DISUSUN OLEH :
Ruly Ramadana 2018.C.10a.0983
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners, Pembimbing Akademik
ii
3
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
pada Ny. J Dengan Diagnosa IMA di Sistem Kardiovaskular Rsud Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Ruly Ramadana
iii
4
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit...........................................................................................5
2.1.1 Definisi....................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi....................................................................................5
2.1.3 Etiologi....................................................................................................8
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................9
2.1.5 Patofisiologi.............................................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis..................................................................................12
2.1.7 Komplikasi.............................................................................................12
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................13
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..........................................................................13
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan..............................................................14
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................17
2.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................17
2.2.4 Implementasi Keperawatan...................................................................22
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................22
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................24
3.1 Pengkajian..................................................................................................24
3.2 Diagnosa.....................................................................................................35
3.3 Intervensi....................................................................................................36
3.4 Implementasi..............................................................................................38
3.5 Evaluasi......................................................................................................38
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................40
4.1 Kesimpulan.................................................................................................40
4.2 Saran...........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
hemodinamika yang sering terjadi yaitu peningkatan ringan tekanan darah dan
denyut jantung. Infark Miokard Akut (IMA) dapat menyebabkan disritmia, gagal
jantung kongestive dan syok kardiogenik, tromboemboli, perikarditis, ruptura
miokardium, dan aneurisma ventrikel ( Price&Wilson, 2006).
Nyeri akut merupakan permasalahan utama pada pasien Infark Miokard
Akut (IMA). Nyeri merupakan suatu rasa sensorik tidak nyaman yang sifatnya
subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan berhubungan dengan rusaknya
jaringan aktual, potensial, ataupun menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi setelah cidera akut, penyakit atau
intervensi bedah dan berawal yang cepat dengan intensitas ringan sampai berat
dalam waktu yang singkat atau kurang dari 6 bulan (Andarmoyo, 2013). Dalam
penanganan nyeri akut dapat dilakukan asuhan keperawatan seperti manajemen
nyeri dan monitor tanda-tanda vital (Bulechek dkk, 2013). Peran perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan (care provider) berperan dalam melaksanakan
intervensi keperawatan yakni perawatan manajemen nyeri (Potter&Perry, 2009).
Peran perawat juga sebagai care giver untuk membantu pasien dapat melalui
proses penyembuhan dan kesehatannya kembali membaik atau sembuh dari
penyakit tertentu pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik meliputi
kesehatan emosi, spiritual, dan sosial (Potter&Perry, 2009).
Dari besarnya insiden IMA di negara–negara berkembang seperti di
Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik IMA dalam upaya ketepatan
penegakan diagnosis hingga pemberian terapi yang adekuat sehingga dapat
dilakukan pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam studi kasus ini adalah Bagaimana pemberian Asuhan
Keperawatan pada Ny. J dengan diagnosa medis IMA di Sistem Kardiovaskular
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada Ny. J dengan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot jantung. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena dilihat dari bentuk dan susunannya sama
dengan otot serat lintang dan cara kerjanya menyerupai otot polos.
1) Bentuk
Jantung berbentuk seperti jantung pisang. Bagian atasnya tumpul dan
disebut basis kordis dan bagian bawah agak runcing disebut apiks kordis.
2) Letak
Jantung terletak di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum
anterior), di sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas
diafragma dan pangkalnya terdapat di sebelah kiri antara kosta V dan VI
dua jari dari papilla mamae.
3) Ukuran
Lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-
300 gram.
4) Pergerakkan Jantung
Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup karena adanya
rangsangan yang berasal dari syaraf otonom. Dalam kerjanya jantung
mempunyai 3 periode :
a) Periode Kontriksi (Periode Sistol)
Suatu keadaan di mana jantung bagian vertikal dalam keadaan
menguncup
b) Periode Dilatasi (Periode Distol)
Suatu keadaan di mana jantung mengembang
c) Periode Istirahat
Waktu antara kontriksi dan dilatasi di mana jantung berhenti +1/10
detik.
5) Siklus Jantung
Merupakan kejadian yang terjadi dalam jaringan selama peredaran darah.
Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontriksi dan pengenduran.
Kontriksi dari kedua atrium terjadi secara serentak yang disebut diatol atrial.
Lama kontriksi vertikal + 0,3 detik dan tahap pengenduran selama 0,5 detik.
Kontraksi atrium pendek kontraksi vertikal lebih lama dan kuat daya dorong
7
vertikal kiri terus lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruhan
tubuh untuk mempertahankan keadaan sistolik.
6) Bunyi Jantung
Merupakan pukulan vertikal kiri terhadap dinding arterior yang terjadi
selama kontriksi vertikal dan debaran ini dapat diraba dan sering terlihat
pada ruang interkostalis kelima kira-kira 4 cm dari garis sternum.
7) Kerja Jantung
Jantung disyarafi oleh nervus simpatikus dan nervus akseleratis, untuk
menggiatkan kerja jantung dan nervus parasimpatikus, khususnya cabang
nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung. Mengembang dan
menguncupnya jantung disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang
berasal dari susunan saraf otonom. Rangsangan ini diterima oleh jantung
pada simpul saraf yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena
kava yang disebut nodus SA. Kemudian rangsangan akan diteruskan ke
dinding atrium dan juga ke bagian septum cordis untuk nodus atrium
ventrikuler atau simpul tawara melalui berkas wenkebech. Dari simpul
tawara rangsangan akan melalui berkas his dan seterusnya diteruskan ke
apeks cordis melalui berkas purkinye, dan kemudian disebarkan ke seluruh
dinding ventrikel. Dengan demikian jantung dapat berkontraksi
2.1.2.2 Fisiologi
Jantung adalah organ yang mensirkulasi dan memompa darah
teroksigenasi ke paru-paru untuk pertukaran gas. Sirkulasi darah di jantung ada
dua yaitu peredaran darah kecil dan peredaran darah besar. Darah dari seluruh
tubuh dibawa ke jantung melalui vena kava superior dan inferior. Vena ini
mengalirkan darah ke atrium dekstra. Darah ini melalui katup trichuspidalis
pulmonalis, darah dipompakan ke paru-paru.
Setelah di paru-paru, terjadi proses difusi, darah yang teroksigenasi
mengalir ke atrium kiri melalui vena purmonalis. Kemudian dengan melalui katup
mitral, darah mengalir ke ventrikel kiri, dan dipompakan ke aorta melalui valvula
semilunaris aorta, untuk sirkulasi koroner dan sistemik di mana darah yang
teroksigenasi di bawah ke seluruh tubuh.
Jantung dalam melaksanakan kerjanya dipersyarafi oleh :
8
yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat
IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung
ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut
menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi
ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin
tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan
karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah
diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut
yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya
perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark
meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi
mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik
jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-
menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-
perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap
rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia.
Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan
akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus
simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel
dan perluasan infark. (Price & Wilson, 2006)
Hematokrit (HT)
Aliran darah tidak lancar 11
Vasokontrisi
pembuluh darah Penumpukan plak di
WOC IMA
pembuluh darah
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone
MK:
Persepsi nyeri
Tekanan pengisian Hipervolemia
diastolic menurun
MK: Penurunan
Curah Jantung
12
2.1.6 Komplikasi
Adapun komplikasi akibat dari IMA, yaitu :
- Edema paru akut
Terjadi peningkatan akhir diastole ventrikel kiri dan peningkatan
tekanan vena pulmonal sehingga meningkatkan tekanan hydrostatic
yang mengakibatkan cairan merembes keluar
- Gagal jantung
Karena ada kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya
kontraktilitas, sehingga jantung tidak mampu memompa darah dengan
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
- Syok kardiogenik
Karena adanya kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah
jantung, sehingga menurunkan tekanan darah arteri ke organ-organ
vital.
Adapun tanda-tandanya tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah,
hypoxia, kulit dingin dan lembab.
- Tromboemboli
Murangnya mobilitas pasien dengan sakit jantung dan adanya gangguan
sirkulasi yang menyertai kelainan ini berleran dalam pembentukan
thrombus intracardial dan intravesikular
- Disritmia
Gangguan irama jantung akibat penurunan oksigen ke jantung.
- Rupture miokardium
Dapat terjadi bila terdapat infark miokardium, proses infeksi dan
disfungsi miokadium lain yang menyebabkan otot jantung melemah.
- Efusi pericardial / tamponade jantung
Masuknya cairan kedalam kantung perikardium karena adanya
perikarditis dan gagal jantung.
14
1. Fasodilator
Fasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah nitrogliserin (NTG)
intravena.
2. Antikoagulan
Antikoagulan heparin adalah antikoagualan pilihan untuk membantu
mempertahankan integritas jantung. Heparin memperpanjang waktu
pembekuan darah, sehingga dapat menurunkan kemungkinan pembentukan
trombus dan selanjutnya menurunkan aliran darah.
3. Trombolitik
Tujuan trombolitik adalah untuk melarutkan setiap trombus yang telah
terbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbata dan juga luasnya infark.
Agar efektif, obat ini harus diberikan pada awal awitan nyeri dada. Tiga
macam obat trombolitik yang terbukti bermanfaat melarutkan trombus adalah:
streptokinase, aktifator plasminogen jaringan (t-PA = tisue plasminogen
aktifator) dan anistreplase. Pemberian oksigen. Terapi oksigen dimulai saat
awitan nyeri oksigen yang dihirup akan langsung meningkatkan saturasi darah.
efektifitas terapeutik oksigen ditentukan dengan observasi kecepatan dan irama
pertukaran pernafasan, dan pasien mampu bernafas dengan mudah. Saturasi
oksigen dalam dara secara bersamaan diukur dengan pulsa oksimetri.
Analgetik. Pemberian analgetik dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif
diobati dengan nitrat dan antikoagulan. Analgetik pilihan masih tetap morfin
sulfat yang diberikan secara intravena dengan dosis meningkat 1-2 mg.
miokard akut didapat keluhan nyeri dada yang khas seperti tertekan atau berat
dan sesak yang berat. diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen yang terjadi secara mendadak.
3) Riwayat Penyakit
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan infak miokard akut biasanya diawali dengan tanda-tanda
seperti nyeri dada, bila kembali BAK klien merasa lelah sampai sesak,
merasa nyeri saat istirahat ataupun aktivitas,nyeri dada seperti ditekan.
Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhannya tersebut.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami
penyakit infak miokard akut atau penyakit penyakit sebelumnya seperti
riwayat Diabetes Melitus, hipertensi, gagal jantung kongestif.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu ditanyakan apakah keluarganya salah satu anggotanya keluarga
ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau
penyakit yang lainya didalam keluarganya.
2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan IMA adalah
sebagai berikut :
1. Pernafasan (B1 : Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh
sesak napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan.
Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh
kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang meningkatkan
tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan
peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan
kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada Infark Miokardium yang kronis
dapat timbul pada saat istirahat.
2. Kardiovaskuler (B2 : Blood)
18
a. Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas didada. Dapat terjadi nyeri dan
ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
b. Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Infark Miokard
Akut (IMA)tanpa komplikasibiasanya ditemukan.
c. Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan Infark Miokard Akut (IMA). Bunyi
jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan
pada Infark Miokard Akut (IMA) tanpa komplikasi.
d. Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
3. Persyarafan (B3 : Brain)
Kesadaran umum klien biasanya Compos Menthis. Tidak ditemukan
sianosi perifer. Pengkajian obyektif klien, yaitu wajah meringis,
perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat
yang merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium.
4. Perkemihan (B4 : Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan
klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguri pada
klien dengan Infark Miokard Akut (IMA)karena merupakan tanda awal
syok kardiogenik.
5. Pencernaan (B5 : Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada ke empat kuadran, penurunan peristaltik
usus yang merupakan tanda utama Infark Miokard Akut (IMA).
6. Tulang, otot dan integument (B6 : Bone)
19
Kriteria hasil :
- Pasien tidak sesak nafas
- Pasien tidak terpasang okesigen nasal kanul 2 lpm
- Pasien batuk efektif
- Tidak ada sekresi
- Tidak terdapat suara nafas tambahan
- Pernafasan kembali normal 16-20 x/menit
Intervensi Rasional
1. Monitor pola nafas 1. Untuk mengetahui perkembangan
20
Intervensi Rasional
1. Identifikasi tanda/gejala primer 1. Untuk mengetahui perkembangan
penurunan curah jantung primer penurunan curah jantung
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder 2. Untuk mengetahui perkembangan
penurunan curah jantung sekunder penurunan curah jantung
3. Monitor tekanan darah 3. Untuk mengetahui perkembangan
tekanan darah
21
Intervensi Rasional
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Selalu memantau perkembangan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
nyeri
2. Identifikasi faktor yang 2. Mencari tahu faktor memperberat
memperberat dan memperingan dan memperingan nyeri agar
nyeri mempercepat proses kesembuhan.
3. Kontrol lingkungan yang 3. Memberikan kondisi lingkungan
memperberat rasa nyeri. yang nyaman untuk membantu
meredakan nyeri
4. Berikan teknik nonfarmakologis 4. Salah satu cara mengurangi nyeri
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 5. Agar klien atau keluarga dapat
untuk mengurangi rasa nyeri melakukan secara mandiri ketika
nyeri kambuh
6. Kaloborasi dengan dokter pemberian 6. Bekerja sama dengan dokter
analgetik, jika perlu. dalam pemberian dosis obat
Kriteria Hasil : Agar asupan cairan klien tidak mengalami kelebihan atau
kekurangan
Rencana tindakkan :
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
3. Monitor status hemodinamik
4. Monitor intake atau output cairan
5. Batasi asupan cairan dan garam
6. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
7. Ajarkan cara membatasi cairan
8. Kolaborasi pemberian diuretik
Intervensi Rasional
1. Identifikasi status gizi 1. Mengetahui status nutrisi klien
2. Identifikasi makanan yang 2. Untuk mengetahui makanan yang
disukai disukai
3. Identifikasi kebutuhan kalori dan 3. Meningkatkan berat badan klien
jenis nutrien
4. Sajikan makanan secara menarik 4. Untuk menambah daya nafsu klien
dan suhu yang sesuai
5. Anjurkan posisi duduk pada saat 5. Untuk mencerna makanan dengan
makan, jika mampu baik
6. Kolabrasi dengan ahli gizi untuk 6. Bekerja sama dalam pemberian
menentukan jumlah kalori dan makanan sesuai dengan
jenis nutrien yang dibutuhkan jika kebutuhan klien untuk
perlu mendapatkan hasil yang maksimal
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Praktek : 03 Januari 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 03 Januari 2021 & Pukul 09:00 WIB
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : Sarjana Hukum
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Sepakat 9A Block D
Tgl MRS : 03 Januari 2021
Diagnosa Medis : Infark Miokard Akut (IMA)
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri, P : muncul saat beraktivitas, Q : seperti ditusuk-
tusuk, R : di dada, S : skala nyeri 8 (1-10), T : berlangsung selama 5-10
menit.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien Ny. J, umur 48 tahun, Alamat Jln. Sepakat 9A Block D Palangka
Raya datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada bagian dada seperti
ditusuk-tusuk selama 10 menit, lalu merasa lelah dan letih kemudian
dilakukan pemeriksaan TTV Nadi : 100x/menit, RR : 24x/menit, TD :
140/90 mmHg, Suhu : 36,7 C0 di lakukan lagi pemeriksaan fisik
didapatkan ada suara jantung S3, muka tampak pucat kemudian pasien
dilakukan pemeriksaan photo pemeriksaan EKG didapatkan hasil ST
Elevasi dan pemeriksaan darah Gula Darah, CT/BT, LDH, SGOT, SGPT,
24
25
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
Hubungan keluarga
= Menikah
= Pasien
berbicara jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien kurang rapi, klien
mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat dan
keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik,
dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian TTV klien, suhu tubuh klien/ S = 36,7°C tempat
pemeriksaan axilla, nadi/N = 100 x/menit dan pernapasan/ RR = 20 x/menit,
tekanan darah TD = 140/ 90 mmhg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok, klien
tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, terdapat nyeri dada, tidak
sesak nafas, tidak dypsnea, type pernapasanan klien tampak menggunakan dada
dan perut, irama pernapasan teratur dan suara nafas klien vesikuler, tidak ada
suara napas tambahan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.3.5 Cardiovasculer (Blood)
Klien merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki, klien
tampak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing finger, tidak
sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada pingsan, capillary
refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik, tidak ada terdapat
oedema, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak mengalami
peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) regular dan ada suara jantung S3.
Keluhan lainnya : Nyeri dada
Masalah keperawatan : Penurunan Curah Jantung
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal
baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien
tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, tidak
vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, tidak
bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
27
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 4 x
24 jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak
mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak inkotinen, tidak oliguria,
tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak
hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien
tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada
peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari
warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem tidak konstipasi, tidak
kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal 15 x/hari, dan tidak ada
terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak
ada paralise, tidak ada hemiparese, tidka ada krepitasi, tidak ada bengkak, tidak
ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot klien teraba
simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan ektermitas bawah = 5
(normal). tidak terdapat peradangan dan perlukakaan di bagian punggung bagian
kanan, tangan kanan, pantat kaki kiri dan kaki kanan dan tidak ada patah tulang,
serta tulang belakang klien tampak teraba normal.
Masalsah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit normal, turgor baik, tekstur
halus, tidak terdapat lesi, tidak terdapat jaringan parut, tekstur rambut halus, tidak
terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.11 Sistem Penginderaan
3.1.3.11.1 Mata/Penglihatan
29
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien
tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri
(VOS) = 6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis, kornea
bening, tidak terdapat alat bantu penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya
nyeri.
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien
bergerak bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi Wanita
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada perdarahan, tidak ada flour albus, clitoris tidak menonjol, labia
lengkap, uretra baik/normal, kebersihan baik, dan tidak ada keluhan lainnya.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang
kerumah”.
3.1.4.2 Nutrisi dan Metabolisme
Klien tidak ada program diet, klien tidak merasa mual, tidak ada muntah,
tidak mengalami kesukaran menelan dan tidak ada merasa haus.
TB : 165 Cm
BB sekarang : 55 Kg
30
BB Sebelum sakit : 55 Kg
IMT = BB
(TB)²
= 55
(165)²
= 20,2 (normal)
Ruly Ramadana
34
ANALISIS DATA
Nekrosis miokard
DS : Klien mengatakan nyeri Nyeri Akut
muncul saat beraktivitas, seperti
Peningkatan metabolisme
ditusuk-tusuk, nyeri di dada,
berlangsung selama 5-30 menit. asam laktat
DO : Tranmisi nyeri
- Nampak tangan
memegang dada Korteks serebri
- Ekspresi wajah meringis
- Skala nyeri 8 (1-10) Persepsi nyeri
- TTV
TD : 140/90 mmHg
Nyeri Akut
N : 100 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 20 x/menit
Intoleransi
35
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kelelahan fisik 1. Mengetahui status tingkat
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 2. Monitor lokasi dan kelelahan
setelah diberikan intervensi
ketidakseimbangan antara ketidaknyamanan selama 2. Untuk mengetahui lokasi
intoleransi aktivitas dengan
suplai dan kebutuhan kriteria hasil : melakukan aktivitas yang membuat pasien tidak
oksigen ditandai dengan 3. Lakukan latihan rentang gerak nyaman
- Frekuensi nadi normal
klien mengatakan merasa pasif dan aktif 3. Meningkatkan kinerja otot
- Dapat kembali beraktivitas
letih dan mudah kelelahan 4. Sediakan lingkungan yang 4. Lingkungan yang nyaman
dengan baik
dan menggangggu nyaman dapat membuat pasien rileks
- Rasa letih berkurang
aktivitasnya, klien Nampak 5. Bantu aktivitas klien sehingga dapat mempercepat
letih dan lesu, Nampak 6. Anjurkan pasien tirah baring proses kesembuhan
aktivitas di bantu oleh 7. Kolaborasi dengan ahli gizi 5. Memudahkan aktivitas klien
keluarga dan perawat, skala untuk meningkatkan asupan 6. Istirahat yang cukup agar
aktivitas 3. makanan mempercepat proses
penyembuhan
7. Berikan asupan makanan agar
pasien mendapat energi yang
cukup
39
P : lanjutkan intervensi
Nama Perawat
2. Senin, 04 1. Mengidentifikasi faktor yang memperberat S: Ruly Ramadana
Januari 2021 dan memperingan nyeri. 1. Klien mengatakan rasa nyeri yang di
Pukul 07:00 WIB 2. Memberikan teknik napas dalam. rasakan sedikit berkurang
3. Memfasilitasi suasana ruangan tenang (tidak O:
Pukul 09:00 WIB
bising). 1. Klian Nampak sesekali masih meringis
Pukul 11:00 WIB 4. Berkaloborasi dengan dokter pemberian akibat adanya gerakan, lalu kembali
analgetik (Kataroc tablet 20 mg pemberian 3 rileks ketika kondisi ruangan menjadi
Pukul 14:00 WIB
kali/hari) tenang.
2. Klien Nampak sudah terbiasa dengan
tehknik napas dalam sehingga rasa
nyeri sedikit terkontrol
3. Klien nampak rileks beristirahat ketika
suasana menjadi tenang
4. Setelah di berikan terapi obat klien
Nampak lebih rileks meskipun sesekali
masih meringis
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 3,4
3. Selasa, 05 1. Ajarkan latihan rentang gerak pasif dan aktif S: Klien mengatakan rasa letih berkurang Ruly Ramadana
Januari 2021 2. Menyediakan lingkungan yang nyaman O:
41
Pukul 07:00 WIB 3. Membantu aktivitas klien - Klien nampak sudah bisa melakukan
4. Berikan aktivitas distraksi yang gerakan rom meskipun masih di bantu
Pukul 09:00 WIB keluarga
menenangkan
- Klien nampak rileks pada saat situasi
Pukul 11:00 WIB 5. Anjurkan pasien tirah baring tenang tanpa ada suara bising.
- Klien nampak tengah membaca buku
Pukul 14:00 WIB bergambar dengan tenang
- Klien nampak beristirahat (tidur)
dengan pulas
A:
Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Memberikan asupan makanan yang bergizi
Memberikan lingkungan yang nyaman
Membantu aktivitas klien
42
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan studi kasus pada Ny. J dengan gangguan sistem
Kardiovaskuler IMA di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dapat
disimpulkan beberapa hal diantaranya :
1. Pada pengkajian klien dengan Sesak napas, kita harus cermat dalam
pengumpulan data yaitu dengan mengetahui keluhan utama yang normal,
riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan fisik dan pola
kehidupan sehari-hari klien.
2. Diagnosa yang muncul ditentukan dari kondisi klien dan patofisiologi
penyakit klien.
3. Untuk menentukan prioritas diperlukan pengetahuan perawat mengenai
kondisi klien yang ada di lapangan, dengan mendahulukan kebutuhan/
keadaan yang mendesak untuk diselesaikan/diatasi yang mungkin dapat
membahayakan klien.
4. Pada rencana tindakan tidak semua diterpkan dalam implemntasi secara
ideal, tetapi dissuaikan dengan situasi kondisi dan fasilitas ruangan.
5. Evaluasi secara umum terhadap klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian. Hal ini terjadi
karena keterbatasan dalam waktu.
6. Keberhasilan tujuan dapat dicapai dalam asuhan keperawatan yang
diberikan pada Ny. J jika melibatkan peran klien, keluarga dan tim
kesehatan lain.
Asuhan keperawatan medis pada Ny. J dengan penyakit IMA dalam
pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam
pelaksanaan intervensi dan implementasi. Dimana masalah yang ditemukan pada
kasus Ny. J dengan diagnosa Penurunan curah jantung, nyeri akut, dan intoleransi
aktivitas. Dengan hasil yang cukup membaik.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita diharapkan mampu memahami dan
mengetahui masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem pencernaan pada
43
pasien, agar perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut.
Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien,
perawat harus mampu memenuhi kebutuhan pasien, salah satunya adalah
kebutuhan yang berhubungan dengan sistem kardiovaskular. Perawat bisa
memberikan edukasi kesehatan agar kejadian ini tidak terulang atau kambuh pada
klien yang sama.
44
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Muralitharan, (2015).Dasar-dasar patofisiologi terapan: Panduan penting untuk
mahasiswa keperawatan dan kesehatan. Jakarta: Bumi Aksara.
Jakarta : EGC.
ICME, Stikes. (2017). Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus.
Jombang : Stikes Icme.
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Banjarmasin : Salemba Medika.
41
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan : Salemba
Medika
Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. (2006). Pathofisiologi Edisi 6. Jakarta :
EGC.