Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF


“ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA ANAK DENGAN
LEUKEMIA”

Dosen Pembimbing:
Dr. Abu Bakar M.Kep., Ns.Sp.Kep.M.B.

Disusun Oleh
Kelompok 1:

1. SELVIANA TODING (132014153008)


2. YOSIN HERLOHETI P (132014153021)
3. WIWIN YULI TRIANA (132014153022)
4. YUNI DAMAYANTI (132014153023)
5. LIA FADLILAH (132014153032)
6. M. ALI TAZIA (132014153036)
7. ELIZABETH RISHA M (132014153039)
8. JAKA SURYA HAKIM (132014153046)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Anak Dengan Leukemia”. Makalah ilmiah ini
disusun khusus untuk memenuhi tugas mata kuliah Paliatif tahun ajaran 2021/2022.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Abu Bakar selaku Dosen Fasilitator dalam Mata Kuliah Paliatif, Fakultas
Keperawatan yang telah memberikan bimbingan dan masukan terhadap
penyelesaian makalah ini.
2. Seluruh anggota kelompok yang telah bekerjasama dengan baik dalam penyusunan
makalah dengan topik perawatan paliatif pada anak dengan leukemia.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal menggunakan jurnal dan buku
yang dijadikan sebagai tinjauan dan referensi. Kami sebagai penulis berharap makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Segala kritik, koreksi, dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Terima kasih.

Surabaya, 09 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .........................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4
2.1 Konsep Leukemia ...........................................................................4
2.1.1 Definisi....................................................................................4
2.1.2 Penyebab .................................................................................4
2.1.3 Klasifikasi ...............................................................................4
2.1.4 Patofisiologi ............................................................................5
2.1.5 Gambaran Klinik.....................................................................6
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang .......................................................... 7
2.1.7 Penatalaksanaan ......................................................................7
2.1.8 Komplikasi ..............................................................................8
2.2 Konsep Perawatan Paliatif ............................................................ 9
2.2.1 Definisi....................................................................................9
2.2.2 Domain....................................................................................9
2.2.3 Prinsip Perawatan Paliatif ....................................................... 9
2.2.4 Peran dan Fungsi Perawat ..................................................... 11
2.2.5 Langkah-Langkah .................................................................11
2.2.6 Faktor Penghambat ............................................................... 12
2.3 Konsep End of Life ........................... Error! Bookmark not defined.
2.3.1 Definisi...................................... Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Tujuan ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.3.3 Mamfaat .................................... Error! Bookmark not defined.
2.3.4 Pemilihan Perencanaan ............. Error! Bookmark not defined.
2.3.5 Pedoman Diskusi ...................... Error! Bookmark not defined.
2.4 Perawatan Menjelang Ajal .............. Error! Bookmark not defined.
2.4.1 Persiapan Menjelang Ajal ......... Error! Bookmark not defined.

iii
2.4.2 Perawatan Terminal .................. Error! Bookmark not defined.
2.4.3 Perawatan Saat Meninggal........ Error! Bookmark not defined.
2.4.4 Perawatan Setelah Meninggal ... Error! Bookmark not defined.
2.4.5 Dukungan Setelah Meninggal ... Error! Bookmark not defined.
BAB 3 TINJAUAN KASUS ................................................................................18
3.1 Tinjaun Kasus...............................................................................30
3.2 Asuhan Keperawatan ...................................................................31
3.2.1 Pengkajian Keperawatan........... Error! Bookmark not defined.
3.3 Diagnosa Keperawatan ................................................................ 30
3.4 Intervensi Keperawatan .............................................................. 31
BAB 4 PEMBAHASAN ....................................................................................... 28
BAB 5 PENUTUP ................................................................................................ 30
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 30
5.2 Saran .............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia atau kanker darah adalah penyakit akibat terjadinya
proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan
ganas, dan adanya leukosit dengan jumlah yang lebih banyak, (Franjul Sánchez
et al. 2020). Leukimia terjadi secara akut ataupun kronik, hal ini bergantung
pada cepatnya penyakit muncul dan berkembang. Sel-sel darah yang menjadi
komponen dari darah diprodukdi pada sumsum tulang dan berasal dari stem cell,
(Vidal et al,2018). Stem cell ini yang akan berdiferensiasi menjadi berbagai
jenis sel-sel darah ini terdiri atas 2 jenis yaitu limfoid dan mieloid. Stem cell
tipe limfoid nantinya akan berkembang menjadi sel-T, sel-B, sel NK atau
Natural Killer(LeBlanc et al, 2019). Sedangkan stem cell mieloid akan
berdiferensiasi menjadi sel darah merah, sel darah putih (neutrofil, eosinofil,
basofil, dan monosit) dan platelet, (LeBlanc et al, 2019).
Leukemia sering ditemukan pada anak dibawah Usia 15 tahun dan
merupakan penyakit kronis yang menempati urutan kedua dan ketiga
sebagai penyebab kematian pada anak (Vidal et al,2018). Anak dengan
leukemia membutuhkan perawatan yang intensif, selain terapi farmakologi dan
non farmakologi, anak dengan leukemia juga memerlukan perawatan untuk
mencapai peningkatan kualitas hidupnya yang lebih baik. Sehingga tenaga
kesehatan tidak hanya berfokus pada kesembuhan pasien tetapi juga
pada kesejahteraan pasien yang bisa dicapai dengan pemberian
perawatan paliatif.
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan bagi keluarga
yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien dengan
mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini serta
pengobatan nyeri dan masalah-masalah lain, baik masalah fisik, psikososial,
spiritual dan pelayanan masa dukacita bagi keluarga (WHO, 2019). Perawatan
paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola komplikasi penyakit dan

1
2

pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, serta memberikan perawatan
psikososial bagi pasien dan keluarga, dan perawatan paliatif dimulai sejak
terdiagnosa penyakit sampai Akhir kehidupan, (Schram et al. 2017). Perawatan
ini melibatkan keluarga dan tenaga kesehatan. Jenis kegiatan paliatif meliputi
penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik lain, asuhan
keperawatan, dukungan psikologis, dukungan sosial, dukungan kultural
dan spiritual, dukungan persiapan dan selama masa berkabung, (Boucher
2017).
Berbagai keluhan yang tidak teratasi pada anak dengan leukemia
dapat mempengaruhi kualitas hidupnya, lambatnya penyembuhan luka,
kecemasan, gangguan tidur, regresi perkembangan, dan penurunan imun. Anak
terkadang menunjukkan berbagai perilaku yaitu perilaku secara verbal
(berteriak, mengerang) dan perilaku nonverbal (meringis karena nyeri,
memijat daerah yang sakit). Sehingga dibutuhkan perawatan palitif untuk
mengontrol emosional anak. Perawat sangat penting untuk menilai secara
berkelanjutan dari kebutuhan emosional yang dialami anak dan orang tua dan
memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual yang melibatkan keluarga dan
tokoh agama. Perawat dapat memfasilitasi kegiatan yang dapat digunakan anak
dan orang tua dalam mengontrol setiap responyang akan muncul, tentunya
dengan pendekatan-pendekatan yang professional danmemberikan kenyamanan
pada pasien, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi
penderitaan yang dialami pasien karena penyakitnya.
Berdasarkan uraian diatas, dalam perawatan anak dengan diagnosa
leukemia membutuhkan perawatan dengan pendekatan interdisiplin yang
dikenal sebagai perawatan paliatif.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah pengkajian paliatif dan end of dengan kasus penyakit
Leukemia pada Anak?
3

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan pengkajian paliatif dan end of life dengan kasus penyakit
Leukemia pada Anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan konsep perawatan paliative care
2) Menjelaskan konsep End of Life
3) Menjelaskan konsep penyakit Leukemia.
4) Menjelaskan pengkajian paliative dan end of life pada pasien dengan
kasus penyakit Leukemia.
5) Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien Leukemia dengan
pendekatan paliative care.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Leukemia


2.1.1 Pengertian
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi dini
leukosit yang abnormal dan ganas sehingga jumlah leukosit
berlebihan dan dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia
(Hidayat, 2008) Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan
hematopoietik yang ditandai dengan penggantian elemen sumsum
tulang normal oleh sel darah abnormal atau sel leukemik (Hemminki et
al., 2012)
2.1.2 Penyebab
Kanker darah atau leukemia pada anak tidak mudah diketahui secara
dini apa penyebabnya. Sementara yang menjadi faktor risiko dapat
diketahui dari beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya
adalah penggunaan pestisida, medan listrik, riwayat keguguran pada
ibu, radiasi, bahan kimia (benzen), virus, kelainan genetik, ibu yang
umurnya relatif tua saat melahirkan, ibu yang merokok saat hamil,
konsumsi alkohol saat hamil, penggunaan marijuana saat hamil, medan
magnet, pekerjaan orangtua, berat lahir, urutan lahir, radiasi prenatal
dan postnatal, dan diet (Nurhidayah et al., 2016)
2.1.3 Klasifikasi
Leukemia diklasifikasikan berdasarkan maturitas dan jenis turunan
sel seperti leukemia mieloblastik akut (LMA), leukemia limfositik akut
(LLA), leukemia mielositik kronik (LMK), dan leukemia limfositik
kronik (LLK).
1. Leukemia Mieloblastik Akut (LMA) AML merupakan leukemia
yang terjadi pada seri myeloid, meliputi neutrofil, eosinofil, monosit,
basofil, megakariosit dan sebagainya. Patogenesis utama AML
adalah adanya blockade maturitas yang menyebabkan proses
diferensiasi sel-sel myeloid terhenti pada sel-sel muda (blast) akibat

4
5

terjadinya akumulasi blast di sumsum tulang. Leukemia Limfositik


Akut (LLA) Leukemia Limfosit Akut (LLA) adalah keganasan
klonal dari sel- sel precursor limfoid. Lebih dari 80% kasus, sel- sel
ganas berasl dari limfosit B, dan sisanya merupakan leukemia sel T.
Leukemia ini merupakan bentuk leukemia yang paling banyak pada
anak- anak (Ferruzzi et al., 2018)
2. Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) adalah keganasan sel yang
terjadi akibat proliferasi sel limfoid yang diblokir pada tahap awal
deferensiasinya. Penyebab spesifik LLA belum diketahui, tetapi
berhubungan dengan proses multifaktorial yang berkaitan dengan
genetik, imunologi, lingkungan, toksik, paparan virus, ionization
radiation (Ferruzzi et al., 2018) .
3. Leukemia Mielositik Kronik (LMK) LMK merupakan suatu
penyakit mieloproliferatif ditandai dengan adanya peningkatan
proliferasi sel induk hematopoetik seri mieloid pada berbagai tingkat
diferensiasi. Sebagian besar LMK terdiagnosis pada fase kronik,
dimana sepertiga dari fase ini tidak menunjukkan gejala, tetapi dalam
jangka waktu tertentu dapat berubah ke fase selanjutnya yang lebih
agresif. Respon terapi pada fase yg lebih lanjut ( fase akselerasi dan
fase krisis blast) kurang memuaskan sehingga tujuan utama dari
pengobatan LMK adalah agar tidak berkembang ke fase ini
(Damavandi et al., 2021).
4. Leukemia Limfositik Kronik (LLK) LLK adalah keganasan
hematologis yang ditandai dengan akumulasi limfosit B neoplastik
dalam darah, limfonodi, limpa, hepar, dan sumsum tulang. LLK
merupakan penyakit yang tidak bisa sepenuhnya disembuhkan,
deteksi dini dan pengobatan dapat mengendalikan progresifitas dari
penyakit ini, sedangkan pasien stadium akhir sering tidak responsif
dengan berbagai pengobatan (Abbasi & Shaikh, 2021).
2.1.4 Patofisiologi
Sel leukemia ganas berasal dari sel prekursor pada elemen
pembentuk darah. Sel-sel ini dapat terakumulasi dan mendesak elemen
6

normal dalam sumsum tulang, mengalir kedalam darah perifer, dan


akhirnya menginvasi organ dan jaringan tubuh. Penggantian elemen
hematopoietik normal oleh sel-sel leukemia mengakibatkan supresi
sumsung tulang, yang ditandai dengan penurunan produksi sel darah
merah (SDM), SDP yang normal, dan trombosit. Supresi sumsum tulang
mengakibatkan anemia karena penurunan produksi SDM, merupakan
predisposisi terhadap infeksi akibat neutropenia, dan kecenderungan
perdarahan sebagai akibat trombositopenia. Hal ini menyebabkan anak
beresiko terhadap kematian akibat infeksi atau perdarahan. Infiltrasi
pada organ retikuloendolial (mis., limpa, hepar, dan kelenjar limfe)
menyebabkan pembesaran yang khas dan akhirnya fibrosis. Infiltrasi
leukemik pada SSP mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial
(TIK) dan efek lainnya, bergantung pada area spesifik yang terkena.
Kemungkinan daerah yang terinfiltrasi lainnya mencakup ginjal, testis,
prostat, ovarium, traktus GI, dan paru-paru. Sel leukemik hipermetabolik
akhirnya menolak semua sel nutrisi tubuh yang penting untuk
kelangsungan hidup. Pertumbuhan sel leukemik yang tidak terkendali
dapat mengakibatkan starvasi metabolik (Adilistya, 2017)
2.1.5 Gambaran Klinik
Leukemia menimbulkan beberapa gejala yaitu:
1. Anemia akibat supresi sel darah merah, yang terdiri dari keletihan,
pucat, dan takikardi.
2. Perdarahan akibat supresi trombosit, yang mencakup ptekie, purpura,
hematuria, epiktaksis, dan feses seperti dempul.
3. Imunosupresi akibat supresi sel darah putih, yang dimanifestasikan
dengan demam, infeksi, dan penyembuhan luka yang buruk.
4. Gejala-gejala dari gangguan retikuloendotelial, yang mencakup
hepatosplenomegali, nyeri tulang, dan limfadenopati.
5. Gejala-gejala umum, yang mencakup penurunan berat badan,
anoreksia, dan muntah (Adilistya, 2017) .
7

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium/hematologik memperlihat kan adanya
anemia normositik normokromik dengan trombositopenia pada
sebagian kasus. Jumlah leukosit total dapat menurun, normal atau
meningkat.
2. Pemeriksaan sediaan apus darah biasanya memperlihatkan adanya
sel blas dalam jumlah yang bervariasi. Sumsum tulang hiperseluler
dengan bias lekomotik >30%. Sel-sel bias tersebut dicirikan oleh
morfologi, uji imonologik, dan analisa sito genetik. Fungsi lumbal
untuk pemeriksaan cairan cerebrospinal harus dilakukan dan dapat
menunjukkan bahwa tekanan cairan spinal meningkat dan
mengandung sel leukemia (NC, 2014)
2.1.7 Pentalaksanaan
Secara umum pengobatan yang tepat untuk kasus leukemia pada
anak adalah kemoterapi dan transplantasi sum-sum tulang belakang.
Karena prevaliansi leukemia dan limfoma pada anak cukup tinggi,
sekitar 97-98% dapat mencapai remisi sempurna. Pengobatan
kemoterapi umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase
yang digunakan untuk semua orang.
1. Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap awal pengobatan adalah untuk membunuh
sebagian besar sel-sel leukemia didalam darah dan sumsum tulang.
Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di
rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel
darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini
dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin,
vincristin, prednison dan asparaginase.
2. Tahap 2 (terapi konsolidasi/intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera lakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
8

3. Tahap 3 (profilaksis SSP)


Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan pada tahap ini sering diberikan pada dosis
yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi
yang berbeda, kadang-kadang di kombinasikan dengan terapi radiasi,
untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
4. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi.
Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun (Hemminki et al.,
2012) .
2.1.8 Komplikasi
Komplikasi leukemia yaitu:
1. Tombositopenia
Berkurangnya jumlah trombosit pada leukemia akut biasanya
merupakan akibat infiltrasi sumsum tulang atau kemoterapi, selain
itu dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti koagulasi
intravaskuler diseminata, proses imunologis dan hipersplenisme
sekunder terhadap pembesaran limpa. Trombositopenia yang terjadi
bervariasi dan hampir selalu ditemukan pada saat leukemia
didiagnosis.
2. Koagulasi intravaskuler diseminata (KID)
Koagulasi intravaskuler diseminata (KID) adalah suatu sindrom
yang ditandai dengan aktivasi koagulasi intravaskuler sistemik
berupa pembentukan dan penyebaran deposit fibrin dalam sirkulasi
sehingga menimbulkan trombus mikrovaskuler pada berbagai organ
yang dapat mengakibatkan kegagalan multiorgan. Aktivasi koagulasi
yang terus berlangsung menyebabkan konsumsi faktor pembekuan
dan trombosit secara berlebihan sehingga mengakibatkan komplikasi
perdarahan berat. KID bukanlah suatu penyakit tetapi terjadinya
sekunder terhadap penyakit lain yang mendasari.
3. Fibrinolisis primer
9

Beberapa peneliti menemukan bahwa leukosit pada leukemia akut


memiliki aktivitas fibrinolitik yang dapat menyebabkan fibrinolisis
primer terutama pada leukemia promielositik akut. Pada fibrinolisis
primer, perdarahan disebabkan oleh degradasi faktor pembekuan
yang diinduksi plasmin seperti fibrinogen (Hasni et al., 2020).

2.2 Konsep Paliative Care


2.2.1 Pengertian Paliative Care
World Health Organization/WHO (dalam Black dan Hawks, 2014)
mendefinisikan perawatan paliatif adalah pendekatan yang
meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarga dalam
menghadapi permasalahan terkait dengan penyakit yang mengancam
kehidupan melalui tindakan mencegah dan meringankan penderitaan
dengan cara mengkaji secara holistic (Tameon et al., 2021).
Definisi Perawatan Paliatif Menurut WHO, perawatan paliatif adalah
pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya
dalam menghadapi masalah terkait penyakit yang mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan penghentian penderitaan dengan identifikasi
dini, penilaian, dan perawatan yang optimal dari rasa sakit dan masalah
lainnya, fisik, psikososial dan spiritual (Shatri et al., 2020).
2.2.2 Domain
Domain umum kompetensi dalam perawatan paliatif meliputi (World
Health Organization, 2018) :
1. Prinsip perawatan paliatif
2. Komunikasi
3. Mengoptimalkan kenyamanan dan kualitashidup
4. Perencanaan perawatan dan praktik kolaboratif
5. Kehilangan, duka dan duka
6. Praktikprofesional dan etis dalam konteks perawatan paliatif
7. Ketahanan profesional.
2.2.3 Prinsip Perawatan
Prinsip perawatan paliatif meliputi (World Health Organization, 2018):
10

1. Melakukan identifikasi dini dan penilaian serta penanganan yang


sempurna terhadap masalah-masalah ini
2. Meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan martabat dan
kenyamanan, dan juga dapat secara positif mempengaruhi kursus
penyakit;
3. Memberikan pendampingan bagi pasien dan keluarga selama
perjalanan penyakit;
4. Harus diintegrasikan dengan dan melengkapi pencegahan, diagnosis
dini dan pengobatan penyakit serius, masalah kesehatan yang
kompleks atau membatasi kehidupan;
5. Dapat diterapkan pada awal perjalanan penyakit dalam hubungannya
dengan terapi lain yang dimaksudkan untuk memperpanjang hidup;
6. Memberikan alternative untuk pengobatan yang memodifikasi
penyakit dan mempertahankan hidup dengan nilai yang
dipertanyakan mendekati akhir kehidupan;
7. Berlaku untuk mereka yang hidup dengan gejala sisa fisik,
psikologis, social atau spiritual jangka panjang dari penyakit serius,
kompleks atau membatasi hidup atau pengobatannya;
8. Menemani anggota keluarga yang berduka setelah kematian pasien;
9. Berusaha untuk mengurang efek pathogen dari kemiskinan pada
pasien dan keluarga dan untuk melindungi mereka menderita
kesulitan keuangan karena sakit atau cacat;
10. Tidak dengan sengaja mempercepat kematian, tetapi memberikan
perawatan apapun yang diperlukan untuk mencapai tujuan tingkat
kenyamanan yang memadai bagi pasien dalam konteks nilai-nilai
pasien.
11. Harus diterapkan oleh petugas kesehatan dari berbagai jenis,
termasuk penyedia layanan primer, generalis dan spesialis di banyak
disiplin ilmu dan dengan berbagai tingkat pelatihan perawatan
paliatif dan keterampilan, dari dasar hingga menengah hingga
spesialis;
11

12. Mendorong keterlibatan aktif masyarakat dan anggota masyarakat


harus dapat diakses di semua tingkat system perawatan kesehatan
dan di rumah pasien;
13. Meningkatkan kesinambungan perawatan, memperkuat system
kesehatan.
2.2.4 Peran dan Fungsi Perawat
Peran Keperawatan dalam Perawatan Paliatif yaitu tanggung jawab
professional perawat untuk memberikan perawatan paliatif didasarkan
pada esensidari: praktik keperawatan dan didukung oleh kode etik
American Nursing Association. Keduanya perawatan paliatif dan
keperawatan menekankan perawatan komprehensif yang mendukung
kebutuhan holistic pasien dan pengasuh mereka termasuk penilaian dan
pengobatan fisik, emosional, dan kesehatan rohani. Perawat sering
mengenali perubahan status kesehatan pasien, dan ini adalah: saat-saat
di mana perawatan paliatif dapat diperkenalkan. Sambil memberikan
perawatan paliatif mencakup beberapa kompetensi asuhan keperawatan,
semua perawat terutama di aspek perawatan paliatif yang meliputi
manajemen gejala, komunikasi, dan advocad (Hagan et al., 2019;
Kemenkes RI, 2015).
2.2.5 Langkah-langkah
Langkah-langkah program pelayanan perawatan paliatif menurut
(Hagan et al., 2019) yaitu:
1. Melakukan penilaian aspek fisik, psikologis, sosial dan kultural, dan
spiritual.
2. Menentukan pengertian dan harapan pasien dan keluarga.
3. Menentukan tujuan perawatan pasien.
4. Memberikan informasi dan edukasi perawatan pasien.
5. Melakukan tata laksana gejala, dukungan psikologis, sosial dan
kultural, dan spiritual
6. Memberi kantin dakan sesuai wasiat atau keputusan keluarga bila
wasiat belum dibuat, misalnya: penghentian atau tidak memberikan
12

pengobatan yang memperpanjang proses menuju kematian


(resusitasi, ventilator, cairan, dan lain-lain).
7. Membantu pasien dalam membuat Advanced Care Planning (wasiat
atau keingingan terakhir).
8. Pelayanan terhadap pasien dengan stadium terminal.
2.2.6 Faktor – faktor yang sering menjadi penghambat perawat
Dalam memberikan perawatan paliatif menurut Holmes (dalam
Safitri, Trisyani, & Anna, 2016) adalah:
1. Rendahnya pengalaman
2. Buruknya komunikasi
3. Kurangnya pelatihan tentang perawatan end of life
4. Rendahnya dukungan dari staf lainnya terutama keterlibatan perawat
dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dari setiap perawat yang melakukan perawatan
paliatif (Agustina et al., 2014).

2.3 Konsep End of Life


2.3.1 Definisi
Definisi end of life adalah system keluarga pasien dengan sakit
terminal dan penyakit serius lainnya yang menerima perawatan dari
professional pada unit perawatan akut rumah sakit, proses didefinisikan
sebagai aksi intervensi keperawatan dibentuk untuk mempromosikan
hasil yang positif diantaranya (Hagan et al., 2019):
1. Bebas dari rasa sakit
2. Kenyamanan
3. Meningkatkan martabat dan rasa hormat;
4. Berada dalam kedamaian
5. Mengalami kedekatan dengan mereka yang peduli
End of life menjadi sandaran adalah teori pilihan (brandt) dimana
teori ini telah digunakan oleh filosofi untuk menjelaskan dan
mendefinisikan kualitas hidup (sandoe, 1999) konsep ini sangat
signifikan dalam EOL, penelitian dan paktik. Pada teori pilihan, hidup
13

yang baik didefinisikan sebagai memperolah salah satu yang diinginkan


dengan melihat pendekatan yang kuat pada perawatan EOL. Hal ini
dapat diaplikasikan pada orang yang hidup maupun orang yang lumpuh
yang sebelumnya membutuhkan dokumentasi yang tersedia yang
berhubungan dengan pemecahan masalah EOL (World Health
Organization, 2018).
2.3.2 Tujuan
Tujuan akhir diskusi EOL adalah untuk mempersiapkan kematian
yang baik melalui perawatan paliatif. Singer, et al, merumuskan 5
bidang yang harus diperhatikan dalam perawatan paliatif, yaitu
(Sormanti, 2018) :
1. Manajemen nyeri dan gejala
2. Pertimbangan tindakan yang sia-sia (futile care), misalnya intubasi
dan resusitasi jantung paru pada pasien kanker paru stadium akhir
3. Pertimbangan keinginan pasien
4. Biaya
5. Hubungan dokter-pasien dan dokter-keluarga
2.3.3 Manfaat
Manfaat perencanaan EOL bagi pasien dan keluarga adalah
mengurangi rasa takut yang dihadapi pasien, meringankan nyeri dan
penderitaan pasien, meringankan beban keluarga, dan tercapainya
kematian yang baik.
2.3.4 Pemiliham Perencanaan
Manfaat perencanaan EOL bagi pasien dan keluarga adalah
mengurangi rasa takut yang dihadapi pasien, meringankan nyeri dan
penderitaan pasien, meringankan beban keluarga, dan tercapainya
kematian yang baik
2.3.5 Pedoman Diskusi
Pedoman dalam melakukan komunikasi dan diskusi EOL dapat
dilakukan dalam 4 langkah berikut (American Cancer Society, 2015;
Sormanti, 2018):
14

1. Inisiasi Diskusi Tujuan langkah pertama ini adalah membangun


hubungan antara pasien dan keluarga, termasuk menunjuk wakil
pengambi lkeputusan dan mendapatkan gambaran umum mengenai
keinginan dan pandangan pasien terhadap hidup dan penyakitnya.
2. Penjelasan Prognosis Prognosis penyakit harus disampaikan dengan
jujur dan menggunakanbahasa yang mudah dipahami oleh pasien dan
keluarga. Penyampaian prognosis secara langsung dengan tetap
memberikan semangat dan perhatian kepada pasien.
3. Identifikasi Tujuan End-of-Life Tahap ini mencakup diskusi terbuka
mengenai perawatan medis yang diinginkan, tujuan dan harapan di
akhir hidup pasien. Banyak pasien memiliki harapan untuk dapat
memaksimalkan waktu bersama keluarga dan kerabat, beraktivitas
maksimal, menghindari nyeri dan menghindari perawatan di rumah
sakit dan prosedur medis yang tidak diperlukan. Harapan ini harus
dipertimbangkan dalam perencanaan dan pengambilan tindakan
medis.
4. Perencanaan Perawatan End-of-Life Tujuan langkah terakhir ni
adalah tercapainya pemahaman pasien tentang pilihan terapi medis
dan dapat mengambil keputusan mengenai resusitasi serta waktu
yang tepat untuk memulai perawatan paliatif.

2.4 Perawatan Menjelang Ajal


2.4.1 Persiapan Menjelang Akhir Kehidupan pada Anak (Advanced
Directive)
Perwatan paliatif khususnya bagi anak sedang menjelang akhir
kehidupannya adalah memastikan kebutuhan anak terpenuhi yaitu fisik,
pikiranm dan jiwa. Adapun beberapa yang dapat dilakukan oleh perawat
yaitu(Kementerian Kesehatan RI, 2013; Mullen et al., 2015; Shea &
Kanarek, 2013):
1. Meringankan rasa sakit dan keluhan lainnya yang dirasakan anak
2. Menjaga anak merasa nyaman dan tenang
3. Menjaga kehidupan anak dan keluarga seharmonis mungkin
15

4. Membantu keluarga mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan


5. Membicarakan harapan/ keinginan anak
6. Memberikan informasi yang tepat dan jujur tentang kondisi anak
7. Membantu proses berduka atas kematian anak
2.4.2 Perawatan Terminal pada Anak
Perawatan anak pada masa terminal bertujuan yaitu(Kementerian
Kesehatan RI, 2013):
1. Meyakinkan bahwa tidak ada rasa nyeri dan stress
2. Memberikan perhatian secara penuh dan kasih saying
3. Jangan merasakan kesakitan yang berkepanjangan
4. Mempersiapkan dan mendukung keluarga dalam menghadapi
kematian anaknya
5. Tidak memberikan obat melalui oral, mengganti melalui rute lain
yang dianjurkan seperti, rektal, transdermal dan subkutan.
2.4.3 Perawatan pada Saat Pasien Anak Meninggal
Tempat yang tepat bagi anak yang meninggal adalah rumah, jangan
biarkan anak meninggal tanpa ditunggu. Tanda akhir kehidupan yang
dapat muncul(Kementerian Kesehatan RI, 2013):
1. Kesadaran menurun
2. Banyak tidur
3. Disoerientasi
4. Menolak makan walaupun bentuk cair
5. Buang air kecil terganggu
6. Kulit: dingin, pucat, cutis mamorata
7. Pola napas tidak teratur (cepat pendek dengan adanya periode cepat
dan lambat)
2.4.4 Perawatan Setelah Pasien Anak Meninggal
Bentuk berduka yang dapat terjadi saat anak meninggal yaitu
(Kementerian Kesehatan RI, 2013; Mullen et al., 2015):
1. Anak-anak
Anak dengan kondisi menjalang ajal akan mengalami berbagai
masalah yaitu: kehilangan masa kanak-kanak, kehilangan
16

kemampuan fisik dalam melakukan hal-hal yang sama seperti anak


normal, hilangnya kemampuan dalam mengembangkan hubungan
nirmal dengan teman-teman sekolah dan teman bermain, kesedihan
melihat perjuangan orang tua yang bekerja keras merawat pasien,
kerugian yang dialami pasien karena melihat kesehatannya sendiri
memburuk
2. Saudara Kandung
Saudara kandung pasien sering mengalami masalah perilaku yaitu:
a. Orang tua mencurahkan perhatiannya kepada anak yang sakit,
sehingga saudara kandung berpikir negatif terhadap saudara yang
sakit
b. Kebiasaan orangtua merahasiakan kematian sehingga memiliki
pengalaman terbatas terhadap kematian
c. Anak-anak memiliki imajinasi yang nyata, jika tidak dijelaskan
tentang penyakit saudaranya maka akan membuat ide-ide sendiri
dengan informasi yang terbatas
3. Orang tua
Orangtua memiliki kecemasan, penolakan, ketidakpercayaan, rasa
marah dan rasa bersalah terhadap penyakit anak. Orangtua kan
menarik diri dari lingkungan sosialnya di ganti dengan hubungan
dengan petugas kesehatan. Fase marah seringkali diarahkan kepada
petugas kesehatan ataupun pasangannya, sehingga ritual agama
memiliki efek dan manfaat yang besar pada reaksi kesedihan
orangtua.
4. Lingkungan
a. Masyarakat
Kematian memiliki efek yang mendalam pada masyarakat sekitar
anak
b. Keluarga Besar
c. Kesedihan tidak hanya terkait kehilangan cucu, tetapi juga
kesedihan melihat anak-anak mereka yang sedang berduka cita
d. Sekolah
17

Kematian anak menjadi sumber kesedihan bagi teman-temannya,


karena mungkin ini pengalaman pertama mereka kontak dengan
kematian. Guru mendapatkan pengalaman sulitnya menangani
situasi dukacita
2.4.5 Dukungan Setelah Pasien Anak Meninggal
Kesedihan akibat kehilangan orang yang diceintai perlu
mendapatkan dukungan dari tim palitif berupa dukungan setelah
kematian. Dukungan setelah kematian anak merupakan program di
perawatan paliatif, karena adanya dampak terhadap keluarga, metode
yang diberikan meliputi kunjungan rumah, melalui telepon, kunjungan
secara pribadi, ucapan melalui kartu atau surat, dan telepon merupakan
yang umum dilakukan, fokus diberikan pada keluarga yang beresiko
adanya komplikasi akibat kehilangan dan kesedihan yang tidak
normal(Mullen et al., 2015).
Menurut Shea & Kanarek (2013), dukungan berduka perlu disiapkan
dan diberikan dalam perawatan paliatif, yaitu orangtua dan keluarga
yang kehilangan anak akan beresiko mengalami kesedihan. Reaksi
kesedihan yang ditahan dan kesedihan yang berkepanjangan
diekspresikan dengan penyangkalan atau penolakan karena merasa
kehilangan. Kesedihan yang berkepanjangan berpotensi menyebabkan
depresi jika hal itu terjadi lebih dari 4 minggu. Seseorang yang berduka
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penyembuhannya.
Perawatan paliatif lebih berfokus pada dukungan dan motivasi kepada
penderita dan keluarga. Setiap keluhan yang timbul ditangani dengan
pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit. Perawatan paliatif ini bisa
memberikan perhatian khusus terhadap penderita dan keluarga serta cara
penanggulangannya dari setiap gejala yang timbul serta kesiapan untuk
menghadapi kematian(Anita, 2016).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Anak dengan Leukemia Limfoblaktik dan Penyakit Jantung Bawaan

3.1 Tinjauan Kasus


An. D berusia 10 tahun, penanggung jawab orang tua Ibu T dan Bapak R,
beralamat di Dusun Sobih, saat ini dirawat di Ruang Cempaka RS X di
Surabaya, telah dirawat sejak tanggal 4 September 2021, hari ini adalah hari
rawat ke 2. An. D sudah di diagnosis leukemia sejak 2 tahun yang lalu pada
stadium 2. An D. Sejak terdiagnosis, An. D sudah melakukan kemoterapi per 3
bulan sekali, namun pada bulan Mei 2021 An. D tidak melakukan kemoterapi
karena keluarga merasa anaknya tidak kunjung sembuh dan anak mengalami
kelelahan melewati kemoterapi. Sejak saat itu keluarga hanya melakukan
pengobatan di Rumah Sakit terdekat jika ada keluhan saja. Pada tanggal 3
September 2021 pukul 06.00, keluarga membawa An. D ke IGD Rumah Sakit
B karena sangat takut dengan keadaan An. D.
Keluarga mengatakan sudah 4 hari yang lalu badan An. D sangat lemah,
sering mimisan, memar dibeberapa bagian tubuhnya, sering pusing, kaki terlihat
agak bengkak, serta keringat selalu keluar di malam hari. Anak D mengalami
sesak dan batuk tanpa adanya sputum, anak D mengalami mual dan terkadang
muntah sehingga An. D malas untuk makan dan badannya semakin lemas,
akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa ke RS B didekat Rumah pasien,
namun karena keterbatasan fasilitas pasien di rujuk dari IGD RS B ke RS X di
surabaya. Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap di IGD, dokter telah
mendiagnosis an D dengan diagnosa Leukemia + CHF. Akhirnya diputuskan
bahwa An. D akan dirawat di ruang rawat inap dengan pengobatan yang terus
diberikan. Pengobatan An. D sudah berjalan selama 2 hari, namun keadaan An.
D semakin hari semakin memburuk. Pada hari ke 2, An. D menangis mengeluh
sakit kepala hebat, lemas, demam dan nyeri pada tulang tulangnya hingga
merasa tidak nyaman. Ia juga mimisan sejak kemarin malam sampai pagi ini.
An. D megatakan tidak kuat merasakan rasa sakitnya dan terus rewel sepanjang

18
19

malam. Hal ini membuat orang tuannya sedih dan putus Asa, tidak tahan melihat
derita anaknya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik (6/9/2021) didapatkan: pasien mengeluh
sakit seluruh badan pasien gelisah, keadaan umum An. D sangat pucat, lemas,
CRT > 2 detik, GCS 15, SpO2 95 % dengan O2 Nasal 2 lpm, pch (+) konjungtiva
anemis, akral dingin, oedem kaki (+/+). Selain itu terdapat pembesaran limfa
(splenomegali) dan hati (hepatomegali) acites (-). Dari hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital diperoleh: TD: 90/50 mmHg, N: 102x/menit, RR: 32x/menit, S:
38,6°C. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil lab: Hb: 5,3 gr/dl,
leukosit: 13,8 x 10 3 /µl, trombosit: 96.000 mcL.

3.2 Asuhan Keperawatan


3.2.1 Pengkajian Keperawatan
Identitas
Nama : An D
Alamat : Sobih
Usia : 10 Tahun
Agama : Islam
Penanggung jawab : Tn. R
No Register : 1326XX
Tanggal MRS : 04/09/2021
Tanggal Pengkajian: 06/09/2021
Sumber Biaya : BPJS
Diagnosa Medis : Leukemia Stage 2 + CHF + Anemia
Keluhan Utama: Klien mengeluh sakit seluruh badan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Riwayat Penyakit

Pada tanggal 4 September 2021 An. D dibawa orang tua ke RS B didekat


rumahnya karena sudah 4 hari An. D mengalami keluhan badan sangat
lemah, sering mimisan, memar dibeberapa bagian tubuhnya, sering
pusing, kaki terlihat agak bengkak, badan terlihat semakin kurus, serta
keringat selalu keluar di malam hari. Anak D mengalami sesak dan batuk
tanpa adanya sputum, anak D mengalami mual dan terkadang muntah
20

sehingga An.D malas untuk makan dan badannya semakin lemas dan
terlihat pucat, bibir juga kering dan pecah pecah, akhirnya keluarga
membawa ke RS terdekat setelah diperiksa dan karena alasan
keterbatasan fasilitas An.D harus dirujuk ke RS X di Surabaya untuk
mendapat perawatan yang lebih baik, di tanggal yang sama pada siang
hari An.D dirujuk ke RS X dan dilakukan pemeriksaan di IGD, setelah
diperiksa dengan seksama Dr Jaga IGD mendiagnosa Leukemia Stage 2
+ CHF + Anemia, dan diputuskan di rawat di Ruang cempaka RS X.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Sejak Usia 8 tahun An. D terdiagnosa leukemia stage 2, Sejak
terdiagnosis, An. D sudah melakukan kemoterapi per 3 bulan sekali,
namun pada bulan Mei 2021 An. D tidak melakukan kemoterapi karena
keluarga merasa anaknya tidak kunjung sembuh dan anak mengalami
kelelahan melewati kemoterapi. Sejak saat itu keluarga hanya melakukan
pengobatan di Rumah Sakit terdekat jika ada keluhan.
Riwayat Penyakit keluarga
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu pasien diketahui bahwa adik
perempuan dari suaminya juga menderita penyakit yang sama dan
berjuang selama 2 tahun sebelum meninggal dunia
Riwayat Pembedahan
An. D diketahui belum pernah mendapatkan tindakan pembedahan
sebelumnya
Pola Pemenuhan Nutrisi:
A.n D mengalami gannguan pemenuhan nutrisi sejak 4 hari sebelum
Pola aktivitas sehari hari

MRS,
pasien mengalami mual dan tidak nafsu makan, bibir juga kering dan
pecah pecah dan badan terlihat semakin kurus.
a. Pengkajian Kualitas Hidup
Saat ini klien membutuhkan banyak bantuan dan perawatan medis yang
sering. Tidak dapat merawat diri sendiri, memerlukan perawatan
institusional setara atau rumah sakit dan memerlukan dukungan dari
keluarga maupun orang lain, penyakit mungkin maju dengan cepat
21

b. Psikososial
Sosial/interaksi:
Klien tidak dapat berinteraksi dengan teman-temannya, klien hanya
ditemani oleh ibu dan ayahnya, klien sudah lama tidak sekolah
Psikologis
Klien terlihat sangat cemas dan gelisah dan sering menangis, klien
juga mengatakan pasrah karena tidak kuat dengan sakit yang
dirasakan. Toleransi koping
Klien mengatakan takut dengan keadaan dirinya sekarang. Klien
mengatakan kasihan ibu dan ayahnya. Klien mengatakaningin
sembuh dan ingin main dengan teman-temannya
c. Spiritual
Menggunakan pengkajian FICA
Faith (keyakinan):
Klien percaya tentang adanya tuhan/Allah dan dia percaya pada
agama islam, sejak tahu bahwa sakit ini An.D selalu berdoa meminta
kesembuhan kepada Tuhan
Influence (pangaruh):
Klien marah karena tuhan memberikan sakit pada dirinya bukan
orang lain dan doanya tidak dijawab
Community (komunitas)
Klien mengikuti kegiatan mengaji/TPQ setiap hari di masjid dekat
rumahnya saat kondisinya stabil
Addressing Spiritual Concerns (cara mengatasi isu spiritual):
Keluarga klien selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.
d. Pengkajian Prognosis
Klien sudah didiagnosis pada leukemia stadium lanjut dengan
prognosis buruk, karena segala pengobatan tidak akan berpengaruh
banyak pada kesembuhan klien.
e. Pengkajian Ekonomi
• Ayah klien adalah seorang guru honorer, penghasilannya
tergolong rendah ibu klien membantu ekonomi dengan membuka
22

warung di SD di dekat Rumahnya, namun sejak kondisi anaknya


memburuk ibu pasien memutuskan tidak berjualan dan merawat
anaknya di rumah
• Biaya RS didapat dari BPJS namun untuk hidup selama di RS
keluarga menggadaikan motornya.
• Keluarga ini mempunyai 2 orang anak
Keadaan Umum: Lemah
Kesadaran: Composmentis
Tanda tanda Vital:
TD: 90/50 mmHg, N: 102x/menit, RR: 32x/menit, S: 38,6°C
BodySystem
1. B1 (Breath):
• A.n Mengeluh sesah sesak
• RR 32 x/mnt, SPO2 95 % dengan O2 Nasal 2 lpm, Pch (+)
2. B2 (Blood)
Pengkajian Body Sistem

• Konjuntiva pucat, bibir pucat kering dan pecah pecah


• TD 90/50 mmHg, CRT >2detik, akral dingin, HR 99x/menit,
• lab: Hb: 5,3 gr/dl, leukosit: 13,8 x 10 3 /µl, trombosit: 96.000
mcL.
3. B3 (Brain)
Kesadaran pasien composmentis GCS 456
4. B4 (Blader)
Terpasang kateter Urine Tampung sebanyak 600 cc sejak jam 20.00,
urine berwarna gelap
5. B5 (Bowel)
6. An. D mual muntah, tidak menghabiskan porsi makannya, An. D
mengalami pembesaran limfa, dan pembesaran hati. Pembengkakan
di area ekstremitas, acites (-)
7. B6 (Bone)
An. D mengalami nyeri seluruh badan
Data Penunjang:
23

Lab:
a. Darah Lengkap (4/5/2021)

Data Penunjang Hb: 5,3 gr/dl, leukosit: 13,8 x 10 3 /µl, trombosit: 96.000 mcL.
b. Kimia Klinik
K: 2, 24 mEq/l Na: 142 mEq/l Cl: 107 mEq/l
c. Rontgen: (4/5/2021): Pembesaran Jantung
d. ECG: (4/5/2021): Tachicardia
e. USG: Hepatomegali dan splenomegali
Pengobatan
• O2 Nasal 2 lpm
• Bedrest
• Tranfusi PRC 10-15 mL/kgBB/hari
• Diet TKTP Rendah Garam
Terapi

• Nacl 4 mEq/kg/hari;
• Parasetamol syp 3x 500mg (Prn)
• Furosemid 2 mg/kg/BB
• Ambroxol syp 3 x 5 ml
• Ranitidin 5mg/Kg/BB

3.3 Diagnosa Keperawatan:


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload /
perubahan afterload/perubahan kontraktilitas ditandai dengan kelelahan,
edema (D.0008)
2. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (D.0057)
3. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis ditandai
dengan klien mengungkapkan keputusasaan dan afek datar (D.0088)
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan tampak
gelisah, frekuensi napas dan nadi meningkat (D.0080)

3.4 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosis (SDKI) Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
24

1 Penurunan curah Setelah dilakukan Perawatan jantung


jantung tindakan (I.02075)
berhubungan dengan keperawatan 1. Identifikasi
perubahan diharapkan curah tanda/gejala primer
preload / perubahan jantung meningkat penurunan curah
afterload / dengan kriteria jantung
perubahan hasil: SLKI (2017) 2. Identifikasi
kontraktilitas L.02008. tanda/gejala sekunder
1. Tanda vital penurunan curah
dalam rentang jantung
normal 3. Monitor intake dan
2. Kekuatan nadi output cairan
perifer 4. Monitor keluhan nyeri
meningkat dada
3. Tidak ada 5. Berikan terapi terapi
edema. relaksasi untuk
mengurangi strees,
jika perlu
6. Anjurkan beraktifitas
fisik sesuai toleransi
7. Anjurkan berakitifitas
fisik secara bertahap
8. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2 Keletihan Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan dengan tindakan Identifikasi kesiapan dan
kondisi fisiologis keperawatan kemampuan menerima
(D.0057) diharapkan tingkat informasi.
keletihan menurun Terapuetik:
dengan kriteria 1. Sediakan materi dan
hasil: SLKI (2017), media pengaturan
L.05046. aktivitas dan istirahat.
25

1. Verbalisasi 2. Jadwalkan pemberian


kepulihan energi pendidikan kesehatan.
pada pasien Edukasi:
meningkat (5) Anjurkan menyusun
2. Tenaga pasien jadwal aktivitas dan
meningkat (5) istirahat.
3. Lesu pada pasien
menurun (5)
4. Pola istirahat
pasien membaik
3 Keputusasaan Setelah dilakukan Dukungan Emosional
berhubungan dengan asuhan keperawatan (I.09256)
penurunan kondisi 2x24 jam, Terapeutik
fisiologis ditandai diharapkan harapan 1. Fasilitasi
dengan klien klien meningkat, mengungkapkan
mengungkapkan dengan kriteria hasi: perasaan cemas,
keputusasaan dan Harapan (L.09068) marah, atau sedih
afek datar (D.0088) Minat komunikasi 2. Buat pernyataan
verbal meningkat (5) suportif atau empati
Dukungan 3. Lakukan sentuhan
Emosional (I.09256) untuk memberikan
1. Verbalisasi dukungan
keputusasaan 4. Kurangi tuntutan
menurun (5) berpikir saat sakit atau
2. Afek datar lelah
menurun (5) Edukasi
Motivasi (L.09080) 1. Anjurkan
1. Pikiran berfokus mengungkapkan
masa depan perasaan yang dialami
meningkat (5) 2. Anjurkan
2. Upaya mencari mengungkapkan
dukungan sesuai pengalaman
26

kebutuhan emosional sebelumnya


meningkat (5) dan pola respons yang
3. Harga diri positif biasa digunakan
meningkat (5) Promosi Harapan
4. Keyakinan (I.09307)
positif Observasi
meningkat (5) Identifikasi harapan
pasien dan keluarga dalam
pencapaian hidup
Terapeutik
1. Pandu mengingat
kembali kenangan
yang menyenangkan
2. Ciptakan lingkungan
yang memudahkan
mempraktikkan
kebutuhan spiritual
Edukasi
3. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan terhadap
kondisi dengan
realistis
4. Anjurkan
mempertahankan
hubungan terapeutik
dengan orang tua
4 Ansietas Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
berhubungan dengan asuhan keperawatan (I.09314)
krisis situasional 2x24 jam, Terapeutik
ditandai dengan diharapkan tingkat 1. Ciptakan suasana
tampak gelisah, ansietas klien terapeutik untuk
27

frekuensi napas dan menurun, dengan menumbuhkan


nadi meningkat kriteria hasil: kepercayaan
(D.0080) Tingkat Ansietas 2. Temani pasien untuk
(L.09093) mengurangi
1. Verbalisasi kecemasan
khawatir akibat 3. Pahami situasi yang
kondisi yang menyebabkan ansietas
dihadapi 4. Dengarkan dengan
menurun (5) penuh perhatian
2. Perilaku gelisah 5. Gunakan pendekatan
menurun (5) yang tenang dan
3. Perilaku tegang meyakinkan Edukasi
menurun (5) 6. Anjurkan keluarga
4. Frekuensi untuk tetap bersama
pernapasan pasien.
menurun (5) 7. Anjurkan
5. Frekuensi nadi mengungkapkan perasaan
menurun (5) dan persepsi
Dukungan Sosial Kolaborasi
(L.13113) – Kolaborasi pemberian
1. Bantuan yang obat antiansietas, jika
ditawarkan oleh perlu
keluarga dan
perawat
meningkat (5)
2. Dukungan emosi
yang disediakan
oleh keluarga
dan perawat
meningkat (5)
BAB 4
PEMBAHASAN

Leukemia sering ditemukan pada anak dibawah Usia 15 tahun dan


merupakan penyakit kronis yang menempati urutan kedua dan ketiga
sebagai penyebab kematian pada anak (Vidal et al,2018). Anak dengan leukemia
membutuhkan perawatan yang intensif, selain terapi farmakologi dan non
farmakologi, anak dengan leukemia juga memerlukan perawatan untuk mencapai
peningkatan kualitas hidupnya yang lebih baik. Sehingga tenaga kesehatan
tidak hanya berfokus pada kesembuhan pasien tetapi juga pada kesejahteraan
pasien yang bisa dicapai dengan pemberian perawatan paliatif.
Perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalah terkait penyakit yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan penghentian penderitaan dengan
identifikasi dini, penilaian, dan perawatan yang optimal dari rasa sakit dan masalah
lainnya, fisik, psikososial dan spiritual (Shatri et al., 2020). Perawatan paliatif
khususnya bagi anak sedang menjelang akhir kehidupannya adalah memastikan
kebutuhan anak terpenuhi yaitu fisik, pikiranm dan jiwa. Adapun beberapa yang
dapat dilakukan oleh perawat yaitu (Kementerian Kesehatan RI, 2013; Mullen et al.,
2015; Shea & Kanarek, 2013), seperti meringankan rasa sakit dan keluhan lainnya
yang dirasakan anak, menjaga anak merasa nyaman dan tenang, menjaga kehidupan
anak dan keluarga seharmonis mungkin, membantu keluarga mendapatkan
dukungan yang mereka butuhkan, membicarakan harapan/ keinginan anak,
memberikan informasi yang tepat dan jujur tentang kondisi anak dan membantu
proses berduka atas kematian anak
Pada studi kasus anak D dengan usia 10 tahun dengan diagnosis leukemia
stadium 2. An. D dibawa orang tua ke RS B didekat rumahnya karena sudah 4 hari
An. D mengalami keluhan badan sangat lemah, sering mimisan, memar dibeberapa
bagian tubuhnya, sering pusing, kaki terlihat agak bengkak, badan terlihat semakin
kurus, serta keringat selalu keluar di malam hari. Anak D mengalami sesak dan batuk
tanpa adanya sputum, anak D mengalami mual dan terkadang muntah sehingga An
.D malas untuk makan dan badannya semakin lemas dan terlihat pucat, bibir juga

28
29

kering dan pecah pecah, akhirnya keluarga membawa ke RS terdekat setelah


diperiksa dan karena alasan keterbatasan fasilitas An. D harus dirujuk ke RS X di
Surabaya untuk mendapat perawatan yang lebih baik, di tanggal yang sama pada
siang hari An. D dirujuk ke RS X dan dilakukan pemeriksaan di IGD, setelah
diperiksa dengan seksama Dr Jaga IGD mendiagnosa Leukemia Stage 2 + CHF +
Anemia, dan diputuskan di rawat di Ruang cempaka RS X. Didapatkan diagnosa
keperawatan, diagnosa pertama penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan preload/perubahan afterload/perubahan kontraktilitas ditandai dengan
kelelahan, edema. Diagnosa kedua keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis.
Diagnosa ketiga keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis
ditandai dengan klien mengungkapkan keputusasaan dan afek datar. Diagnosa
terakhir ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan tampak
gelisah, frekuensi napas dan nadi meningkat.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Leukemia atau kanker darah adalah penyakit akibat terjadinya
proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan
ganas, dan adanya leukosit dengan jumlah yang lebih banyak. Leukemia sering
ditemukan pada anak dibawah Usia 15 tahun dan merupakan penyakit kronis
yang menempati urutan kedua dan ketiga sebagai penyebab kematian
pada anak. Anak dengan leukemia membutuhkan perawatan yang intensif, selain
terapi farmakologi dan non farmakologi, anak dengan leukemia juga
memerlukan perawatan untuk mencapai peningkatan kualitas hidupnya yang
lebih baik. Sehingga tenaga kesehatan tidak hanya berfokus pada kesembuhan
pasien tetapi juga pada kesejahteraan pasien yang bisa dicapai dengan
pemberian perawatan paliatif. Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan
bagi keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi
pasien dengan mencegah dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini
serta pengobatan nyeri dan masalah-masalah lain, baik masalah fisik,
psikososial, spiritual dan pelayanan masa dukacita bagi keluarga. Berbagai
keluhan yang tidak teratasi pada anak dengan leukemia dapat
mempengaruhi kualitas hidupnya, lambatnya penyembuhan luka, kecemasan,
gangguan tidur, regresi perkembangan, dan penurunan imun. Adapun beberapa
yang dapat dilakukan oleh perawat yaitu seperti meringankan rasa sakit dan
keluhan lainnya yang dirasakan anak, menjaga anak merasa nyaman dan tenang,
menjaga kehidupan anak dan keluarga seharmonis mungkin, membantu
keluarga mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan, membicarakan
harapan/ keinginan anak, memberikan informasi yang tepat dan jujur tentang
kondisi anak dan membantu proses berduka atas kematian anak. Perawatan
paliatif khususnya bagi anak sedang menjelang akhir kehidupannya adalah
memastikan kebutuhan anak terpenuhi yaitu fisik, pikiranm dan jiwa.

30
31

5.2 Saran
5.2.1 Perawat melakukan pendekatan-pendekatan yang professional dan
memberikan kenyamanan pada pasien, dengan tujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien dan mengurangi penderitaan yang dialami pasien
karena penyakitnya.
5.2.2 Memberikan edukasi kepada keluarga dalam hal meningkatkan kualitas
hidup anak yang menderita leukemia dapat dilakukan melalui
pemberdayaan orang tua sehingga orang tua melakukan pengambilan
keputusan yang tepat dalam meningkatkan kemampuannya untuk
merawat anak leukemia.
DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, A. M., & Shaikh, U. (2021). Chronic myeloid leukemia developing in


treated acute promyelocytic leukemia. Hematology, Transfusion and Cell
Therapy. https://doi.org/10.1016/J.HTCT.2021.02.014
Adilistya, T. (2017). Patofisiologi dan Diagnosis Infiltrasi Leukemia Limfoblastik
Akut ke Sistem Saraf Pusat. Jurnal Kedokteran YARSI, 25(2), 115–126.
https://doi.org/10.33476/JKY.V25I2.262
American Cancer Society. (2015). American Cancer Society. Chronic myeloid
leukemia. American Cancer Society.
Anita. (2016). Perawatan Paliatif dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal
Kesehatan, VII(Nomer 3), 508–513
Boucher, Nathan A. 2017. “Faith, Family, Filiality, and Fate: Dominican and Puerto
Rican Elders Perspectives on End-of-Life Decisions.” Journal of Applied
Gerontology 36(3): 351–72.
Damavandi, S. A., Adib, S., & Ashayeri, N. (2021). Brain mucormycosis in a child
with acute lymphoblastic leukemia ✩. Radiology Case Reports, 16, 2808–
2811. https://doi.org/10.1016/j.radcr.2021.06.049
Ferruzzi, V., Santi, E., Gurdo, G., Arcioni, F., Caniglia, M., & Esposito, S. (2018).
Acute lymphoblastic leukemia with hypereosinophilia in a child: Case report
and literature review. International Journal of Environmental Research and
Public Health, 15(6). https://doi.org/10.3390/IJERPH15061169
Franjul Sánchez, Adriana, Angelica M Fuentes Armesto, Carlo Briones Chávez, and
Marco Ruiz. 2020. “Revisiting Early Palliative Care for Patients With
Hematologic Malignancies and Bone Marrow Transplant: Why the Delay?”
Cureus 12(9): 1–11.
Hasni, H., Mayetti, M., & Novrianda, D. (2020). MUKOSITIS PADA ANAK
KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUP
dr.M.DJAMIL PADANG. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4).
https://doi.org/10.25077/JKA.V8I4.1128
Hagan, T. L., Xu, J., Lopez, R. P., & Bressler, T. (2019). Nursing’s role in leading
palliative care: A call to action. Nurse Educ Today, 176(3), 139–148.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2017.11.037.Nursing
Hemminki, K., Houlston, R., Sundquist, J., Sundquist, K., & Shu, X. (2012). Co-
morbidity between early-onset leukemia and type 1 diabetes - suggestive of
a shared viral etiology? PLoS ONE, 7(6).
https://doi.org/10.1371/JOURNAL.PONE.0039523
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker.
Kemenkes RI. (2015). Pedoman Nasional Pelayanan Paliatif Kanker.
Mullen, J. E., Reynolds, M. R., & Larson, J. S. (2015). Caring for Pediatric Patients
’ Families at the Child ’ s End of Life. 35(6), 46–56.
NC, H. (2014). LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT PADA DEWASA
DENGAN MULTIPLE LIMFADENOPATI. Jurnal Medula, 2(01), 36–42.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/161
Nurhidayah, I., Hendrawati, S., Mediani, H. S., & Adistie, F. (2016). Kualitas Hidup
pada Anak dengan Kanker. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 4(1).
https://doi.org/10.24198/JKP.V4I1.136
Schram, Andrew W., Gavin W. Hougham, David O. Meltzer, and Gregory W.
Ruhnke. 2017. “Palliative Care in Critical Care Settings: A Systematic
Review of Communication-Based Competencies Essential for Patient and
Family Satisfaction.” American Journal of Hospice and Palliative Medicine
34(9): 887–95.
Shatri, H., Faisal, E., Putranto, R., & Sampurna, B. (2020). Advanced Directives
pada Perawatan Paliatif Advanced Directives in Palliative Care. Jurnal
Penyakit Dalam Indonesia, 7(2), 125–132..
Shea, E. R. O., & Kanarek, R. B. (2013). Journal of Pediatric Oncology
Understanding Pediatric Palliative Care :
https://doi.org/10.1177/1043454212471725
Sormanti, M. E. (2018). Pediatric Palliative Care by Ferrell, B. F. (Ed.). (2016) .
OMEGA - Journal of Death and Dying.
https://doi.org/10.1177/0030222817717150
Tameon, S. F., Anggraeni, L. D., & Ernawati. (2021). Pengalaman Perawat
Memberikan Perawatan Paliatif Pada Anak. Jurnal Keperawatan, 13(1),
213–226.
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan%0ANURSES
World Health Organization. (2018). Integrating palliative care and symptom relief
into paediatrics (Vol. 148).
Vidal, Marieberta, David Hui, and Eduardo Bruera. 2018. “Palliative Care in
Patients with Leukemia: When and How?” Current Oncology Reports
20(12): 18–22.
Webb, Jason A., Thomas W. LeBlanc, and Areej R. El-Jawahri. 2019. “Integration
of Palliative Care into Acute Myeloid Leukemia Care.” Seminars in
Oncology Nursing 35(6): 150959.
https://doi.org/10.1016/j.soncn.2019.150959.

Anda mungkin juga menyukai