Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN


LUKA BAKAR ( COMBUSTIO )

Disusun oleh:
1. Lidia Christiyowati (1901110553)
2. Maria Yuliana (1901110554)
3. Lusia Miswati (1901110555)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


JL. RADEN PANJI SUROSO NO. 6 MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Masa Kuasa yang
telah memberikan kemampuan untuk menyusun dan menyelesaikan makalah
seminar dengan judul “Konsep dasar dan asuhan keperawatan luka bakar
(Combustio)”. Penyususn menyadari bahwa dalam pelaksanaan makalah ini
masih banyak kekurangan namun kami telah berusaha semaksimal mungkin
sehingga dapat menyelesaikannya. Makalah ini terselesaikan dengan dukungan
dan bimbingan para dosen serta berbagai pihak yang turut membantu. Untuk itu
penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ns. Putu Sintya Arlinda Arsa, S. Kep, M.Kep,
2. Ns. Luluk Nur Aini, M. Kep
3. Ns. Fakrul Ardiansyah M.Kep, Sp. Kep.MB
4. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan serta semangat terhadap
penulisan makalah ini.
5. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi profesi
keperawatan dan para pembacanya.

Malang, Juni 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN......................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Anatomi dan Fisiologi kulit ....................................................... 4
2.1.1 Struktur kulit .................................................................... 5
2.1.2 Fungi kulit………............................................................. 13
2.1.3 Warna kulit........................................................................ 14
2.2 Konsep Luka bakar ..................................................................... 15
2.2.1 Pengertian ......................................................................... 15
2.2.2 Etiologi……....................................................................... 15
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi berat ringan luka bakar ........ 16
2.2.4 Fase luka bakar ………..................................................... 20
2.2.5 Berat ringan luka bakar …………………......................... 21
2.2.6 Patofiologi ......................................................................... 22
2.2.7 Penatalaksaan ……............................................................ 23
2.2.8 Nutrisi……………........................................................... 27

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LUKA BAKAR


3.1 Pengkajian ……........................................................................... 30
3.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................. 32
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan ………....................................... 33

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………… 36
4.2 Saran………………………………………………………….. 36

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 37

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh
pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi
tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu
mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ ekskretori dan sensori,
membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit
yang sebagian besar dapat dicegah (Horne dan Swearingen, 2000).
Luka bakar merupakan luka yang disebabkan oleh terpajannya
kulit dengan api, suhu tinggi, listrik, radiasi maupun bahan kimia sehingga
membuat integritas kulit menjadi terganggu atau rusak (Suriadi & Rita 2006).
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi di rumah sakit.
Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan
juga cukup mahal untuk penanganannnya. Perawatan luka bakar juga
memerlukan waktu yang lama, kadang perlu operasi yang berulang kali dan
meskipun sembuh bisa menimbulkan kecacatan yang menetap sehingga
penanganan luka bakar sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari
tim spesialis bedah plastik. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien luka
bakar adalah syok, kekurangan volume cairan dan elektrolit,
hypermetabolisme, infeksi, masalah pernapasan akut dan juga kematian. Pada
luka bakar yang luas dapat juga terjadi kecacatan dan depresi.
Kurang lebih 2.500.000 orang mengalami luka bakar di Amerika
Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200.000 pasien memerlukan
penanganan rawat jalan dan 100.000 pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar
12.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi
yang berhubungan dengan luka bakar, lebih separuh dari kasus luka bakar
dirumah sakit seharusnya dapat dicegah.

1
2

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia


tahun 2008, prevalensi luka bakar di Indonesia adalah 2,2 %. Lebih dari 250
jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar, dikarenakan jumlah anak-anak
cukup tinggi serta ketidakpercayaan anak-anak untuk menghindari terjadinya
kebakaran ,maka usia anak-anak menyumbang kematian tertinggi akibat luka
bakar di Indonesia. Menurut Tim Pusbankes tahun 2012, angka kematian
akibat luka bakar di Indonesia berkisar 37-39%.
Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan
kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan
mempromosikan undang undang tentang pengamanan kebakaran. Asuhan
keperawatan komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah
penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi
perawat untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan yang saling
berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga
penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar
dan keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat
dapat memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan
penyembuhan.
Asuhan keperawatan luka bakar/ Combustio mencakup proses
keperawatan mulai dari pengkajian kasus, analisa data, prioritas diagnosa,
rencana tindakan keperawatan, intervensi dan Implementasi serta evaluasi
proses asuhan keperawatan. Masalah keperawatan difokuskan pada : Nyeri
akut, hypovolemia dan kerusakan integritas kulit. Tindakan keperawatan yang
simultan dan komprehensip secara independen maupun kolaboratif
dilaksanakan sebagai salah satu upaya mempercepat proses penyembuhan
pasien serta meningkatkan ketrampilan perawat dalam merawat pasien dengan
luka bakar.
3

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnosa combustio atau luka bakar.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui anatomi dan fisiologi kulit
b. Mahasiswa mengetahui konsep dasar luka bakar
c. Mahasiswa mampu mengkaji terhadap derajad luka bakar.
d. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa dari pengkajian
terhadap luka bakar.
e. Mahasiswa mampu menyusun rencana dalam pelaksanaan
perawatan luka bakar.
f. Mahasiswa mampu melakukan tindakan sesuai rencana yang
telah disusun.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari rencana tindakan yang
telah disusun dan dilakukan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT


Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian
tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit
pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang
dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat
badan seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai
macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui
sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus
menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi
dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan
pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti
jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih
banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida.
Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida
dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti
temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara,
kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-
penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam
metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit.
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh berbeda.
Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali
yang berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak
tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan
pencerminan penyesuaiannya kepada fungsinya di masing-masing tempat. Kulit di
daerah-daerah tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan
lapisan bagian dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang
ada di dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau

4
5

garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh
serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak
tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi).
Kulit menutup tubuh manusia pada daerah tubuh yang paling luas dari
kepala sampai ke kaki. Kulit merupakan barier protektif yang memiliki fungsi
vital seperti perlindungan terhadap kondisi luar lingkungan baik dari pengaruh
fisik maupun pengaruh kimia, serta mencegah kelebihan kehilangan air dari tubuh
dan berperan sebagai termoregulasi. Kulit bersifat lentur dan elastis yang
menutupi seluruh permukaan tubuh dan merupakan 15% dari total berat badan
orang dewasa (Paul et al., 2011). Fungsi proteksi kulit adalah melindungi tubuh
dari kehilangan cairan elektrolit, trauma mekanik dan radiasi ultraviolet, sebagai
barier dari invasi mikroorganisme patogen, merespon rangsangan sentuhan, rasa
sakit dan panas karena terdapat banyak ujung saraf, tempat penyimpanan nutrisi
dan air yang dapat digunakan apabila terjadi penurunan volume darah dan tempat
terjadinya metabolisme vitamin D (Richardson, 2003; Perdanakusuma, 2007).
Kulit wajah yang sehat dan cantik akan tampak kencang, lentur, dan
lembab, kondisi ini tidak akan menetap selamanya, sejalan dengan perkembangan
usia, ketika kondisi tubuh menurun, kulit tidak hanya menjadi kering tapi juga
suram dan berkeriput. Keadaan ini makin mudah terjadi setelah melewati usia tiga
puluhan. Saat itu fungsi kelenjar minyak mengendur, sehingga kulit terasa lebih
kering dibandingkan dengan sebelumnya. Diduga dengan bertambahnya usia,
kadar asam amino pembentuk kalogen pun berkurang sehingga kalogen yang
terbentuk bermutu rendah, selain itu kalogen kehilangan kelembaban dan menjadi
kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang itu tak mampu menopang kulit
dengan baik, seperti yang tampak pada kulit orang tua yang makin lama makin
kendur dan kurang lentur. Perubahan susunan molekul kalogen ini merupakan
salah satu faktor utama yang membuat kulit manusia lebih cepat keriput, timbul
pigmentasi, kehilangan kelembaban dan elastisitas.

2.1.1 Struktur Kulit


Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu :
a. Kulit ari (epidermis)
6

b. Kulit jangat (dermis, korium atau kutis)


c. Jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau
subkutis)

a. Kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar


Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik
untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada
bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian
tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter pada telapak tangan dan
telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada
kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit.
Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis
memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang
merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis.
Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
1. Lapisan tanduk (stratum corneum), merupakan lapisan epidermis
paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam.
Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki
inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan
sangat sedikit mengandung air. Lapisan tanduk sebagian besar
terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air
dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia, dikenal dengan
lapisan horny. Lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang
mudah terlepas dan digantikan sel baru setiap 4 minggu, karena
usia setiap sel biasanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit
terasa sedikit kasar. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus
7

berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self


repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Dengan
bertambahnya usia, proses keratinisasi berjalan lebih lambat.
Ketika usia mencapai sekitar 60-tahunan, proses keratinisasi
membutuhkan waktu sekitar 45-50 hari, akibatnya lapisan tanduk
yang sudah menjadi kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak
putih karena melanosit lambat bekerjanya dan penyebaran melanin
tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan
tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan
lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air
dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara
tonus dan turgor kulit. Lapisan tanduk memiliki daya serap air
yang cukup besar.
2. Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier,
terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai
penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan
bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis
dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus
cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan
telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
3. Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel
keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir
dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut.
Lapisan ini paling jelas pada kulit telapak tangan dan kaki.
4. Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi
terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan
jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel
lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap
sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.
Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris.
Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal),
dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di
8

antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk
peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir
melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang
berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan
taju mempunyai susunan kimiawi yang khas, inti-inti sel dalam
bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan
glutation.
5. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel
torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan
dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina
basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang
membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis
cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demoepidermal dan
fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis
bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke
lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam
lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas
atau melanosit) pembuat pigmen

b. Kulit jangat (dermis, korium atau kutis)


Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau
kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot
penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada
9

di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk


batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut,
menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara
kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 %
kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat
diperkirakan antara 1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata
serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki.
Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar
yang menyerupai selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa
dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari
luar. Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf
dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin.
Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang
dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau
sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut,
akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri.
Kelenjar palit yang menempel di kandung rambut memproduksi
minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi
minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat
menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit
melalui pori-pori kulit. Di permukaan kulit, minyak dan keringat
membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam
dengan nilai pH sekitar 5,5. Sawar asam merupakan penghalang alami
yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan
berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan
keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar
jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika. Pada dasarnya
dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit
berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut
kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena
fungsinya adalah membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga
kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan
10

kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan.
Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau
kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran
penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit.
Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat
menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak
memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit
ari. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat dan kelenjar palit.
1. Kelenjar keringat,
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang
melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara
pada permukaan kulit, membentuk pori-pori keringat. Semua
bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak
terdapat di permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di
bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan
membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani,
emosi dan obat-obat tertentu.
Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi
cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 %
air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam,
sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan
dari metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di
seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki
sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar
dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24
jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin
langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara
langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
11

2) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah


ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah
sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak
kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada
setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya
alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya
berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran
folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak
terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan
dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia
akil baligh dan aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon.
2. Kelenjar palit.
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat
berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-
gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut
(folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki
kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak
kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada
bagian muka. Pada umumnya, satu batang rambut hanya
mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara
pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit
menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala.
Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau
kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil.
Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi
minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka
kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya
jerawat.
12

c. Jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau


subkutis)
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah
dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.
Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan
kulit jangat.
Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau
penyangga benturan bagi organ organ tubuh bagian dalam, membentuk
kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman
jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah
pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua,
kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh
yang sebelumnya berisi banyak lemak, akan berkurang lemaknya dan
akibatnya kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.
13

2.1.2 Fungsi Kulit


Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi
jaringan-jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh
dari pengaruh-pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman.
Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis
lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu
tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri
masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik
seperti sinar ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan,
rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui
ujung-ujung saraf sensasi.
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi
pembuluh kapiler serta melalui respirasi yang keduanya
dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap
kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50 C. Ketika terjadi
perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit
mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-
masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ
antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang dengan penguapan
keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-
kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat
dengan membawa garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang
dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui keringat
14

tetapi juga melalui penguapan air trans epidermis sebagai


pembentukan keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut
dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat
pada krim muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi
lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi
melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran
kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam
peredaran darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang
tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan.
Fungsi lain dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi
seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun konstraksi otot
penegak rambut.

2.1.3 Warna Kulit


Warna kulit sangat beragam. Warna kulit terutama ditentukan oleh :
1. Oxyhemoglobin yang berwarna merah
2. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan
3. Melanin yang berwarna coklat
4. Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit
5. Lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan
atau keabu-abuan.
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling
menentukan warna kulit adalah pigmen melanin. Pigmen melanin dalam
kulit ditentukan oleh faktor ras, individu, dan lingkungan. Melanin dibuat
dari tirosin sejenis asam amino dan dengan oksidasi, tirosin diubah
menjadi butir-butir melanin yang berwarna coklat. Untuk proses ini perlu
15

adanya enzim tirosinase dan oksigen. Oksidasi tirosin menjadi melanin


berlangsung lebih lancar pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah sinar
ultra violet. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan
menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras atau bangsa di
dunia. Proses pembentukan pigmen melanin kulit terjadi pada butir-butir
melanosom yang dihasilkan oleh sel-sel melanosit yang terdapat di antara
sel-sel basal keratinosit di dalam lapisan benih.

2.2 KONSEP LUKA BAKAR


2.2.1 Pengertian
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel
tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler
(Rahayuningsih, 2012).
Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi melindungi kita dari
kotoran dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa
mengancam jiwa karena terjadi kerusakan pembuluh darah ketidak-seimbangan
elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernafasan serta fungsi saraf (Adibah dan
Winasis, 2014)
Luka bakar adalah suatu luka yang terjadi karena adanya kontak antara
kulit dengan panas kering, panas basah, bahan kimia, arus listrik dan radiasi
(Long, 1996).
Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan karena adanya perpindahan
energi dari sumber panas ketubuh, dan panas tersebut bisa dihantarkan melalui
konduksi atau radiasi elektromagnetik (Effendy, 1999).

2.2.2 Etiologi
Terdapat empat jenis penyebab luka bakar, yaitu :
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
16

Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena


terpajan dengan suhu panas seperti terbakar api secara langsung
atau terkena permukaan logam yang panas (Fitriana, 2014).
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan
kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya
kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya
injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat– zat pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer
(Rahayuningsih, 2012).
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan
dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya
luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara
gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih,
2012). Luka bakar listrik ini biasanya lukanya lebih serius dari
apa yang terlihat di permukaan tubuh (Fitriana, 2014).
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan
penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi
untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh
sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih, 2012).

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar


a. Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dilihat dari permukaan kulit yang paling luar.
Kedalaman suatu luka bakar terdiri dari beberapa kategori yang
didasarkan pada elemen kulit yang rusak
17

1. Grade I : Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal


disekitarnya, kulit kering, sangat nyeri dan sering disertai sensasi
“menyengat”. Jaringan yang rusak hanya epidermis, lama sembuh ± 5
hari dan hasil kulit kembali normal.
2. Grade II :
a. Grade II A : Jaringan yang rusak sebagian epidermis, dimana
folikel rambut dan kelenjar keringat utuh disertai rasa nyeri dan
warna lesi merah atau kuning, lepuh, luka basah, lama sembuh ± 7
– 14 hari dan hasil kulit kembali normal atau pucat
b. Grade II B: Jaringan yang rusak sampai epidermis, dimana hanya
kelenjar keringat saja yang utuh. Tanda klinis sama dengan derajat
II A,lama sembuh ±14-21 hari. Hasil kulit pucat, mengkilap,
kadang ada cikatrik atau hipertrofi.
3. Grade III : Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis. Kulit
tampak pucat,abu – abu gelap atau hitam, tampak retak – retak atau
kulit tampak terkelupas, avaskuler,sering dengan bayangan trombosis
vena, tidak disertai rasa nyeri. Lama sembuh >21hari dan hasil
kulitnya menjadi cikatrik dan hipertropi.
4. Grade IV : Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang.
18

b. Luas luka bakar.


Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi
Rule of nine, Lund and Browder dan hand palm. Ukuran luka bakar
ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka
bakar. Akurasi dari perhitungan bervariasi menurut metode yang
digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar
(Gurnida dan Lilisari, 2011).
1. Metode rule of nine
Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-
bagian anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9% kecuali daerah
genitalia 1% (lihat gambar 1). Metode ini adalah metode yang
baik dan cepat untuk menilai luka bakar menengah dan berat pada
penderita yang berusia diatas 10 tahun. Tubuh dibagi menjadi area
9%. Metode ini tidak akurat pada anak karena adanya perbedaan
proporsi tubuh anak dengan dewasa.
2. Metode Hand Palm
Metode permukaan telapak tangan. Area permukaan tangan pasien
(termasuk jari tangan ) adalah sekitar 1% total luas permukaan tubuh.
Metode ini biasanya digunakan pada luka bakar kecil (Gurnida dan
Lilisari, 2011).
3. Metode Lund and Browde
Metode ini mengkalkulasi total area tubuh yang terkena berdasarkan
lokasi dan usia. Metode ini merupakan metode yang paling akurat
pada anak bila digunakan dengan benar (Gurnida dan Lilisari, 2011).
Metode lund and browder merupakan modifikasi dari persentasi
bagian-bagian tubuh menurut usia, yang dapat memberikan
perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar yaitu kepala
20%, tangan masing-masing 10%, kaki masing-masing 10%, dan
badan kanan 20%, badan kiri 20% (Hardisman, 2014).
19

Rule of nine

c. Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena)


Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka
bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan dada sering kali
berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang menganai wajah
seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai
lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi
dan dapat menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan
atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen (Rahayuningsih,
2012).
Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi
oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang mengenai daerah torak
dapat menyebabkan tidak adekuatnya ekspansi dinding dada dan
terjadinya insufisiensi pulmoner (Rahayuningsih, 2012).
d. Mekanisme injury
Mekanisme injury merupakan faktor lain yang digunakan untuk
menentukan berat ringannya luka bakar. Secara umum luka bakar yang
mengalami injuri inhalasi memerlukan perhatian khusus. Pada luka bakar
electric, panas yang dihantarkan melalui tubuh, mengakibatkan kerusakan
jaringan internal (Rahayuningsih, 2012). Injury pada kulit mungkin tidak
begitu berarti akan tetapi kerusakan otot dan jaringan lunak lainnya dapat
terjad lebih luas khususnya bila injury electrik dengan voltage tinggi. Oleh
karena itu voltage , tipe arus (direct atau alternating), tempat kontak dan
20

lamanya kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan diperhatikan


karena dapat mempengaruhi morbidity (Rahayuningsih, 2012).
e. Usia
Kelompok terbesar dengan kasus luka bakar adalah anak-anak
kelompok usia dibawah 6 tahun bahkan sebagian besar berusia kurang dari
2 tahun. Puncak insiden kedua adalah luka bakar akibat kerja yaitu pada
usia 25-35 tahun. Kendatipun jumlah pasien lanjut usia dengan luka bakar
cukup kecil, tetapi kelompok ini sering kali memerlukan perawatan pada
fasilitas khusus luka bakar. Dalam tahun -tahun terakhir ini daya tahan
hidup dimana penderita dapat kembali pada keadaan sebelum cedera pada
penderita lanjut usia mengalami perbaikan yang lebih cepat dibandingkan
dengan populasi umum luka bakar lainnya.
Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar. Angka
kematiannya (mortality rate) cukup tinggi pada anak yang berusia kurang
dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia 0-1 tahun dan klien yang
berusia di atas 65 tahun. Tingginya statistik mortalitas dan morbiditas pada
orang tua yang terkena luka bakar merupakan akibat kombinasi dari
berbagai gangguan fungsional (seperti lambatnya bereaksi, gangguan
dalam menilai, dan menurunnya kemampuan mobilitas), hidup sendiri, dan
bahaya-bahaya lingkungan lainnya. (Rahayuningsih, 2012).
Pada anak dibawah umur 3 tahun penyebab luka bakar paling
umum adalah cedera lepuh (scald burn). Luka ini dapat terjadi bila bayi
dan balita yang tak terurus dengan baik, dimasukkan kedalam bak mandi
yang berisi air yang sangat panas dan anak tak mampu keluar dari bak
mandi tersebut.Selain itu kulit balita lebih tipis daripada kulit anak yang
lebih besar dan orang dewasa, karenanya lebih rentan cedera. Kematian
pada anak-anak oleh karena daya kekebalan belum sempurna.
2.2.4 Fase Luka Bakar
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi :
1. Fase akut (0-48 jam)
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran
napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase
21

ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit


akibat cedera termis bersifat sistemik.
2. Fase sub akut : sampai dengan 21 hari
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat
kerusakan jaringan (kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan
masalah inflamasi, sepsis, dan penguapan cairan tubuh disertai
panas/energi. Masalah lain yang timbul pada fase ini adalah SIRS
(Systemic Inflammatory Response Syndrome) dan MODS ( Multi
Organ Dysfunction Syndrome)
3. Fase lanjut : 8-12 bulan
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi
maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka
bakar berupa hipertrofik, keloid, kontraktur, dan deformitas lainnya
2.2.5 Berat ringannya luka bakar
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori,
yaitu:
a. Luka bakar mayor
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan
lebih dari 20% pada anak-anak. Luka bakar fullthickness lebih dari
20%.
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan
perineum.
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
- Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20%
pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
- Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki
dan perineum.
22

c. Luka bakar minor Luka bakar minor saperti yang didefinisikan oleh
Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar pada wajah, tangan dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik dan fraktur.
2.2.6 Pathofisiologi

LUKA BAKAR

Fase akut Fase sub akut Fase lanjut

luka bakar
Suhu tubuh Jaringan parut
inhalasi Peradangan
meningkat

obstruksi
Hypertermia merangsang kontraktur
trackeabronchial ,
saraf
oedema mukosa
& laring
Gangguan
Nyeri akut Mobilitas Fisik
O2 yang masuk
tak seimbang
kerusakan kulit
Inflamasi
permanen

Sirkulasi Permeabilitas
terganggu meningkat Kerusakan kulit Gangguan citra
tubuh

Bersihan jalan Hypovolemia Risiko Gangguan


nafas tidak infeksi integritas kulit/
efektif jaringan
23

2.2.7 Penatalaksanaan
1. Resusitasi Cairan
Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan,
akses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian
ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Luka bakar diberikan
cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak
hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh.
Penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin
dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel dan
kebocoran kapiler.
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema.
Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya
luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama
setelah luka bakar.
Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar dari
sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan
Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Formula
untuk resusitasi cairan
a. Formula Parkland
Luka bakar sedang atau luas luka bakar <25% tanpa syok :
4ml/kgBB/% luka bakar
Diberikan dalam 24 jam pertama
1) ½ jumlah total cairan yang dibutuhkan diberikan dalam
8 jam
2) ½ jumlah cairan sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya
Pada 24 jam kedua diberikan secara merata.
b. Formula Evans :
1) Luas luka bakar (%) x berat badan (kg) = jumlah
24
NaCl / 24 jam
2) Luas luka bakar (%) x berat badan (kg) =jumah
plasma /24 jam
(No 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat
oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang keluar
dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis
hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik
kembali cairan yang telah keluar)
3) 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan
yang hilang akibat penguapan)
4) Separuh dari jumlah cairan 1, 2 dan 3 diberikan dalam
8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya.
Hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari
pertama.
Hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua.
c. Formula Baxter
Luas luka bakar ( %) x BB (Kg) x 4 cc
1) Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
2) Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan
RL karena terjadi defisit ion Na.
3) Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama.
2. Penggantian Darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan
sejumlah sel darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman
luka bakar. Sebagai tambahan terhadap suatu kehancuran yang
segera pada sel darah merah yang bersirkulasi melalui kapiler yang
terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi waktu
paruh dari sel darah merah yang tersisa. Karena plasma
predominan hilang pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka
25
bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh sebab
pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan,
kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luka.
Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya
diperlukan
3. Perawatan Luka
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan
resusitasi cairan dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung
pada karakteristik, penyebab dan ukuran dari luka. Tujuan dari
semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh dan rasa
sakit yang minimal.Setelah luka dibersihkan dan di debridement,
luka ditutup.
Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:
1) Melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan
timbulnya koloni bakteri atau jamur.
2) Mencegah evaporasi sehingga pasien tidak hipotermi.
3) Merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.
1) Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit
hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu
di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk
mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat
diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi
rasa sakit dan pembengkakan
2) Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap
harinya, pertama luka diolesi dengan salep antibiotik,
kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan
perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup
luka sementara yang terbuat dari bahan alami Xenograft (pig
skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan
sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)
26
3) Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan
eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting
4. Early Exicision And Grafting
Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan
kemudian luka ditutup dengan cangkok kulit (autograft atau
allograft ), setelah terjadi penyembuhan, graft akan terkelupas
dengan sendirinya. Early exicision dilakukan 3-7 hari setelah
terjadi luka, pada umumnya tiap harinya dilakukan eksisi 20%
dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi
ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh
luka bakar, tapi cara ini memiliki resiko yang lebih besar yaitu :
dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan masive akibat
eksisi.
Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan
penutupan luka dini, mencegah terjadinya infeksi pada luka bila
dibiarkan terlalu lama, mempersingkat durasi sakit dan lama
perawatan di rumah sakit, memperingan biaya perawatan di
rumah sakit, mencegah komplikasi seperti sepsis dan mengurangi
angka mortalitas.
Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul
kesulitan mendapatkan donor kulit. Untuk itu telah dikembangkan
metode baru yaitu dengan kultur keratinocyte. Keratinocyte
didapat dengan cara biopsi kulit dari kulit pasien sendiri. Tapi
kerugian dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang cukup
lama (2-3 minggu) sampai kulit (autograft) yang baru tumbuh dan
sering timbul luka parut. Metode ini juga sangat mahal
5. Eschartomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas
dapat menyebabkan iskemik distal yang progresif, terutama
apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya
pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan
vaskuler pada jari-jari tangan dan kaki. Tanda dini iskemi adalah
nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada ujung-
27
ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau
abdomen dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini
dapat dihilangkan dengan escharotomy.
6. Anti mikroba/ Antibiotika
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier
pertahanan kulit sehingga memudahkan timbulnya koloni bakteri
atau jamur pada luka dan mengakibatkan infeksi sistemik yang
dapat menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat
secara topikal atau sistemik.
2.2.8 Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas
yang berbeda dari orang normal karena umumnya penderita luka
bakar mengalami keadaan hipermetabolik.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan
beberapa metode yaitu : oral, enteral dan parenteral.
1. Kebutuhan Energi (Kalori)
Perhitungan kebutuhan kalori basal dengan formula HARRIS
BENEDICK. Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu
dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan faktor
aktifitas fisik dan faktor stress.
 Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) – (6.8 X U) X AF
X FS
 Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X
AF X FS
2. Protein
Pasien dengan luka bakar sangat membutuhkan
jumlah protein untuk membantu memperbaiki jaringan yang
rusak. Kerusakan jaringan membuat banyak protein hilang
dalam tubuh. Selain itu, pasien luka bakar juga kehilangan
banyak energi dan hal ini menyebabkan tubuh menjadikan
protein sebagai sumber energi utama, sehingga protein di
dalam tubuh pasien luka bakar sangat rendah. Menurut 28
Asosiasi Dietisien Indonesia, protein yang dibutuhkan pasien
luka bakar dalam sehari yaitu sekitar 20-25% dari kebutuhan
kalori total. Jika kebutuhan protein tidak dipenuhi
akan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh,
kehilangan massa otot yang cukup banyak, serta
memperlambat proses penyembuhan.
3. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber gula yang digunakan tubuh sebagai
sumber energi utama. Proses penyembuhan luka bakar
membutuhkan energi yang cukup besar, oleh karena itu
dibutuhkan sumber energi tubuh yang juga cukup banyak
untuk menunjang hal tersebut. Sumber energi didapatkan dari
karbohidrat, sehingga pasien dengan luka bakar memerlukan
sebanyak 50 hingga 60 persen karbohidrat dari total kalori
dalam sehari. Bila kebutuhan dari pasien luka bakar tersebut
adalah 2500 kalori, maka jumlah karbohidrat yang harus
dikonsumsi dalam sehari adalah 312 sampai 375 gram. Jika
karbohidrat tidak terpenuhi, maka energi yang dihasilkan akan
berkurang, atau malah tubuh akan mengambil sumber protein
yang seharusnya melakukan perbaikan jaringan, sebagai
sumber energi pengganti karbohidrat.
4. Lemak
Kebutuhan lemak untuk pasien luka bakar tidak terlalu tinggi
seperti protein dan karbohidrat. Lemak memang dibutuhkan
tubuh untuk proses penyembuhan dan sebagai ekstra cadangan
energi untuk meningkatkan proses metabolisme. Tetapi terlalu
banyak lemak yang dimakan malah akan berdampak buruk
bagi kesehatan.
Lemak yang terlalu tinggi mengakibatkan peradangan di dalam
tubuh dan menurunkan sistem imun, sehingga penyembuhan
akan semakin sulit dilakukan. Jumlah lemak yang dibutuhkan
dalam sehari adalah 15-20% dari total kalori. Lebih 29
baik
mengonsumsi sumber lemak yang baik, yaitu makanan dengan
lemak tidak jenuh tinggi seperti kacang, alpukat, minyak
zaitun, dan ikan.
5. Vitamin dan mineral
Tidak hanya zat gizi makro yang diperlukan, tetapi berbagai
zat gizi mikro juga diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan. Pemberian vitamin A, B, C, dan D dalam
jumlah tinggi sangat dianjurkan bagi pasien luka bakar. Selain
itu, mineral yang juga dibutuhkan dalam jumlah yang cukup
banyak adalah zat besi, seng, natrium, kalium, fosfor, dan
magnesium.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN LUKA BAKAR

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas pasien : Nama, tanggal lahir ( umur), alamat, No registrasi
2. Status fisik/ pemeriksaan fisik :
- GCS : Nilai kuantitatif kesadaran , Nilai kualitatif kesadaran,
- Tanda-tanda vital : Suhu, Tensi, Nadi, Respirasi, Saturasi
oksigen.
- Pada sirkulasi cedera luka bakar lebih dari 20% seringkali ditemui
hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas
yang cedera, vasokontriksi perifer dengan tanda kehilangan nadi,
kulit putih dan dingin, takikardia (syok/ ansietas/ nyeri), disritmia
(luka bakar listrik), pembentukan oedema jaringan (semua luka
bakar).
- Eliminasi : haluaran urine menurun atau tak ada produksi urine
selama fase darurat, warna mungkin hitam kemerahan bila
terjadi mioglobin yang mengindikasikan kerusakan otot bagian
dalam, diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan
ke dalam sirkulasi),
- Gastro intestinal : penurunan bising usus khususnya pada luka
bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/ peristaltik gastrik.
- Neurosensori : area batas luka bakar, kesemutan, perubahan
orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi
korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik), ruptur membran timpanik (syok listrik), paralisis
(cedera listrik pada aliran saraf).
- Pernafasan : terkurung dalam ruang tertutup pada kebakaran
31
gedung dan terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak, batuk mengii, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan30 sekresi oral dan sianosis.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada, stridor (laringospasme, oedema laringeal), sekret
jalan nafas dalam (ronkhi).
- Integumen : Area kulit tak terbakar mungkin dingin/
lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/ status syok.
Cedera api : terdapat area cedera campuran sehubungan
dengan variasi intensitas panas yang dihasilkan. Bulu hidung
gosong, mukosa hidung dan mulut kering, merah, lepuh pada
faring posterior, oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur halus, lepuh,
ulkus, nekrosis, atau jaringan parut tebal.
Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di
bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka
aliran masuk-keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran
pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan
dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/ dislokasi (jatuh
karena kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
3. Asesmen nyeri : PQRST
Berbagai nyeri : contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu.
Luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf. Luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
4. Psiko-sosio-spiritual : nilai-nilai keyakinan, Integritas ego: masalah
tentang keluarga, pekerjaan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik
32diri,
marah.
5. Ekonomi : pembiayaan saat di rumah sakit, masalah keuangan,
memerlukan biaya yang mahal
6. Riwayat kesehatan :
- Keluhan utama/ riwayat penyakit sekarang : luka bakar akibat
apa, kapan kejadian luka bakar dialami, adakah obat-obatan /
jenis lotion yang diberikan /dioleskan pada luka bakar.
- Riwayat kesehatan yang lalu : adanya riwayat penyakit kronis
seperti DM, gagal ginjal , keganasan dan sebagainya menjadi
komorbiditas pada luka bakar
7. Riwayat allergi : terhadap jenis makanan/ obat-obatan, manifestai
alergi yang biasanya timbul
8. Asesmen fungional : Activity Day Living , tingkat ketergantungan,
tanda adanya penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.
9. Asesmen Nutrisi: Makanan/ cairan, oedema jaringan umum,
anoreksia, mual/muntah, kesulitan menelan karena odema saluran
cerna atas, risiko aspirasi. Hitung kebutuhan kalori, protein,
karbohidrat dan lemak.
10. Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge planning) : adanya
kendala fisik, kesulitan mobilitas, apakah membutuhkan pelayanan
medis lanjutan, apakah membutuhkan pemantauan keperawatan.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperplasia
dinding jalan nafas, sekrei yang tertahan.
3. Hypovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer sekunder kerusakan integritas kulit
5. 33
Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan faktor
elektris (luka bakar terbuka)
6. Hipertermia berhubungan dengan terpapar lingkungan pana, respon
trauma,
7. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kontraktur
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/ bentuk
tubuh

3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi.
Ekspektasi : Tingkat nyeri menurun
Intervensi utama :
a. Manajemen Nyeri
b. Pemberian analgetik
Intervensi pendukung :
a. Pemantauan nyeri
b. Pemberian obat
c. Terapi relaksasi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hyperplasia
dinding jalan nafas, sekresi yang tertahan.
Ekspektasi : bersihan jalan nafas meningkat
Intervensi utama :
a. Manajemen jalan nafas
b. Pemantauan respirasi
Intervensi pendukung ;
a. Fisioterapi dada
b. Manajemen jalan nafas buatan
c. Pencegahan aspirasi
3. Hypovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar
Ekspektasi : status cairan membaik
Intervensi utama :
a. Manajemen hipovolemia 34
b. Pemantauan cairan
Intervensi pendukung :
a. Pemantauan elektrolit
b. Pemantauan tanda vital
4. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
tubuh primer sekunder kerusakan integritas kulit
Ekspektasi : Tingkat infeksi menurun
Intervensi utama :
a. Pencegahan infeksi
Intervensi pendukung :
a. Pemantauan nutrisi
b. Perawatan luka bakar
c. Perawatan skin graft
5. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan faktor
elektris (luka bakar terbuka)
Ekspektasi : Integritas kulit dan jaringan meningkat
Intervensi utama :
a. Perawatan integritas kulit
b. Perawatan luka
Intervensi Pendukung :
a. Edukasi perawatan kulit
b. Perawatan luka bakar
6. Hipertermia berhubungan dengan terpapar lingkungan pana, respon
trauma.
Ekspektasi : termoregulasi membaik
Intervensi utama :
a. Manajemen hipertermia
b. Regulasi temperatur
Intervensi pendukung :
a. Edukasi pengukuran suhu tubuh
b. Pemantauan cairan
c. Perawatan sirkulasi
35

7. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kontraktur


Ekspektasi : Mobilitas fisik meningkat
Intervensi utama :
a. Dukungan ambulasi
b. Dukungan mobilisasi
Intervensi pendukung :
a. Edukasi latihan fisik
b. Terapi aktivitas
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/ bentuk
tubuh.
Ekspektasi : citra tubuh meningkat
Intervensi Utama :
a. Promosi citra tubuh
b. Promosi koping
Intervensi pendukung :
a. Edukasi perawatan diri
b. Edukasi tehnik adaptasi
c. Manajemen stres
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada
semua kelompok  umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka
bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia (>70 Tahun),
(Rohman Azzam, 2008).
Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian
emergensi akan meliputi revaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan,
sirkulasi) dan trauma lain yang mungkin terjadi, resusitasi cairan (penggantian
cairan yang hilang), pemasangan kateter urine, pemasangan Nasogastric Tube
(NGT), pemeriksaan vital signs dan laboratorium, management nyeri,
propilaksis tetanus dan perawatan luka.

4.2 SARAN
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan
makalah ini,kaerna dari saran yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang
kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami ucapkan terima kasih.

36
DATAR PUSTAKA

– Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi I cetakan III (revisi), 2017,


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

– Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1 cetakan II, 2019, Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

– Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1 cetakan II, 2018, Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

– Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).


Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung

– Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I.


Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

– Effendi Christantie, (1999). Perawatan pasien luka bakar. EGC. Jakarta

– Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical- Surgical Nursing. EGC.
Jakarta.

– Jhonson,Marion,dkk. 1997.  Iowa Outcomes Project Nursing Classification


(NOC) Edisi 2.  St. Louis ,Missouri ; Mosby

– Santosa,Budi .2005- 2006. Diagnosa  Keperawatan   NANDA .Jakarta : Prima


Medika

Anda mungkin juga menyukai