Anda di halaman 1dari 56

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. X DENGAN DIAGNOSA


FRAKTUR FEMUR SINISTRA DAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
AMAN DAN NYAMAN (NYERI) DI RUANG SAKURA
RSUD DORIS SYLVANUS

PALANGKARAYA

Di Susun Oleh:

NAMA : Thomas Erik Hevin


NIM : 2018.C.10a.0988

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
2

Kata Pengantar

Puji syukur  kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmatNya jugalah penyusunan laporan ini dapat terselesaikan dalam
bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.

Palangka Raya, 11 Mei 2020

Thomas Erik Helvin

ii
3

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................
1.4.1 Untuk Mahasiswa..........................................................
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.............................................
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit).............
1.4.4 Untuk IPTEK.................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit.....................................................................


2.1.1 Definisi .........................................................................
2.1.2 Anatomi fisiologi ..........................................................
2.1.3 Etiologi .........................................................................
2.1.4 Klasifikasi .....................................................................
2.1.5 Patofisiologi .................................................................
2.1.6 Manisfestasi Klinis .......................................................
2.1.7 Komplikasi ...................................................................
2.1.8 Pemeriksa Penunjang ...................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ................................................
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia .......................................
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan .........................................
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ..............................................
2.3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................

iii
4

2.3.3 Intervensi Keperawatan ................................................


2.3.4 Implementasi Keperawatan ..........................................
2.3.5 Evaluasi keperawatan ...................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian ..............................................................................


3.1.1. Identitas Klien ..............................................................
3.1.2. Riwayat Kesehatan/Perawatan .....................................
3.1.3. Pemeriksaan Fisik ........................................................
3.2 Tabel Analisa Data..................................................................
3.3 Rencana Keperawatan ...........................................................
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan .............................

iv
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan
penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut
osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan
karena kecelakaan yang tidak terduga. Fraktur femur mempunyai insiden yang
cukup tinggi diantara jenis- jenis patah tulang. Umumnya fraktur femur
terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur femur lebih sering terjadi pada
laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.
Departemen Kesehatan RI tahun 2017 menyatakan sekitar 8 juta orang
mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang
berbeda. Dari 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775
orang, (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur
sebanyak 1.770 orang (8,5%) dari 14.127 trauma benda tajam/ tumpul, yang
mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%). Data kasus fraktur di Kalimantan
Tengah khususnya di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2016
semakin meningkat, semua penderita yang dirawat di ruang Dahlia sebanyak 250
orang dengan rata-rata lama hari rawat inap 10-15 hari.
Jenis fraktur femur mempunyai insiden yang tinggi diantara fraktur
tulang lain dan fraktur femur paling sering terjadi pada batang femur 1/3
tengah. Fraktur femur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan
dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan atau kecelakaan. Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan
tindakan tepat agar imobilisasi dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan
pada fragmen tulang dapat menyebabkan nyeri. Kerusakan jaringan lunak dan
perdarahan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya syok dan komplikasi
neurovaskuler.

1
2

Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang


memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan klien dan keluarga secara
biopsikososiospiritual dan kultural. Perawat berperan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada fraktur femur sinistra diantaranya dengan usaha promotif yaitu
memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya menjaga keamanan dan
keselamatan diri. Usaha preventif, perawat menjelaskan cara pencegahan infeksi
lanjut yang ditimbulkan oleh tindakan pembedahan. Sedangkan upaya kuratif
adalah perawat dapat berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat
dan pembedahan. Upaya rehabilitatif, perawat menganjurkan kepada pasien untuk
sesegera mungin melakukan mobilisasi secara bertahap. Berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis menyusun Laporan Kasus tentang Asuhan
Keperawatan pada Tn. X dengan Diagnosa Medis Fraktur Femur di Ruang Sakura
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penetapan
masalah pada penulisan Laporan Studi Kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan pada Tn. X dengan Diagnosa Medis Fraktur Femur Sinistra di
Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun 2020 ?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
fraktur femur di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya tahun
2020.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Menggambarkan hasil pengkajian pada Tn. X dengan diagnosa medis Fraktur
Femur Sinistra di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
2) Menggambarkan diagnosa keperawatan yang tepat sesuai prioritas masalah
pada Tn. X dengan diagnosa medis Fraktur Femur Sinistra di Ruang Sakura
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
3) Menggambarkan perencanaan tindakan keperawatan pada Tn. X dengan
3

diagnosa medis Fraktur Femur Sinistra di Ruang Sakura RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
4) Menggambarkan tindakan keperawatan pada Tn. X dengan diagnosa medis
Fraktur Femur Sinistra di Ruang Sakura RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
5) Menggambarkan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada Tn. X dengan
diagnosa medis Fraktur Femur Sinistra di Ruang Sakura RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat pada Sesama Mahasiswa
yaitu memberikan gambaran dan menjadi acuan dalam asuhan keperawatan pada
pasien Fraktur Femur Sinistra dimulai dari pengkajian, analisa data, perumusan
diagnosa, penyusunan rencana tindakan keperawatan dan evaluasi tindakan
keperawatan.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bukti tindakan Keperawatan apa saja
yang sudah dilakukan dan sekaligus menjadi Refrensi dalam rangka menambah
pengetahuan Klien dan Keluarga Klien tentang Fraktur Femur
1.4.3 Bagi Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai SOP dalam
memberikan asuhan keperawatan mandiri pada pasien Fraktur Femur Sinistra dan
diharapkan menjadi referensi dan masukan dalam menyusun asuhan keperawatan
pada pasien fraktur femur.
1.4.4 Untuk IPTEK
Laporan ini diharapkan dapat dipublikasika sehingga dapat menjadi
sumber informasi atau refrensi dalam bentuk elektronik. Atau e-book.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian.
Fraktur Femur Sinistra atau patah tulang paha kiri adalah rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha bagian kiri yang disebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau
osteoporosis. (Muttaqin, 2013)

2.1.2 Anatomi Fisiologi


2.1.2.1 Anatomi Tulang
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
menjadi tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan tubuh. Tulang
adalah jaringan terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama :
1) Membentuk rangka badan
2) Sebagi pengumpil dan tempat melekat otot
3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat
dalam (otot, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru)
4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium dan garam.
5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi
tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organik
(kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam
(hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks
organik tulang juga disebut osteosid. Sekitar 70% dari osteosid adalah kolagen
tipe I yang kaku dan memberi tinggi pada tulang. Materi organik lain yang juga
menyusun tulang berupa proteoglikan.

4
5

Secara garis besar, tulang dibagi menjadi 6:


1) Tulang panjang (long bone): femur, tibia, fibula, ulna, humerus.
2) Tulang pendek (short bone): tulang-tulang karpal
3) Tulang pipih (flat bone): tulang parietal, iga, skapula, dan pelvis.
4) Tulang tak beraturan (irregular bone): tulang vertebra
5) Tulang Sesmoid: tulang patella
6) Tulang Sutura: atap tengkorak
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang disebut
dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum.
2.1.2.2 Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel:
1) Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yangh
disebut osifikasi.
2) Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas
Adalah sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik, yang
memecah matriks dan beberapa asam yang melarutklan mineral tulang
sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
2.1.2.3 Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung dengan
asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Disebelah atas
dan bawah kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter mayor dan
trokanter minor. Di bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah
tonjolan yang disebut kondilus medialis dan kondilus lateralis. Di antara kedua
kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patela)
yang disebut dengan fosa kondilus.
6

Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pip yng terbesar sesudah tulang
paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pda bagian ujungnya terdapat
tonjolan yang disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar. Os tibia bentuknya
lebih kecil, pada pangklal melekat os fibula, pada bagian ujung membentuk
persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus
medialis (Syaifuddin, 2016).

2.1.3 Etiologi
Penyebab fraktur femur Sinistra antara lain :
1) Fraktur femur sinistra terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pada paha kiri
2) Fraktur femur sinistra tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha kiri yang
menyebabkan fraktur patologis.

2.1.4 Klasifikasi
Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut :
1) Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul, dan
melalui kepala femur (fraktur kapital).
2) Fraktur ekstrakapsular
(1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur yang lebih
besar/ lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.
(2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak lebih dari 2 inci
di bawah trokanter minor.
Klasifikasi fraktur femur:
1) Fraktur leher femur
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua terutama
wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang osteoporosis. Fraktur leher
femur pada anak anak jarang ditemukan fraktur ini lebih sering terjadi pada
anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3:2. Insiden
tersering pada usia 11-12 tahun.
7

2) Fraktur subtrokanter
Dapat terjadi pada semua usia, biasanya disebabkan trauma yang hebat.
Pemeriksaan dpat menunjukkan fraktur yang terjadi dibawah trokanter minor.
3) Fraktur intertrokanter femur
Pada beberapa keadaan, trauma yang mengenai daerah tulang femur. Fraktur
daerah troklear adalah semua fraktur yang terjadi antara trokanter mayor dan
minor. Frkatur ini bersifat ekstraartikular dan sering terjadi pada klien yang
jatuh dan mengalami trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang terjadi
antara trokanter mayor dan minor tempat fragmen proksimal cenderung
bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat kominutif terutama pada korteks
bagian posteomedial.
4) Fraktur diafisis femur
Dapat terjadi pada daerah femur pada setiap usia dan biasanya karena trauma
hebat, misalnya kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian.
5) Fraktur suprakondilar femur
Daerah suprakondilar adalah daerah antar batas proksimal kondilus femur dan
batas metafisis dengan diafisis femur. Trauma yang mengenai femur terjadi
karena adanya tekanan varus dan vagus yang disertai kekatan aksial dan
putaran sehingga dapat menyebabkan fraktur pada daerah ini. Pergeseran
terjadi karena tarikan otot.

2.1.5 Patofisiologi
2.1.5.1 Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi
di Sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan
lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul
hebat setelah fraktur. Sel - sel darah putih dan sel anast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk
8

tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan
darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak
terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan,
oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf
maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment.
9

2.1.5.2 Patway

9
9
10

2.1.6 Manifestasi Klinis


Menurut Brunner & Suddarth (2012), tanda dan gejala fraktur femur yaitu:
1) Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirncang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2) Gerakan luar biasa
Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak secara tidak
alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya.
3) Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat di atas dan
dibawah tempat fraktur.
4) Krepitus tulang (derik tulang)
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
5) Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi
setelah beberapa jam atau hari.

2.1.7 Komplikasi
Komplikasi fraktur femur yaitu (Muttaqin, 2013):
1) Fraktur leher femur
Komplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang bersifat
umum adalah trombosis vena, emboli paru, pneumonias, dan dekubitus.
Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur femur yang disertai
pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lrbih ke
proksimal, kemungklinan terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
2) Fraktur diafisis femur
(1) Komplikasi dini
Komplikasi dini harus segera ditangani dengan serius olh perawat yang
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur diafisis femur.
Perawat dapat melakukan pengenalan dini dan pengawasan yang optimal
11

apabila telah mengenal konsep anatomi, fisiologi, dan patofisioloigi


patah tulang. Komplikasi yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis
femur adalah sebagai berikut:
(1) Syok. Terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur bersift
tertutup.
(2) Emboli lemak. Sering didapatkan pada penderita muda dengan
fraktur femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.
(3) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang menembus
jaringan lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menmyebakan
kontusi dan oklusi atau terpotong sama sekali.
(4) Trauma saraf. Trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen
dapat disertai kerusakan saraf yang berfariasi dari neuropraksia
sampai ke aksonotemesis. Trauma saraf dapat terjadi pada nervus
iskiadikus atau pada cabangnya, yaitu nervus tibialis dan nervus
peroneus komunis.
(5) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama, misalnya
distraksi di tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo-
emboli.
(6) Infeksi. Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang
terkontaminasi. Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan operasi.
2) Komplikasi lanjut
Komplikasi fraktur diafisis femur hampitr sama dengan komplikasi
bebrapa jenis fraktur lainnya. Oleh karena itu setiap perawat penrlu
memperhatikan dan mengetahui komplikasi yang biasa terjadi agar
komplikasi tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan. Pada beberapa
situasi, perawat akan berhadapan dengan klien fraktur diafisis femur
yang menga;lami komplikasi lanjut. Perawat yang mempunyai
pengalaman dan pengetahuan yang baik dapat mengidenmtifikasi
kelainan yang timbul akibat komplikasi tahap lanjut dari fraktur diafissi
femur.
12

Komplikasi yang sering terjadi pada klien dengan fraktur diafisis femur
adalah sebagai berikut:
(1) Delayed Union. Fraktur femur pada orang dewasa mengalami
union dalam empat bulan.
(2) Non union. Apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik,
perawat perlu mencurigai adanya non union. Oleh karena itu,
diperlukan fiksasi internal dan bone graft.
(3) Mal union. Bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen,
diperlukan pengamatan terus menerus selama perawatan. Angulasi
lebih sering ditemukan. Mal union juga mnyebabkan pemendekan
tungkai sehingga dipelukan koreksi berupa osteotomi.
(4) Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan
pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila
fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.
(5) Refraktur. Terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union yang
solid.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2) Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
3) Arteriogram :dilakukan bila kerusakan Vaskuler diCurigai.
4) Hitung darah lengkap: HT,Mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.
5) Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal
6) Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusimultipel, atau cidera hati. golongan darah, dilakukan sebagai
persiapantransfusi darah jika ada kehilangan darah yang bermakna akibat
cedera atau tindakan pembedahan.
13

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


2.1.9.1 Fraktur Femur Terbuka
Fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermat untuk mengetahui ada
tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka, iskemia otot, cedera pada pembuluh
darah dan saraf. Intervensi tersebut meliputi:
1) Profilaksis antibiotik
2) Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit mungkin
penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang mati dieklsisi dengan hati-
hati. Luka akibat penetrasi fragmen luka yang tajam juga perlu dibersihkan
dan dieksisi, terapi yang cukup dengan debridemen terbatas saja.
3) Stabilisasi
Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.
4) Penundaan tertutup
5) Penundaan rehabilitasi
2.1.9.2 Fraktur Femur Tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif dalam
melakukan asuhan keperawatan. Denagn mengenal tindakan medis, perawat dapat
mengenal impliksi pada setiap tindakan medis yang dilakukan.
1) Fraktur trokanter dan sub trokanter femur, meliputi:
(1) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang dilanjutkan dengan
gips pinggul selama 7 minggu merupakn alternaltif pelaksanaan pada
klien usia muda.
(2) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan
dengan memergunakan plate dan screw.
2) Fraktur diafisis femur, meliputi:
(1) Terapi konserfativ
(2) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi
definitif untuk mengurangi spasme otot.
14

(3) Traksi tu;lang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi lutut.
Indikasi traksi utama adalah faraktur yang bersifat kominutif dan
segmental.
(4) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union fraktur secara
klinis
3) Terapi Operasi
(1) Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis atau distal
femur
(2) Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan operasi
tertutup maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail terutama adalah
farktur diafisis.
(3) Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif,
infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak yang hebat.
4) Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
(1) Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan penahan lutut
Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
(2) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat direduksi secara
konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-phorc dare
screw dengan berbagai tipe yang tersedia.

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


2.2.1 Definisi Rasa Aman dan Nyaman

Kebutuhan akan rasa aman adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari
bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan
sebagai ancaman mekanis, kimiawi, dan bakteriologis. Kebutuhan akan keamanan
terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan
fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan
seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi misal, penyakit, nyeri,
cemas, dan sebagainya. Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada
banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol
15

masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain,
serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya.
Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan
kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum
dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa
nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena
kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi
perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda
pada pasien.

2.2.2 Penyebab Rasa Tidak Aman dan Nyaman

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan


akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan
dalam bentuk kerusakan tersebut.Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses
multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral,
eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi. Antara
stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses
tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

2.2.3 Tanda dan Gejala

2.1.3.1 Data Subyektif

Klien mengatakan bahwa klien merasa nyeri dibagian Paha Kiri.

2.1.3.2 Data Obyektif

Ekspresi klien meringis kesakitan ketika muncul rasa nyeri di bagian Paha kiri.

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Aman dan Nyaman

2.1.4.1. Emosi
16

Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi


keamanan dan kenyamanan.

2.2.4.2 Status Mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun


memudahkan terjadinya resiko injury.

2.2.4.3 Gangguan Persepsi Sensory

Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan

penciuman dan penglihatan

2.2.4.4 Keadaan Imunits

Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah

terserang penyakit

2.2.4.5 Tingkat Kesadaran

Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,

disorientasi, dan kurang tidur.

2.2.4.6 Informasi atau Komunikasi

Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat

menimbulkan kecelakaan.

2.2.4.7 Gangguan Tingkat Pengetahuan

Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi

sebelumnya.

2.2.4.8 Penggunaan antibiotik yang tidak rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.

2.2.4.9 Status nutrisi


17

Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah

menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap penyakit

tertentu.

2.2.4.10 Usia

Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-anak

dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.

2.2.4.11 Jenis Kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespon

nyeri dan tingkat kenyamanannya.

2.2.4.12 Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu


mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punya.

2.2.5 Patofisiologi (Pathway)

Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf


perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya samapai didalam massa berwarna abu – abu
di medula spinalis. Terdapat tesan nyeri dapat berinteraksi dengan inhibitor,
mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi
tanpa hambatan kekorteks cerebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks
cerebral, maka otak menginterprestasikan kualitas nyeri dan memproses
informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosoasi
kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri.

Semua kerusakan seluler disebabkan oleh stimulus termal, mekanik,


kimiawi atau stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang
mengahasilkan nyeri.
18

Pathway

Chemic, thermik, mekanik

Nyeri

Nosiseptor

Nyeri kronik/akut

Susah tidur Imobilisasi Ansietas

2.2.6 Pengukuran Nyeri


a.       Skala Deskriptif
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan
sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini
dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.
b.      Skala penilaian numerik
Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri dengan menggunakan
skala 0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.

c.       Skala Analog Visual


Visual Analog Scale (VAS) merupakan suatu garis lurus yang mewakili
intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal
19

pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan kebebasan penuh pada pasien
untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.
Untuk mengukur skala nyeri pada pasien pra operasi apendisitis, peneliti
menggunakan skala nyeri numerik. Karena skala nyeri numerik paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik
relaksasi progresif. Selain itu selisih antara penurunan dan peningkatan nyeri lebih
mudah diketahui dibanding skala yang lain.

2.2.7 Skala Nyeri Dan Cara Pengukuran Nyeri

2.2.7.1 Pengertian Nyeri


Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2011).

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah


sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.

SKALA NYERI
0 Tidak nyeri
1 Seperti gatal, tersetrum / nyut-nyut
2 Seperti melilit atau terpukul
3 Seperti perih
4 Seperti keram
5 Seperti tertekan atau tergesek
6 Seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
20

7–9 Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien dengan


aktivitas yang biasa dilakukan.
10 Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh klien.
Keterangan : 1 – 3    (Nyeri ringan)
4 – 6    (Nyeri sedang)
7 – 9    (Nyeri berat)
10        (Sangat nyeri)

2.2.8 Efek Yang Ditimbulkan Oleh Nyeri

1)      Tanda dan gejala fisik


Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya
untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting
untuk mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk
mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut
jantung, tekanan darah, dan ftekuensi pernapasan meningkat.
2)      Efek perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan
gerakan tubuh yang khas dan berespon secara vokal serta mengalami
kerusakan dalam interaksi sosial. Pasien seringkali meringis, mengernyitkan
dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot,
melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampai dengan menghinndari
percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas
menghilangkan nyeri.
3)      Pengaruh Pada Aktivitas Sehari – hari
Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi
dalam aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan
higiene normal dan dapat menganggu aktivitas sosial dan hubungan seksual.
21

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
2.3.1.1 Anamnesis
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang digunkan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.

2) Riwayat penyakit sekarang


Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang paha
kiri, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah pernah
berobat ke dukun patah tulang. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget menybabkan
fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk menyambung. Selain itu, klien
diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadi osteomielitis akut dan
kronis dan penyaklit diabetes melitus menghambat proses penyembuhan
tulang.
4) Riwayat penyaklit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah
faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering
terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.
5) Riwayat psikospiritual
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien
dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik
22

Klien tampak lemah dan tidak dapat beraktivitas, klien sudah 3 hari belum
mandi, TTV normal : TD 120/80mmHg, RR 22x/menit, Nadi 88x/ menit, Suhu
36,5℃

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder
pada fraktur
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan
sekitar/fraktur
3) Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan
jaringan lunak
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan post
pembedahan

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan nyeri nyeri pasien
selama 2x7 jam. 2. Pantau tanda- 2. Untuk mengetahui
diharapkan, nyeri tanda vital TTV pasien
pasien hilang dengan 3.  Berikan posisi 3. Agar pasien dapat
baik dengan kriteria nyaman (semi metrasa nyaman
hasil: fowler) 4. Agar mengalihkan
1.Memperlihatkan,pe 4. Ajarkan latihan rasa nyeri
ngendalian nyeri nafas dalam dan 5. Mengurasi atau
2.Nyeri distraksi relaksasi meredakan nyeri
hilang/terkontrol 5. Kolaborasi
3. pasien tampak pemberian obat
rileks analgetik

Gangguan Setelah dilakukan 1. Ajarkan dan 1. Pasien dapat


mobilitas fisik tindakan keperawatan berikan dorongan termotivasi untuk
selama 2x7 jam pada klien untuk melakukan
diharapkan pasien bisa melakukan program latihan
melakukan pergerakan program latihan 2. Mencegah
secara mandiri dengan secara rutin resiko cedera
23

kriteria hasil : 2. Ajarkan teknik 3. Memudahka


1. Pasien ambulasi & n pasien untuk
meningkat perpindahan yang melakukan
aktivitas fisik aman kepada mobilisasi
2. Mengerti tujuan klien dan 4. Pasien terus
peningkatan keluarga. termotivasi untuk
mobilitas 3. Sediakan alat tetap melakukan
bantu untuk klien ambulasi
seperti kruk, kursi
roda, dan walker
4. Beri penguatan
positif untuk
berlatih mandiri
dalam batasan
yang aman.

Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Menggunakan 1. Untuk mencegah


tindakan keperawatan sabun infeksi
selama 2x7 jam antimikrobia 2. Untuk memotong
diharapkan pasien 2. Mencuci tangan rantai infeksi
mampu menangani sebelum dan 3. Tenaga kesehatan
tanda dan gejala sesudah dapat mencegah
infeksi dengan kriteria melakukan infeksi nasokomial
hasil: tindakan 4. Resiko infeksi
1. Pasien bebas dari keperawatan tidak terjadi
tanda dan gejala 3. Gunakan baju 5. Untuk mengobati
infeksi dan sarung infeksi
2. Menunjukan tangan sebagai
kemampuan untuk alat pelindung
mencegah infeksi 4. Pertahankan
3. Jumlah leukosit lingkungan
normal aseptic selama
4. Menujukkan pemasangan alat
perilaku hidup 5. Berikan terapi
bersih dan sehat antibiotic bila
perlu
Gangguan Setelah dilakukan 1. Menganjurkan 1. Tidak ada tekanan
intregritas tindakan keperawatan pasien untuk pada luka
kulit selama 2x7 jam menggunakan 2. Untuk mencegah
diharapkan kulit pakaian yang terjadinya luka baru
pasien membaik longgar 3. Terhindar dari
dengan kriteria hasil: 2. Hindari kerutan infeksi
1. Intregritas kulit pada tempat tidur 4. Mencegah
yang baik bisa di 3. Jaga kebersihan terjadinya dekubitus
pertahankan kulit agar tetap
2. Menunjukan bersih dan kering
24

pemahaman dalam 4. Monitor kulit


proses perbaikan adanya
kulit kemerahan
3. Mencegah
terjadinya cidera
berulang

2.3.4 Implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan berkesinambungan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.
25

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Thomas Erik Helvin

Nim : 2018.C.10a.0988

Ruang Praktek : Sakura

Tanggal Praktek : 10 Mei 2020

Tanggal & Jam Pengkajian : 10 Mei 2020

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. X

Umur : 28 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

Status Perkawinan : Lajang

Alamat : Jl.Bukit Keminting

Tgl MRS : 09 Mei 2020

Diagnosa Medis : Fraktur Femur Sinistra

B. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama :

Nyeri Pada Paha Kiri

25
26

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien Mengalamni Fraktur Femur Sinistra dan tidak dapat


beraktivitas……………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya ( Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi )

Pasien Mengatakan tidak pernah berobat kerumah sakit dan melakukan Oprasi
sebelumnya….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


27

Pasien Mengatakan tidakmemiliki penyakit keturunan


keluarga……………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

GENOGRAM KELUARGA

Laki – laki

Perempuan
28

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Klien tampak lemah dan tidak dapat beraktivitas, klien sudah 3 hari belum
mandi...……………...

…………………………..............…………………………………………………………………………...

………………………………………………………..……………………………………………...
……………………………………………..........................
………………………………………………………...

2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Compos Menthis

b. Ekspresi Wajah : Meringis

c. Bentuk badan : Sedang

d. Cara berbaring/bergerak : Pasien Tampak Sulit Bergerak

e. Bicara : Jelas

f. Suasana Hati : Sedih

g. Penampilan : Kurang Rapi

h. Fungsi kognitif : :

 Orientasi Waktu : Pasien Dapat membedakan pagi, siang dan


malam
 Orientasi Orang : Pasien dapat membedakan tenaga kesehatan
dan keluarga pasien
 Orientasi Tempat : Pasien dapat mengetahui bahwa sedang
berada di Rumah Sakit
i. Halusinasi : Dengan / Akustik Lihat / Visua

Lainnya...........................

j. Proses Berfikir : Blocking Cricumstansial


Flight oh ideas
Lainnya ............................

k Insight : Baik Mengingkari

Menyalahkan Orang lain


29

l. Mekanisme Pertahanan Diri Adaftip Mal Adaftip

m. Keluhan Lainnya :

.............................................................................................................................
.......................

.............................................................................................................................
.......................

3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,5 0 C Axilla Rektal Oral

b. Nadi /HR : 88x/Menit

c. Pernapasan/RR : 22x/Menit

d. Tekanan Darah/BP : 120/80mmHg

4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris

Kebiasaan merokok : ………………. Batang/hari

Batuk, sejak ………………….

Batuk darah, sejak ……………

Sputum, warna ……………….

Sianosis

Nyeri dada

Dyspnoe Orthopnoe Lainnya ……………………..

Sesak nafas Saat inspirasi Saat aktivitas


Saat istirahat

Type Pernafasan Dada Perut


Dada dan perut

Kusmaul Cheyne-stokes
Biot

Lainnya ………………………………………
30

Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur

Suara Nafas Vesikuler


Bronchovesikuler

Bronchial Trakeal

Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering

Ronchi basah (rales) Lainnya


……………….

Keluhan lainnya : .......……………………………………................................

Masalah Keperawatan
: ...............................................................................................

5. CARDIOVASCULER ( BLEEDING )
Nyeri dada Kram kaki
Pucat

Pusing/sinkop Clubing finger


Sianosis

Sakit Kepala Palpitasi


Pingsan

Capillary refill > 2 detik < 2 detik

Oedema : Wajah Ekstrimitas atas

Anasarka Ekstrimitas bawah

Asites, lingkar perut ………………….Cm

Ictus Cordis Terlihat Tidak Melihat

Vena Jugularis Tidak Meningkat Meningkat

Suara Jantung Normal, …………………….

Ada kelainan ………………………………………...................

Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………..............


31

..............................................................................................
............

Masalah
: ..............................................................................................
...........

..............................................................................................
...........

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E (4) : Membuka Mata Spontan (4)

V (5) : Orientasi dengan baik (5)

M (6) : Bergerak Sesuai Perintah (6)

Total Nilai GCS (15) : Lima Belas

Kesadaran : Compos Menthis Somnolent


Delirium

Soporus Coma
Sulit dinilai

Pupil : Isokor Anisokor

Midriasis Meiosis

Refleks Cahaya : Kanan Positif Negatif

Kiri Posistif Negatif

Nyeri, lokasi.

Vertigo Gelisah Aphasia Kesemutan

Bingung Disarthria Kejang Tremor

Pelo
32

Uji Syaraf Kranial :

Nervus Kranial I : Fungsi Penciuman tidak ada gangguan

Nervus Kranial II : Ketajaman penglihatan normal

Nervus Kranial III : Tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil,
isokor

Nervus Kranial IV : Tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil,


isokor

Nervus Kranial V : Tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex
kornea tidak ada

kelainan

Nervus Kranial VI : Tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata, pupil,


isokor

Nervus Kranial VII : Presepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris

Nervus Kranial VIII : Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli presepsi

Nervus Kranial IX : Kemampuan menelan baik

Nervus Kranial X : Kemampuan menelan baik

Nervus Kranial XI : Tidak ad a Atrofi otot stemokleidomatoideus dan


trapezius

Nervus Kranial XII : Lidah simetris tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada faskulasi. Indra pengecapan normal

Uji Koordinasi :

Ekstremitas Atas : Jari Ke Jari Positif Negatif

Jari Ke Hidung Positif Negatif

Ekstremitas Bawah : Tumit Ke Jempol Kaki Positif Negatif

Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif

Refleks :

Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala............... Trisep :


33

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Brakioradialis

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Patella

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Akhiles

Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Refleks Babinski

Kanan +/- Kiri +/-

Refleks Lainnya
: ........................................................................................................

Uji Sensasi : ........................................................................................................

Keluhan Lain :

…………………………………………………………………….…………………………………

Masalah Keperawatan :

…………………………………....................................................................................................

7. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Produksi Urin : cc x/hr

Warna :

Bau :

Tidak ada masalah/lancar Menetes Inkotinen

Oliguri Nyeri Retensi

Poliuri Panas Hematuri

Dysuri Nocturi

Kateter Cystostomi

Keluhan Lainnya :
………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………..................................................

...........................................................................................................................................
...................

Masalah Keperawatan :
34

…………………………………………………………………………………………………………..

………………………………………………………………………………………………………......

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :

Mulut dan Faring

Bibir : Bibir tampak kering

Gigi : Gigi tidak karies

Gusi : Gusi tidak ada peradangan dan pendarahan

Lidah : Merah muda dan tidak ada peradangan

Mukosa : Tidak ada pendarahan

Tonsil : Tidak ada peradangan

Rectum : Normal

Haemoroid : Normal

BAB : ………… x/hr Warna :…………. Konsistensi : …………………

Tidak ada masalah Diare Konstipasi


Kembung

Feaces berdarah Melena Obat pencahar


Lavement

Bising usus : ………………………….

Nyeri tekan, lokasi : …………………….........

Benjolan, lokasi : ……………………….....

Keluhan Lainnya :
………………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………………

Masalah Keperawatan :

………………………………………………………………………………………………………
35

………………………………………………………………………………………………………

9. TULANG – OTOT – INTEGUMEN ( BONE )


Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas

Parese/lemah, lokasi …………………………………………

Paralise/paraplegia/lumpuh, lokasi ……………………………………….

Hemiparese, lokasi ……………………………………………………….

Nyeri, lokasi ………………………………………….

Bengkak, lokasi ………………………………………

Kekakuan,Lokasi .........................................................

Flasiditas .....................................................................

Spastisitas, Lokasi .......................................................

Ukuran Otot Simetris

Atropi

Hipertropi

Kontraktur

Malposisi

Uji Kekuatan otot : Ekstrimitas Atas………… . Ekstrimitas


Bawah…………………

Deformitas tulang, lokasi ……………………………….

Peradangan, lokasi ………………………………………

Perlukaan, lokasi ………………………………………..

Patah tulang, lokasi Paha Kiri

Tulang Belakang Normal Skoliosis

Kifosis Lordosis
36

10. KULIT – RAMBUT - KUKU

Riwayat Alergi Obat ………………………………………………………..

Makanan ……………………………………………………

Kosametik ………………………………………………….

Lainnya ……………………………………………………..

Suhu Kulit Hangat Panas Dingin

Warna kulit Normal Sianosis/biru Ikterik/kuning

Putih/pucat Coklat tua/hyperpigmentasi

Turgor Baik Cukup Kurang

Tekstur Halus Kasar

Lesi : Macula, lokasi …………………………


Pustula, lokasi …………………………

Nodula, lokasi …………………………

Vesikula, lokasi …………………………

Papula, lokasi …………………………

Ulcus, lokasi …………………………….

Jaringan Parut, lokasi ……………………………………………………….....................

Tekstur rambut : ………………………………………………………..

Distribusi rambut : ……………………………………………………..

Bentuk kuku Simetris Irreguler

Clubbing Finger Lainnya ……………….

Masalah Keperawatan :

…………………………………………….…………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………………….

11. SISTEM PENGINDRAAN


37

a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan : Berkurang Kabur Ganda
Buta/gelap

Gerakan bola mata Bergerak normal Diam


Bergerakspontan/nistagmus

Visus : Mata Kanan (VOD) : …………………………….

Mata Kiri (VOS) : …………………………….

Sclera : Normal/putih Kuning/ikterus


Merah/hifema

Konjunctiva Merah muda Pucat/anemic

Kornea Bening Keruh

Alat Bantu Kacamata Lensa kontak Lainnya


………….

Nyeri : ….……………………………………………………………………...

Keluhan Lain : …………………………………………………………………………

Masalah : ………………………………………………………………………….

b. Telinga/Pendengaran :
Fungsi Pendengaran : Berkurang Berdengung
Tuli

c. Hidung/Penciuman :
Bentuk : Simetris Asimetris

Lesi

Patensi

Obstruksi

Nyeri tekan sinus

Transluminasi

Cavum Nasal Warna ………………….. Integritas ………………..

Septum nasal Deviasi Perforasi


Peradarahan
38

Sekresi, warna …………………

Polip Kanan Kiri Kanan dan kiri

Masalah Keperawatan :

…………………………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………………………..

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Massa Ya Tidak

Jaringan Parut Ya Tidak

Kelenjar limfe Teraba Tidak teraba

Kelenjar Tyroid Teraba Tidak teraba

Mobilitas leher Bebas Terbatas

13. SISTEM REPRODUKSI


a. Reproduksi Pria

Kemerahan, Lokasi : …………………………........

Gatal-gatal, lokasi : …………………………........

Gland Penis : ……………………………….

Maetus Uretra : …………………………….....

Discharge , warna : ………………………….........

Srotum : ……………………………….

Hernia : ……………………………….

Kelainan : ……………………………………………………………………..

.............................................................................................
.............

Keluhan lain : ……………………………………………………………………..


39

b. Reproduksi Wanita

Kemerahan, lokasi : ………............………….....…………

Gatal-gatal, lokasi : ............……………….....……………

Perdarahan : …………………….....………………

Flour Albus : ……………….......…………………..

Clitoris : ……………………………………….

Labia : ……………………………………….

Uretra : ………………………………………..

Kebersihan : Baik Cukup Kurang

Kehamilan : ………….............………. minggu

Taksiran Partus : ……………………...……

Lainnya
: ............................................................................................
..........

Payudara :

Simetris Asimetris

Sear Lesi

Pembengkakan Nyeri tekan

Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis

Warna areola …………………………………………..

ASI Lancar Sedikit Tidak keluar

Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………………….............

Masalah keperawatan :

……………………………….................................................................................................
40

D. POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :

Pasien Ingin cepat sembuh dan dapat beraktivitas seperti


biasa……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
…………........................................................................................................

2. Nutrisi dan Metabolisme

TB : 160 Cm

BB Sekarang : 55 Kg

BB Sebelum sakit : 55 Kg

Diet :

Biasa Cair Saring Lunak

Diet Khusus :

Rendah Garam Rendah Kalori TKTP

Rendah Lemak Rendah Purin Lainnya


………………

Mual Muntah ……….. kali/hari

Kesukaran menelan Ya Tidak

Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………………....................

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekeunsi/hari 3 kali 3 kali

Porsi ½ Porsi 1 porsi

Nafsu makan kurang Baik

Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, sayur Nasi, lauk pauk, sayur
41

Jenis Minuman Air putih Air putih

Jumlah minuman/cc/24 jam 500 ml 1500 ml

Kebiasaan Makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore

Keluhan/masalah Pasien mengatakan air liur terasa pahit Tidak ada

Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………........................................…………………………………

3. Pola istirahat dan tidur :

………………………………………………………………………………….……………………..
………………………………………………………………………………………………...............................
..................................................................................................................................
....................................

Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………...............................
…………………………………….

4. Kognitif :

………………………………………………………………………………….………………..
……………………………………………………………………………………………………..........................
..................................................................................................................................
.......................................

Masalah Keperawatan :

………………………………………………………………………………………………………

5. Konsep Diri :

Gambaran Diri : …………………………………………………………………………………..

Ideal Diri : …………………………………………………………………………………..

Identitas Diri : …………………………………………………………………………………..


42

Harga Diri : …………………………………………………………………………………..

Peran : …………………………………………………………………………………..

Masalah Keperawatan :

……………………………………………………………………………………………………….

6. Aktivitas Sehari-hari :

………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………….........
..................................................................................................................................
...................

Masalah Keperawatan

…………………………………………………………………………………………………….

7. Koping-Toleransi terhadap Stress

………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………….........
..................................................................................................................................
...................

Masalah Keperawatan:

……………………………………………………………………………….……………………

8. Nilai-Pola Keyakinan
………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………….........
..................................................................................................................................
...................

Masalah Keperawatan:

……………………………………………………………………………….……………………
43

E. SOSIAL – SPIRITUAL.

1. Kemampuan berkomunikasi :

Pasien dapat berkomuniksasi dengan cukup baik


………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………….........
....................

2. Bahasa sehari-hari :

Bahasa Indonesia………………………………………............................................................

3. Hubungan dengan Keluarga :


Baik Keluarga selalu memberi dukungan....................................................

..................................................................................................................................
......

…………………………………….................................................................................................

4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain : Baik, dapat


berkomunikasi ........................................................................................................
.........................

5. Orang berarti/terdekat :

Keluarga………………………………………………………………………………………

6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :

Sebelum sakit : Pasien bekerja sebagai supir

Saat sakit : Pasien menghabiskan waktu berbaring

7. Kegiatan beribadah :
44

Pasien Berdoa untuk


kesembuhannya......................................................................................

F. DATA PENUNJANG ( RADIOLOGIS. LABORATORIUM, PENUNJANG LAIN)

Pemeriksaan Tanggal 28-11-2016

No Parameter Hasil Nilai Normal


1 WBC

Pemeriksaan Tanggal 30-11-2016

No Parameter Hasil Nilai Normal


1 WBC

Hasil Pemeriksaan

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Obat/Terapi Medis Dosis Indikasi Kontraindikasi


1. 500cc/24jam
2. 2x1 A

Palangka Raya 09 Mei 2020

Mahasiswa,

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH


DATA OBYEKTIF
DS : Fraktur femur Gangguan integritas kulit
Pasien mengatakan ↓
kesulitan untuk Prosedur operasi
45

menggerakan kakinya ↓
DO: Terdapat luka insisi
-Pasien terpasang drain ↓
dengan cairan darah Gangguan integritas kulit
berwarna kemerahan
pekat
-Tampak luka jahitan bekas
operasi di bagian paha
kanan ditutup dengan
perban
- Disekitar luka terasa
hangat
-Paha dan kaki tampak
bengkak
-Luka jahitan sebanyak 18
jahitan
- Panjang luka 22 cm
- TTV:
TD= 120/70
N=101x/m

S=36,6
RR=20x/m

DS : Fraktur femur Gangguan mobilitas fisik


Pasien mengatakan ↓
kesulitan untuk Prosedur operasi
menggerakan kakinya ↓
DO: Keterbatasan bergerak
-Pasien tampak sulit ↓
melakukan pergerakan Gangguan mobilitas fisik
-Patah tulang paha bagian
sebalah kanan
46

-Terdapat luka bekas


operasi tertutup dengan
perban
-kekuatan otot
ekstermitas atas 5/5
ekstermitas bawah 1/5
TTV:
TD= 120/70
N=101x/m

S=36,6
RR=20x/m
DS : Prosedur operasi Infeksi
Pasien mengatakan ↓
kesulitan untuk Terdapat luka bekas operasi
menggerakan kakinya ↓
DO: Perdarahan dan jaringan
-Pasien terpasang drain terbuka
dengan cairan darah ↓
berwarna kemerahan Jalan masuk miroorganisme
pekat ↓
-Tampak luka jahitan bekas Risiko infeksi
operasi di bagian paha
kanan ditutup dengan
perban
- Disekitar luka terasa
hangat
-Paha dan kaki tampak
bengkak
-Luka jahitan sebanyak 18
jahitan
-WBC 12.61 10^3/uL
TTV:
47

TD= 120/70
N= 91 x/m

S=36,2
RR=19 x/m

PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Prosedur pembedahan


dibuktikan dengan
DS : Pasien mengatakan kesulitan untuk menggerakan kakinya
DO:-Pasien terpasang drain dengan cairan darah berwarna kemerahan pekat
-Tampak luka jahitan bekas operasi di bagian paha kanan ditutup dengan
perban
-Disekitar luka terasa hangat
-Paha dan kaki tampak bengkak
-Luka jahitan sebanyak 18 jahitan
-Panjang luka 22 cm
- TTV :
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
dibuktikan dengan
DS : Pasien mengatakan kesulitan untuk menggerakan kakinya
DO: -Pasien tampak sulit melakukan pergerakan
-Patah tulang paha bagian sebalah kanan
-Terdapat luka bekas operasi tertutup dengan perban
-kekuatan otot
ekstermitas atas 5/5
ekstermitas bawah 1/5

2. Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif dibuktikan dengan


DS :Pasien mengatakan kesulitan untuk menggerakan kakinya
DO: -Pasien terpasang drain dengan cairan darah berwarna kemerahan pekat
-Tampak luka jahitan bekas operasi di bagian paha kanan ditutup dengan
perban
-Disekitar luka terasa hangat
-Paha dan kaki tampak bengkak
-Luka jahitan sebanyak 18 jahitan
-WBC 12.61 10^3/uLz
48

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.X

Ruang Rawat : S

DIAGNOSA TUJUAN (KRITERIA HASIL) INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
Gangguan intregritas Setelah dilakukan asuhan 1. Mengkaji ukuran, warna, 1. Untuk mengetahui ukuran warna
kulit keperawatan selama 1x7 diharapkan kedalaman luka serta kedalaman luka pasien
intregritas kulit pasien membaik 2. Lakukan perawatan luka yang 2. Untuk mencegah terjadinya infeksi
dengan kriteria hasil: tepat 3. Agar tidak terjadi pebekanan pada
1. Integritas kulit yang baik bisa 3. Menganjurkan pasien luka akibat pakaian yang ketat
di pertahankan menggunakan pakaian yang 4. Untuk membantu pemulihan kulit
2. Menunjukan pemahaman longgar pasien
tentang proses perbaikan 4. Kolaborasi dengan dokter
integritas kulit
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi TTV pasien 1. Mengetahui skala nyeri pasien
fisik keperawatan selama 1x7 diharap kan 2. Kaji kekuatan otot pasien 2. Pasien merasa nyaman
nyeri dapat berkurang dengan kriteria 3. Bantu pasien dalam melakukan 3. Membantu pasien mengalihkan rasa
hasil: aktivitas nyeri
49

1. Mampu menggerakan otot 4. Ajarkan pasien untuk 4. Mengurangi rasa nyeri pasien
ototnya secara mandiri melakukan ROM
2. Kekuatan otot meningkat 2/5 5. Kolaborasi dengan ahli
fisioterapi
Infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi TTV pasien 1. Mengetahui TTV pasien
keperawatan selama 1x7 diharapkan 2. Lakukan tindakan antiseptic 2. Mengurangi resiko infeksi
resiko infeksi dapat berkurang sebelum kontak dengan pasien 3. Mencegah terjadinya infeksi
dengan kriteria hasil: 3. Lakukan perawatan luka 4. Agar pasien dan keluarga tahu cara
1. Tidak terdapat pembengkakan 4. Mengajarkan pasien dan menghindari infeksi
2. Mengetahui cara mengurangi keluarga bagaimana 5. Untuk mengurangi resiko infeksi
penularan infeksi menghindari infeksi pada pasien
5. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
antibiotik

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanda Tangan
50

Hari/ Tanggal Jam Implementasi Evaluasi dan


Nama Perawat
Sabtu 09 Mei 2020 1. Mengkaji ukuran dan keadaan luka S:
Pukul: pasien Pasien mengatakan baru pertama kali melihat
1. 08.00 WIB 2. Melakukan perawatan luka dengan lukanya setelah operasi
2. 08.03 WIB teknik steril O:
- Luka jahitan bekas operasi di bagian paha kanan
-Disekitar luka terasa hangat
-Kaki dan paha bengkak
-Luka jahitan sebanyak 18 jahitan Thomas Erik
-Terpasang drain Helvin
-Panjang luka 22 cm
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan

Sabtu 09 Mei 2020 1. Mengobservasi TTV pasien S:


Pukul: 2. Mengkaji Kekuatan otot pasien Pasien mengatakan masih kesulitan untuk
1. 07.20 WIB 3. Mengajarkan pasien dan keluarga menggerakan kakinya
2. 07.40 WIB untuk melakukan ROM O:
3. 09.20 WIB -Skala otot ekstermitas atas 5/5 bawah 1/5
51

-Pasien dan keluarga mampu mengulangi cara


melakukan ROM
TTV;
TD: 120/70 Thomas Erik
N: 91 x/m Helvin
S: 36,2
RR: 19 x/m
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dihentikan
52

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Gaham. 2015. Buku Ajar Orthopedic dan Fraktur Sistem Apply edisi


Kesembilan. Jakarta: Widya Medika

Brunner, Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol
3. Jakarta: EGC.

Muttaqin. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Muskuloskeletal. Jakarta:EGC

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Price, S., & Wilson, L. 2016.  Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai