Disusun oleh:
1. Lidia Christiyowati (1901110553)
2. Maria Yuliana (1901110554)
3. Lusia Miswati (1901110555)
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Masa Kuasa yang
telah memberikan kemampuan untuk menyusun dan menyelesaikan makalah
seminar dengan judul “Konsep dasar dan asuhan keperawatan luka bakar
(Combustio)”. Penyususn menyadari bahwa dalam pelaksanaan makalah ini
masih banyak kekurangan namun kami telah berusaha semaksimal mungkin
sehingga dapat menyelesaikannya. Makalah ini terselesaikan dengan dukungan
dan bimbingan para dosen serta berbagai pihak yang turut membantu. Untuk itu
penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ns. Putu Sintya Arlinda Arsa, S. Kep, M.Kep,
2. Ns. Luluk Nur Aini, M. Kep
3. Ns. Fakrul Ardiansyah M.Kep, Sp. Kep.MB
4. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan serta semangat terhadap
penulisan makalah ini.
5. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi profesi
keperawatan dan para pembacanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN......................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus................................................................... 3
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………… 36
4.2 Saran………………………………………………………….. 36
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 TUJUAN
4
5
garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh
serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak
tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi).
Kulit menutup tubuh manusia pada daerah tubuh yang paling luas dari
kepala sampai ke kaki. Kulit merupakan barier protektif yang memiliki fungsi
vital seperti perlindungan terhadap kondisi luar lingkungan baik dari pengaruh
fisik maupun pengaruh kimia, serta mencegah kelebihan kehilangan air dari tubuh
dan berperan sebagai termoregulasi. Kulit bersifat lentur dan elastis yang
menutupi seluruh permukaan tubuh dan merupakan 15% dari total berat badan
orang dewasa (Paul et al., 2011). Fungsi proteksi kulit adalah melindungi tubuh
dari kehilangan cairan elektrolit, trauma mekanik dan radiasi ultraviolet, sebagai
barier dari invasi mikroorganisme patogen, merespon rangsangan sentuhan, rasa
sakit dan panas karena terdapat banyak ujung saraf, tempat penyimpanan nutrisi
dan air yang dapat digunakan apabila terjadi penurunan volume darah dan tempat
terjadinya metabolisme vitamin D (Richardson, 2003; Perdanakusuma, 2007).
Kulit wajah yang sehat dan cantik akan tampak kencang, lentur, dan
lembab, kondisi ini tidak akan menetap selamanya, sejalan dengan perkembangan
usia, ketika kondisi tubuh menurun, kulit tidak hanya menjadi kering tapi juga
suram dan berkeriput. Keadaan ini makin mudah terjadi setelah melewati usia tiga
puluhan. Saat itu fungsi kelenjar minyak mengendur, sehingga kulit terasa lebih
kering dibandingkan dengan sebelumnya. Diduga dengan bertambahnya usia,
kadar asam amino pembentuk kalogen pun berkurang sehingga kalogen yang
terbentuk bermutu rendah, selain itu kalogen kehilangan kelembaban dan menjadi
kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang itu tak mampu menopang kulit
dengan baik, seperti yang tampak pada kulit orang tua yang makin lama makin
kendur dan kurang lentur. Perubahan susunan molekul kalogen ini merupakan
salah satu faktor utama yang membuat kulit manusia lebih cepat keriput, timbul
pigmentasi, kehilangan kelembaban dan elastisitas.
antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk
peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir
melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang
berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan
taju mempunyai susunan kimiawi yang khas, inti-inti sel dalam
bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan
glutation.
5. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel
torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan
dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina
basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang
membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis
cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demoepidermal dan
fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis
bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke
lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam
lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas
atau melanosit) pembuat pigmen
kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan.
Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau
kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran
penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit.
Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat
menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak
memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit
ari. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat dan kelenjar palit.
1. Kelenjar keringat,
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang
melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara
pada permukaan kulit, membentuk pori-pori keringat. Semua
bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak
terdapat di permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di
bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan
membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani,
emosi dan obat-obat tertentu.
Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi
cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 %
air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam,
sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan
dari metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di
seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki
sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar
dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24
jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin
langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara
langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
11
2.2.2 Etiologi
Terdapat empat jenis penyebab luka bakar, yaitu :
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
16
Rule of nine
c. Luka bakar minor Luka bakar minor saperti yang didefinisikan oleh
Trofino (1991) dan Griglak (1992) adalah :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar pada wajah, tangan dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik dan fraktur.
2.2.6 Pathofisiologi
LUKA BAKAR
luka bakar
Suhu tubuh Jaringan parut
inhalasi Peradangan
meningkat
obstruksi
Hypertermia merangsang kontraktur
trackeabronchial ,
saraf
oedema mukosa
& laring
Gangguan
Nyeri akut Mobilitas Fisik
O2 yang masuk
tak seimbang
kerusakan kulit
Inflamasi
permanen
Sirkulasi Permeabilitas
terganggu meningkat Kerusakan kulit Gangguan citra
tubuh
2.2.7 Penatalaksanaan
1. Resusitasi Cairan
Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan,
akses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada bagian
ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Luka bakar diberikan
cairan resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak
hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh tubuh.
Penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin
dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel dan
kebocoran kapiler.
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema.
Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya
luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama
setelah luka bakar.
Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam
ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar dari
sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan
Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar. Formula
untuk resusitasi cairan
a. Formula Parkland
Luka bakar sedang atau luas luka bakar <25% tanpa syok :
4ml/kgBB/% luka bakar
Diberikan dalam 24 jam pertama
1) ½ jumlah total cairan yang dibutuhkan diberikan dalam
8 jam
2) ½ jumlah cairan sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya
Pada 24 jam kedua diberikan secara merata.
b. Formula Evans :
1) Luas luka bakar (%) x berat badan (kg) = jumlah
24
NaCl / 24 jam
2) Luas luka bakar (%) x berat badan (kg) =jumah
plasma /24 jam
(No 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat
oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang keluar
dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis
hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik
kembali cairan yang telah keluar)
3) 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan
yang hilang akibat penguapan)
4) Separuh dari jumlah cairan 1, 2 dan 3 diberikan dalam
8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya.
Hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari
pertama.
Hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua.
c. Formula Baxter
Luas luka bakar ( %) x BB (Kg) x 4 cc
1) Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
2) Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan
RL karena terjadi defisit ion Na.
3) Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama.
2. Penggantian Darah
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan
sejumlah sel darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman
luka bakar. Sebagai tambahan terhadap suatu kehancuran yang
segera pada sel darah merah yang bersirkulasi melalui kapiler yang
terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi waktu
paruh dari sel darah merah yang tersisa. Karena plasma
predominan hilang pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka
25
bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh sebab
pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak dianjurkan,
kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari tempat luka.
Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian darah biasanya
diperlukan
3. Perawatan Luka
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan
resusitasi cairan dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung
pada karakteristik, penyebab dan ukuran dari luka. Tujuan dari
semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh dan rasa
sakit yang minimal.Setelah luka dibersihkan dan di debridement,
luka ditutup.
Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:
1) Melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan
timbulnya koloni bakteri atau jamur.
2) Mencegah evaporasi sehingga pasien tidak hipotermi.
3) Merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.
1) Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit
hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu
di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk
mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat
diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi
rasa sakit dan pembengkakan
2) Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap
harinya, pertama luka diolesi dengan salep antibiotik,
kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan
perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup
luka sementara yang terbuat dari bahan alami Xenograft (pig
skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan
sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)
26
3) Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III, perlu dilakukan
eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting
4. Early Exicision And Grafting
Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan
kemudian luka ditutup dengan cangkok kulit (autograft atau
allograft ), setelah terjadi penyembuhan, graft akan terkelupas
dengan sendirinya. Early exicision dilakukan 3-7 hari setelah
terjadi luka, pada umumnya tiap harinya dilakukan eksisi 20%
dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi
ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh
luka bakar, tapi cara ini memiliki resiko yang lebih besar yaitu :
dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan masive akibat
eksisi.
Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan
penutupan luka dini, mencegah terjadinya infeksi pada luka bila
dibiarkan terlalu lama, mempersingkat durasi sakit dan lama
perawatan di rumah sakit, memperingan biaya perawatan di
rumah sakit, mencegah komplikasi seperti sepsis dan mengurangi
angka mortalitas.
Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul
kesulitan mendapatkan donor kulit. Untuk itu telah dikembangkan
metode baru yaitu dengan kultur keratinocyte. Keratinocyte
didapat dengan cara biopsi kulit dari kulit pasien sendiri. Tapi
kerugian dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang cukup
lama (2-3 minggu) sampai kulit (autograft) yang baru tumbuh dan
sering timbul luka parut. Metode ini juga sangat mahal
5. Eschartomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas
dapat menyebabkan iskemik distal yang progresif, terutama
apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya
pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan
vaskuler pada jari-jari tangan dan kaki. Tanda dini iskemi adalah
nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada ujung-
27
ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau
abdomen dapat menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini
dapat dihilangkan dengan escharotomy.
6. Anti mikroba/ Antibiotika
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier
pertahanan kulit sehingga memudahkan timbulnya koloni bakteri
atau jamur pada luka dan mengakibatkan infeksi sistemik yang
dapat menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat
secara topikal atau sistemik.
2.2.8 Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas
yang berbeda dari orang normal karena umumnya penderita luka
bakar mengalami keadaan hipermetabolik.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat dilakukan dengan
beberapa metode yaitu : oral, enteral dan parenteral.
1. Kebutuhan Energi (Kalori)
Perhitungan kebutuhan kalori basal dengan formula HARRIS
BENEDICK. Sedangkan untuk kebutuhan kalori total perlu
dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan faktor
aktifitas fisik dan faktor stress.
Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) – (6.8 X U) X AF
X FS
Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X
AF X FS
2. Protein
Pasien dengan luka bakar sangat membutuhkan
jumlah protein untuk membantu memperbaiki jaringan yang
rusak. Kerusakan jaringan membuat banyak protein hilang
dalam tubuh. Selain itu, pasien luka bakar juga kehilangan
banyak energi dan hal ini menyebabkan tubuh menjadikan
protein sebagai sumber energi utama, sehingga protein di
dalam tubuh pasien luka bakar sangat rendah. Menurut 28
Asosiasi Dietisien Indonesia, protein yang dibutuhkan pasien
luka bakar dalam sehari yaitu sekitar 20-25% dari kebutuhan
kalori total. Jika kebutuhan protein tidak dipenuhi
akan menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh,
kehilangan massa otot yang cukup banyak, serta
memperlambat proses penyembuhan.
3. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber gula yang digunakan tubuh sebagai
sumber energi utama. Proses penyembuhan luka bakar
membutuhkan energi yang cukup besar, oleh karena itu
dibutuhkan sumber energi tubuh yang juga cukup banyak
untuk menunjang hal tersebut. Sumber energi didapatkan dari
karbohidrat, sehingga pasien dengan luka bakar memerlukan
sebanyak 50 hingga 60 persen karbohidrat dari total kalori
dalam sehari. Bila kebutuhan dari pasien luka bakar tersebut
adalah 2500 kalori, maka jumlah karbohidrat yang harus
dikonsumsi dalam sehari adalah 312 sampai 375 gram. Jika
karbohidrat tidak terpenuhi, maka energi yang dihasilkan akan
berkurang, atau malah tubuh akan mengambil sumber protein
yang seharusnya melakukan perbaikan jaringan, sebagai
sumber energi pengganti karbohidrat.
4. Lemak
Kebutuhan lemak untuk pasien luka bakar tidak terlalu tinggi
seperti protein dan karbohidrat. Lemak memang dibutuhkan
tubuh untuk proses penyembuhan dan sebagai ekstra cadangan
energi untuk meningkatkan proses metabolisme. Tetapi terlalu
banyak lemak yang dimakan malah akan berdampak buruk
bagi kesehatan.
Lemak yang terlalu tinggi mengakibatkan peradangan di dalam
tubuh dan menurunkan sistem imun, sehingga penyembuhan
akan semakin sulit dilakukan. Jumlah lemak yang dibutuhkan
dalam sehari adalah 15-20% dari total kalori. Lebih 29
baik
mengonsumsi sumber lemak yang baik, yaitu makanan dengan
lemak tidak jenuh tinggi seperti kacang, alpukat, minyak
zaitun, dan ikan.
5. Vitamin dan mineral
Tidak hanya zat gizi makro yang diperlukan, tetapi berbagai
zat gizi mikro juga diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan. Pemberian vitamin A, B, C, dan D dalam
jumlah tinggi sangat dianjurkan bagi pasien luka bakar. Selain
itu, mineral yang juga dibutuhkan dalam jumlah yang cukup
banyak adalah zat besi, seng, natrium, kalium, fosfor, dan
magnesium.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN LUKA BAKAR
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas pasien : Nama, tanggal lahir ( umur), alamat, No registrasi
2. Status fisik/ pemeriksaan fisik :
- GCS : Nilai kuantitatif kesadaran , Nilai kualitatif kesadaran,
- Tanda-tanda vital : Suhu, Tensi, Nadi, Respirasi, Saturasi
oksigen.
- Pada sirkulasi cedera luka bakar lebih dari 20% seringkali ditemui
hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas
yang cedera, vasokontriksi perifer dengan tanda kehilangan nadi,
kulit putih dan dingin, takikardia (syok/ ansietas/ nyeri), disritmia
(luka bakar listrik), pembentukan oedema jaringan (semua luka
bakar).
- Eliminasi : haluaran urine menurun atau tak ada produksi urine
selama fase darurat, warna mungkin hitam kemerahan bila
terjadi mioglobin yang mengindikasikan kerusakan otot bagian
dalam, diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan
ke dalam sirkulasi),
- Gastro intestinal : penurunan bising usus khususnya pada luka
bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/ peristaltik gastrik.
- Neurosensori : area batas luka bakar, kesemutan, perubahan
orientasi, afek, perilaku, penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas, aktifitas kejang (syok listrik), laserasi
korneal, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik), ruptur membran timpanik (syok listrik), paralisis
(cedera listrik pada aliran saraf).
- Pernafasan : terkurung dalam ruang tertutup pada kebakaran
31
gedung dan terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak, batuk mengii, partikel karbon dalam sputum,
ketidakmampuan menelan30 sekresi oral dan sianosis.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada, stridor (laringospasme, oedema laringeal), sekret
jalan nafas dalam (ronkhi).
- Integumen : Area kulit tak terbakar mungkin dingin/
lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan
kehilangan cairan/ status syok.
Cedera api : terdapat area cedera campuran sehubungan
dengan variasi intensitas panas yang dihasilkan. Bulu hidung
gosong, mukosa hidung dan mulut kering, merah, lepuh pada
faring posterior, oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia : tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur halus, lepuh,
ulkus, nekrosis, atau jaringan parut tebal.
Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di
bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka
aliran masuk-keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran
pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan
dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/ dislokasi (jatuh
karena kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
3. Asesmen nyeri : PQRST
Berbagai nyeri : contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan perubahan suhu.
Luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri, sementara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf. Luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
4. Psiko-sosio-spiritual : nilai-nilai keyakinan, Integritas ego: masalah
tentang keluarga, pekerjaan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik
32diri,
marah.
5. Ekonomi : pembiayaan saat di rumah sakit, masalah keuangan,
memerlukan biaya yang mahal
6. Riwayat kesehatan :
- Keluhan utama/ riwayat penyakit sekarang : luka bakar akibat
apa, kapan kejadian luka bakar dialami, adakah obat-obatan /
jenis lotion yang diberikan /dioleskan pada luka bakar.
- Riwayat kesehatan yang lalu : adanya riwayat penyakit kronis
seperti DM, gagal ginjal , keganasan dan sebagainya menjadi
komorbiditas pada luka bakar
7. Riwayat allergi : terhadap jenis makanan/ obat-obatan, manifestai
alergi yang biasanya timbul
8. Asesmen fungional : Activity Day Living , tingkat ketergantungan,
tanda adanya penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.
9. Asesmen Nutrisi: Makanan/ cairan, oedema jaringan umum,
anoreksia, mual/muntah, kesulitan menelan karena odema saluran
cerna atas, risiko aspirasi. Hitung kebutuhan kalori, protein,
karbohidrat dan lemak.
10. Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge planning) : adanya
kendala fisik, kesulitan mobilitas, apakah membutuhkan pelayanan
medis lanjutan, apakah membutuhkan pemantauan keperawatan.
4.1 KESIMPULAN
Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada
semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka
bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia (>70 Tahun),
(Rohman Azzam, 2008).
Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian
emergensi akan meliputi revaluasi ABC (jalan nafas, kondisi pernafasan,
sirkulasi) dan trauma lain yang mungkin terjadi, resusitasi cairan (penggantian
cairan yang hilang), pemasangan kateter urine, pemasangan Nasogastric Tube
(NGT), pemeriksaan vital signs dan laboratorium, management nyeri,
propilaksis tetanus dan perawatan luka.
4.2 SARAN
Kami yakin makalah ini banyak kekurangannya maka dari itu kami sangat
mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan
makalah ini,kaerna dari saran yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang
kami buat ini.atas saran dari teman-teman kami ucapkan terima kasih.
36
DATAR PUSTAKA
– Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical- Surgical Nursing. EGC.
Jakarta.