Oleh:
Kelompok 1
1. Afi Lutfiana 7. Dian Kurnia Dewi
2. Agnes Irtikasari 8. Dika Prasetianti
3. Anastasia Setyorini 9. Dwi Utami N
4. Anggi Noviandrini 10. Endang Winarsih
5. Ari Pristanti 11. Eny Yuliastutik
6. Cicilia Mardiyanti
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Sindrom Stevens-Johnson ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada bidang Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Sindrom Stevens-Johnson bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Definisi Sindrom Stevens-Johnson.................................................................3
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN ...............................................................................
3.1 Kasus................................................................................................................
3.2 Pengkajian........................................................................................................
3.3 Analisa Data.....................................................................................................
3.4 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................
BAB 4 STUDI KASUS.....................................................................................................
BAB 5 PENTUP...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Steven Johnson?
2. Mengetahui etiologi dari Steven Johnson?
3. Mengetahui faktor predisposisi Steven Johnson?
4. Mengetahui tanda dan gejala Steven Johnson?
5. Mengetahui patofisiologi dari Steven Johnson?
6. Mengetahui komplikasi dari Steven Johnson?
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?
8. Mengetahui penatalaksanaan untuk Syndrom Steven Johnson?
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada Syndrom Steven Johnson?
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kesehatan terutama perawatan
pada pasien dengan Syndrom Steven Johnson Mahasiswa juga dapat melatih
softskill dalam komunikasi pemberian edukasi tentang penyakit hingga sebagai
konselor perawatan pasien dengan tepat.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
1. Steven Johnson Adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai
berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai
purpura( Mochtar Hamzah, 2005 : 147 )
2. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lender di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai
buruk.( Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 136 )
3. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput
lender di orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan
sampai berat kelainan pada kulit berupa eritema vesikel / bula, dapat disertai
purpura( Djuanda, Adhi, 2000 : 147 )
4. Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri
dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis ( Junadi, 1982: 480 )
5. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk
( Mansjoer, A. 2000: 136 )
6. Adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata
dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada
kulit berupa eritema, vesikel atau bula disertai purpura, kelainan dimukosa
dan konjung
2.2 Etiologi
Etiologi pasti Sindrom Stevens – Johnson (SSJ) belum diketahui. Salah
satu penyebabnya ialah alergi obat sistemik, diantaranya penisilin dan
semisintetiknya, streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin, antipiretik/analgetik
(misalnya : derivate salisil/pirazolon, metamizol, metampiron, dan parasetamol),
klorpromazin, karbamazepin, kinin, antipirin, dan jamu. Selain itu dapat juga
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, psca
vaksinasi, radiasi, dan makanan.
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa factor yang
dapat dianggap sebagai penyebab adalah:
a) Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti piretik )
Penisilline
Sthreptomicine
Sulfonamide
Tetrasiklin
b) Anti piretik atau analgesic ( derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron
dan paracetamol )
Kloepromazin
Karbamazepin
Kirin Antipirin
Tegretol
c) Infeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur dan parasit )
d) Neoplasma dan factor endokrin
e) Factor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar-X, penyakit polagen, keganasan,
kehamilan)
f) Makanan (coklat)
2.3 Klasifikasi
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar
1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm
sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat
1. Lapisan Kulit
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler..Epidermis
terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) : Stratum Korneum, Stratum Lusidum, Stratum Granulosum,
Stratum Spinosum, Stratum Basale (Stratum Germinativum).
Fungsi Epidermis :Proteksi barier, Organisasi sel, Sintesis vitamin D dan
sitokin, Pembelahan dan mobilisasi sel, Pigmentasi (melanosit),
Pengenalan alergen (sel Langerhans),
b. Dermis
Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering
dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Fungsi Dermis : Struktur penunjang, Mechanical strength, Suplai nutrisi,
Menahan shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subcutis
Subkutan Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang
terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang
menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.
Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan
keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : Melekat ke struktur dasar, Isolasi panas,
Cadangan kalori, Kontrol bentuk tubuh, Mechanical shock absorber.
2. Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai
barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.
3. Fungsi Imun
Terdapat dua macam tipe imunitas yaitu :
a. Imunitas alami (natural)
Imunitas alami akan memberikan respons nonspesipik terhadap
setiap penterang asing tanpa memperhatikan komposisi penyerang
tersebut. Dasar dari mekanisme pertahanan alami berupa kemampuan
untuk membeda kan antara “diri sendiri” dan “bukan diri sendiri”. Sawar
fisik mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga
mikroorganisme pathogen dapat dicegah agar tidak masuk ke dalam
tubuh, dan silia pada traktus respiratorius bersama respons batuk serta
bersin yang bekerja sebagai filter dan membersihkan saluran nafas atas
dari mikroorganisme pathogen sebelum mikroorganisme tersebut dapat
menginvasi tubuh lebih lanjut.
Sawar kimia seperti getah lambung yang sam, enzim dalam air mata
serta air liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sebasea serta
lakrimalis, bekerja dengan cara nonspesifik unuk menghancurkan bakteri
dan jamur yang menginvasi tubuh. Sel darah putih atau leukosit turut
serta dalam respons imun humoral maupun seluler. Leukosit granuler
atau granulosit yang mencakup neutrofil, eusinofil, dan basofil.
b. Imunitas didapat (akuisita)
Imunitas yang didapat (acquired immunity) terdiri atas respons
imunyang tidak dijumpai pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian
dalam hidup seseorang. Imunitas ini didapat biasanya terjadi setelah
seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang
menghasilkan respons imunyang bersifat protektif. Pada imunitas yang
didapat aktif, pertahanan imunologo akan dibentuk tubuh orang yang
dilindungi oleh imunitas tersebut. Imunitas ini biasanya berlangsung
selama bertahun – tahun atau bahkan seumur hidup. Imunitas didapat
yang pasif merupakan imunitas temporer yang ditransmisikan dari sumber
lain yang sudah memiliki kekebalan setelah penderita sakit atau menjalani
imunisasi. Gama – globulin dan antiserum yang didapat dari plasma
darah rang yang memiliki imunitas didapatkan dalam keadaan darurat
untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit ketika resiko terjangkit
suatu penyakit tertentu cukup besar.
c. Stadium Respons Imun
Terdapat empat stadium yang batasnya jelas dalam suatu respons
imun, keempat stadium tersebut yaitu :Stadium pengenalan, Stadium
proliferasi, Stadium respons, Stadium efektor.
Faktor – faktor yang memepengaruhi system imunUsia ,Jenis
kelamin, Nutrisi, Penyakit, Faktor – faktor psikoneuro-imunologi, Obat –
obatan.
d. Antigen
Terdapat beberpa teori tentang mekanisma yang digunakan limfosit B
untuk mengenali antigen penyerang dan kemudian bereaksi dengan
memproduksi antibody yang tepat. Sebagian antigen memiliki
kemampuan untuk memicu pembentukan antibody secara langsung oleh
limfosit B, sementara sebagian lainnya memerlukan bantuan sel – sel T.
sel T merupakan bagian dari system surveilans yang tersebar diseluruh
tubuh, dengan bantuan makrofag maka limfosit T akan manganali antigen
dari penyerang asing. Limfosit T mengambil pesan antigenic atau cetak
biru (blueprint) antigen dan kemudian kembali ke nodus limfatikus yang
terdekat dengan pesan tersebut.
e. Antibody
Limfosit B yang disimpan dalam nodus limfatikus, dibagi lagi menjadi
ribuan klon yang masing – masing bersifatrespnsif terhadap suatu
kelompok tunggal antigen dengan karakteristik yang hamper identik.
Pesan antigenic yang dibawa kembali ke nodus limfatikus akan
menstimulasi kln spesifik limfosit B untuk membesar, membelah diri, dan
memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel – sel plasma yang
dapat memproduksi antibody spesifik terhadap antigen.
Antibody merupakan protein besar yang dinamakan immunoglobulin,
setiap molekul antibody terdiri atas dua subunit yang mengandung rantai
peptide ringan dan berat. Beberapa karakteristik immunoglobulin yaitu
antara lain , Ig G (75 % dari total imunoglobulin), Ig A (15 % dari total
imunoglobulin), Ig M (10 % dari total imunoglobulin), Ig D (0,2 % dari total
imunoglobulin),Ig E (0,004 % dari total imunoglobulin)
f. Respons Imun Seluler
Reaksi seluler dimulai leh pemhikatan antigen dengan reseptor
antigen pada permukaan sel T. sel T akan membawa cetak biru atau
pesan antigenic ke nodus limfatikus tempat produksi sel – sel T yang lain
distimulasi. Sebagian sel T tetap berada dalam nodus limfatikus dan
mempertahankan memri untuk antigen tersebut. Sedangkan sebagian sel
T lainnya akan bermigrasi dari nodus limfatikus ke dalam system sirkulasi
umum dan akhirnya ke jaringan tempat sel tersebut berada.
Terdapat dua klasifikasi utama sel T efektor yang turut serta dalam
menghancurkan mikroorgansme asing. Sel T killer atau sitotoksik
menyerang antigen sacara langsung dengan mengubah membrane sel
dan menyebabkan lisis sel. Sel – sel hipersensitifitas tipe lambat
melindungi tubuh melalui produksi dan pelepasan limfosit. Limfokin yang
termasuk dalam kelompok glikoprotein yang lebih besar dan dikenal
dengan nama sitokin, dapat merekrut, mengaktifkan serta mengatur
limfosit dan sel – sel darah putih lainnya.
Limfosit lain yang membantu dalam memerangi mikroorganisme yaitu
limfosit null dan sel natural killer (NK). Limfosit null, merupakan
subpolpulasi limfosit yang kurang mengandung cirri – cirri khas dari
limfosit B dan T. Sel NK yang mewakili suppulasi limfosit lainnya tanpa
karakteristik sel B dan T yang akan mempertahankan tubuh terhadap
mikroorganisme dan beberapa tipe sel malignan. Sel NK dapat
membunuh langsung mikroorganisme penginvasi dan menghasilkan
sitokin.
2.4 Patofisiologis
Patogenesisnya belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh reaksi
hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek
antigen antibodi yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas
sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian
melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran
(target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang
tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama kemudian limfokin
dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Djuanda, 2000: 147) .
Karena proses hipersensitivitas, maka terjadi kerusakan kulit sehingga
terjadi Kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan, Stres
hormonal diikuti peningkatan resisitensi terhadap insulin, hiperglikemia dan
glukosuriat, Kegagalan termoregulasi, Kegagalan fungsi imun, Infeksi.
1. Reaksi Hipersensitif tipe III
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi
dalam darah mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah
hilir. Antibodi tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap
dalam jaringan kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat
melekat ke jaringan menyebabkan terbentuknya kompleks antigen antibodi
ditempat tersebut. Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen dan degranulasi
sel mast sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler ditempat
terjadinya rekasi tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai
memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim
sel serta penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan
berlanjut (Corwin, 2000: 72).
2. Reaksi Hipersensitif Tipe IV
Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T
penghasil Limfokin atau sitotoksik oleh suatu antigen sehingga terjadi
penghancuran sel-sel yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh
sel ini bersifat lambat (delayed) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam
untuk terbentuknya.
PATHWAY
Steven Johnson
Syndrome
Sel Mast
Akumulasi neutrofil
Reaksi Radang
Jaringan kulit dan mucosa eritema Kelainan pada mata
Conjungtivitis
Kelainan selaput Inflamasi dermal dan
lendir dan ofisium epidermal
Gangguan Persepsi
Kesulitan menelan sensori
Nyeri Akut
Defisit Nutrisi
2.5 Tanda dan Gejala
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan
umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya
menurun, penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat
disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk,
pilek dan nyeri tenggorokan.
Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa:
1. Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula
kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat
juga terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.
2. Kelainan selaput lendir di orifisium
Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%)
kemudian disusul oleh kelainan dilubang alat genital (50%) sedangkan
dilubang hidung dan anus jarang (masing-masing 8% dan 4%).
Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga erosi dan
ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Di
bibir kelainan yang sering tampak yaitu krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius
bagian atas dan esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita
sukar tidak dapat menelan. Adanya pseudomembran di faring dapat
menyebabkan keluhan sukar bernafas.
3. Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering
ialah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis
purulen, perdarahan, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias
kelainan tersebut dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan
onikolisis.
2.6 Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati
dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk
dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid
merupakan tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena
dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-
Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg
intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak
timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat,
setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari,
deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya
prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari,
sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut
dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan
elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila
terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam
bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid
diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan
nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak
tergantung berat badan).
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang
dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang
menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya
gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.
3. Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena
pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan
serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya
glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam
2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2
hari berturut-turut, terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas.
Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C
500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.
4. Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in oral base.
Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine
perak.
2.7 Komplikasi
Bronkopneumonia (16%), sepsis, kehilangan cairan/darah, gangguan
keseimbangan elektrolit, syok, dan kebutaan karena gangguan lakrimasi.
Sindrom steven johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain sebagai
berikut:
Kehilangan cairan dan darah
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Shock
Oftalmologi – ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan
Gastroenterologi - Esophageal strictures
Genitourinaria – nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis
vagina
Pulmonari – pneumonia, bronchopneumoni
Kutaneus – timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi
kulit sekunder
Infeksi sitemik, sepsis
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Steven
Johnson biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri
kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu,
riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama.
Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.
4. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi: Warna, suhu, kelembapan, kekeringan
- Palpasi: Turgor kulit, edema
- Data fokus:
DS: gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandangan kabur, aktifitas menurun
DO: kemerah-merahan, memegang tenggorokan, tampak gelisah, tampak
lemas dalam beraktifitas.
A. Identitas Klien
Nama : No. RM :
Usia : Tanggal MRS :
Jenis Kelamin : Tgl Pengkajian :
Alamat : Sumber Informasi :
No. Tlp : Nama Keluarga yg Dapat
Status Pernikahan : Dihubungi :
Agama : Status :
Suku : Alamat :
Pendidikan : No. Tlp :
Pekerjaan : Pendidikan :
Lama Bekerja : Pekerjaan :
Diagnosa Medis :
3. Kebiasaan
Merokok
Minum
Kopi
Alkoholisme
Lainya:
4. Obat-obatan yang digunakan
D. Riwayat Keluarga
(Tuliskan Genogram)
E. Riwayat Lingkungan
Kebersihan
Bahaya Kecelakaan
Polusi
Ventilasi
Pencahayaan
Masalah
:
……………………………………………………………………………
……………
………………………….
F. Pola Aktivitas-Latihan
Jenis Di Rumah Di RS
Makan/minum
Mandi
Berpakaian/berdandan
Toiletting
Mobilitas di tempat
tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Masalah
:
……………………………………………………………………………
……………
G. Pola Nutrisi-Metabolik
Jenis Di Rumah Di RS
Jenis diet/makanan
Frekuensi/pola
Komposisi menu
Pantangan
Nafsu makan
Masalah
:
……………………………………………………………………………
……………
………………………….
H. Pola Eliminasi
Jenis Di Rumah Di RS
BAB
Frekuensi/pola
Konsistensi
Kesulitan
Upaya Mengatasi
BAK
Frekuensi/pola
Konsistensi
Kesulitan
Upaya Mengatasi
Masalah
:
……………………………………………………………………………
……………
………………………….
I. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Di Rumah Di RS
Tidur siang
Lamanya
Tidur malam
Lamanya
Kesulitan
Upaya yg dilakukan
Masalah
:
……………………………………………………………………………
……………
………………………….
Jenis Di Rumah Di RS
Mandi : Frekuensi
Penggunaan sabun
Keramas : Frekuensi
Penggunaan sampo
Penggunaan odol
Kesulitan
Upaya yg dilakukan
Masalah
:
……………………………………………………………………………
……………
………………………….
L. Pola Peran-Hubungan
Peran dalam keluarga :
……………………………………………………………………………
……………
o Sistem pendukung : Suami / Istri / Anak / Tetangga / Saudara / Tidak
ada /
Lain-lain, sebutkan
……………………………………………………………..
o Kesulitan dlm keluarga : ( ) Hub dg ortu ( ) Hub dg pasangan
( ) Hub dg sanak saudara ( ) Hub dg anak
Lain-lain, sebutkan
……………………………………………………
……
Masalah tentang peran/hubungan dg keluarga selama perawatan di RS :
………………..
……………………………………………………………………………
……………
…………………………………………
Upaya yg dilakukan utk mengatasi :
…………………………………………….................................
Masalah:
……………………………………………………………………………
…
……………………………………
M. Pola Komunikasi
o Bicara : ( ) Normal ( ) Bahasa utama :
( ) Tidak jelas ( ) Bahasa
daerah :
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang
perhatian :
( ) Mampu mengerti pembicaraan orla ( ) Afek :
o Tempat tinggal : ( ) Sendiri
( ) Kos/Asrama
( ) Bersama orang lain, yaitu: ……………………………
Kehidupan keluarga :
Adat istiadat yg dianut :
Pantangan adapt dan agama yg dianut :
Penghasilan keluarga :
( ) Dibawah Rp 1 juta
( ) Diatas Rp 1juta-2 juta
( ) Diatas 2 juta Rp -3 juta
N. Pola Seksualitas
o Masalah dalam hubungan seksual selama sakit :
P. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : ……………………………….
b. Tanda-tanda vital : TD : ……… Suhu : ………
RR : ……… Nadi : ………
c. Tinggi badan : …………… Berat badan :
…………
2. Kepala dan leher
a. Kepala : Bentuk ……………. Massa …………….
3. Dada :
Inspeksi dan palpasi dada: ......................................................................................
1) Jantung :
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
c. Perkusi :
d. Auskultasi :
Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus.
Paru:
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
c. Perkusi :
d. Auskultasi :
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus.
4. Payudara dan ketiak
Benjolan/massa ……………. Nyeri/nyeri tekan …………
Bengkak …………………… Kesimetrisan ……………...
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
5. Abdomen
a. Inspeksi :
b. Auskultasi :
c. Palpasi :
d. Perkusi :
Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
6. Genitalia:
a. Inspeksi
b. Palpasi
Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
7. Ekstremitas :
a. Kekuatan otot …………………………………………................
b. Kontraktur ………..................
c. Pergerakan ………………..
d. Deformitas …………………..
e. Pembengkakan ……………
Nyeri tekan …………………. Pus/luka …………………..
Refleks: Sensasi:
: - Raba/sentuhan :
- Biseps
: - Panas :
- Trisep
- Brakioradialis : - Dingin :
: - Tekanan/tusuk :
- Patelar
- Achilles : - Plantar (babinski) :
Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus
Kesimpulan
Perencanaan Pulang
Masalah
No. Data Fokus Etiologi Keperawatan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
Ruang :
Nama Pasien :
Diagnosa :
3
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sistem imunitas atau Pertahanan dalam tubuh manusia yang berfungsi melindungi tubuh manusia dari masuknya infeksi baik
itu virus, bakteri, protozoa maupun penyakit. Apabila pertahanan tubuh manusia tidak dapat mengenali antigen yang masuk
kedalam tubuh maka akan meyebabkan penyakit sistem imun dan hematologi seperti salah satunya Syndrom Steven Johnson atau
yang biasanya disebut dengan penyakit kulit yang sangat parah atau akut berat. Penyakit ini disebabkan oleh adanya reaksi
hipersensitivitas terhadap obat, infeksi virus, bakteri, radiasi, makanan dan sebagainya. Apabila mengalami penyakit ini maka akan
mengalami tanda dan gejala seperti adanya eritema, vesikel, bula, selaput lendir orifisium, dan kelainan pada mata. Sedangkan
penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan tiga (3) cara yaitu dengan penatalaksanaan umum, khusus sistemik dan
topikal.
Adapun asuhan keperawatan yang akan dilakukan mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan
keperawatan dan evaluasi. Pengkajian yang dapat kita lakukan adalah mencakup inspeksi kulit, inspeksi mulut, kemampuan
menelan, TTV, sistem pernafasan, nutrisi / berat badan, dan tingkat nyeri. Berdasarkan pengkajian diatas maka dapat diangkat
empat (4) diagnosa sekaligus menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa ini yaitu gangguan integritas kulit
yang b.d dengan inflamasi dermal dan epidermal, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan, gangguan
rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit, gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik, dan gangguan persepsi sensori;
kurang penglihatan b.d konjungtivitis.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan. Adapun saran-saran adalah sebagai berikut :
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit steven johnson hendaknya segera membawa pasien
kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis maupun praktek tentang penyakit
steven johnson agar dapat melakukan tindakan keperawatan.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita steven johnson mendapatkan
ruangan dan fasilitas medis yang seharusnya ada sehingga dapat melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi dari
gejala dan komplikasi penyakit steven johnson.
DAFTAR PUSTAKA
Askep Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen, Sister School Program Dinas Kesehatan Propinsi Jateng Semarang, 2004
Carpenito, Lynda Jual, 2004 Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Edisi III, Jakarta : EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi IV, Jakarta : EG
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 3.Buku Kedokteran
EGC : Jakarta.
Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Media
Aesculapius : Jakarta