Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Asuhan Keperawatan Pasien Sindrom Stevens-Johnson

Oleh:
Kelompok 1
1. Afi Lutfiana 7. Dian Kurnia Dewi
2. Agnes Irtikasari 8. Dika Prasetianti
3. Anastasia Setyorini 9. Dwi Utami N
4. Anggi Noviandrini 10. Endang Winarsih
5. Ari Pristanti 11. Eny Yuliastutik
6. Cicilia Mardiyanti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Sindrom Stevens-Johnson ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada bidang Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Sindrom Stevens-Johnson bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 18 Juni 2020

 
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Definisi Sindrom Stevens-Johnson.................................................................3
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN ...............................................................................
3.1 Kasus................................................................................................................
3.2 Pengkajian........................................................................................................
3.3 Analisa Data.....................................................................................................
3.4 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................
BAB 4 STUDI KASUS.....................................................................................................
BAB 5 PENTUP...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SJS, adalah
reaksi buruk yang sangat gawat terhadap obat. Efek samping obat ini
mempengaruhi kulit, terutama selaput mukosa. Prediksi : mulut, mata, kulit,
ginjal, dan anus. Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah
kemudian umurnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat
kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai koma, mulainya
penyakit akut dapat disertai gejala prodiomal berupa demam tinggi, malaise,
nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M.
Steven dan S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa disingkat
SSJ merupakan reaksi alergi yang hebat terhadap obat-obatan. Angka kejadian
Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi hanya sekitar 1-14 per 1 juta
penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat timbul sebagai gatal-gatal hebat pada
mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada kulit. Setelah beberapa
waktu, bila obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat timbul demam,
sariawan pada mulut, mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi luka-luka
seperti keropeng pada kulit. Namun pada keadaan-keadaan kelainan sistem
imun seperti HIV dan AIDS angka kejadiannya dapat meningkat secara tajam.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom Steven
Johnson karena Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan dapat
menyebabkan kematian. Sindrom tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan
penyebab Sindrom Steven Johnson sendiri sangat bervariasi ada yang dari obat-
obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-ciri penyakit Steven Johnson sendiri
gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah-merahan dan Sindrom ini bervariasi
ada yang berat dan ada yang ringan. ( Support, Edisi November 2008 )

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Steven Johnson?
2. Apa etiologi dari Steven Johnson?
3. Apa tanda dan gejala Steven Johnson?
4. Apa faktor predisposisi Steven Johnson?
5. Bagaimana patofisiologi dari Steven Johnson?
6. Apa komplikasi dari Steven Johnson?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk sindrom Steven Johnson?
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Steven Johnson?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Steven Johnson?
2. Mengetahui etiologi dari Steven Johnson?
3. Mengetahui faktor predisposisi Steven Johnson?
4. Mengetahui tanda dan gejala Steven Johnson?
5. Mengetahui patofisiologi dari Steven Johnson?
6. Mengetahui komplikasi dari Steven Johnson?
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?
8. Mengetahui penatalaksanaan untuk Syndrom Steven Johnson?
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada Syndrom Steven Johnson?

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kesehatan terutama perawatan
pada pasien dengan Syndrom Steven Johnson Mahasiswa juga dapat melatih
softskill dalam komunikasi pemberian edukasi tentang penyakit hingga sebagai
konselor perawatan pasien dengan tepat.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
1. Steven Johnson Adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai
berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai
purpura( Mochtar Hamzah, 2005 : 147 )
2. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lender di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai
buruk.( Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 136 )
3. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput
lender di orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan
sampai berat kelainan pada kulit berupa eritema vesikel / bula, dapat disertai
purpura( Djuanda, Adhi, 2000 : 147 )
4. Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri
dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis ( Junadi, 1982: 480 )
5. Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk
( Mansjoer, A. 2000: 136 )
6. Adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata
dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada
kulit berupa eritema, vesikel atau bula disertai purpura, kelainan dimukosa
dan konjung

2.2 Etiologi
Etiologi pasti Sindrom Stevens – Johnson (SSJ) belum diketahui. Salah
satu penyebabnya ialah alergi obat sistemik, diantaranya penisilin dan
semisintetiknya, streptomisin, sulfonamide, tetrasiklin, antipiretik/analgetik
(misalnya : derivate salisil/pirazolon, metamizol, metampiron, dan parasetamol),
klorpromazin, karbamazepin, kinin, antipirin, dan jamu. Selain itu dapat juga
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, psca
vaksinasi, radiasi, dan makanan.
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa factor yang
dapat dianggap sebagai penyebab adalah:
a) Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti piretik )
 Penisilline
 Sthreptomicine
 Sulfonamide
 Tetrasiklin
b) Anti piretik atau analgesic ( derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron
dan paracetamol )
 Kloepromazin
 Karbamazepin
 Kirin Antipirin
 Tegretol
c) Infeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur dan parasit )
d) Neoplasma dan factor endokrin
e) Factor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar-X, penyakit polagen, keganasan,
kehamilan)
f) Makanan (coklat)

2.3 Klasifikasi
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar
1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm
sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau
korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat
1. Lapisan Kulit
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler..Epidermis
terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) : Stratum Korneum, Stratum Lusidum, Stratum Granulosum,
Stratum Spinosum, Stratum Basale (Stratum Germinativum).
Fungsi Epidermis :Proteksi barier, Organisasi sel, Sintesis vitamin D dan
sitokin, Pembelahan dan mobilisasi sel, Pigmentasi (melanosit),
Pengenalan alergen (sel Langerhans),
b. Dermis
Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering
dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong
epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Fungsi Dermis : Struktur penunjang, Mechanical strength, Suplai nutrisi,
Menahan shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subcutis
Subkutan Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang
terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang
menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.
Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan
keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : Melekat ke struktur dasar, Isolasi panas,
Cadangan kalori, Kontrol bentuk tubuh, Mechanical shock absorber.
2. Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai
barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.
3. Fungsi Imun
Terdapat dua macam tipe imunitas yaitu :
a. Imunitas alami (natural)
Imunitas alami akan memberikan respons nonspesipik terhadap
setiap penterang asing tanpa memperhatikan komposisi penyerang
tersebut. Dasar dari mekanisme pertahanan alami berupa kemampuan
untuk membeda kan antara “diri sendiri” dan “bukan diri sendiri”. Sawar
fisik mencakup kulit serta membrane mukosa yang utuh sehingga
mikroorganisme pathogen dapat dicegah agar tidak masuk ke dalam
tubuh, dan silia pada traktus respiratorius bersama respons batuk serta
bersin yang bekerja sebagai filter dan membersihkan saluran nafas atas
dari mikroorganisme pathogen sebelum mikroorganisme tersebut dapat
menginvasi tubuh lebih lanjut.
Sawar kimia seperti getah lambung yang sam, enzim dalam air mata
serta air liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sebasea serta
lakrimalis, bekerja dengan cara nonspesifik unuk menghancurkan bakteri
dan jamur yang menginvasi tubuh. Sel darah putih atau leukosit turut
serta dalam respons imun humoral maupun seluler. Leukosit granuler
atau granulosit yang mencakup neutrofil, eusinofil, dan basofil.
b. Imunitas didapat (akuisita)
Imunitas yang didapat (acquired immunity) terdiri atas respons
imunyang tidak dijumpai pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian
dalam hidup seseorang. Imunitas ini didapat biasanya terjadi setelah
seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang
menghasilkan respons imunyang bersifat protektif. Pada imunitas yang
didapat aktif, pertahanan imunologo akan dibentuk tubuh orang yang
dilindungi oleh imunitas tersebut. Imunitas ini biasanya berlangsung
selama bertahun – tahun atau bahkan seumur hidup. Imunitas didapat
yang pasif merupakan imunitas temporer yang ditransmisikan dari sumber
lain yang sudah memiliki kekebalan setelah penderita sakit atau menjalani
imunisasi. Gama – globulin dan antiserum yang didapat dari plasma
darah rang yang memiliki imunitas didapatkan dalam keadaan darurat
untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit ketika resiko terjangkit
suatu penyakit tertentu cukup besar.
c. Stadium Respons Imun
Terdapat empat stadium yang batasnya jelas dalam suatu respons
imun, keempat stadium tersebut yaitu :Stadium pengenalan, Stadium
proliferasi, Stadium respons, Stadium efektor.
Faktor – faktor yang memepengaruhi system imunUsia ,Jenis
kelamin, Nutrisi, Penyakit, Faktor – faktor psikoneuro-imunologi, Obat –
obatan.
d. Antigen
Terdapat beberpa teori tentang mekanisma yang digunakan limfosit B
untuk mengenali antigen penyerang dan kemudian bereaksi dengan
memproduksi antibody yang tepat. Sebagian antigen memiliki
kemampuan untuk memicu pembentukan antibody secara langsung oleh
limfosit B, sementara sebagian lainnya memerlukan bantuan sel – sel T.
sel T merupakan bagian dari system surveilans yang tersebar diseluruh
tubuh, dengan bantuan makrofag maka limfosit T akan manganali antigen
dari penyerang asing. Limfosit T mengambil pesan antigenic atau cetak
biru (blueprint) antigen dan kemudian kembali ke nodus limfatikus yang
terdekat dengan pesan tersebut.
e. Antibody
Limfosit B yang disimpan dalam nodus limfatikus, dibagi lagi menjadi
ribuan klon yang masing – masing bersifatrespnsif terhadap suatu
kelompok tunggal antigen dengan karakteristik yang hamper identik.
Pesan antigenic yang dibawa kembali ke nodus limfatikus akan
menstimulasi kln spesifik limfosit B untuk membesar, membelah diri, dan
memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel – sel plasma yang
dapat memproduksi antibody spesifik terhadap antigen.
Antibody merupakan protein besar yang dinamakan immunoglobulin,
setiap molekul antibody terdiri atas dua subunit yang mengandung rantai
peptide ringan dan berat. Beberapa karakteristik immunoglobulin yaitu
antara lain , Ig G (75 % dari total imunoglobulin), Ig A (15 % dari total
imunoglobulin), Ig M (10 % dari total imunoglobulin), Ig D (0,2 % dari total
imunoglobulin),Ig E (0,004 % dari total imunoglobulin)
f. Respons Imun Seluler
Reaksi seluler dimulai leh pemhikatan antigen dengan reseptor
antigen pada permukaan sel T. sel T akan membawa cetak biru atau
pesan antigenic ke nodus limfatikus tempat produksi sel – sel T yang lain
distimulasi. Sebagian sel T tetap berada dalam nodus limfatikus dan
mempertahankan memri untuk antigen tersebut. Sedangkan sebagian sel
T lainnya akan bermigrasi dari nodus limfatikus ke dalam system sirkulasi
umum dan akhirnya ke jaringan tempat sel tersebut berada.
Terdapat dua klasifikasi utama sel T efektor yang turut serta dalam
menghancurkan mikroorgansme asing. Sel T killer atau sitotoksik
menyerang antigen sacara langsung dengan mengubah membrane sel
dan menyebabkan lisis sel. Sel – sel hipersensitifitas tipe lambat
melindungi tubuh melalui produksi dan pelepasan limfosit. Limfokin yang
termasuk dalam kelompok glikoprotein yang lebih besar dan dikenal
dengan nama sitokin, dapat merekrut, mengaktifkan serta mengatur
limfosit dan sel – sel darah putih lainnya.
Limfosit lain yang membantu dalam memerangi mikroorganisme yaitu
limfosit null dan sel natural killer (NK). Limfosit null, merupakan
subpolpulasi limfosit yang kurang mengandung cirri – cirri khas dari
limfosit B dan T. Sel NK yang mewakili suppulasi limfosit lainnya tanpa
karakteristik sel B dan T yang akan mempertahankan tubuh terhadap
mikroorganisme dan beberapa tipe sel malignan. Sel NK dapat
membunuh langsung mikroorganisme penginvasi dan menghasilkan
sitokin.

2.4 Patofisiologis
Patogenesisnya belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh reaksi
hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek
antigen antibodi yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas
sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian
melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran
(target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang
tersintesisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama kemudian limfokin
dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Djuanda, 2000: 147) .
Karena proses hipersensitivitas, maka terjadi kerusakan kulit sehingga
terjadi Kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan, Stres
hormonal diikuti peningkatan resisitensi terhadap insulin, hiperglikemia dan
glukosuriat, Kegagalan termoregulasi, Kegagalan fungsi imun, Infeksi.
1. Reaksi Hipersensitif tipe III
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi
dalam darah mengendap didalam pembuluh darah atau jaringan sebelah
hilir. Antibodi tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap
dalam jaringan kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat
melekat ke jaringan menyebabkan terbentuknya kompleks antigen antibodi
ditempat tersebut. Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen dan degranulasi
sel mast sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler ditempat
terjadinya rekasi tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut dan mulai
memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan enzim-enzim
sel serta penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan
berlanjut (Corwin, 2000: 72).
2. Reaksi Hipersensitif Tipe IV
Pada reaksi ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T
penghasil Limfokin atau sitotoksik oleh suatu antigen sehingga terjadi
penghancuran sel-sel yang bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh
sel ini bersifat lambat (delayed) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam
untuk terbentuknya.
PATHWAY

Alergi Infeksi Neoplasma faktor fisik Makanan


obat2an mikroorganism
e

Steven Johnson
Syndrome

Reaksi Alergi Type III Reaksi Alergi Type IV

Kompleks antigen & antibodi Sel T 

Terperangkap dalam jar. Limfosit & sitotoksin terlepas


Kapiler

Sel Mast 

Jaringan kapiler rusak

Akumulasi neutrofil

Reaksi Radang
Jaringan kulit dan mucosa eritema Kelainan pada mata

Conjungtivitis
Kelainan selaput Inflamasi dermal dan
lendir dan ofisium epidermal

Gangguan Persepsi
Kesulitan menelan sensori
Nyeri Akut

Intake tidak adekuat


Gangguan Integritas
kulit/Jaringan

Kelemahan Fisik Supply Nutrisi ke Intoleransi Aktivitas


jaringan otot 

Defisit Nutrisi
2.5 Tanda dan Gejala
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan
umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya
menurun, penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat
disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk,
pilek dan nyeri tenggorokan.
Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa:
1. Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula
kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat
juga terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata.
2. Kelainan selaput lendir di orifisium
Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%)
kemudian disusul oleh kelainan dilubang alat genital (50%) sedangkan
dilubang hidung dan anus jarang (masing-masing 8% dan 4%).
Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga erosi dan
ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Di
bibir kelainan yang sering tampak yaitu krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius
bagian atas dan esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita
sukar tidak dapat menelan. Adanya pseudomembran di faring dapat
menyebabkan keluhan sukar bernafas.
3. Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering
ialah konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis
purulen, perdarahan, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias
kelainan tersebut dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan
onikolisis.

2.6 Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati
dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk
dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid
merupakan tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena
dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-
Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg
intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak
timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat,
setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari,
deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya
prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari,
sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut
dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan
elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila
terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam
bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid
diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan
nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak
tergantung berat badan).
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang
dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang
menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya
gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.
3. Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena
pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan
serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya
glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam
2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2
hari berturut-turut, terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas.
Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C
500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.
4. Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in oral base.
Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine
perak.

2.7 Komplikasi
Bronkopneumonia (16%), sepsis, kehilangan cairan/darah, gangguan
keseimbangan elektrolit, syok, dan kebutaan karena gangguan lakrimasi.
Sindrom steven johnson sering menimbulkan komplikasi, antara lain sebagai
berikut:
 Kehilangan cairan dan darah
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Shock
 Oftalmologi – ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan
 Gastroenterologi - Esophageal strictures
 Genitourinaria – nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis
vagina
 Pulmonari – pneumonia, bronchopneumoni
 Kutaneus – timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi
kulit sekunder
 Infeksi sitemik, sepsis

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


1. Laboratorium
 Bila ditemukan leukositosis penyebab kemungkinan dari infeksi
 Bila eosinophilia penyebab kemungkinan alergi
2. Histopatologi
 Infiltrasi sel ononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superficial
 Edema dan extravasasi sel darah merah di dermis papilar.
 Degenerasi hidrofik lapisan absalis sampai terbentuk vesikel subepidermal
 Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang dianeksa
 Spongiosis dan edema intrasel di epidermis
3. Imunologi
 Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada
pembulih darah yang mengalami kerusakan
 Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara tersendiri
atau dalam kombinasi

2.9 Prognosis penyakit


Tes SCORTEN adalah tes untuk menskoring derajat keparahan Sindroma
Steven Johnson. Perhitungan dilakukan dalam 24 jam untuk memprediksi
kematian. Adanya penampakan dari tiap hal dibawah ini mendapat skor 1, dan
jumlah dari poin-poin inilah yang dinamakan angka SCORTEN dengan
maksimum skor 7. Penampakan yang diukur : umur lebih dari 40 tahun, adanya
keganasan, nadi lebih dari 120 kali per menit, kadar glukosa lebih dari 252
mEq/L5, luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 10 % (Gustiawan, 2010)
Menurut Siregar, RS (2005) prognosis umumnya baik, dapat sembuh
secara sempurna bergantung pada perawatan dan cepatnya mendapat terapi
yang tepat. Jika terdapat purpura, prognosisnya lebih buruk, angka kematian
lebih kurang 5-15 % karena purpura dapat menyebabkan pendarahan kecil
didalam kulit, membran mukosa, atau permukaan serosa tetapi dapat
menyebabkan terjadinya lesi bercorak anular atau serpiginosa dan biasanya
terjadi setelah penyakit menular yang ditandai dengan gejala demam, anemia,
dan pendarahan kulit simetris yang timbul mendadak  serta cepat meluas pada
ekstrimitas bawah, sring ditandai dengan ganggren dan trombosis intravaskuler
yang luas.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.

2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Steven
Johnson biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri
kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu,
riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama.
 Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.

3. Pola Fungsional Gordon


 Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?
b. Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-
obatan tertentu?
c. Bagaimakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan?
Pada klien dengan Steven Johnson, biasanya penting dikaji riwayat konsumsi
obat-obatan tertentu.
 Pola nutrisi - metabolik
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di
rumah sakit?
b. Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?
c. Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?
d. Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?
e. Apakah klien mengalami mual dan muntah?
f. Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau sebaliknya?
Pada klien dengan Steven Johnson, biasanya mengalami penurunan nafsu
makan, sariawan pada mulut, dan kesulitan menelan.
 Pola eliminasi
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
b. Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
c. Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
d. Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin,
konstipasi, membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau perawat.
 Pola aktivitas - latihan
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah sakit?
b. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
c. Kaji tingkat ketergantungan klien
0 = mandiri
1 = membutuhkan alat bantu
2 = membutuhkan pengawasan
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain
4 = ketergantungan
d. Apakah klien mengeluh mudah lelah?
Klien dengan Steven Johnson biasanya tampak gelisah dan merasa lemas,
sehingga sulit untuk beraktifitas.
 Pola istirahat - tidur
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Apakah klien mengalami gangguang tidur?
b. Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?
c. Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?
Klien dengan Steven Johnson, akan mengalami kesulitan untuk tidur dan
istirahat karena nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal pada kulit.
 Pola kognitif - persepsi
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Kaji tingkat kesadaran klien
b. Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah
mengalami perubahan?
c. Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?
d. Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?
Klien dengan Steven Johnson akan mengalami kekaburan pada
penglihatannya, serta rasa nyeri dan panas di kulitnya
 Pola persepsi diri - konsep diri
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang
dialaminya?
b. Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?
c. Apakah klien merasa rendah diri?
Dengan keadaan kulitnya yang mengalami kemerahan, klien merasa malu
dengan keadaan tersebut, dan mengalami gangguan pada citra dirinya.
 Pola peran - hubungan
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?
b. Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?
c. Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat sekitarnya?
 Pola reproduksi dan seksualitas
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah status reproduksi klien?
b. Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)?
 Pola koping dan toleransi stress
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?
b. Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?
c. Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?
 Pola nilai dan kepercayaan
Pada pola ini kita mengakaji:
a. Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien
b. Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?

4. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi: Warna, suhu, kelembapan, kekeringan
- Palpasi: Turgor kulit, edema
- Data fokus:
DS: gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandangan kabur, aktifitas menurun
DO: kemerah-merahan, memegang tenggorokan, tampak gelisah, tampak
lemas dalam beraktifitas.

5. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang


- Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
- Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah
merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan
edema intrasel di epidermis.
- Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang
mengandung IgG, IgM, IgA

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis, agen
pencedera kimiawi, agen pencedera fisik
2. Gangguan integritas kulit / jaringan berhungan dengan Perubahan sirkulasi,
kelembaban, neuropati perifer, perubahan pigmentasi
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
peningkatan kebutuhan metabolisme
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan  ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, kelemahan, tirah baring
5. Resiko Infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer (kerusakan integritas kulit)
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh
3.3 Rencana Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi  Manajemen Nyeri
dengan Agen pencedera keperawatan selama 1x24  Observasi
fisiologis, agen pencedera jam, maka tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, kRkteriatik, durasi, frekuensi,
kimiawi, agen pencedera fisik menurun, dengan kriteria kualitas nyeri
hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
a. Kemampuan 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
menuntaskan aktivitas 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
meningkat memperingan nyeri
b. Keluhan nyeri menurun 5. Monitoring keberhasilan terapi komplementer yang
c. Meringis menurun sudah diberikan
d. Kesulitan tidur menurun 6. Monitoring efek samping penggunaan analgetik
e. Frekuensi nadi, pola  Terapeutik
nafas, tekanan darah 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
membaik rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
 Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Anjurkan memonitoring nyeri secara mandiri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik

2. Gangguan integritas kulit / Setelah dilakukan intervensi  Perawatan Integritas Kulit


jaringan berhungan dengan keperawatan selama 3x24  Observasi
Perubahan sirkulasi, jam, maka integritas kulit 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
kelembaban, neuropati dan jaringan meningkat,  Terapeutik
perifer, perubahan dengan kriteria hasil : 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
pigmentasi a. Elastisitas meningkat 2. Gunakan produk berbahan petrolium
b. Perfusi jaringan atau minyak pada kulit kering
meningkat 3. Gunakan produk berbahan ringan/alami
c. Kerusakan jaringan dan hipoalergik pada ulit sensitif
menurun  Edukasi
d. Kerusakan lapisan kulit 1. Anjurkan menggunakan pelembab
menurun 2. Anjurkan minum air yang cukup
e. Nyeri menurun 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
f. Kemerahan menurun 4. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
g. Suhu kulit, sensasi,
tekstur membaik
3. Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan intervensi  Manajemen Nutrisi
dengan ketidakmampuan keperawatan selama 1x24  Observasi
menelan makanan, jam maka status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
peningkatan kebutuhan membaik, dengan kriteria 2. Identifikasi makanan yang disukai
metabolisme hasil: 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutriens
1) Porsi makanan yang 4. Monitor asupan makanan
dihabiskan meningkat 5. Monitor Berat badan
2) Serum albumin 6. Monitor hasil pemeriksaan liver
meningkat  Terapeutik
3) Verbalisasi keinginan 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
untuk meningkatkan 2. Fasilitas menentukan pedoman diet
nutrisi meningkat 3. Sajikan makanan secara menarik dan sushu yang
4) Pengetahuan tentang sesuai
standar asupan nutrisi 4. Berikan suplemen makanan, jika perlu
yang tepat meningkat  Edukasi
5) Nyeri abdomen 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
menurun 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
6) Frekuensi makan, nafsu  Kolaborasi
makan, bising usus 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
membaik 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan intervensi  Manajemen Energi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24  Observasi
ketidakseimbangan antara jam maka toleransi aktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
suplai dan kebutuhan meningkat, dengan kriteria mengakibatkan kelelahan
oksigen, kelemahan, tirah hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
baring 1. Frekuensi nadi meningkat 3. Monitor lokasi dan ketidaknyaman selama melakukan
2. Saturasi oksigen aktivitas
meningkat  Terapeutik
3. Kemudahan dalam 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
melakukan aktivitas stimulus
sehari-hari meningkat 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif
4. Keluhan lelah menurun 3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
5. Tekanan darah, frekuensi  Edukasi
nafas membaik 1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untung mengurangi kelelahan
 Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
5. Resiko Infeksi dibuktikan Setelah dilakukan intervensi  Pencegahan Infeksi
dengan ketidakadekuatan keperawatan selama 3x24  Observasi
pertahanan tubuh primer jam maka tingkat infeksi - Monitor tanda an gejala infeksi lokal dan sistemik
(kerusakan integritas kulit) menurun, dengan kriteria  Terapeutik
hasil: 1. Batasi jumlah
1. Demam menurun pengunjung
2. Kemerahan menurun 2. Berikan
3. Nyeri menurun perawatan kulit pada area edema
4. Bengkak menurun 3. Cuci tangan
5. Lethargi menurun sebelum dan sesuadah kontak dengan pasien dan
6. Kadar sel darah putih lingkungan pasien
membaik 4. Pertahankan
7. Kultur darah membaik teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
 Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik
6. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan intervensi  Promosi Citra Tubuh
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24  Observasi
perubahan struktur /bentuk jam maka citra tubuh 1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
tubuh meningkat, dengan kriteria perkemabngan
hasil: 2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur
1. Melihat bagian tubuh terkait citra tubuh
meningkat 3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang
2. Menyentuh bagian mengakibatkan isolasi sosial
tubuh meningkat 4. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh
3. Verbalisasi perasaan yang berubah
negatif tentang  Terapeutik
perubahan tubuh 1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
menurun 2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap
4. Respon non verbal harga diri
pada perubahan 3. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra
tubuh membaik tubuh
5. Hubungan sosial 4. Diskusikan cara mengambangkan harapan citra tubuh
membaik secara realistis
1. 5. Diskusian persepsi pasien dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
 Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan
perubahan citra tubuh
2. Anjurkan mwngungkapkan gambaran diri terhadap
citra tubuh
3. Latih peningkatan penampilan diri
BAB IV
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN DATA DASAR

A. Identitas Klien
Nama : No. RM :
Usia : Tanggal MRS :
Jenis Kelamin : Tgl Pengkajian :
Alamat : Sumber Informasi :
No. Tlp : Nama Keluarga yg Dapat
Status Pernikahan : Dihubungi :
Agama : Status :
Suku : Alamat :
Pendidikan : No. Tlp :
Pekerjaan : Pendidikan :
Lama Bekerja : Pekerjaan :
Diagnosa Medis :

B. Status Kesehatan Saat Ini


1) Keluhan Utama:
a. Saat MRS :
b. Saat Pengkajian :
Riwayat Penyakit Sekarang
_______________________________________________________________
_________
_______________________________________________________________
_________

C. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan (jenis dan waktu) :
Operasi (jenis dan waktu) :
Penyakit
- Kronis :
- Akut :
b. Terakhir MRS :
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll)

Tipe Reaksi Tindakan

3. Kebiasaan

Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya

Merokok

Minum
Kopi

Alkoholisme

Lainya:
4. Obat-obatan yang digunakan

Jenis Lamanya Dosis

D. Riwayat Keluarga

(Tuliskan Genogram)

E. Riwayat Lingkungan

Jenis Rumah Pekerjaan

Kebersihan

Bahaya Kecelakaan

Polusi
Ventilasi

Pencahayaan

Masalah

:
……………………………………………………………………………
……………
………………………….

F. Pola Aktivitas-Latihan

Jenis Di Rumah Di RS

Makan/minum

Mandi

Berpakaian/berdandan

Toiletting

Mobilitas di tempat
tidur

Berpindah

Berjalan

Naik tangga

Masalah

:
……………………………………………………………………………
……………
G. Pola Nutrisi-Metabolik

Jenis Di Rumah Di RS

Jenis diet/makanan

Frekuensi/pola

Porsi yang dihabiskan

Komposisi menu

Pantangan

Nafsu makan

Fluktuasi BB 6 bln terakhir

Sukar menelan (padat/cair)

Pemakaian gigi palsu (area)

Riw. Mslh penyembuhan


luka

Masalah

:
……………………………………………………………………………
……………
………………………….

H. Pola Eliminasi
Jenis Di Rumah Di RS

BAB

Frekuensi/pola

Konsistensi

Warna & bau

Kesulitan

Upaya Mengatasi

BAK
Frekuensi/pola

Warna & bau

Konsistensi

Kesulitan

Upaya Mengatasi

Masalah

:
……………………………………………………………………………
……………
………………………….

I. Pola Tidur-Istirahat
Jenis Di Rumah Di RS

Tidur siang

Lamanya

Jam… s/d …..

Kenyamanan setelah tidur

Tidur malam

Lamanya

Jam… s/d …..

Kenyamanan setelah tidur

Kebiasaan sebelum tidur

Kesulitan

Upaya yg dilakukan
Masalah

:
……………………………………………………………………………
……………
………………………….

J. Pola Kebersihan Diri

Jenis Di Rumah Di RS

Mandi : Frekuensi

Penggunaan sabun

Keramas : Frekuensi

Penggunaan sampo

Gosok gigi : Frekuensi

Penggunaan odol

Kesulitan

Upaya yg dilakukan

Masalah

:
……………………………………………………………………………
……………
………………………….

K. Pola Toleransi-Koping Stres


o Pengambil Keputusan : ( ) Sendiri ( ) Dibantu orang
lain, ……
Masalah utama terkait dgn perawatan di RS atau penyakit :
………………………………………
Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah:
…………………………………………..
Harapan setelah menjalani perawatan:
………………………………………….............................
Perubahan yg dirasa setelah sakit:
…………………………………………………………………………….
Masalah:…………………………………

L. Pola Peran-Hubungan
Peran dalam keluarga :

……………………………………………………………………………
……………
o Sistem pendukung : Suami / Istri / Anak / Tetangga / Saudara / Tidak
ada /
Lain-lain, sebutkan
……………………………………………………………..
o Kesulitan dlm keluarga : ( ) Hub dg ortu ( ) Hub dg pasangan
( ) Hub dg sanak saudara ( ) Hub dg anak
Lain-lain, sebutkan
……………………………………………………
……
Masalah tentang peran/hubungan dg keluarga selama perawatan di RS :
………………..
……………………………………………………………………………
……………
…………………………………………
Upaya yg dilakukan utk mengatasi :
…………………………………………….................................
Masalah:
……………………………………………………………………………

……………………………………
M. Pola Komunikasi
o Bicara : ( ) Normal ( ) Bahasa utama :
( ) Tidak jelas ( ) Bahasa
daerah :
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang
perhatian :
( ) Mampu mengerti pembicaraan orla ( ) Afek :
o Tempat tinggal : ( ) Sendiri
( ) Kos/Asrama
( ) Bersama orang lain, yaitu: ……………………………
Kehidupan keluarga :
Adat istiadat yg dianut :
Pantangan adapt dan agama yg dianut :
Penghasilan keluarga :
( ) Dibawah Rp 1 juta
( ) Diatas Rp 1juta-2 juta
( ) Diatas 2 juta Rp -3 juta

( ) Lebih dari Rp 3 juta

N. Pola Seksualitas
o Masalah dalam hubungan seksual selama sakit :

( ) Ada ( ) Tidak ada, ………………..


Ketrangan : ............................
Upaya yg dilakukan pasangan :
( ) Perhatian ( ) Lain-lain, seperti ………………
( ) Sentuhan

O. Pola Nilai dan Kepercayaan


o Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting utk anda : ( ) Ya ()
Tidak
Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan di rumah (jenis & frekuensi)
………………………………………………………………………………
…….
Kegiatan agama/kepercayaan yg tidak dapat dilakukan di RS (jenis &
frekuensi)
………………………………………………………………………………
…….
Harapan klien terhadap perawat utk melaksanakan ibadahnya :
…………………
………………………………………………………………………………
….....

P. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : ……………………………….
b. Tanda-tanda vital : TD : ……… Suhu : ………
RR : ……… Nadi : ………
c. Tinggi badan : …………… Berat badan :
…………
2. Kepala dan leher
a. Kepala : Bentuk ……………. Massa …………….

Distribusi rambut …………. Warna kulit kepala .


………
Keluhan pusing/sakit kepala/migrein/lainnya,
………………….
b. Mata
: Bentuk ………………. Konjungtiva ………………
Ikterus : ( ) Ya ( ) Tidak
Pupil : ( ) Reaksi terhadap cahaya
( ) Isokor ( ) Midriasis
( ) Pin point ( ) Miosis
Fungsi penglihatan : ( ) Baik ( ) Kabur
Penggunaan alat bantu : ( ) Ya ( ) Tidak
Apabila ya menggunakan : ( ) kacamata ( ) lensa kontak
( ) Minus ….ka/….ki ( ) Plus …ka/….ki
( ) Silinder ….ka/…. Ki
Pemeriksaan mata terakhir : …………………………………
Riwayat operasi : ……………………………………………
c. Hidung : Bentuk ………….. Warna ………..
Pembengkakan …… Nyeri ………….
Perdarahan ……….. Sinus …………..
Riw. Alergi ………. Cara mengatasinya ……………
Penyakit yg pernah terjadi …………………………………..
Frekuensi ………….. Cara mengatasi ………………..
d. Mulut dan tenggorokan
Warna bibir ……………. Mukosa ………………..
Ulkus ………………….. Lesi ……………………
Massa ………………….. Warna Lidah …………..
Perdarahan gusi …………... Karies ………………….
Kesulitan menelan ……….. Gigi geligi ……………..
Sakit tenggorokan ………….. Gangg. bicara ………….
Pemeriksaan gigi terakhir …………………………………….
e. Telinga : Bentuk ……………………. Warna ………………….
Lesi ……………………….. Massa …………………..
Nyeri ……………………… Fgs pendengaran …………
Alat bantu pendengaran ………………………………………..
Masalah yg pernah terjadi ………………………………………
Upaya utk mengatasi …………………………………………..
f. Leher : Kekakuan ………………….. Nyeri/nyeri tekan …………
Benjolan/massa ……………. Keterbatasan gerak ……….
Vena Jugularis …………….. Tiroid ……………………..
Limfe ………………………
Trakhea …………………...
Keluhan ………………………………………………………….
Upaya utk mengatasi …………………………………………..

3. Dada :
Inspeksi dan palpasi dada: ......................................................................................
1) Jantung :
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
c. Perkusi :
d. Auskultasi :
Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus.
Paru:
a. Inspeksi :
b. Palpasi :
c. Perkusi :
d. Auskultasi :
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus.
4. Payudara dan ketiak
Benjolan/massa ……………. Nyeri/nyeri tekan …………
Bengkak …………………… Kesimetrisan ……………...
* Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus

5. Abdomen
a. Inspeksi :
b. Auskultasi :
c. Palpasi :
d. Perkusi :
Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus

6. Genitalia:
a. Inspeksi
b. Palpasi
Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus

7. Ekstremitas :
a. Kekuatan otot …………………………………………................
b. Kontraktur ………..................
c. Pergerakan ………………..
d. Deformitas …………………..
e. Pembengkakan ……………
Nyeri tekan …………………. Pus/luka …………………..
Refleks: Sensasi:
: - Raba/sentuhan :
- Biseps
: - Panas :
- Trisep
- Brakioradialis : - Dingin :
: - Tekanan/tusuk :
- Patelar
- Achilles : - Plantar (babinski) :
Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus

8. Kulit dan kuku


Kulit : Warna ……………….. Jaringan parut …………….
Lesi ………………….. Suhu ………………………
Tekstur ………………. Turgor …………………….
Kuku : Warna ……………….. Bentuk …………………….
Lesi ………………….. CRT ………………………

Keterangan tambahan disesuaikan dengan kasus

Q. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium
Radiologi
EKG
USG
CT Kepala
Dll
Pengobatan

Persepsi Klien terhadap Penyakitnya

Kesimpulan

Perencanaan Pulang

o Tujuan pulang : ( ) ke rumah ( ) Tidak ada tujuan


( ) Lain-lain, …………………………….
o Transportasi pulang : ( ) Mobil ( ) Taksi ( ) Lain-lain, ………
( ) Ambulans ( ) Belum dapat ditentukan sekarang
o Dukungan keluarga : ( ) Ada ( ) Tidak ada
o Antisipasi bantuan biaya setelah pulang : ( ) Ada ( ) Tidak ada
o Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang : ( ) Ada ( ) Tidak ada
o Pengobatan :
………………………………………………………………………………………..…
…………………………………………………………………………………………
o Rawat jalan ke : ………….. Waktu ………………. Frekuensi …………
Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah :
……………………………………………………………............................
................
Keterangan lain : ……………………………
........
……………………………………………………………………………
………
FORMAT ANALISA DATA

Masalah
No. Data Fokus Etiologi Keperawatan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
Ruang :
Nama Pasien :

Diagnosa :

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda


Muncul Teratasi Tangan

3
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Sistem imunitas atau Pertahanan dalam tubuh manusia yang berfungsi melindungi tubuh manusia dari masuknya infeksi baik
itu virus, bakteri, protozoa maupun penyakit. Apabila pertahanan tubuh manusia tidak dapat mengenali antigen yang masuk
kedalam tubuh maka akan meyebabkan penyakit sistem imun dan hematologi seperti salah satunya Syndrom Steven Johnson atau
yang biasanya disebut dengan penyakit kulit yang sangat parah atau akut berat. Penyakit ini disebabkan oleh adanya reaksi
hipersensitivitas terhadap obat, infeksi virus, bakteri, radiasi, makanan dan sebagainya. Apabila mengalami penyakit ini maka akan
mengalami tanda dan gejala seperti adanya eritema, vesikel, bula, selaput lendir orifisium, dan kelainan pada mata. Sedangkan
penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan tiga (3) cara yaitu dengan penatalaksanaan umum, khusus sistemik dan
topikal.
Adapun asuhan keperawatan yang akan dilakukan mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan
keperawatan dan evaluasi. Pengkajian yang dapat kita lakukan adalah mencakup inspeksi kulit, inspeksi mulut, kemampuan
menelan, TTV, sistem pernafasan, nutrisi / berat badan, dan tingkat nyeri. Berdasarkan pengkajian diatas maka dapat diangkat
empat (4) diagnosa sekaligus menyusun rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa ini yaitu gangguan integritas kulit
yang b.d dengan inflamasi dermal dan epidermal, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan, gangguan
rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit, gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik, dan gangguan persepsi sensori;
kurang penglihatan b.d konjungtivitis.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan. Adapun saran-saran adalah sebagai berikut :

1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit steven johnson hendaknya segera membawa pasien
kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis maupun praktek tentang penyakit
steven johnson agar dapat melakukan tindakan keperawatan.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita steven johnson mendapatkan
ruangan dan fasilitas medis yang seharusnya ada sehingga dapat melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi dari
gejala dan komplikasi penyakit steven johnson.
DAFTAR PUSTAKA

Askep Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen, Sister School Program Dinas Kesehatan Propinsi Jateng Semarang, 2004
Carpenito, Lynda Jual, 2004 Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Edisi III, Jakarta : EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi IV, Jakarta : EG
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, volume 3.Buku Kedokteran
EGC : Jakarta.
Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Media
Aesculapius : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai