Di Susun Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,
Kata Pengantar
i
3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmat dan hidayahNya jugalah penyusunan laporan ini dapat
terselesaikan dalam bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.
Penyusun
ii
4
DAFTAR ISI
iii
5
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................42
4.2 Saran......................................................................................42
Daftar Pustaka
iv
6
BAB 1
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi
electromagnet (Brunner & Suddarth, 2011).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi (Moenajar, 2011).
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau
radio aktif (Wong, 2011).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid
(misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat
menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia
terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan
sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas
dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas
dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2011).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis,
maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak
dengan sumber panas/penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan
mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel
(Yepta, 2011).
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun
tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya
tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga
7
(Sjamsuidajat, 2012)
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan
banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang
mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana,
2010).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam (Kusumaningrum, 2008)
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya
berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang
mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif
(PRECISE, 2011)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Penyakit
a. Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak
hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun
masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian
utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak
sistemik.
b. Fase Sub Akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
1). Proses inflamasi dan infeksi.
2). Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas, dan pada struktur atau organ-organ
fungsional.
3). Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase Lanjut
10
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada
fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
2.1.2.Anatomi Fisiologi
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi
sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit
juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan
nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai
kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air
serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui
kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi
yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. kulit tersusun atas 3 lapisan utama
yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
2.1.2.1 Lapisan epidermis, terdiri atas:
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya
sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang
membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir
patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan,
sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan
kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya
11
2.1.3. Etiologi
2.1.4. Klasifikasi
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori yang didasarkan pada
elemen kulit yang rusak.
1). Superficial (derajat I)
Hanya mengenai lapisan epidermis.Luka tampak merah muda cerah
sampai merah (eritema ringan sampai berat). Kulit memucat bila
ditekan.Edema minimal. Tidak ada blister. Kulit hangat/kering.
Nyeri/hyperethetic. Nyeri berkurang dengan pendinginan. Ketidak
nyamanan berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam. Dapat sembuh spontan
dalam 3-7 hari.
2). Partial thickness (derajat II)
Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu superficial partial
thickness dan deep partial thickness. Mengenai epidermis dan dermis.
Luka tampak merah sampai merah muda. Terbentuk blister, edema, nyeri,
sensitif terhadap udara dingin.
Penyembuhan luka :
a). Superficial partial thickness : 14 – 21 hari
b). Deep partial thickness : 21 – 28 hari
(Namun demikian penyembuhannya bervariasi tergantung dari kedalaman
dan ada tidaknya infeksi).
3). Full thickness (derajat III)
Mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan dan dapat juga mengenai
permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah. Luka tampak
bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam.
Tanpa ada blister. Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras,
edema, sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri. Tidak mungkin
terjadi penyembuhan luka secara spontan. Memerlukan skin graft. Dapat
terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan
preventif.
4). Fourth degree (derajat IV)
Mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.
14
2.1.5 Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokan menjadi luka bakar temal,
radiasi, luka bakar elektrik, atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat
koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran
napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam,
termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar
elektrik, atau luka bakar yang lama dengan agen penyebab, nekrosis dan
kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Reaksi panas menyebabkan kerusakan
15
jaringan kulit, ujung-ujung saraf, dan pembuluh darah. Kerusakan pada kulit
berhubungan dengan : suhu penyebab luka bakar, penyebab panas, lama
terbakar, jaringan ikat yang terkena, lapisan dari struktur kulit yang terkena
menyebabkan penururnan fungsi proteksi, kegagalan mengatur temperature,
meningkatkan resiko infeksi, perubahan fungsi sensori, kehilangan cairan,
kegagalan regenerasi kulit, kegagalan fungsi ekskresi dan sekresi.
Keseimbangan cairan, terdapat peningkatan permeabilitas kapiler yang
menyebabkan keluarnya plasma dan protein kejaringan yang menyebabkan
terjadinya edema dan kehilangan cairan intravascular. Kehilangan cairan juga
disebabkan karena evaporasi yang meningkat 4-15 kali evaporasi pada kulit
normal. Peningkatan metabolisme jyga dapat menyebabkan kehilangan
cairan melalui sisitem pernapasan.
Fungsi jantung juga terpengaruh oleh luka bakar diantaranya penurunan
curah jantung, yang disebabkan karena kehilangan cairan plasma. Perubahan
hematologi berat disebabkan kerusakan jaringan dan perubahan pembuluh
darah yang terjadi pada luka bakar yang luas. Peningkatan permeabilitas
kapiler menyebabkan plasma pindah ke ruang interstisial. Dalam 48 jam
pertama setelah kejadian, perubahan cairan menyebabkan hipovolemia dan
jika tidak ditanggulangi dapat mnyebabkan klien jatuh pada syok
hipovolimia.
Kebutuhan metabolik sangat tinggi pada klien dengan luka bakar. Tingkat
metabolik yang tinggi akan sesuai dengan luas luka bakar sampai dengan
luka bakar tersebut menutup. Hipermetabolisme juga terjadi karena cidera itu
sendiri, intervensi pembedahan dan respon stress. Katabolisme yang berat
juga terjadi yang disebabkan karena keseimbangan nitrogen yang negative,
kehilangan berat badan dan penurunan disebabkan karena respon terhadap
stress. Ini menyebabkan peningkatan kadar glukagon yang dapat
menyebabkan hiperglikemia.
Insufiensi renal akut dapat terjadi disebabkan karena hipovolemia dan
penurunan curah jantung. Kehilangan cairan dan tidak adekuatnya pemberian
cairain dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal dan glumerular
filtration rate. Pada luka bakar yang disebabkan karena listrik dapat
16
2.1.7 Komplikasi
Informasi riwayat penyakit dahulu, penggunaan obat, dan alergi juga penting
dalam evaluasi awal.
Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai.
Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat
membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.
Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi.
Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum
dilakukan transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika
diindikasikan, melepas dari eskar yang mengkonstriksi.
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti.
Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini :
a. Cara Evans
1). Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2). Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
2.2.1 Pengkajian
a) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
c) Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan
otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus
lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e) Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f) Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g) Nyeri/kenyamanan:
23
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar
ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat
tiga tidak nyeri.
h) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i) Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong;
mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema
lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh;
ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam
setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
24
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka
bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
j) Pemeriksaan diagnostik:
(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5) Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif.
(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
dan prosedur
mobilisasi
7) Ajarkan
mobilisasi sederhana
yang harus
dilakukan
4. Resiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi - Tergantung tipe
berhubungan dengan (L.14137) (I.14539) atau luasnya luka
Kerusakan integritas 1) Kebersihan 1) Monitor tanda untuk menurunkan
kulit, SDKI (D.0142 : tangan (5) gejala infeksi lokal resiko kontaminasi
Hal 304) 2) Kebersihan dan sistemik silang atau terpajan
badan (5) 2) Batasi jumlah pada flora bakteri
3) Nafsu makan pengunjung multiple.
(4) 3) Cuci tangan - Mencegah
4) Demam (5) sebelum dan sesudah kontaminasi silang
5) Kemerahan (5) kontak dengan - Rambut media baik
6) Nyeri (4) pasien untuk pertumbuhan
7) Bengkak (5) 4) Pertahankan bakteri
teknik aseptik pada - Infeksi oportunistik
pasien beresiko (misal : Jamur)
tinggi seringkali terjadi
5) Jelaskan tanda sehubungan dengan
dan gejala infeksi depresi sistem imun
6) Ajarkan cara atau proliferasi
mencuci tangan flora normal tubuh
yang baik dan benar selama terapi
antibiotik
sistematik.
- Meningkatkan
penyembuhan
- Mencegah
terjadinya infeksi
29
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Identitas Mahasiswa
3.2 Pengkajian
3.2.1 Identitas Klien
Nama : Ny.M
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Puntun
TGL MRS : 28 Sept 2020
Diagnosa Medis : Luka Bakar Combustio
3.2.2 Riwayat Kesehatan
3.2.2.1 Keluhan Utama
Dialami sejak ± 1 jam sebelum masuk rumah sakit akibat tersiram kuah
Sop yang panas mengenai bagian leher, dada, punggung, dan kedua tangan
klien, nyeri (+). Riwayat pingsan (-), nyeri kepala (-) sesak (-) mual (-),
muntah (-).
3.2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
31
Klien tersiram kuah Sop yang panas mengenai bagian leher, dada,
punggung, dan kedua tangan klien. Hasil pemeriksaan vital sign TD:
120/90 mmHg, N: 87x/M, S: 38,50C, RR: 26x/M. Hasil pemeriksaan fisik
di daerah leher, dada, punggung, dan kedua tangan klien terdapat bula,
berwarna kehitaman, sebagian bula ada yang pecah dan terkelupas.
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= =Tinggal serumah
= Pasien
BB 48 48
= = =21
TB(m) ² (1,5) ² 2,25
Pola Makan Sehari-hari 21Sesudah Sakit
= BB sedang 18-25 Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x1 sehari 3-4x1 sehari
Porsi 1 porsi Rumah Sakit 1-2 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis makanan Nasi, lauk, sup, sayur Nasi, sayur, lauk, sayur
dan buah
Jenis minuman Air putih Bebas
35