PALANGKARAYA
Di Susun Oleh:
1
2
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmatNya jugalah penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dalam
bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.
ii
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
4
iv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
fraktur femur di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun
2020.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Menggambarkan hasil pengkajian pada Tn. X dengan diagnosa medis Fraktur
Femur Sinistra di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
2) Menggambarkan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai prioritas masalah
pada Tn. X dengan diagnosa medis Fraktur Femur Sinistra di Ruang Sakura
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
3) Menggambarkan perencanaan tindakan keperawatan pada Tn. X dengan
3
diagnosa medis Fraktur Femur Sinistra di Ruang Sakura RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
4) Menggambarkan tindakan keperawatan pada Tn. X dengan diagnosa medis
Fraktur Femur Sinistra di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
5) Menggambarkan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada Tn. X dengan
diagnosa medis Fraktur Femur Sinistra di Ruang Sakura RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat pada Sesama Mahasiswa
yaitu memberikan gambaran dan menjadi acuan dalam asuhan keperawatan pada
pasien Fraktur Femur Sinistra dimulai dari pengkajian, analisa data, perumusan
diagnosa, penyusunan rencana tindakan keperawatan dan evaluasi tindakan
keperawatan.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bukti tindakan Keperawatan apa saja
yang sudah dilakukan dan sekaligus menjadi Refrensi dalam rangka menambah
pengetahuan Klien dan Keluarga Klien tentang Fraktur Femur
1.4.3 Bagi Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai SOP dalam
memberikan asuhan keperawatan mandiri pada pasien Fraktur Femur Sinistra dan
diharapkan menjadi referensi dan masukan dalam menyusun asuhan keperawatan
pada pasien fraktur femur.
1.4.4 Untuk IPTEK
Laporan ini diharapkan dapat dipublikasika sehingga dapat menjadi
sumber informasi atau refrensi dalam bentuk elektronik. Atau e-book.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pip yng terbesar sesudah tulang
paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pda bagian ujungnya terdapat
tonjolan yang disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar. Os tibia bentuknya
lebih kecil, pada pangklal melekat os fibula, pada bagian ujung membentuk
persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus
medialis (Syaifuddin, 2016).
2.1.3 Etiologi
Penyebab fraktur femur Sinistra antara lain :
1) Fraktur femur sinistra terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pada paha kiri
2) Fraktur femur sinistra tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha kiri yang
menyebabkan fraktur patologis.
2.1.4 Klasifikasi
Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut :
1) Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul, dan
melalui kepala femur (fraktur kapital).
2) Fraktur ekstrakapsular
(1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur yang lebih
besar/ lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.
(2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak lebih dari 2 inci
di bawah trokanter minor.
Klasifikasi fraktur femur:
1) Fraktur leher femur
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua terutama
wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang osteoporosis. Fraktur leher
femur pada anak anak jarang ditemukan fraktur ini lebih sering terjadi pada
anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3:2. Insiden
tersering pada usia 11-12 tahun.
7
2) Fraktur subtrokanter
Dapat terjadi pada semua usia, biasanya disebabkan trauma yang hebat.
Pemeriksaan dpat menunjukkan fraktur yang terjadi dibawah trokanter minor.
3) Fraktur intertrokanter femur
Pada beberapa keadaan, trauma yang mengenai daerah tulang femur. Fraktur
daerah troklear adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter mayor dan
minor. Frkatur ini bersifat ekstraartikular dan sering terjadi pada klien yang
jatuh dan mengalami trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang terjadi
antara trokanter mayor dan minor tempat fragmen proksimal cenderung
bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat kominutif terutama pada korteks
bagian posteomedial.
4) Fraktur diafisis femur
Dapat terjadi pada daerah femur pada setiap usia dan biasanya karena trauma
hebat, misalnya kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian.
5) Fraktur suprakondilar femur
Daerah suprakondilar adalah daerah antar batas proksimal kondilus femur dan
batas metafisis dengan diafisis femur. Trauma yang mengenai femur terjadi
karena adanya tekanan varus dan vagus yang disertai kekatan aksial dan
putaran sehingga dapat menyebabkan fraktur pada daerah ini. Pergeseran
terjadi karena tarikan otot.
2.1.5 Patofisiologi
2.1.5.1 Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi
di Sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul
hebat setelah fraktur. Sel - sel darah putih dan sel anast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk
8
tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan
darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak
terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan,
oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf
maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment.
9
2.1.5.2 Patway
9
9
10
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi fraktur femur yaitu (Muttaqin, 2013):
1) Fraktur leher femur
Komplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang bersifat
umum adalah trombosis vena, emboli paru, pneumonias, dan dekubitus.
Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur femur yang disertai
pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lrbih ke
proksimal, kemungklinan terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
2) Fraktur diafisis femur
(1) Komplikasi dini
Komplikasi dini harus segera ditangani dengan serius olh perawat yang
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur diafisis femur.
Perawat dapat melakukan pengenalan dini dan pengawasan yang optimal
11
Komplikasi yang sering terjadi pada klien dengan fraktur diafisis femur
adalah sebagai berikut:
(1) Delayed Union. Fraktur femur pada orang dewasa mengalami
union dalam empat bulan.
(2) Non union. Apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik,
perawat perlu mencurigai adanya non union. Oleh karena itu,
diperlukan fiksasi internal dan bone graft.
(3) Mal union. Bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen,
diperlukan pengamatan terus menerus selama perawatan. Angulasi
lebih sering ditemukan. Mal union juga mnyebabkan pemendekan
tungkai sehingga dipelukan koreksi berupa osteotomi.
(4) Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan
pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila
fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.
(5) Refraktur. Terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union yang
solid.
(3) Traksi tu;lang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi lutut.
Indikasi traksi utama adalah faraktur yang bersifat kominutif dan
segmental.
(4) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union fraktur secara
klinis
3) Terapi Operasi
(1) Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis atau distal
femur
(2) Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan operasi
tertutup maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail terutama adalah
farktur diafisis.
(3) Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif,
infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak yang hebat.
4) Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
(1) Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan penahan lutut
Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
(2) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat direduksi secara
konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-phorc dare
screw dengan berbagai tipe yang tersedia.
Kebutuhan akan rasa aman adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan
sebagai ancaman mekanis, kimiawi, dan bakteriologis. Kebutuhan akan keamanan
terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan
fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan
seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi misal, penyakit, nyeri,
cemas, dan sebagainya. Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada
banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol
15
masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain,
serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya.
Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan
kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum
dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa
nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena
kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi
perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda
pada pasien.
Ekspresi klien meringis kesakitan ketika muncul rasa nyeri di bagian Paha kiri.
2.1.4.1. Emosi
16
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terserang penyakit
menimbulkan kecelakaan.
sebelumnya.
tertentu.
2.2.4.10 Usia
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon
2.2.4.12 Kebudayaan
Pathway
Nyeri
Nosiseptor
Nyeri kronik/akut
pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan kebebasan penuh pada pasien
untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.
Untuk mengukur skala nyeri pada pasien pra operasi apendisitis, peneliti
menggunakan skala nyeri numerik. Karena skala nyeri numerik paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik
relaksasi progresif. Selain itu selisih antara penurunan dan peningkatan nyeri lebih
mudah diketahui dibanding skala yang lain.
SKALA NYERI
0 Tidak nyeri
1 Seperti gatal, tersetrum / nyut-nyut
2 Seperti melilit atau terpukul
3 Seperti perih
4 Seperti keram
5 Seperti tertekan atau tergesek
6 Seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
20
Klien tampak lemah dan tidak dapat beraktivitas, klien sudah 3 hari belum
mandi, TTV normal : TD 120/80mmHg, RR 22x/menit, Nadi 88x/ menit, Suhu
36,5℃
2.3.4 Implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan berkesinambungan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Nim : 2018.C.10a.0988
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. X
Umur : 28 Tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
25
26
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
Pasien Mengatakan tidak pernah berobat kerumah sakit dan melakukan Oprasi
sebelumnya….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
GENOGRAM KELUARGA
Laki – laki
Perempuan
28
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Klien tampak lemah dan tidak dapat beraktivitas, klien sudah 3 hari belum
mandi...……………...
…………………………..............…………………………………………………………………………...
………………………………………………………..……………………………………………...
……………………………………………..........................
………………………………………………………...
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos Menthis
e. Bicara : Jelas
h. Fungsi kognitif : :
Lainnya...........................
m. Keluhan Lainnya :
.............................................................................................................................
.......................
.............................................................................................................................
.......................
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,5 0 C Axilla Rektal Oral
c. Pernapasan/RR : 22x/Menit
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Sianosis
Nyeri dada
Kusmaul Cheyne-stokes
Biot
Lainnya ………………………………………
30
Bronchial Trakeal
Masalah Keperawatan
: ...............................................................................................
5. CARDIOVASCULER ( BLEEDING )
Nyeri dada Kram kaki
Pucat
..............................................................................................
............
Masalah
: ..............................................................................................
...........
..............................................................................................
...........
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E (4) : Membuka Mata Spontan (4)
Soporus Coma
Sulit dinilai
Midriasis Meiosis
Nyeri, lokasi.
Pelo
32
Nervus Kranial III : Tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil,
isokor
Nervus Kranial V : Tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex
kornea tidak ada
kelainan
Nervus Kranial VII : Presepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris
Nervus Kranial VIII : Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli presepsi
Nervus Kranial XII : Lidah simetris tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada faskulasi. Indra pengecapan normal
Uji Koordinasi :
Refleks :
Refleks Lainnya
: ........................................................................................................
Keluhan Lain :
…………………………………………………………………….…………………………………
Masalah Keperawatan :
…………………………………....................................................................................................
Warna :
Bau :
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya :
………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………..................................................
...........................................................................................................................................
...................
Masalah Keperawatan :
34
…………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………......
Rectum : Normal
Haemoroid : Normal
Keluhan Lainnya :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………………
35
………………………………………………………………………………………………………
Kekakuan,Lokasi .........................................................
Flasiditas .....................................................................
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
Kifosis Lordosis
36
Makanan ……………………………………………………
Kosametik ………………………………………………….
Lainnya ……………………………………………………..
Masalah Keperawatan :
…………………………………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………….
a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan : Berkurang Kabur Ganda
Buta/gelap
Nyeri : ….……………………………………………………………………...
Masalah : ………………………………………………………………………….
b. Telinga/Pendengaran :
Fungsi Pendengaran : Berkurang Berdengung
Tuli
c. Hidung/Penciuman :
Bentuk : Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Transluminasi
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
Srotum : ……………………………….
Hernia : ……………………………….
Kelainan : ……………………………………………………………………..
.............................................................................................
.............
b. Reproduksi Wanita
Perdarahan : …………………….....………………
Clitoris : ……………………………………….
Labia : ……………………………………….
Uretra : ………………………………………..
Lainnya
: ............................................................................................
..........
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Masalah keperawatan :
……………………………….................................................................................................
40
TB : 160 Cm
BB Sekarang : 55 Kg
BB Sebelum sakit : 55 Kg
Diet :
Diet Khusus :
Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, sayur Nasi, lauk pauk, sayur
41
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………........................................…………………………………
………………………………………………………………………………….……………………..
………………………………………………………………………………………………...............................
..................................................................................................................................
....................................
Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………...............................
…………………………………….
4. Kognitif :
………………………………………………………………………………….………………..
……………………………………………………………………………………………………..........................
..................................................................................................................................
.......................................
Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………………
5. Konsep Diri :
Peran : …………………………………………………………………………………..
Masalah Keperawatan :
……………………………………………………………………………………………………….
6. Aktivitas Sehari-hari :
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………….........
..................................................................................................................................
...................
Masalah Keperawatan
…………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………….........
..................................................................................................................................
...................
Masalah Keperawatan:
……………………………………………………………………………….……………………
8. Nilai-Pola Keyakinan
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………….........
..................................................................................................................................
...................
Masalah Keperawatan:
……………………………………………………………………………….……………………
43
E. SOSIAL – SPIRITUAL.
1. Kemampuan berkomunikasi :
2. Bahasa sehari-hari :
Bahasa Indonesia………………………………………............................................................
..................................................................................................................................
......
…………………………………….................................................................................................
5. Orang berarti/terdekat :
Keluarga………………………………………………………………………………………
7. Kegiatan beribadah :
44
Hasil Pemeriksaan
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Mahasiswa,
ANALISIS DATA
menggerakan kakinya ↓
DO: Terdapat luka insisi
-Pasien terpasang drain ↓
dengan cairan darah Gangguan integritas kulit
berwarna kemerahan
pekat
-Tampak luka jahitan bekas
operasi di bagian paha
kanan ditutup dengan
perban
- Disekitar luka terasa
hangat
-Paha dan kaki tampak
bengkak
-Luka jahitan sebanyak 18
jahitan
- Panjang luka 22 cm
- TTV:
TD= 120/70
N=101x/m
S=36,6
RR=20x/m
S=36,6
RR=20x/m
DS : Prosedur operasi Infeksi
Pasien mengatakan ↓
kesulitan untuk Terdapat luka bekas operasi
menggerakan kakinya ↓
DO: Perdarahan dan jaringan
-Pasien terpasang drain terbuka
dengan cairan darah ↓
berwarna kemerahan Jalan masuk miroorganisme
pekat ↓
-Tampak luka jahitan bekas Risiko infeksi
operasi di bagian paha
kanan ditutup dengan
perban
- Disekitar luka terasa
hangat
-Paha dan kaki tampak
bengkak
-Luka jahitan sebanyak 18
jahitan
-WBC 12.61 10^3/uL
TTV:
47
TD= 120/70
N= 91 x/m
S=36,2
RR=19 x/m
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Ruang Rawat : S
1. Mampu menggerakan otot 4. Ajarkan pasien untuk 4. Mengurangi rasa nyeri pasien
ototnya secara mandiri melakukan ROM
2. Kekuatan otot meningkat 2/5 5. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi
Infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi TTV pasien 1. Mengetahui TTV pasien
keperawatan selama 1x7 diharapkan 2. Lakukan tindakan antiseptic 2. Mengurangi resiko infeksi
resiko infeksi dapat berkurang sebelum kontak dengan pasien 3. Mencegah terjadinya infeksi
dengan kriteria hasil: 3. Lakukan perawatan luka 4. Agar pasien dan keluarga tahu cara
1. Tidak terdapat pembengkakan 4. Mengajarkan pasien dan menghindari infeksi
2. Mengetahui cara mengurangi keluarga bagaimana 5. Untuk mengurangi resiko infeksi
penularan infeksi menghindari infeksi pada pasien
5. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
antibiotik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanda Tangan
50
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol
3. Jakarta: EGC.