekhnik

penyelamatan korban kecelakaan terutama di laut, bantuan hidup dasar,

keracunan, teknik safe di bencana Laut, dan lainnya.

3. Sertifikasi Perawat Penerbangan

11
Serupa dengan pemilik sertifikasi Basic Sea Survival pemilik sertifikasi

perawat penerbangan memiliki tanggungjawab di bidangnya yang spesifik. Mulai

dari perusahaan pesawat penerbangan domestik dan international, bandara,

Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (LAKESPRA) di seluruh

Indonesia atau sejenisnya. Para perawat dan caregiver serta tenaga medis lainnya

bertanggungjawab di kawasan ketinggian ekstrem maupun antariksawan. Mereka

memiliki kemampuan Indoktrinasi dan Latihan Aerofisiologi (ILA).

4. Sertifikasi Haemodialisa

Setiap perawat dan caregiver serta tenaga medis unit Haemodialisa di

rumah sakit dan klinik dan tempat-tempat kemungkinan terjadi bencana massal,

wajib memiliki sertifikat ini. Pemilik sertifikat memiliki tanggungjawab dengan

kemampuan tekhnik Haemodialisa atau cuci darah, penanganan shock, reused atau

pencucian dializer pada Haemodialisa, dan lainnya.

5.  Keperawatan Intensive Care Unit (ICU)

Sertifikasi ini digunakan bagi perawat dan caregiver serta tenaga medis

lainnya dalam menangani pasien di ruang ICU, HCU, ICU Rumah Sakit, Klinik,

Home care atau sejenisnya.

b. Kecakapan Relawan

Dalam Perka BNPB nomor 17 tahun 2011 tentang pedoman relawan

penanggulangan bencana mengatakan bahwa relawan penanggulangan bencana

perlu memiliki kecakapan-kecakapan atau keterampilan khusus yang dibutuhkan

12
dalam penanggulangan bencana. Kemahiran relawan dapat digolongkan dalam

kelompok kecakapan berikut:

1. Perencanaan

Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau memiliki pengalaman

terlibat dalam perencanaan penaggulangan bencana dapat mendukung proses

perencanaan kontinjensi, perencanaan tanggap darurat dan perencanaan

rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana

2.  Pendidikan

Relawan yang terdidik sebagai pendidik dan/atau berpengalaman

menyelenggarakan pendidikan dalam situasi darurat dan pasca bencana dapat

membantu petugas dalam penyelenggaraan pendidikan bagi para penyitas bencana

terutama anak-anak yang masih berada dalam usia sekolah.

3. Geladi dan Simulasi Bencana.

Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam

bidang pelatihan, geladi dan simulasi bencana dapat mendukung masyarakat

dalam peningkatan kesiapsiagaan bencana melalui pelatihan, geladi dan simulasi

bencana.

4.  Kaji Cepat Bencana

Relawan yang pernah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam

kaji cepat bencana dapat mendampingi para petugas kaji cepat dalam melakukan

pendataan korban, pengungsi dan kerusakan serta kerugian akibat bencana.

5.  Pencarian dan Penyelamatan (SAR) dan Evakuasi

13
Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam

bidang ini dapat membantu dalam upaya pencarian, penyelamatan dan evakuasi

korban bencana.

6. Logistik

Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam

bidang logistik bencana dapat membantu para petugas dalam mengelola

penerimaan, penyimpanan dan distribusi logistik bencana, termasuk pencatatan

dan pelaporannya.

7. Keamanan Pangan dan Nutrisi

Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam

bidang ini dapat mendukung para petugas dalam menjaga kecukupan pangan dan

status nutrisi para penyitas bencana dalam penampungan sementara.

8. Dapur Umum

Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam

bidang pengelolaan dapur umum dapat mendukung para petugas dalam

menyiapkan makanan bagi para penyitas bencana dalam penampungan sementara,

termasuk menjaga kecukupan, kualitas dan kehigienisan makanan yang disiapkan.

9. Pengelolaan Lokasi Pengungsian dan Huntara

Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam

bidang ini dapat mendukung para petugas dalam mengelola lokasi penampungan

bagi para penyitas bencana.

14
10. Pengelolaan Posko Penanggulangan Bencana

Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam

bidang ini dapat mendukung para petugas dalam mengelola posko

penanggulangan bencana.

11.  Kesehatan/Medis

Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam

bidang kesehatan dan/atau memiliki pengalaman dalam bidang medis dapat

mendukung para petugas dalam menjaga kesehatan para penyitas bencana,

termasuk dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan keliling.

12. Air Bersih, Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan

Relawan yang telah menerima pelatihan dan/atau berpengalaman dalam

bidang kesehatan dan/atau berpengalaman dalam bidang ini dapat mendukung

para petugas dalam mencegah timbulnya penyakit di lokasi- lokasi penampungan

para penyitas bencana melalui pengelolaan air bersih, sanitasi dan kesehatan

lingkungan.

13. Keamanan dan Perlindungan

Relawan yang terdididk atau telah menerima pelatihan dan/atau

berpengalaman dalam bidang ini dapat mendukung petugas dalam menyediakan

keamanan dan perlindungan bagi para penyitas bencana dan aset mereka.

14. Gender dan Kelompok Rentan

Relawan yang terdididk atau telah menerima pelatihan dan/atau

berpengalaman dalam isu gender dan kelompok rentan dapat mendukung petugas

15
dalam menjaga serta melindungi kepentingan kelompokkelompok yang lebih

rentan.

15. Psikososial/Konseling/Penyembuhan Trauma

Relawan yang terdididk atau telah menerima pelatihan dan/atau

berpengalaman dalam bidang ini dapat mendukung petugas dalam menjaga

kesehatan jiwa penyitas bencana termasuk menangani dampak bencana pada

hubungan keluarga.

16. Administrasi

Relawan yang terdididk atau telah menerima pelatihan dan/atau

berpengalaman dan menguasai prosedur administrasi dapat membantu kegiatan-

kegiatan administrasi dalam penanggulangan bencana.

17. Bahasa Asing

Relawan yang telah menerima pendidikan atau pelatihan bahasa asing

dan/atau menguasai serta berpengalaman dalam menggunakan bahasa asing, dapat

membantu mendampingi pihak-pihak asing yang terlibat dalam respons bencana

di Indonesia.

18. Informasi dan Komunikasi

Relawan yang terdididk atau telah menerima pelatihan dan/atau

berpengalaman dalam bidang ini dapat mendukung para petugas dalam mengelola

penyampaian informasi, termasuk informasi peringatan dini jika bahaya masih

mengancam, dan mendukung kelancaran komunikasi dalam situasi darurat

bencana.

19. Hubungan Media dan Masyarakat

16
Relawan yang telah menerima pendidikan dan pelatihan dan/atau

berpengalaman dalam bidang ini dapat mendukung petugas dalam menyampaikan

informasi kepada media dan masyarakat, termasuk menampung keluhan-keluhan

dari pihak media dan masyarakat penyitas bencana maupun penduduk yang

tinggal di sekitar lokasi penampungan sementara.

20. Pemantauan ,Evaluasi dan Pelaporan

Relawan yang telah menerima pelatihan pemantauan, evaluasi dan

pelaporan dan/atau berpengalaman dan menguasai keterampilan ini dapat

membantu kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam penanggulangan

bencana

21. Promosi dan Mobilisasi Relawan

Relawan yang telah menerima pendidikan atau pelatihan bahasa asing

dan/atau menguasai serta berpengalaman dalam bidang ini dapat membantu upaya

promosi kerelawanan serta memobilisasi relawan dalam situasi bencana.

2.1.5 Perlindungan dan Perawatan bagi Petugas dan Caregiver

Istilah perlindungan hukum, yakni perlindungan hukum bisa berarti

perlindungan yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan

tidak cederai oleh aparat penegak hukum dan juga bisa berarti perlindungan yang

diberikan oleh hukum terhadap sesuatu. Hakekatnya setiap orang berhak

mendapatkan perlindungan dari hukum. Dengan demikian hampir seluruh

17
hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu

terdapat banyak macam perlindungan hukum. Secara umum perlindungan

hukumPe merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan

tujuan-tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek

hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif (pencegahan)

maupun dalam bentuk yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang secara

tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum

Dalam Penelitian yang ditulis oleh M. Fakih, S.H., M.S, di Fakultas Hukum

UGM, yang berjudul “Aspek Keperdataan Dalam Pelaksanaan Tugas Tenaga

Keperawatan Di Bidang Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Lampung". Dalam

pernyataaanya menyebutkan bahwa “Mengingat perawat sebagai tenaga kesehatan

terdepan dalam pelayanan kesehatan di masyarakat, Pemerintah menerbitkan

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor HK.02/Menkes/148/2010

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.

Pasal 8 ayat (3) Permenkes menyebutkan praktik keperawatan meliputi

pelaksanaan asuhan keperawatan, pelaksanaan upaya promotif, preventif,

pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan tindakan keperawatan

komplementer. dari pasal tersebut menunjukkan aktivitas perawat dilaksanakan

secara mandiri (independent) berdasar pada ilmu dan asuhan keperawatan, dimana

tugas utama adalah merawat (care) dengan cara memberikan asuhan keperawatan

untuk memuaskan kebutuhan fisiologis dan psikologis pasien.

18
Hingga saat ini perjanjian keperawatan atau informed consent keperawatan

belum diatur secara tertulis dan baru mengatur informed consent tindakan

kedokteran sebagaimana diatur dalam Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008.

Sehingga tindakan medik yang dilakukan perawat pada prinsipnya berdasar

delegasi secara tertulis dari dokter. Kecuali dalam keadaan darurat, perawat

diizinkan melakukan tindakan medik tanpa delegasi dokter sesuai Pasal 10 ayat

(1) Permenkes No. HK. 02.02/Menkes/148/2010

2.2 Konsep Kerjasama Tim Inter dan Multidisiplin

2.2.1 Kerjasama Tim Interdisiplin dalam Keperawatan Bencana

1. Pengertian

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok propoesional

yang mempunyai aturan yang jelas tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan

19
berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan

pelayanan kesehatan terbaik. Interdisiplin merupakan kombinasi dari berbagai

disiplin ilmu dalam tugas, namun dalam pemecahan suatu masalah saling

bekerjasama dengan disiplin ilmu lain, saling berkaitan. Interdisiplin merupakan

interaksi intensif antar satu atau lebih disiplin, baik yang langsung berhubungan

maupun yang tidak, melalui program-program penenlitian dengan tujuan

melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis

2. Ciri-Ciri Inter Disiplin

a. Peran dan tanggung jawab tidak kaku, dapat beralih sesuai dengan

perkembangan

b. Menyadari adanya tumpang tindih kompetensi dan menerapkan dalam

praktek sehari-hari

c. Menemui dan mengenali keunikan peran berbagai disiplin yang tidak bisa

diabaikan dan merupakan modal bersama

d. Ranah perluasan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki dan akan diterapkan

merupakan yang paling komprehensif, terdapat keinginan untuk memikul

beban berat bersama, Hasrat untuk saling berbagi pengalaman dan

pengetahuan

e. Interdisiplin dimulai dari disiplin, setelah itu mengembangkan

permasalahan seputar disiplin tersebut

3. Anggota Tim Inter Disiplin

20
Peran dan fungsi dari BMKG ( Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika) adalah sebagai berikut :

a) BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen

(LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan

b) BMKG mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud diatas, Badan Meteorologi Klimatologi dan

Geofisika menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang

meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

2. Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan

geofisika.

3.  Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang

meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

4.  Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan

data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

5. Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi,dan

geofisika.

6. Penyampaian informasi kepada instasi dan pihak terkait serta

masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim.

21
7. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak

terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor

meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

8. Pelaksanaan kerjasama internasional dibidang meteorologi,

klimatologi dan geofisika.

9. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang

meteorologi, klimatologi dan geofisika.

10. Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instumentasi, kalibrasi dan

jaringan komunikasi di bidang meteoroogi,klimatologi dan geofisika.

11. Koordinasi dan Kerjasama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan

komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

12. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian manajemen

pemerintahan di bidang meteorologi,klimatolohi dan geofisika.

13. Pelaksanaan pndidikan professional di bidang meteorologi,klmatologi,

dan geofisika.

14. Pelaksanaan manajeman data di bidang meteorologi, klimatologi,dan

geofisika.

15. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di

lingkungan BMKG

16. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawab BMKG

17. Penagwasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG

22
18. Penyampaian laporan,saran,dan pertimbangan di bidang meteorologi,

klimatologi,dan geofisika. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

BMKG dikoordinasikan oleh Menteri yang bertangggung jawab di

bidang perhubungan.

2.2.2 Kerjasama Multidisiplin dalam Keperawatan Bencana

1. Pengertian

Menurut Wywialoski (2014) multidisplin atau multidisipliner mengacu

pada tim dimana sejumlah orang atau individu dari berbagai disiplin ilmu terlibat

dalam suatu proyek namun masing-masing individu bekerja secara mandiri. Setiap

individu dalam tim multidisiplin memiliki keterampilan dan keahlian yang

berbeda namun saling melengkapi satu sama lain. Pengalaman yang dimiliki

masing-masing individu memberikan kontribusi yang besar bagi keseluruhan

upaya yang dilakukan. Tim multidisiplin adalah sebuah kelompok pekerja

kesehatan atau pekerja medis yang terdiri dari anggota – anggota dengan latar

belakang ilmu profesi yang berbeda dan masing.

2. Ciri-ciri Multidisiplin

a. Setiap bagian ikut berperan cukup besar, melakukan perencanaan

pengelolaan bersama.

b. Setiapbagianberaktivitasberdasarkanbatasanilmunya.

c. Konseptual dan operasional:terpisah-pisah.

d. Dalam pelayanan kesehatan, berbagai bidang ilmu berupaya

mengintegrasikan pelayanan untuk kepentingan pasien. Namun setiap

23
disiplin membatasi diri secara ‘tegas’ untuk tidak memasukan ranah ilmu

lain.

3. Anggota Tim Multidiplin

1) Dokter

a. Peran dokter dalam keadaan bencana. Dokter merupakan salah satu praktis

kesehatan yang sangat diperlukan dalam keadaan bencana peran dokter

tersebu diantaranya:

 Melakukan penanganan kasus kegawat daruratan trauma maupun non

trauma seperti PPGD-GELS, ATLS, ACLS)

 Melakukan pemeriksaan umum terhadap korban bencana.

 Mendiagnosa keadaan korban bencana dan ikut menentukan status

korban triage

 Menetapkan diagnosa terhadap pasien kegawat daruratan dan

mencegah terjadinya kecatatan pada pasien.

 Memberikan pelayanan pengobatan darurat

 Melakukan tindakan medis yang dapat dilakukan di posko tanggap

bencana.

 Memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit apabila memerlukan

penanganan lebih lanjut

 Melakukan pelayanan kesehatan rehabilitative

b. Tenaga dokter dalam tim penanggulagan kritis

24
Dalam bencana diadakannya mobilisasi SDM kesehatan, diantarnya dokter,

yang tergabung dalam suatu tim penanggulangan kritis yang meliput tim gerak

cepat, tim penilaian cepat kesehatan (Tim RHA), dab tim bantuan kesehatan

berikut kebutuhan minimal tenaga dokter untuk masing-masing tim tersebut:

 Tim gerak cepat Merupakan tim yang bergerak dalam waktu 0-24 jam

setelah adanya kejasin bencana. Tenaga dokter yang dibutuhkan terdiri

dari dokter umum/BSB 1 orang, dokter spesialis bedah 1 orang, dan dokter

spesialis anastesis 1 orang.

 Tim RHA Merupakan tim yang bisa diberangkatkan bersama dengan tim

gerak cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tim ini,

tenaga dokter umum minimal 1 orang dikirikan.

 Tim bencana kesehatan Merupakan tim yang diberangkatkan berdasarkan

kebutuhan setelah tim gerak cepat dan tim RHA kembali dengan laporan

hasil kegiatan mereka dilapangan.

2) Perawat

Fungsi dan tugas perawat dalam situasi bencana dapat dijabarkan menurut

fase dan keadaan berlaku saat terjadi bencana seperti dibawah ini :

a) Fase Pra Bencana

1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam

penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.

25
2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi

lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga

kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan

menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.

3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan

kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal – hal

berikut: usaha pengobatan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)

4. Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti menolong anggota

keluarga yang lain.

b) Fase Bencana

1. Bertindak cepat

2. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti, dengan takut

memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.

3. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan

4. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan.

c) Fase Pasca Bencana

1. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan

psikologis korban.

2. Stress psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi Post

Traumatic Stress Disorder (PTSD) yang merupkan sindron dengan tiga

kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua,

individu tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback,

26
mimpi, ataupun peristiwa – peristiwa yang memacunya. Ketiga, individu

akan menunjukkan gangguan fisik. Selain itu individu dengan PTSD dapat

mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalahm dan gangguan

memori.

3. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja

sama dengan unsure lintas sector manangani masalah kesehatan

masyarakat pasca bencana.

3) Ahligizi

Kegiatan penanganan dan tugas ahli gizi pada situasi bencana perlu efisien dan

efektif antara lain, sebagai berikut:

a. Menyusun menu bagi sekelompok masyarakat korban bencana alam.

b. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari perisapan sampai

pendistribusian.

c. Pegawasan logistik bantuan bahan makanan dan minuman. Memantau

keadaan gizi pengungsian khusus balita dan ibu hamil.

d. Pelaksanaan koseling gizi gratis yang disediakan untuk masyarakat korban

bencana alam.

e. Pemberian suplemen zat gizi makro (kapsul vitamin A, untuk balita dan

tablet besi untuk ibu hamil).

4)  Fisioterapi

a. Fisioterapi harus mampu mebina hubungan baik secara intense dengan

instansi yang diakui secara internasional / LSM untuk memastikan bahwa

27
layanan professional dikoordinasikan dan dimasukkan sebagai bagian dari

program rancangan pembangunan nasional yang berkelajutan dalam

kerangka manajemen bencana.

b. Mitigasi dan kesiapan adalah cara utama untuk mengurangi dampak

bencana dan mitigasi dan kesiapsiagaan berbasis masyarakat/manajemen

harus menjadi praktek manajemen fisioterapi.

c. Korban bencana yang mengalami luka fisik dapat di fase awal dapat

mendapat perawatan di rumah sakit terdekat, atau pada langkah sementara

dilokasi dengan bantuan medis oleh tim bantuan bencana local secaara

organisasi bantuan internasional. Namun kembali ke rumah mereka untuk

membangun kembali kehidupan mereka adalah keentingan utama bagi

para korban.

5)  Pekerja Sosial

Profesi pekerjaan sosial memiliki peran penting dalam penanggulangan bencana

baik pada saat pra bencana,tanggap darurat maupun pasca bencana pada saat pra bencana,

kontribusi pekerja sosial berfokus pada upaya pengurangan risiko bencana, antara lain

melalui kegiatan , peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dan mitigasi dala menghadapi

kemungkinan terjadinya bencana, pemetaan kapasitas masyarakat, dan melalukan

advokasi ke berbagai pihak terkait kebijakan penanggulangan bencana pada saat tanggap

darurat, pekerja sosial membantu pemulihan kondisi fisik dan penanganan psikososial

dasar bagi korban bencana. Pada saat pasca bencana, pekerja sosial melakukan upaya

pemulihan kondisi psikologis korban bencana, khususnya mengatasi trauma dan

pemulihan kondisi sosial, serta pengembangan kemandirian korban bencana.

28
6)  POLRI

Peran Polri dalam mendukung manajemen penanggulangan bencana melalui :

1. Meningkatkan pembinaan masyarakat melalui kegiatan community policing

sehingga masyarakat diharapkan mampu mencegah dan menghindari terjadinya

tindakan kejahatan yang akan menimpa dirinya mampu kelompoknya.

2. Melaksanakan sosialisasi antisipasi terhadap bencana melalui pelatihan

penyelamat saat terjadinya bencana serta terbentuknya sistem deteksi dini

adanya bencana yang dapat dimengerti oleh masyarakat.

3. Meningkatkan kepatuhan hukum dari masyarakat agar tidak melakukan

tindakan yang melanggar hukum pada saat terjadinya bencana penyuluhan dan

pengorganisasian kelompok masyarakat sadar hukum.

4.  Melakukan kegitan kepolisian dalam rangka memberikan jaminan rasa aman

kepada masyarakat baik jiwa maupun harta melalui kegiatan perlindungan,

pengayoman dan pelayanan masyarakat serta penegakan hukum yang

professional dengan menjunjung tinggi HAM.

5.  Melakukan pembenhan dan peningkatan internasional organisasi polri melalui

peningkatan kuantitas dan kualitas personil medasari paradigma baru polri,

meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat, menciptakan sistem

dan metode serta anggaran yang mampu mendukung operasional polri dalam

penggulangan bencana.

7)  Tim SAR( Search And Rescue)

29
Dalam hal kejadian bencana alam, peranan SAR adalah yang paling mengemuka

karena harus bertindak paling awal pada setiap bencana alam yang terjadi, sehingga SAR

menjadi titik pandang bagi masyarakat yang tertimpa musibah.

2.3 Pemberdayaan Masyarakat

2.3.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,

memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan

masyarakat adalah upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah,

merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat

dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh

masyarakat. Bidang kesehatan, pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses

untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam

memelihara, dan meningkatkan kesehatan.

2.3.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatan bagi

individu, kelompok, atau masyarakat.

2. Timbulnya kemauan dan kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari

kesadaran dan pemahaman terhadap objek, dalam hal ini kesehatan.

3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan yang berarti

masyarakat, baik secara individu maupun kelompok telah mampu

30
mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan

atau perilaku sehat.

2.3.3 Peran Petugas atau Sektor Kesehatan Dalam Pemberdayaan Masyarakat

1. Memfasilitasi masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan atau program-

program pemberdayaan

2. Memotivasi masyarakat untuk bekerja sama atau bergotong-royong dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan atau program-program bersama untuk

kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut

3. Mengalihkan pengetahuan, ketrampilan, dan teknologi kepada masyarakat

2.3.4 Ciri pemberdayaan Masyarakat

1. Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada

tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah,

kepala adat, ustad, dan sebagainya.

2. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna,

majlistaklim,dan lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra

kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

3. Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong

sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.

4. Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat

digunakan untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat

31
kali pengahsil pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan

untuk memudahkan akses ke puskesmas.

5. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan

pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang

menggunakan pendekatan community based health education.

6. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat

digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan

air dengan pasir atau arang.

2.3.5 Wujud Peran Serta Masyarakat

a. Sumber daya masyarakat

1. Peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut:

2.  Pemimpinmasyarakatyangberwawasankesehatan

3. Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama,

politisi, cendikiawan, artis atau seniman, budayawan, pelawak,dll.

4.  Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya: kader

Posyandu, kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi,

kader KB, dokter kecil, saka bakti husada, santri husada, taruna husada,dll.

b. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat

32
Semua jenis institusi, lembaga atau kelompok masyarakat yang mempunyai

aktivitas masyarakat kesehatan. Contohnya upaya Kesehatan bersumber daya masyarakat

(UKBM) yaitu segala bentuk kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh, dan untuk

masyarakat.

33
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Caregiver adalah individu yang memberikan bantuan kepada orang lain

yang mengalami disabilitas atau ketidakmampuan dan memerlukan bantuan dan

perawatan terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan, baik secara fisik,

psikologis, spiritual, emosional, sosial, dan finansial. Berbagai bentuk bantuan

dan perawatan diberikan caregiver untuk membantu keberfungsian sistem

kehidupan korban bencana. Tugas – Tugas Caregiver yaitu physical care/

perawatan fisik, social care/ kepedulian sosial, emotional care dan quality care

yaitu memantau meningkatkan tingkat perawatan, standar pengobatan, dan

indikasi kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

HK.02/Menkes/148/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.

Pasal 8 ayat (3) Permenkes menyebutkan praktik keperawatan meliputi

pelaksanaan asuhan keperawatan.

Interdisiplin merupakan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu dalam tugas,

namun dalam pemecahan suatu masalah saling bekerjasama dengan disiplin ilmu

lain, saling berkaitan. multidisiplin atau multidisipliner mengacu pada tim dimana

sejumlah orang atau individu dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu

proyek namun masing- masing individu bekerja secara mandiri. Setiap individu

dalam tim multidisiplin memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda namun

saling melengkapi satu sama lain.

34
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk

menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam

mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan

mereka sendiri. Tujuan dari pemberdayaan masyarakat yaitu timbulnya

kemampuan masyarakat di bidang kesehatan yang berarti masyarakat, baik secara

individu maupun kelompok telah mampu mewujudkan kemauan atau niat

kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.

3.2 Saran

Dengan makalah ini diharapkan para pembaca khususnya bidang

keperawatan dapat memahami konsep perlindungan caregiver, kerjasama tim inter

dan multidisiplin serta pemberdayaan masyarakat dalam keperawatan bencan.

Selain itu penulis juga menyarankan materi-materi yang ada dalam tulisan ini

dapat dipelajari lebih lanjut agar nantinya dapat menghasilkan tulisan-tulisan yang

bermutu.

35
DAFTAR PUSTAKA

Bates, M. (2017). Caregiving and the Elderly. Ohio: Case Western Reserve
University.

BNPB. (2011). PerKa Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17


Tahun 2011 Tentang Pedoman Relawan Penanggulangan Bencana. Jakarta:
Mentri Hukum & HAM.

Lubis, A. J. (2014). Gambaran Kebutuhan Pekerja Sosial sebagai Caregiver di


Panti Sosial Berdasarkan Tes EPPS. Jakarta: F. Psikologi UI.

McQuerry, L.(2012). Good Qualities of a Caregiver. USA: Presbyterian Church.

M. Fakih, S.H., M.Si. (2013). Aspek Keperdataan Dalam Pelaksanaan Tugas


Tenaga Keperawatan Di Bidang Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Lampung.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Widiastuti, R. (2019). Coping Stress Pada Primary Caregiver. Medan: F.


Psikologi USU.

36

Anda mungkin juga menyukai