Fasilitator:
Rista Fauziningtyas, S.Kep., Ns., M. Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Kelas A-2 Angkatan 2014
1. Amalia Fardiana 131411131017
2. Nining Ambarwati 131411131050
3. Iftitakhur Rohmah 131411133015
4. Lutvia Puspitasari 131411133018
5. Arfa Zikriani 131411133024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, dan semoga shalawat serta
salam selalu tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di Yaumul Qiyamah nanti. Kami ucapkan terimakasih terhadap semua
pihak yang telah membantu kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
tepat waktu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
3.1 Pengkajian................................................................................................. 15
3.2 Analisa Data............................................................................................... 23
3.3 Diagnosa Keperawatan.............................................................................. 25
3.4 Rencana Intervensi Keperawatan.............................................................. 25
4.1 Kasus......................................................................................................... 29
4.2 Pengkajian ................................................................................................ 29
4.2.1 Pengkajian Lansia dengan Model Carol A Miller............................ 29
4.2.2 Kemampuan ADL............................................................................ 39
4.2.3 MMSE (Mini Mental Status Exam)................................................. 42
iii
4.2.4 Tes Keseimbangan............................................................................ 43
4.2.5 GDS (Pengkajian Depresi)......................................................... ......... 44
4.2.6 Status Nutrisi................................................................................... 45
4.2.7 Fungsi Sosial Lansia........................................................................ 46
4.3 Analisa Data............................................................................................. 46
4.4 Diagnosa Keperawatan............................................................................ 47
4.5 Rencana Intervensi Keperawatan............................................................. 47
BAB V. PENUTUP........................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 52
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.3 Apa saja etiologi dari jatuh pada lansia?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis dari jatuh?
1.2.5 Bagaimana cara pencegahan lansia jatuh?
1.2.6 Bagaimana cara penatalaksanaan jatuh pada lansia?
1.2.7 Apa saja komplikasi jatuh pada lansia?
1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan umum tentang resiko jatuh pada lansia?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan kasus tentang resiko jatuh pada lansia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menyelesaikan penugasan mata kuliah Keperawatan Komunitas III Semester 6
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui perubahan pada semua sistem tubuh lansia
1.3.2.2 Mengetahui definisi dari jatuh
1.3.2.3 Mengetahui etiologi dari jatuh pada lansia
1.3.2.4 Mengetahui manifestasi klinis dari jatuh
1.3.2.5 Mengetahui pencegahan lansia jatuh
1.3.2.6 Mengetahui penatalaksanaan jatuh pada lansia
1.3.2.7 Mengetahui komplikasi jatuh pada lansia
1.3.2.8 Mengetahui asuhan keperawatan umum tentang resiko jatuh pada lansia
1.3.2.9 Mengetahui asuhan keperawatan kasus tentang resiko jatuh pada lansia
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dengan adanya makalah asuhan
keperawatan resiko jatuh pada lansia ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Memberikan masukan yang bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi
mahasiswa dengan cara menjelaskan konsep dan teori tentang asuhan
keperawatan resiko jatuh pada lansia.
1.4.2 Membantu memberikan pandangan kepada masyarakat mengenai resiko jatuh
pada lansia dan cara pencegahannya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
membaca serta memfokuskan penglihatan, peningkatan sensitivitas terhadap
cahaya, berkurangnya penglihatan pada malam hari, gangguan dalam persepsi
kedalaman atau stereopsis (masalah dalam penilaian ketinggian), perubahan dalam
persepsi warna.
Penurunan produksi air mata, akibatnya mata berpotensi terjadi sindroma mata
kering.
2.1.2 Perubahan pada Sistem Integumen
Pada lansia mengalami penipisan epidermis yang menyebabkan pembuluh vena
tampak menonjol, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-tonjolan tulang, telapak
tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan kaki. Proliferasi abnormal
pada sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area tubuh yang terpajan
sinar matahari, biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah
(Setiabudhi, 1999).
Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan penurunan jaringan
elastik mengakibatkan keriput. Tekstur kulit lebih kering karena penurunan aktivitas
kelenjar eksokrin dan kelenjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan
penyambung, disertai penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan turgor
kulit (Setiabudhi, 1999).
Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan penambahan massa
lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% per dekade (Tamher, 2009).
2.1.3 Perubahan pada sistem muskuloskeletal
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan
metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan
pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen
pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekulae
menjadi lebih berongga, mikro-arsitektur berubah dan seiring patah baik akibat
benturan ringan maupun spontan (Setiabudhi, 1999).
2.1.4 Perubahan pada sistem neurologis
Berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih
11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama
umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel
neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat
(Muliyani, 2009).
4
Pada penuaan, otak kehilangan 100.000 neuron/tahun. Neuron dapat
mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi
penebalan atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara
berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang
dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada
semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di
sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria (Muliyani, 2009).
2.1.5 Perubahan pada Sistem Kardiovaskular
Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun
fungsional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi ditandai dengan
penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi (Setiabudhi, 1999).
Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada
perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat
berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu, 180-200
x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit(Miller,
2012).
2.1.6 Perubahan pada Sistem Pulmonal
Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada turut
berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun.
Penurunan lajuekspirasi paksa satu detik sebesar 0,2 liter/dekade(Tamher, 2009).
2.1.7 Perubahan pada Sistem Endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa
yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet,
obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan (Setiabudhi, 1999).
Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah
tersebut mempunyai gejala, dan sebagian menunjukkan apatheic thyrotoxicosis
(Setiabudhi, 1999).
2.1.8 Perubahan pada Sistem Renal dan Urinaria
Seiring bertambahnya usia, akan terdapat perubahan pada ginjal, bladder,
uretra, dan sistem nervus yang berdampak pada proses fisiologi terkait eliminasi urin.
Hal ini dapat mengganggu kemampuan dalam mengontrol berkemih, sehingga
dapat mengakibatkan inkontinensia, dan akan memiliki konsekuensi yang lebih
jauh(Miller, 2012).
5
2.1.9 Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan dengan
gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif,
antara lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan
(Setiabudhi, 1999).
2.1.10 Perubahan pada Sistem Reproduksi
a. Pria
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria akibat
proses menua:
Testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
Atrofi otot asini prostat dengan area fokus hiperplasia. Hiperplasia noduler
benigna terdapat pada 75% pria >90 tahun (Stanley, 2006).
b. Wanita
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita
akibat proses menua:
Penurunan estrogen yang bersirkulasi, akibatnya atrofi jaringan payudara dan
genital.
Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah
penurunan massa tulang dengan risiko osteoporosis dan fraktur, peningkatan
kecepatan aterosklerosis (Stanley, 2006).
6
penyebab yang spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang
dalam keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006).
7
3) Faktor psikologis: depresi, ansietas, dan distraksi.
4) Obat-obatan: antikolinergik, obat penenang, anti depresan, anti hipertensi,
vasodilator, obat-obatan anti inflamasi non-steroid, dan interaksi obat.
5) Faktor ekstrinsik: cahaya yang silau, pencahayaan yang kurang, handrail yang
rusak, lantai yang licin, karpet atau keset yang tertekuk, lingkungan yang tidak
dikenal lansia, lantai atau keramik yang tidak rata (ada undakan), ukuran atau
tinggi tempat tidur, kursi dan toilet yang tidak tepat.
Berikut ini merupakan tanda-tanda dan gejala risiko jatuh pada lansia :
1) Aktivitas/istirahat:
Gejala :
a. Nyeri sendi karena gerakan
b. Nyeri tekan
c. Stress pada sendi
d. Kekakuan pada pagi hari biasanya terjadi bilateral dan simetris
e. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan
Tanda-tanda :
a. Malaise
b. Keterbatasan rentang gerak
c. Atrofi otot, kulit, kontraktor/kelainan pada sendi
2) Kardiovaskuler
Gejala :
Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (pucat intermitten, sianosis, kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)
3) Integritas ego
Gejala :
a. Faktor – faktor stres akut atau kronis (finansial, pekerjaan, ketidakmampuan)
b. Faktor – faktor hubungan keputusasaan dan ketidakberdayaan
c. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (ketergantungan pada
orang lain)
4) Makanan/cairan
8
Gejala :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengonsumsi makanan/cairan adekuat:
mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
Tanda-tanda :
a. Penurunan berat badan
b. Kekeringan pada membran mukosa
5) Personal Hygiene
Gejala :
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
ketergantungan.
6) Neuro-sensori
Gejala :
a. Kebas
b. Kesemutan pada tangan dan kaki
c. Hilangnya sensasi pada jari tangan
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak
pada sendi).
8) Keamanan
Gejala :
a. Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan
b. Lesi kulit
c. Ulkus kaki
d. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
e. Demam ringan menetap
f. Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9) Interaksi sosial
Gejala :
a. Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/orang lain
b. Perubahan peran
c. Isolasi
9
2.5 Pencegahan Lansia Jatuh
Pencegahan jatuh pada lansia di rumah sakit dan panti (Miller, 2012):
10
mudah, tersedia tempat pijakan yang stabil untuk mencapai barang yang
letaknya tinggi.
b. Orang yang menjaga
Beri pendidikan kesehatan pada petugas, lansia, dan keluarga.
Instruksikan pada lansia dan keluarga tentang program pencegahan jatuh
menggunakan brosur yang berisi informasi tentang cara pencegahan jatuh dan
cara memperoleh bantuan jika terjadi jatuh pada lansia. Berikan pelatihan dan
pendidikan kesehatan tentang program pencegahan jatuh, faktor risiko jatuh
pada lansia, terutama faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap petugas
(misalnya pemasangan restrain, penggunaan sepatu). Pasang poster tentang
pencegahan jatuh pada lansia, agar petugas atau karyawan menjadi lebih
peduli terhadap masalah tersebut.
Health education yang bisa kita berikan kepada keluarga diantaranya
adalah dengan cara menginstruksikan untuk :
a. Menyingkirkan karpet dan benda-benda yang tergeletak serta memperbaiki
lantai yang licin.
b. Memasang traction tape untuk mencegah licin pada permukaan bak mandi
atau shower.
c. Memasang palang untuk pegangan di kamar mandi.
d. Memasang jeruji pengaman di lorong dan tangga.
e. Memindahkan barang-barang yang mengganggu dari dinding di sepanjang
tangga (gantungan jas, rak) (Carpenito, 2009).
11
Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan
densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada orang
tua.
Berhenti merokok
Hindari konsumsi alkohol
Latihan fisik
Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen.
Suplementasi hormon estrogen/terapi hormon pengganti.
d. Manajemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik.
Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat.
Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan.
Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama
sedatif dan transquilizer.
Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat.
Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan.
e. Memperbaiki kebiasaan lansia
Berdiri dari posisi duduk atau jongkok jangan terlalu cepat.
Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
Hindari olahraga berlebihan.
f. Alas kaki yang digunakan lansia
Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar.
Jangan berjalan hanya dengan kaos kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan.
Pakai sepatu yang antislip.
2.6 Penatalaksanaan Jatuh
1) Saat jatuh
Penatalaksanaan pasien lansia saat jatuh antara lain:
Imobilisasi
Manajemen nyeri
Memberikan minum air putih
12
2) Setelah jatuh
Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan
menerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan fungsi AKS terbaik,
mengembalikan kepercayaan diri penderita (Reuben, 2005).
a) Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau mengeliminasi faktor
resiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya. Penatalaksanaan ini
harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang terdiri dari dokter (geriatrik,
neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi medik, psikiatrik), sosiomedik,
arsitek, dan keluarga penderita.
b) Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk setiap kasus
karena perbedaan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan resiko jatuh. Bila
penyebabnya penyakit akut, penanganannya menjadi lebih mudah, sederhana
dan langsung bisa menghilangkan penyebab jatuh serta efektif. Tetapi lebih
banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga diperlukan
terapi gabungan antara obat rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan
kebiasaan lansia tersebut. Pada kasus lansia lain, intervensi diperlukan untuk
mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan bepergian/aktivitas
fisik, penggunaan alat bantu gerak.
c) Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan penurunan
fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan kelemahan
otot sehingga memperbaiki fungsionalnya. Sayangnya sering terjadi
kesalahan, terapi rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita
mengalami jatuh, padahal terapi ini diperlukan terus-menerus sampai terjadi
peningkatan kekuatan otot dan status fungsional.
d) Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan
untuk mengatasi / mengeliminasi penyebabnya / faktor yang mendasarinya.
Penderita dimasukkan dalam program gait training, latihan strengthening dan
pemberian alat bantu jalan. Biasanya program rehabilitasi ini dipimpin oleh
fisioterapi. Program ini sangat membantu penderita dengan stroke, fraktur
kolum femoris, arthritis, Parkinsonisme.
e) Penderita dengan dizzines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit
kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obatan yang
menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik, anti depresan.
13
f) Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah /
tempat kegiatan lansia seperti di pencegahan jatuh.
14
BAB III
3.1 Pengkajian
1) Identitas klien
Identitas klien yang harus dikaji meliputi nama, usia, tempat tanggal lahir,
agama, alamat asal.
2) Data keluarga
Nama keluarga yang dapat dihubungi, hubungan dengan klien, pekerjaan,
alamat, dan nomor telepon.
3) Status kesehatan sekarang
a. Keluhan utama: keluhan yang mungkin muncul antara lain pusing,
lemas, kesulitan untuk menjaga keseimbangan badan dan kesulitan untuk
menggerakkan ekstremitas bawah.
b. Pengetahuan klien dan usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi
keluhan
c. Obat-obatan yang dikonsumsi oleh klien misalnya antihipertensi,
diuretik, autonomik bloker, antidepresan, hipnotik, anxiolitik, analgetik,
psikotropik
4) Perubahan fisiologis terkait proses menua
a. Kondisi umum: adanya kelelahan, gangguan tidur, dan penurunan
kemampuan ADL, nadi, tensi, respirasi, suhu badan
(hipotermi/hipertermi)
b. Integumen: luka bekas jatuh sebelumnya, atrofi kulit, mengkilat, tegang,
nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
c. Hematopoetic: anemia
d. Kepala: pusing, terasa berputar, kepala terasa ringan
e. Mata: penurunan visus, nistagmus, pandangan sering berkunag-kunang,
perubahan lapang pandang, perubahan adaptasi terhadap gelap,
penurunan ketajaman persepsi kedalaman dan warna
f. Telinga: gangguan pendengaran, telinga berdenging, vertigo, alat bantu
dengar
g. Hidung sinus
15
h. Mulut, tenggorokan: membrane mukosa kering
i. Leher
j. Pernafasan: sesak nafas, batuk/bersin
k. Kardiovaskular: aritmia, kelainan katup, hipotensi postural, fenomena
Raynaud jari tangan / kaki, pucat intermitten, sianosis
l. Gastrointestinal: rasa mual, penurunan nafsu makan, anoreksia, kesulitan
untuk mengunyah, mukosa kering, penurunan BB.
m. Perkemihan: inkontinensia, urgency
n. Reproduksi
o. Muskuloskeletal: perubahan sendi, limitasi fungsional, problem kaki
(podiatrik), deformitas, penurunan keseimbangan, kekakuan, gangguan
gaya berjalan, nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, atrofi otot,
kontraktur.
p. Persarafan: vertigo tipe perifer karena perubahan fungsi vestibuler akibat
proses menua, neuropati perifer, perubahan status mental, defisit fokal,
instabilitas, kekakuan, tremor, perubahan reflex baroreseptor, penurunan
fungsi refleks perlindungan.
5) Potensi pertumbuhan psikososial dan spiritual: insomnia, kesulitan
konsentrasi, stress akut / kronis, gangguan konsep diri, citra tubuh,
kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
6) Lingkungan: kondisi lantai yang licin dan mengkilat, permukaan lantai yang
meninggi, penerangan yang kurang, ketinggian tempat tidur yang tidak
sesuai, tidak adanya susut tangan (railing) di tempat yang strategis seperti
kamar mandi dan lorong, banyak barang berbahaya yang menghalangi
mobilitas lansia, lingkungan baru yang belum dikenali oleh lansia.
7) Faktor risiko tambahan
16
b. Aspek kognitif: gangguan kognitif juga merupakan salah satu faktor
risiko jatuh
c. Tes keseimbangan: klien dengan hasil TUG >13,5 detik memiliki resiko
tinggi jatuh, dan klien dengan hasil >24 detik diperkirakan jatuh dalam
kurun waktu 6 bulan.
d. GDS: indikasi depresi mungkin ditemukan pada klien dengan risiko jatuh
e. Status nutrisi: klien dengan moderate hingga high nutritional risk
f. Fungsi sosial lansia
g. Hasil pemeriksaan diagnostik:
9) Lampiran terkait
a. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian sehari-hari (indeks Barthel)
Skor
No Kriteria Skor yang
didapat
10 = mandiri
2 Mandi 0 = dependen
5 = mandiri
3 Berpakaian 0 = dependen
17
5 = butuh bantuan
10 = mandiri
5 = dengan bantuan
10 = mandiri
18
alat, pegangan) sejauh > 45,72 m (50 yard)
15 = mandiri
TOTAL SKOR
Interpretasi:
0-20 = ketergantungan total
21-60 = Ketergantungan berat
61-90 = ketergantungan sedang
91-99 = ketergantungan ringan
100 = mandiri
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)
b. Aspek Kognitif
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nama :
Tgl/Jam:
19
atau
Meminta klien untuk mengeja kata yang
memiliki 5huruf dengan cara terbalik
misal “DUNIA”
Jawaban:
AINUD
Setiap 1 huruf bernilai 1 jika urutan
huruf ada yang salah maka poin
dikurangi 1
5 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke-2 (tiap poin nilai 1)
1)……….. 2)…………
3)……......
6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukkan benda tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :............
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas dengan tangan kanan
5). Lipat dua (ditengah)
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai perintah
yang dituliskan di kertas nilai 1 poin)
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang
saling bertumpuk
Total nilai 30
Interpretasihasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan:………………………………………………………………
c. Tes keseimbangan
Time Up and Go Test
No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
20
1
Interpretasi hasil
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
d. GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
Ya Tdk Hasil
No Pertanyaan
21
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0
Jumlah
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
e. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
22
6 ≥ : High nutritional risk
Nama Klien :
Tanggal :
Jenis Kelamin : L / P
Umur :….Tahun
TB/BB: Cm/ kg
Agama :………….
Suku :…………….
23
Gol.Darah :
Tingkat Pendidikan : SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi
Alamat :………………………………………………….
Nama Pewancara :…………………………………………………
+ -
Ketengan :
1. Kesalahan 0 -2 : Fungsi Inteletual Utuh
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan Inteletual Ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan Inteletual Sedang
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan Intelektual Berat
24
(b) Drawing Clock Test
10)
https://www.google.co.id/search?q=DRAWING+CLOCK+TEST&source=lnms&tbm=i
sch&sa=X&ved=0ahUKEwi45bfY9qDTAhXLtBQKHXXRC6cQ_AUICCgB&biw=1024&b
ih=445#imgrc=VkWWzWV9yzpvzM:
25
11)
https://www.google.co.id/search?q=DRAWING+CLOCK+TEST&source=lnms&tbm=isch&sa=
X&ved=0ahUKEwi45bfY9qDTAhXLtBQKHXXRC6cQ_AUICCgB&biw=1024&bih=445#imgdii=gz
f9ywmsUu8kvM:&imgrc=VkWWzWV9yzpvzM:
26
3.2 Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
27
kesulitan untuk berjalan Class 2.
pada permukaan yang Gangguan keseimbangan dan Activity/Exercise
tidak rata (tangga, penglihatan + lingkungan yang Diagnosis 00088.
permukaan yng
tidak mendukung Impaired walking
mananjak atau menurun)
DO:
- ketidakmampuan untuk Mengganggu kebebasan bergerak
menaiki tangga
- ketidakmampuan untuk Ketidakmampuan untuk berjalan
berjalan di permukaan
menanjak atau menurun
- ketidakmampuan untuk
berjalan pada jarak
tertentu
Faktor risiko: Proses penuaan Domain 11.
- klien menceritakan Safety/Protection
pernah jatuh sebelumnya Klien tinggal di lingkungan yang Class 2. Physical
- klien mengeluhkan kurang mendukung injury
kesulitan berjalan Diagnosis 00155. Risk
- usia klien >65 th
Berisiko untuk jatuh for falls
- penurunan fungsi
kognitif pada klien
- lingkungan yang tidak
mendukung (penuh
dengan perabotan, lantai
licin, tidak adanya
penerangan yang cukup,
dan tidak adanya susut
tangan)
- penurunan kekuatan
ekstremitas
- gangguan pendengaran
- gangguan keseimbangan
- gagguan moblitas
- hipotensi ortostatik
- gangguan penglihatan
- penggunaan obat-obatan
(diuretic, antihipertensi,
autonomik bloker,
antidepresan, hipnotik,
anxiolitik, analgetik,
psikotropik)
- hasil TUG test >13,5
detik
28
3. Gangguan berjalan
4. Risiko jatuh
29
NOC NIC
30
Class C. Mobility Intervention 0222. Exercise therapy: Balance:
Outcomes 0208. Tentukan kemampuan klien dalam mengikuti aktivitas
Mobility yang membutuhkan keseimbangan
020806 Evaluasi fungsi sensoris klien (penglihatan,
Berjalan (2-4) pendengaran, & proprioception)
020814 Berikan lingkungan yang aman untuk berlatih
Bergerak keseimbangan
dengan mudah Instruksikan pasien untuk berlati keseimbangan dengan
(2-4) berdiri pada satu kaki, membungkuk ke depan,
ketahanan stretching, sesuai kebutuhan
Sediakan alat bantu (mis.: tongkat, walker, bantal atau
matras) untuk mendukung latihan pasien
Bantu pasien untuk berlatih stretching dalam posisi
berbaring, duduk dan berdiri
Bantu pasien untuk berganti posisi (mis.: dari duduk
menjadi berdiri, dari berbaring menjadi duduk) dengan
bantuan benda di sekitarnya sebagai tumpuan
NOC NIC
31
5) untuk memudahkan berpindah
190922 Sediakan susut tangan pada tempat-tempat yang sering
sediakan di lewati oleh klien
penerangan Sesuaikan tinggi tempat tidur dan toilet sesuai
yang memadai kebutuhan klien
(3-5) Hindarkan perabotan-perabotan rendah (mis.: meja)
190911 pada jalan yang sering dllewati klien
sesuaikan Berikan pencahayaan yang adekuat pada setiap ruangan
tinggi toilet Gunakan permukaan lantai yang tidak licin
dengan Berikan tanda pada tepi pijakan
kebutuhan (3- Sediakan perabotan yang kokoh yang tidak akan jatuh
5) apabila digunakan sebagai tumpuan/sandaran
190912 Edukasikan keluarga tentang faktor-farktor yang dapat
sesuaikan meningkatkan risiko jatuh dan bagaimana keluarga
tinggi kursi dapat mengurangi risiko tersebut
dengan Usulkan adaptasi lingkungan rumah untuk
kebutuhan (3- meningkatkan keamanan
5)
190913
sesuaikan
tinggi tempat
tidur dengan
kebutuhan (3-
5)
32
BAB IV
4.1 Kasus
Tn. S berumur 67 tahun seorang duda tinggal di Wisma Kunthi. Tn.
S dititipkan ke Wisma Kunthi karena cucunya sudah bekerja dan tidak ada
yang mengurus di rumah. Meskipun dititipkan ke Wisma Kunthi akan tetapi
cucunya masih sering mengunjungi Tn. S setiap hari minggu. Sebelumnya
pasien bekerja sebagai Tukang Kayu. Klien tinggal di Wisma Kunthi
bersama lansia yang lain. Jumlah kamar 6 buah dengan kondisi kamar cukup
bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang
menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur bersih. Pertukaran udara
dan cahaya matahari baik. Tingkat kenyamanan dan privasi terjamin. Di panti
juga ada seorang perawat lulusan SPK yang bertugas mengurusi masalah
kesehatan. Hampir semua kebutuhan terpenuhi karena panti menyiapkan
kebutuhan lansia serta kegiatan terjadwal secara teratur. Apabila lansia
mengalami masalah kesehatan yang serius pihak panti akan melakukan
rujukan ke puskesmas maupun rumah sakit, dan ketika dipanti klien juga
selalu melakukan solat 5 waktu serta mendapat pembinaan mental dan rohani
setiap minggu
Tn. S saat ini mengatakan pernah mengalami sakit punggung setahun
yang lalu. Sekarang klien mengeluh lelah jika beraktivitas cepat, penglihatan
kabur, kadang – kadang terasa lemah diseluruh tubuh serta nafsu makan
menurun .
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 80/60 mmHg, Suhu: 37,2°C, Nadi
: 80x/menit, RR: 16x/menit. BB: 37 kg (terdapat penurunan BB), TB: 155cm.
Kesadaran : compos mentis. Suara Napas vesikuler tidak ada suara tambahan.
Pada sitem kardio tidak ada nyeri dada, Suara jantung S1 S2 tunggal, tidak ada
edema pada ekstremitas.
33
4.2 Pengkajian
4.2.1 Pengkajian Lansia dengan Model Carol A Miller
1. IDENTITASKLIEN :
Nama : Tn. S
Umur : 67 tahun
Agama : Islam
2. DATAKELUARGA :
Hubungan : Cucu
Pekerjaan : Wiraswasta
Klien mengatakan pernah mengalami sakit punggung setahun yang lalu. Sekarang
klien mengeluh lelah jika beraktivitas cepat, penglihatan kabur, kadang – kadang
terasa lemah diseluruh tubuh serta nafsu makan menurun.
FUNGSI FISIOLOGIS
34
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : √
Perubahan BB : √
Perubahan nafsu : √
makan
Masalah tidur : √
Kemampuan ADL : √
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : √
Pruritus : √
Perubahan pigmen : √
Memar : √
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal : √
Pembengkakankellimfe : √
Anemia : √
35
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : √
Pusing : √
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : √
penglihatan
Pakai kacamata : √
Kekeringan mata : √
Nyeri : √
Gatal : √
Photobobia : √
Diplopia : √
Riwayat infeksi : √
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan : √
pendengaran
36
Discharge : √
Tinitus : √
Vertigo : √
Riwayat infeksi : √
Kebiasaan : √
membersihkan
telinga
7 Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : √
Discharge : √
Epistaksis : √
Obstruksi : √
Snoring : √
Alergi : √
Riwayat infeksi : √
8. Mulut,
tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : √
Kesulitan menelan : √
37
Lesi : √
Perdarahan gusi : √
Caries : √
Perubahan rasa : √
Gigi palsu : √
Riwayat Infeksi : √
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : √
Nyeri tekan : √
Massa : √
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : √
Nafas pendek : √
Hemoptisis : √
Wheezing : √
Asma : √
38
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : √
Palpitasi : √
Dipsnoe : √
Paroximal : √
nocturnal
Orthopnea : √
Murmur : √
Edema : √
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : √
Nausea / vomiting : √
Hemateemesis : √
Perubahan nafsu : √
makan
Massa : √
Jaundice : √
Melena : √
Hemorrhoid : √
39
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : √
Hesitancy : √
Urgency : √
Hematuria : √
Poliuria : √
Oliguria : √
Nocturia : √
Inkontinensia : √
Nyeri berkemih : √
Ya Tidak
Lesi : √
Disharge : √
Testiculer pain : √
Testiculer massa : √
Perubahan gairah : √
40
sex
Impotensi : √
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : √
Bengkak : √
Kaku sendi : √
Deformitas : √
Spasme : √
Kram : √
Kelemahan otot : √
Masalahgayaberjalan : √
Nyeri punggung : √
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : √
Seizures : √
41
Syncope : √
Tic/tremor : √
Paralysis : √
Paresis : √
Masalah memori : √
Psikososial YA Tidak
Cemas : √
Depresi : √
Ketakutan : √
Insomnia : √
Kesulitan dalam : √
mengambil keputusan
Kesulitan konsentrasi : √
orang lain.
Dampak pada ADL: Klien mampu memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah,
ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Spiritual
42
mendapat pembinaan mental dan rohani setiap minggu.
Hambatan :-
6. LINGKUNGAN :
Kamar : kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja,
tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur
bersih. Pertukaran udara an cahaya matahari baik. Tingkat kenyamanan dan
privacy terjamin.
43
5 = dengan bantuan (memaotong makanan,
mengoleskan selai , dll atau
membutuhkan menu makanan tertentu,
misal makana cair, bubur)
10 = mandiri
2 Mandi 0 = dependen 5
5 = mandiri
3 Berpakaian 0 = dependen 10
5 = butuh bantuan
10 = mandiri
5 = dengan bantuan
10 = mandiri
44
yard), mampu memosisikan kursi roda
di pojok ruangan
15 = mandiri
TOTAL SKOR 85
Interpretasi:
0-20 = ketergantungan total
21-60 = Ketergantungan berat
61-90 = ketergantungan sedang
91-99 = ketergantungan ringan
100 = mandiri
(Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006)
1. Aspek Kogniti
MMSE (Mini Mental Status Exam)
Nama :Tn. S
Tgl/Jam : 4 April 2017/ 09.00 WIB
45
Propinsi: ………………….
Wisma/Kamar : …………
Kabupaten/kota :
…………………………
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 namaobyek (misal : kursi,
piring, kertas), kemudian
ditanyakankepadaklien, menjawab :
a. Kursi 2). piring
3).Kertas
4 Perhatian dan 5 4 Meminta klien berhitung mulai dari
kalkulasi 100 kemudian kurangi 7 sampai 5
tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72
5). 65
atau
Meminta klien untuk mengeja kata
yang memiliki 5huruf dengan cara
terbalik misal “DUNIA”
Jawaban:
AINUD
Setiap 1 huruf bernilai 1 jika urutan
huruf ada yang salah maka poin
dikurangi 1
5 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke-2 (tiap poin nilai
1)
1)………..
2)……………
3)…………..
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang
benda (sambil menunjukan benda
tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi
kata berikut:(tidak ada, dan, jika, atau
tetapi)
Klien menjawab :............................
46
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima
yang saling bertumpuk
Total nilai 30 25
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat
Kesimpulan :
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A
karena klien mampu memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke kamar
kecil dan berpakaian secara mandiri.
Pada uji MMSE didapatkan pasien tidak terdapat gangguan kognitif
Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
47
>30 detik Resiko tinggi jatuh
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 0
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Jumlah 3
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
48
Status Nutrisi
Interpretasi:
0 – 2 : Good
3 – 5 : Moderate nutritional risk
6 ≥ : High nutritional risk
49
saya
Analisa Data
No Data Diagnosa Keperawatan
1 DS: Domain 11: Safety/protection
- klien mengeluhkan kesulitan berjalan Class 2: Physical Injury
- usia klien >67 tahun Diagnosa:
- penurunan kekuatan ekstremitas (00155) Resiko jatuh
- Pasien mengeluh pusing dan lemah
diseluruh tubuh
- pasien mengeluh penglihatan kabur
dan pendengarannya menurun
DO:
50
dan tidak adanya susut tangan)
2. DS: Domain 2: Nutrition
- pasien mengeluh tidak nafsu makan Class 1: Ingestion
DO: Diagnosa:
- terdapat penurunan berat badan (BB (00002) Nutrisi kurang dari
awal: 45kg, BB sekarang: 37kg) kebutuhan tubuh
- pasien tidak menghabiskan porsi
makannya
IMT= 16.4 kg/m2 (kurus)
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko jatuh
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Rencana Intervensi Keperawatan
1. Resiko jatuh
NOC NIC
51
190911 sesuaikan tinggi Sediakan alat bantu berjalan (mis.:
toilet dengan kebutuhan (3-5) tongkat, walker) dan dorong klien untuk
190912 sesuaikan tinggi menggunakannya sesuai kebutuhan
kursi dengan kebutuhan (3-5) Letakkan barang-barang yang dibutuhkan
190913 sesuaikan tinggi klien dalam jangkauan klien
tempat tidur dengan Ajarkan teknik jatuh pada pasien untuk
kebutuhan (3-5) meminimalkan cedera
Sediakan keset karet di kamar mandi
Sediakan kursi dengan tinggi yang
sesuai, yang dilengkapi degan sandaran
punggung dan lengan kursi untuk
memudahkan berpindah
Sediakan susut tangan pada tempat-
tempat yang sering di lewati oleh klien
Sesuaikan tinggi tempat tidur dan toilet
sesuai kebutuhan klien
Hindarkan perabotan-perabotan rendah
(mis.: meja) pada jalan yang sering
dllewati klien
Berikan pencahayaan yang adekuat pada
setiap ruangan
Gunakan permukaan lantai yang tidak
licin
Berikan tanda pada tepi pijakan
Sediakan perabotan yang kokoh yang
tidak akan jatuh apabila digunakan
sebagai tumpuan/sandaran
Edukasikan keluarga tentang faktor-
farktor yang dapat meningkatkan risiko
jatuh dan bagaimana keluarga dapat
mengurangi risiko tersebut
Usulkan adaptasi lingkungan rumah
untuk meningkatkan keamanan
52
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NOC NIC
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering dialami oleh lansia akibat
proses penuaan. Etiologi dari resiko jatuh pada lansia adalah perubahan fisik
karena menua, masalah kesehatan yang dialami oleh lansia, faktor psikologis,
obat-obatan antikolinergik, dan faktor ektrinsik.Manifestasi klinis dari jatuh
diantaranya adalah nyeri pada persendian, hilangnya sensasi pada jari tangan,
ketidakmampuan untuk mengonsumsi makanan /cairan adekuat,
ketergantungan pada orang lain.
Cara pencegahan lansia jatuh adalah identifikasi lansia yang beresiko
jatuh, memberikan pendidikan kesehatan pada lansia, petugas, dan keluarga,
intervensi untuk diimplementasikan pada semua lansia yang beresiko jatuh.
Cara penatalaksanaan jatuh yang bisa dilakukan diantaranya adalah
penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau mengeliminasi faktor
resiko, penatalaksanaan bersifat individual, terapi difokuskan untuk
meningkatkan kekuatan dan kelemahan otot sehingga memperbaiki
fungsionalnya, memperbaiki lingkungan rumah/tempat kegiatan lansia untuk
mencegah jatuh.Komplikasi dari jatuh diantaranya adalah perlukaan,
perawatan rumah sakit, disabilitas, resiko untuk dimasukkan dalam rumah
perawatan, bahkan sampai meninggal.
Dari asuhan keperawatan umum, diangkat beberapa diagnosa
keperawatan seperti gangguan mobilitas fisik, gangguan berpindah, gangguan
berjalan, resiko jatuh.Dari asuhan keperawatan kasus, diangkat beberapa
diagnosa keperawatan seperti gangguan berjalan, hambatan mobilitas fisik,
resiko jatuh, gangguan menelan, nutrisi kurang dari kebutuhan, gangguan
komunikasi verbal, dan harga diri rendah situasional.
5.2 Saran
Sebagai petugas kesehatan kita harus memberikan asuhan keperawatan
seperti yang sudah tercantum di atas sehingga resiko jatuh pada lansia dapat
diminimalkan.
54
Sebagai keluarga yang memiliki lansia, sebaiknya lebih memberikan
perhatian lebih dalam menjaga lansia agar tidak mengalami jatuh dan
mencegah lansia agar tidak mengalami komplikasi yang lain akibat jatuh.
55
DAFTAR PUSTAKA
Miller, Carol A. 2012. Nursing for wellness in older adults (6th ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
Potter, P.A & Perry, A.G. 2006. Fundamentals of nursing (6 th ed.). St. Louis,
Missouri: Mosby, Inc
Tinetti, M.E. 2003. Preventing Falls in Elderly Persons. The New England Journal of
Medicine, 348;1.
Mubarak dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Stanley, Mickey, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC
Hawari, D. (2001). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru.
Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Pudjiastuti, S. (2003). Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Toni Setiabudhi dan Hardiwinoto.1999.Panduan Gerontologi Tinjauan dari
Berbagai Aspek.. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Tamher dan Noorkasiani.2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. .Jakarta: Salemba Medika
56