Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. J DIAGNOSA MEDIS IMA DI SISTEM


KARDIOVASKULAR RSUD dr. DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

DISUSUN OLEH :
Ruly Ramadana 2018.C.10a.0983

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
2

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Oleh : Ruly Ramadana (2018.C.10a.0983)
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan pada Ny. J
Diagnosa Medis IMA di Sistem Kardiovaskular Rsud Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners, Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. Efri Dulie, S.Kep., Ners

ii
3

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
pada Ny. J Dengan Diagnosa IMA di Sistem Kardiovaskular Rsud Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 6 Januari 2021

Ruly Ramadana

iii
4

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit...........................................................................................5
2.1.1 Definisi....................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi....................................................................................5
2.1.3 Etiologi....................................................................................................8
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................9
2.1.5 Patofisiologi.............................................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis..................................................................................12
2.1.7 Komplikasi.............................................................................................12
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................13
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..........................................................................13
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan..............................................................14
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................17
2.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................17
2.2.4 Implementasi Keperawatan...................................................................22
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................22
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................24
3.1 Pengkajian..................................................................................................24
3.2 Diagnosa.....................................................................................................35
3.3 Intervensi....................................................................................................36
3.4 Implementasi..............................................................................................38
3.5 Evaluasi......................................................................................................38
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................40
4.1 Kesimpulan.................................................................................................40
4.2 Saran...........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................41
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infark Miokard Akut (IMA) dikalangan masyarakat biasa dikenal dengan
sebutan serangan jantung. Penyakit jantung merupakan penyakit utama penyebab
kematian di dunia salah satunya Infark Miokard Akut (IMA) (Pratiwi, 2012).
Infark Miokard Akut (IMA) sangat mengkhawatirkan karena sering berupa
serangan mendadak dan tanpa ada keluhan sebelumnya (Farissa, 2012). Infark
Miokard Akut (IMA) menyebabkan ancaman hidup yang berbahaya karena
timbulnya nyeri dada umum, kolaps dan kematian yang mendadak. Kemungkinan
kematian akibat komplikasi selalu menyertai IMA. Tujuan kolaborasi utama
antara lain pencegahan komplikasi yang mengancam jiwa atau paling tidak
mengenalinya. (M.Black, Joyce, 2014).Dengan melakukan perawatan kesehatan
pengurangan nyeri dada seperti pemberian relaksasi diharapkan dapat mencegah
terjadinya komplikasi lebih buruk (Kartika, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2012 sebesar 17,5
juta (31%) orang meninggal dikarenakan penyakit kardiovaskuler dan penyebab
kedua terbesar adalah Infark Miokard Akut (IMA) (WHO, 2016). Di ASEAN
salah satu negaranya yakni Indonesia menduduki peringkat kedua dengan jumlah
371,0 ribu jiwa (WHO, 2014). Penyakit kardiovaskuler menempati urutan pertama
hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Sedangkan di Jawa Timur menempati
urutan ke delapan di Indonesia (RISKESDAS, 2013). Pada penelitian sebelumnya
tahun 2014 lebih dari 1 juta orang di Amerika Serikat menderita Infark Miokard
Akut (IMA), dan lebih dari 300.000 orang diperkirakan meninggal karena Infark
Miokard Akut (IMA) sebelum sampai ke rumah sakit (Christofferson, 2009).
Nyeri yang timbul merupakan tanda yang muncul saat adanya infarkyang
disebabkan oleh iskemia yang berlangsung selama kurang lebih 30-45 menit.
Iskemia terjadi akibat kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen
oleh pembuluh darah mengalami gangguan karena adanya sumbatan trombosis
plak ateroma pada arteri koroner. Plak dapat menyebabkan penyempitan arteri
koroner, sehingga bisa terjadi iskemiamiokard. Nyeri akan timbul saat manifestasi

1
2

hemodinamika yang sering terjadi yaitu peningkatan ringan tekanan darah dan
denyut jantung. Infark Miokard Akut (IMA) dapat menyebabkan disritmia, gagal
jantung kongestive dan syok kardiogenik, tromboemboli, perikarditis, ruptura
miokardium, dan aneurisma ventrikel ( Price&Wilson, 2006).
Nyeri akut merupakan permasalahan utama pada pasien Infark Miokard
Akut (IMA). Nyeri merupakan suatu rasa sensorik tidak nyaman yang sifatnya
subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan berhubungan dengan rusaknya
jaringan aktual, potensial, ataupun menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi setelah cidera akut, penyakit atau
intervensi bedah dan berawal yang cepat dengan intensitas ringan sampai berat
dalam waktu yang singkat atau kurang dari 6 bulan (Andarmoyo, 2013). Dalam
penanganan nyeri akut dapat dilakukan asuhan keperawatan seperti manajemen
nyeri dan monitor tanda-tanda vital (Bulechek dkk, 2013). Peran perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan (care provider) berperan dalam melaksanakan
intervensi keperawatan yakni perawatan manajemen nyeri (Potter&Perry, 2009).
Peran perawat juga sebagai care giver untuk membantu pasien dapat melalui
proses penyembuhan dan kesehatannya kembali membaik atau sembuh dari
penyakit tertentu pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik meliputi
kesehatan emosi, spiritual, dan sosial (Potter&Perry, 2009).
Dari besarnya insiden IMA di negara–negara berkembang seperti di
Indonesia, penulis tertarik untuk mengangkat topik IMA dalam upaya ketepatan
penegakan diagnosis hingga pemberian terapi yang adekuat sehingga dapat
dilakukan pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam studi kasus ini adalah Bagaimana pemberian Asuhan
Keperawatan pada Ny. J dengan diagnosa medis IMA di Sistem Kardiovaskular
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada Ny. J dengan
3

diagnosa medis IMA di Sistem Kardiovaskular RSUD dr. Doris Sylvanus


Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menyusun laporan pendahuluan dan manajemen
Asuhan Keperawatan Tentang IMA
1.3.2.2 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan
diagnosa keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu
melakukan perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan
dapat mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan dianosa
medis IMA secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan
mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang IMA dan Asuhan Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
diagnosa medis IMA melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.
4

1.4.4 Bagi IPTEK


Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya nekrosis miokard yang cepat
disebabkan oleh karena ketidakseimbangan yang kritis antara aliran darah dan
kebutuhan darah miokard. (Morton, 2012)
Infark Miokard Akut (IMA) oleh orang awam disebut serangan jantung
yaitu penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner sehingga aliran
darah ke otot jantung tidak cukup sehingga menyebabkan jantung mati
(Rendi&Margareth, 2012).
Infark Miokard Akut (IMA) adalah penyakit jantung yang disebabkan
karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya
aterosklerotik pada dinding arteri koroner sehingga menyumbat aliran darah ke
jaringan otot jantung (Black&Joyce, 2014)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Infark Miokaed Akut (IMA)
adalah istilah medis dari serangan jantung. Kondisi ini terjadi saat aliran darah ke
arteri koroner jantung mengalami penyempitan. Kedua hal ini akan membuat otot
jantung kekurangan oksigen dan mengalami kerusakan. Infark miokard
akut serangan jantung terjadi karena arteri koroner mengalami penyempitan.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang sangat penting dalam
sistem kardiovaskular. Pembuluh ini bertugas mengalirkan darah yang membawa
oksigen dan nutrisi ke otot jantung atau miokard.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.2.1 Anatomi

5
6

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot jantung. Otot jantung
merupakan jaringan istimewa karena dilihat dari bentuk dan susunannya sama
dengan otot serat lintang dan cara kerjanya menyerupai otot polos.
1) Bentuk
Jantung berbentuk seperti jantung pisang. Bagian atasnya tumpul dan
disebut basis kordis dan bagian bawah agak runcing disebut apiks kordis.
2) Letak
Jantung terletak di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum
anterior), di sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas
diafragma dan pangkalnya terdapat di sebelah kiri antara kosta V dan VI
dua jari dari papilla mamae.
3) Ukuran
Lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-
300 gram.
4) Pergerakkan Jantung
Jantung dapat bergerak mengembang dan menguncup karena adanya
rangsangan yang berasal dari syaraf otonom. Dalam kerjanya jantung
mempunyai 3 periode :
a) Periode Kontriksi (Periode Sistol)
Suatu keadaan di mana jantung bagian vertikal dalam keadaan
menguncup
b) Periode Dilatasi (Periode Distol)
Suatu keadaan di mana jantung mengembang
c) Periode Istirahat
Waktu antara kontriksi dan dilatasi di mana jantung berhenti +1/10
detik.
5) Siklus Jantung
Merupakan kejadian yang terjadi dalam jaringan selama peredaran darah.
Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu kontriksi dan pengenduran.
Kontriksi dari kedua atrium terjadi secara serentak yang disebut diatol atrial.
Lama kontriksi vertikal + 0,3 detik dan tahap pengenduran selama 0,5 detik.
Kontraksi atrium pendek kontraksi vertikal lebih lama dan kuat daya dorong
7

vertikal kiri terus lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruhan
tubuh untuk mempertahankan keadaan sistolik.
6) Bunyi Jantung
Merupakan pukulan vertikal kiri terhadap dinding arterior yang terjadi
selama kontriksi vertikal dan debaran ini dapat diraba dan sering terlihat
pada ruang interkostalis kelima kira-kira 4 cm dari garis sternum.
7) Kerja Jantung
Jantung disyarafi oleh nervus simpatikus dan nervus akseleratis, untuk
menggiatkan kerja jantung dan nervus parasimpatikus, khususnya cabang
nervus vagus yang bekerja memperlambat kerja jantung. Mengembang dan
menguncupnya jantung disebabkan oleh karena adanya rangsangan yang
berasal dari susunan saraf otonom. Rangsangan ini diterima oleh jantung
pada simpul saraf yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena
kava yang disebut nodus SA. Kemudian rangsangan akan diteruskan ke
dinding atrium dan juga ke bagian septum cordis untuk nodus atrium
ventrikuler atau simpul tawara melalui berkas wenkebech. Dari simpul
tawara rangsangan akan melalui berkas his dan seterusnya diteruskan ke
apeks cordis melalui berkas purkinye, dan kemudian disebarkan ke seluruh
dinding ventrikel. Dengan demikian jantung dapat berkontraksi
2.1.2.2 Fisiologi
Jantung adalah organ yang mensirkulasi dan memompa darah
teroksigenasi ke paru-paru untuk pertukaran gas. Sirkulasi darah di jantung ada
dua yaitu peredaran darah kecil dan peredaran darah besar. Darah dari seluruh
tubuh dibawa ke jantung melalui vena kava superior dan inferior. Vena ini
mengalirkan darah ke atrium dekstra. Darah ini melalui katup trichuspidalis
pulmonalis, darah dipompakan ke paru-paru.
Setelah di paru-paru, terjadi proses difusi, darah yang teroksigenasi
mengalir ke atrium kiri melalui vena purmonalis. Kemudian dengan melalui katup
mitral, darah mengalir ke ventrikel kiri, dan dipompakan ke aorta melalui valvula
semilunaris aorta, untuk sirkulasi koroner dan sistemik di mana darah yang
teroksigenasi di bawah ke seluruh tubuh.
Jantung dalam melaksanakan kerjanya dipersyarafi oleh :
8

1) Nervus simpatikus / nervus akselerantis, untuk menggiatkan kerja jantung


2) Nervus para simpatikus, khususnya cabang dari nervus vagus yang
bekerja memperlambat kerja jantung.
Sistem kardiovaskuler ini terdiri dari tiga bagian yang saling mempengaruhi
yaitu : jantung (untuk memompa), pembuluh darah (mengedarkan atau
mengalirkan), dan darah (menyimpan dan mengatur), interaksi antara ketiganya
akan mempertahankan keseimbangan dinamis oksigen dalam sel-sel.
2.1.2 Etiologi
Menurut Nurarif (2013), penyebab IMA yaitu :
a. Faktor penyebab :
1) Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a) Faktor pembuluh darah : Aterosklerosis, spasme, arteritis.
b) Faktor sirkulasi : Hipotensi, stenosos Aurta, insufisiensi.
c) Faktor darah : Anemia, hipoksemia, polisitemia.
2) Curah jantung yang meningkat :
a) Aktifitas yang berlebihan.
b) Emosi.
c) Makan terlalu banyak.
d) Hypertiroidisme.
3) Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
a) Kerusakan miocard.
b) Hypertropimiocard.
c) Hypertensi diastolic.
b. Faktor predisposisi :
1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a) Usia lebih dari 40 tahun.
b) Jenis kelamin: insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause.
c) Hereditas.
d) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2) Faktor resiko yang dapat diubah :
9

a) Mayor : hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas,


diet tinggi lemak jenuh, aklori.
b) Minor : inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional,
agresif, ambisius, kompetitif), stress psikologis berlebihan.
2.1.3 Klasifikasi
Menurut Sudoyo (2009), klasifikasi IMA yaitu sebagai berikut :
a. Berdasarkan lapisan otot yang terkena Akut Miokard Infark dapat
dibedakan:
1) Akut Miokard Infark Transmural  mengenai seluruh lapisan otot
jantung (dinding ventrikel).
2) Akut Miokard Infark Non Transmural / Subendokardial Infark infark
otot jantung bagian dalam (mengenai sepertiga miokardium).
b. Berdasarkan tempat oklusinya pada pembuluh darah koroner :
1) Akut Miokard Infark Anterior.
2) Akut Miokard Infark Posterior.
3) Akut Miokard Infark Inferior.
2.1.4 Patofisiologi
Dua jenis kelainan yang terjadi pada IMA adalah komplikasi hemodinamik
dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA daerah miokard setempat akan
memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection
fraction, isi sekuncup (stroke volume) dan peningkatan volume akhir distolik
ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik dengan akibat tekanan
atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri di atas 25 mmHg yang lama
akan menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisium paru (gagal jantung).
Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebakan karena daerah infark, tetapi
juga daerah iskemik di sekitarnya. Miokard yang masih relatif baik akan
mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergeik,
untuk mempertahankan curah jantung, tetapi dengan akibat peningkatan
kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak akan memadai bila
daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau bahkan sudah fibrotik.
Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal,
pemburukan hemodinamik akan minimal. Sebaliknya bila infark luas dan miokard
10

yang harus berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Sebagai akibat
IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuran ventrikel kiri dan tebal jantung
ventrikel baik yang terkena infark maupun yang non infark. Perubahan tersebut
menyebabkan remodeling ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi
ventrikel dan timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin
tenang fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan
karena daerah-daerah yang tadinya iskemik mengalami perbaikan. Daerah-daerah
diskinetik akibat IMA akan menjadi akinetik, karena terbentuk jaringan parut
yang kaku. Miokard sehat dapat pula mengalami hipertropi. Sebaliknya
perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskemia berkepanjangan atau infark
meluas. Terjadinya penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi
mitral akut dan aneurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik
jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit-
menit atau jam-jam pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh perubahan-
perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan kepekaaan terhadap
rangsangan. Sistem saraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia.
Pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan
akibat kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus
simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel
dan perluasan infark. (Price & Wilson, 2006)
Hematokrit (HT)
Aliran darah tidak lancar 11

Vasokontrisi
pembuluh darah Penumpukan plak di
WOC IMA
pembuluh darah

Penyempitan lumen Arterosklerosis, thrombus di


pembuluh darah pembuluh darah

Infark Miokard Akut


(IMA)

B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone

Edema paru Suplai darah ke otot Nekrosis Perfusi ginjal


Penurunan suplai
jantung menurun miokard menurun Nafsu makan
o2 kejaringan
menurun
Sesak Nafas
Mengenai Peningkatan GFR menurun
ventrikel kiri metabolisme asam Kurangnya asupan Kelemahan/Letih
Hambatan upaya laktat makanan
napas Aktivasi system
Kontraksi RAA
ventrikel kiri Transmisi nyeri MK: Intoleransi
MK: Pola Napas
MK: Defisit Nutrisi Aktivtas
Tidak Efektif Retensi Na dan air
Fungsi ventrikel Korteks serebri oleh ginjal
kiri menurun

MK:
Persepsi nyeri
Tekanan pengisian Hipervolemia
diastolic menurun

MK: Nyeri Akut


Volume sekuncup
menurun

MK: Penurunan
Curah Jantung
12

2.1.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik IMA menurut Nurarif (2013), yaitu :
a. Lokasi substernal, rerosternal, dan prekordial.
b. Sifat nyeri : rasa sakit seperti ditekan, terbakar, tertindih benda berat,
ditusuk, diperas, dan diplintir.
c. Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan
atas kiri.
d. Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah
makan.
e. Gejala yang menyertai : keringat dingin, mual, muntah, sulit bernafas,
cemas dan lemas.
f. Dispnea.
Adapun tanda dan gejala infark miokard (TRIAS) menurut Oman (2008)
adalah :
a. Nyeri :
1) Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak
mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian
atas, ini merupakan gejala utama.
2) Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri
tidak tertahankan lagi.
3) Nyeri dada serupa dengan angina, tetapi lebih intensif dan menetap
(> 30 menit)
4) Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat
menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya
lengan kiri).
5) Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
6) Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
7) Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
13

8) Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang


hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).

2.1.6 Komplikasi
Adapun komplikasi akibat dari IMA, yaitu :
- Edema paru akut
Terjadi peningkatan akhir diastole ventrikel kiri dan peningkatan
tekanan vena pulmonal sehingga meningkatkan tekanan hydrostatic
yang mengakibatkan cairan merembes keluar
- Gagal jantung
Karena ada kelainan otot jantung menyebabkan menurunnya
kontraktilitas, sehingga jantung tidak mampu memompa darah dengan
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.
- Syok kardiogenik
Karena adanya kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah
jantung, sehingga menurunkan tekanan darah arteri ke organ-organ
vital.
Adapun tanda-tandanya tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah,
hypoxia, kulit dingin dan lembab.
- Tromboemboli
Murangnya mobilitas pasien dengan sakit jantung dan adanya gangguan
sirkulasi yang menyertai kelainan ini berleran dalam pembentukan
thrombus intracardial dan intravesikular
- Disritmia
Gangguan irama jantung akibat penurunan oksigen ke jantung.
- Rupture miokardium
Dapat terjadi bila terdapat infark miokardium, proses infeksi dan
disfungsi miokadium lain yang menyebabkan otot jantung melemah.
- Efusi pericardial / tamponade jantung
Masuknya cairan kedalam kantung perikardium karena adanya
perikarditis dan gagal jantung.
14

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Mansjoer (2005), pemeriksaan penunjang IMA sebagai berikut :
a. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T Inverted, ST depresi, Q patologis
b. Enzim Jantung
CPKMB (isoenzim yang ditemukan pada otot jantung), LDH, AST
(Aspartat aminonittransferase), Troponin I, Troponin T.
c. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
misal hipokalemi, hiperkalemi
d. Sel darah putih
Leukosit (10.000 – 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah
IMA berhubungan dengan proses inflamasi
e. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
f. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ
akut atau kronis
g. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
h. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
i. Foto / Ro dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler.
j. Ecokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau
dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
k. Pemeriksaan pencitraan nuklir
15

1) Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel


miocardia missal lokasi atau luasnya IMA
2) Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
l. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
m. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan
mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu
dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty
atau emergensi.
n. Digital subtraksion angiografi (PSA)
o. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan
bekuan darah.
p. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering
dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase
penyembuhan.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis


Menurut Brunner dan Suddart pada tahun 2005 tujuan penatalaksanaan
medis adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara, segera
mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen jantung.
Terapi obat-obatan, pemberian oksigen, dan tirah baring dilakukan secara
bersamaan untuk mempertahankan jantung. Obat-obatan dan oksigen digunakan
untuk meningkatkan suplai oksigen, sementara tirah baring dilakukan untuk
mengurangi kebutuhan oksigen. Tiga kelas obat-obatan yang bisa digunakan
untuk meningkatkan suplai oksigen yaitu :
16

1. Fasodilator
Fasodilator pilihan untuk mengurangi nyeri jantung adalah nitrogliserin (NTG)
intravena.
2. Antikoagulan
Antikoagulan heparin adalah antikoagualan pilihan untuk membantu
mempertahankan integritas jantung. Heparin memperpanjang waktu
pembekuan darah, sehingga dapat menurunkan kemungkinan pembentukan
trombus dan selanjutnya menurunkan aliran darah.
3. Trombolitik
Tujuan trombolitik adalah untuk melarutkan setiap trombus yang telah
terbentuk di arteri koroner, memperkecil penyumbata dan juga luasnya infark.
Agar efektif, obat ini harus diberikan pada awal awitan nyeri dada. Tiga
macam obat trombolitik yang terbukti bermanfaat melarutkan trombus adalah:
streptokinase, aktifator plasminogen jaringan (t-PA = tisue plasminogen
aktifator) dan anistreplase. Pemberian oksigen. Terapi oksigen dimulai saat
awitan nyeri oksigen yang dihirup akan langsung meningkatkan saturasi darah.
efektifitas terapeutik oksigen ditentukan dengan observasi kecepatan dan irama
pertukaran pernafasan, dan pasien mampu bernafas dengan mudah. Saturasi
oksigen dalam dara secara bersamaan diukur dengan pulsa oksimetri.
Analgetik. Pemberian analgetik dibatasi hanya untuk pasien yang tidak efektif
diobati dengan nitrat dan antikoagulan. Analgetik pilihan masih tetap morfin
sulfat yang diberikan secara intravena dengan dosis meningkat 1-2 mg.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Pengumpulan Data, Meliputi
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,
pendidikan, no register, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan infak
17

miokard akut didapat keluhan nyeri dada yang khas seperti tertekan atau berat
dan sesak yang berat. diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen yang terjadi secara mendadak.
3) Riwayat Penyakit
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan infak miokard akut biasanya diawali dengan tanda-tanda
seperti nyeri dada, bila kembali BAK klien merasa lelah sampai sesak,
merasa nyeri saat istirahat ataupun aktivitas,nyeri dada seperti ditekan.
Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhannya tersebut.
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami
penyakit infak miokard akut atau penyakit penyakit sebelumnya seperti
riwayat Diabetes Melitus, hipertensi, gagal jantung kongestif.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu ditanyakan apakah keluarganya salah satu anggotanya keluarga
ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau
penyakit yang lainya didalam keluarganya.
2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan IMA adalah
sebagai berikut :
1. Pernafasan (B1 : Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh
sesak napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan.
Sesak napas terjadi akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh
kenaikan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang meningkatkan
tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena terdapat kegagalan
peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan
kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada Infark Miokardium yang kronis
dapat timbul pada saat istirahat.
2. Kardiovaskuler (B2 : Blood)
18

a. Inspeksi
Inspeksi adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya didaerah substernal atau nyeri diatas perikardium.
Penyebaran nyeri dapat meluas didada. Dapat terjadi nyeri dan
ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
b. Palpasi
Denyut nadi perifer melemah. Thrill pada Infark Miokard
Akut (IMA)tanpa komplikasibiasanya ditemukan.
c. Auskultasi
Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan Infark Miokard Akut (IMA). Bunyi
jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya tidak ditemukan
pada Infark Miokard Akut (IMA) tanpa komplikasi.
d. Perkusi
Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
3. Persyarafan (B3 : Brain)
Kesadaran umum klien biasanya Compos Menthis. Tidak ditemukan
sianosi perifer. Pengkajian obyektif klien, yaitu wajah meringis,
perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat
yang merupakan respon dari adanya nyeri dada akibat infark pada
miokardium.
4. Perkemihan (B4 : Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan
klien. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguri pada
klien dengan Infark Miokard Akut (IMA)karena merupakan tanda awal
syok kardiogenik.
5. Pencernaan (B5 : Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada ke empat kuadran, penurunan peristaltik
usus yang merupakan tanda utama Infark Miokard Akut (IMA).
6. Tulang, otot dan integument (B6 : Bone)
19

Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa


kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan
jadwal olahraga tidak teratur. Tanda klinis lain yang ditemukan adalah
takikardi, dispnea pada saat istirahat maupun saat beraktivitas. Kaji
personale hegiene klien dengan menanyakan apakah klien mengalami
kesulitan melakukan tugas perawatan diri
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
(D.0005) Hal. 26
2.2.2.2 Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
(D.0008) Hal 34
2.2.2.3 Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut (D.0077) Hal. 172
2.2.2.4 Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan (D.0022) Hal
62
2.2.2.5 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)
Hal. 56
2.2.2.6 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (D.0056) Hal 128
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada klien dengan IMA meliputi :
Diagnosa I : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1x7 jam tindakan keperawatan diharapkan
dapat berkurang atau terkontrol

Kriteria hasil :
- Pasien tidak sesak nafas
- Pasien tidak terpasang okesigen nasal kanul 2 lpm
- Pasien batuk efektif
- Tidak ada sekresi
- Tidak terdapat suara nafas tambahan
- Pernafasan kembali normal 16-20 x/menit
Intervensi Rasional
1. Monitor pola nafas 1. Untuk mengetahui perkembangan
20

status kesehatan pasien


2. Monitor bunyi nafas tambahan 2. Untuk mengetahui adanya suara
nafas tambahan
3. Posisikan semi-fowler atau fowler 3. Posisi semi-fowler atau fowler
dapat mengurangi sesak napas
4. Ajarkan teknik batuk efektif 4. Teknik batuk efektif dapat
mengurangi sesak napas karena
dikeluarkannya sekresi dari saluran
napas
5. Berikan minuman hangat 5. Untuk membantu mengeluarkan
sekresi
6. Berikan oksigenasi, jika perlu 6. Untuk membantu jalan napas
pasien.
7. Kolaborasi : 7. Kolaborasi
 Pemberian oksigen 4  Bekerja sama dengan dokter
liter/menit dengan metode dalam pemberian terapi
kanul atau sungkup non- pemeliharaan untuk kebutuhan
rebreathing. asupan oksigenasi dan tindakan
 Pemberian inhalasi terapi bila dependen perawat dimana
diperlukan oksigenasi berfungsi untuk
meningkatkan kadar oksigen
dalam tubuh terpenuhi sehingga
fungsi organ berjalan lancar.
Untuk mencegah hipoksia,
memudahkan pernafasan dengan
menurunkan tekanan pada
diafragma.

Diagnosa II : Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan irama


jantung
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 × 7 jam. Diharapkan
Irama jantung klien dapat kembali normal
Kriteria hasil :
- Klien tidak mudah lelah
- Klien tidak terasa lemas
- TTV kembali dalam rentang normal

Intervensi Rasional
1. Identifikasi tanda/gejala primer 1. Untuk mengetahui perkembangan
penurunan curah jantung primer penurunan curah jantung
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder 2. Untuk mengetahui perkembangan
penurunan curah jantung sekunder penurunan curah jantung
3. Monitor tekanan darah 3. Untuk mengetahui perkembangan
tekanan darah
21

4. Monitor keluhan nyeri dada 4. Untuk memantau keluhan nyeri


dada klien
5. Monitor aritmia 5. Agar mengetahui perkembangan
irama jantung klien
6. Periksa tekanan darah dan 6. Agar mengetahui perkembangan
frekuensi nadi sebelum nadi dan tekanan darah klien
pemberian obat sebelum diberi obat
7. Kolaborasi pemberian antiaritmia, 7. Untuk membantu klien jika terjadi
jika perlu irama jantung tidak teratur

Diagnosa III : Nyeri Akut berhubungan dengan infark miokard akut


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam rasa nyeri
teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Skala Nyeri 0 (1-10)
- Klien dapat rileks

Intervensi Rasional
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Selalu memantau perkembangan
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
nyeri
2. Identifikasi faktor yang 2. Mencari tahu faktor memperberat
memperberat dan memperingan dan memperingan nyeri agar
nyeri mempercepat proses kesembuhan.
3. Kontrol lingkungan yang 3. Memberikan kondisi lingkungan
memperberat rasa nyeri. yang nyaman untuk membantu
meredakan nyeri
4. Berikan teknik nonfarmakologis 4. Salah satu cara mengurangi nyeri
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 5. Agar klien atau keluarga dapat
untuk mengurangi rasa nyeri melakukan secara mandiri ketika
nyeri kambuh
6. Kaloborasi dengan dokter pemberian 6. Bekerja sama dengan dokter
analgetik, jika perlu. dalam pemberian dosis obat

Diagnosa IV : Hipervolemia berhubungan dengan Kelebihan asupan cairan


Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelola kelebihan volume cairan intravaskuler
dan ekstraseluler serta mencegah terjadinya komplikasi
22

Kriteria Hasil : Agar asupan cairan klien tidak mengalami kelebihan atau
kekurangan
Rencana tindakkan :
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
3. Monitor status hemodinamik
4. Monitor intake atau output cairan
5. Batasi asupan cairan dan garam
6. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
7. Ajarkan cara membatasi cairan
8. Kolaborasi pemberian diuretik

Diagnosa V : Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7 jam diharapkan dapat
berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil :
- Nafsu makan klien meningkat
- Berat badan kembali normal
- Porsi makan klien habis

Intervensi Rasional
1. Identifikasi status gizi 1. Mengetahui status nutrisi klien
2. Identifikasi makanan yang 2. Untuk mengetahui makanan yang
disukai disukai
3. Identifikasi kebutuhan kalori dan 3. Meningkatkan berat badan klien
jenis nutrien
4. Sajikan makanan secara menarik 4. Untuk menambah daya nafsu klien
dan suhu yang sesuai
5. Anjurkan posisi duduk pada saat 5. Untuk mencerna makanan dengan
makan, jika mampu baik
6. Kolabrasi dengan ahli gizi untuk 6. Bekerja sama dalam pemberian
menentukan jumlah kalori dan makanan sesuai dengan
jenis nutrien yang dibutuhkan jika kebutuhan klien untuk
perlu mendapatkan hasil yang maksimal

Diagnosa VI : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan


antara suplai dan kebutuhan oksigen.
23

Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk mengatasi


atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan.
Kiteria hasil : Agar klien tidak mengalami kelelahan yang berlebihan
Intervensi :
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi). Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan
dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu
melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2010).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tahap evaluasi menentukan
kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respon pasien
terhadap keefektifan intervensi keperawatan, kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah
tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
24

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Praktek : 03 Januari 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 03 Januari 2021 & Pukul 09:00 WIB
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : Sarjana Hukum
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Sepakat 9A Block D
Tgl MRS : 03 Januari 2021
Diagnosa Medis : Infark Miokard Akut (IMA)
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri, P : muncul saat beraktivitas, Q : seperti ditusuk-
tusuk, R : di dada, S : skala nyeri 8 (1-10), T : berlangsung selama 5-10
menit.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien Ny. J, umur 48 tahun, Alamat Jln. Sepakat 9A Block D Palangka
Raya datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada bagian dada seperti
ditusuk-tusuk selama 10 menit, lalu merasa lelah dan letih kemudian
dilakukan pemeriksaan TTV Nadi : 100x/menit, RR : 24x/menit, TD :
140/90 mmHg, Suhu : 36,7 C0 di lakukan lagi pemeriksaan fisik
didapatkan ada suara jantung S3, muka tampak pucat kemudian pasien
dilakukan pemeriksaan photo pemeriksaan EKG didapatkan hasil ST
Elevasi dan pemeriksaan darah Gula Darah, CT/BT, LDH, SGOT, SGPT,
24
25

Hb, Ureum, Kreatinin kemudian pasien diberi terapi O2 3L/Menit, Infus


D5 % 20 tetes/menit, Injeksi Keterolak 3x40 mg, Injeksi OMZ 1x1, Obat
oral : ISDN 3 x 10 mg, ASPILET 3x1.

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien
Genogram :

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
Hubungan keluarga
= Menikah

= Pasien

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum :
Klien tampak pucat, klien tampak meringis, lemah dan letih, kesadaran
compos mentis, posisi berbaring semi fowler.
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, klien tampak pucat, ekpresi wajah
klien meringis, bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien
26

berbicara jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien kurang rapi, klien
mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat dan
keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik,
dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian TTV klien, suhu tubuh klien/ S = 36,7°C tempat
pemeriksaan axilla, nadi/N = 100 x/menit dan pernapasan/ RR = 20 x/menit,
tekanan darah TD = 140/ 90 mmhg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok, klien
tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, terdapat nyeri dada, tidak
sesak nafas, tidak dypsnea, type pernapasanan klien tampak menggunakan dada
dan perut, irama pernapasan teratur dan suara nafas klien vesikuler, tidak ada
suara napas tambahan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.3.5 Cardiovasculer (Blood)
Klien merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki, klien
tampak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing finger, tidak
sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada pingsan, capillary
refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik, tidak ada terdapat
oedema, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak mengalami
peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) regular dan ada suara jantung S3.
Keluhan lainnya : Nyeri dada
Masalah keperawatan : Penurunan Curah Jantung
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal
baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien
tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, tidak
vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, tidak
bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
27

3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan


seperti : minyak kayu putih atau alcohol.
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter,
perawat dan keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa
pahit dan manis.
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : Klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki, kestabilan
tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik skala 1, trisep
kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri klien baik skla 1,
patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan kiri klien baik skla 1,
serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skala 1.
Keluhan lainnya : P : muncul saat beraktivitas, Q : seperti ditusuk-tusuk, R : di
dada, S : skala nyeri 8 (1-10), T : berlangsung selama 5-30 menit.
Masalah keperawatatan : Nyeri akut
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder)
28

Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 4 x
24 jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak
mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak inkotinen, tidak oliguria,
tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak
hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien
tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada
peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari
warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem tidak konstipasi, tidak
kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal 15 x/hari, dan tidak ada
terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak
ada paralise, tidak ada hemiparese, tidka ada krepitasi, tidak ada bengkak, tidak
ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot klien teraba
simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan ektermitas bawah = 5
(normal). tidak terdapat peradangan dan perlukakaan di bagian punggung bagian
kanan, tangan kanan, pantat kaki kiri dan kaki kanan dan tidak ada patah tulang,
serta tulang belakang klien tampak teraba normal.
Masalsah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit normal, turgor baik, tekstur
halus, tidak terdapat lesi, tidak terdapat jaringan parut, tekstur rambut halus, tidak
terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.11 Sistem Penginderaan
3.1.3.11.1 Mata/Penglihatan
29

Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien
tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri
(VOS) = 6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis, kornea
bening, tidak terdapat alat bantu penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya
nyeri.
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien
bergerak bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi Wanita
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada perdarahan, tidak ada flour albus, clitoris tidak menonjol, labia
lengkap, uretra baik/normal, kebersihan baik, dan tidak ada keluhan lainnya.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang
kerumah”.
3.1.4.2 Nutrisi dan Metabolisme
Klien tidak ada program diet, klien tidak merasa mual, tidak ada muntah,
tidak mengalami kesukaran menelan dan tidak ada merasa haus.
TB : 165 Cm
BB sekarang : 55 Kg
30

BB Sebelum sakit : 55 Kg
IMT = BB
(TB)²
= 55
(165)²
= 20,2 (normal)

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 3x/hari 3x/ hari
Porsi 2 sedang 2 sedang

Nafsu makan Baik Baik


Jenis Makanan Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam 1500 cc 1600 cc
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Keluhan lainnya : tidak ada
Maslsah keperawatan : tidak ada
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola istirahat dan tidur.
Sebelum sakit tidur malam klien sekitar 7-8 jam dan tidur siang sekitar 1-2 jam,
sesudah sakit tidur malam klien sekitar 8-9 jam dan tidur siang 1-2 jam.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.4.4 Kognitif
Klien mengatakan “ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya”
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang ibu rumah
tangga, klien orang yang ramah”.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
31

3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari


Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas, namun sesudah sakit
klien tidak dapat beraktivitas secara bebas akibat gerakan terbatas dan didampingi
oleh suaminya.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Suami klien mengatakan bila ada masalah Ny. J selalu bercerita dan
meminta bantuan kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Ny.J.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Suami klien mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan
dengan keyakinan yang di anut.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
3.1.5 Sosial - Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan
keluhan yang dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa
Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap
saat selalu memperhatikan dan mendampingi Ny. J selama diarawat di rumah
sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat
berkomunikasi juga dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah keluarganya.
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk bermain dengan keluaga.
32

3.1.5.7 Kegiatan beribadah :


Sebelum sakit klien selalu menjalani ibadah di gereja yang didampingi oleh
suaminya di saat sakit klien hanya dapat berdoa
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)
Data penunjang : 03 Januari 2021
Tabel pemeriksaan laboratorium
Tgl Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
29/10/202 HGB 12 gr% 12 – 16
0
Leukosit 9.000/mm3 4.500 – 11.000

Trombosit 260.000/mm3 140.000 - 450.000

Ht 47vol% 38,8 - 50%

Glukosa - Sewaktu 113 mg/dl 4.64 x < 200


Ureum 38 mg/dl 4,00 – 5,50 x 10^6uL
Creatinin 0,76 mg/dl 0,7 – 1,5
HbsAg (-)/Negatif (-)/Negatif
Natrium (Na) 1.38 mmol/L 135 – 148 mmol/L
Kalium (K) 3,4 mmol/L 3,5 – 5,3 mmol/L
Calcium (Ca) 1,13 mmol/L 0,98 – 1,2 mmol/L

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


No Terapi Medis Dosis Rute Indikasi
.
1. Oksigen 3 L/menit Untuk membantu
mengurangi sesak napas
2. Infus D5 20 tpm IV Untuk memenuhi
kebutuhan cairan dan
elektrolit
3. Injeksi Keterolak 3x40 mg Injeksi Untuk mengatasi
penumpukan cairan
didalam tubuh
4. Injeksi OMZ 1x1 Injeksi Untuk mengatasi
gangguan lambung
5 Isosorbide Dinitrate 3x10 mg Oral Untuk meredakan nyeri
dada dan agar aliran darah
(ISDN)
dapat mengalir lebih
33

lancar ke otot jantung


6 ASPILET 3x1 Oral Untuk mengobati serta
mencegah nyeri dada pada
serangan jantung

Palangka Raya, 07 Januari 2021


Mahasiswa

Ruly Ramadana
34

ANALISIS DATA

DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB

DS : Klien mengatakan cepat Suplai darah ke otot


lelah, badan terasa lemas jantung menurun
Penurunan Curah
DO : Jantung
Mengenai ventrikel kiri
- Klien nampak pucat
- Pemerikasaan
EKG :Irama jantung tidak Kontraksi ventrikel kiri
teratur (Aritmia), Denyut
jantung lambat Fungsi ventrikel kiri
(Bradikardia). menurun
- TTV :
TD : 140/90 mmHg Tekanan pengisian
N : 100 x/menit diastolic menurun
S : 36,7 0C
RR : 20 x/menit Penurunan Curah Jantung

Nekrosis miokard
DS : Klien mengatakan nyeri Nyeri Akut
muncul saat beraktivitas, seperti
Peningkatan metabolisme
ditusuk-tusuk, nyeri di dada,
berlangsung selama 5-30 menit. asam laktat

DO : Tranmisi nyeri
- Nampak tangan
memegang dada Korteks serebri
- Ekspresi wajah meringis
- Skala nyeri 8 (1-10) Persepsi nyeri
- TTV
TD : 140/90 mmHg
Nyeri Akut
N : 100 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 20 x/menit

Intoleransi
35

DS: Penurunan suplay O2 ke Aktivitas


jaringan
Klien mengatakan merasa letih
dan mudah kelelahan dan
mengganggu aktivitasnya
DO : Kelemahan/Keletihan

1. Klien nampak letih dan lesu


2. Nampak aktivitas masih di Intoleransi Aktivitas
bantu oleh keluarga dan
perawat
3. Skala aktivitas 3
4. CRT 4 detik
36

3.2 Prioritas Masalah

1. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan irama jantung


ditandai dengan Ny.J mengatakan cepat lelah dan badan terasa lemas, klien
nampak pucat, Pemeriksaan EKG Irama jantung tidak teratur (Aritmia),
Denyut jantung lambat (Bradikardia), TTV : TD : 140/90 mmHg, N :
100x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,70C
2. Nyeri akut berhubungan dengan infark miokard akut yang ditandai dengan
Ny. J merasa nyeri muncul saat beraktivitas, seperti ditusuk-tusuk di dada,
skala nyeri 8 (1-10), berlangsung selama 5-30 menit, cara berbaring semi-
fowler, ekspresi wajah meringis, dan hasil pemeriksaan TTV : TD : 140/90
mmHg, N : 100 x/menit, S : 36,7 0C, RR : 20 x/menit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan klien mengatakan merasa letih dan
mudah kelelahan dan menggangggu aktivitasnya, klien Nampak letih dan
lesu, Nampak aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat, skala aktivitas 3,
CRT 4 detik
36

3.3 Rencana Keperawatan


Nama Pasien : Ny. J
Ruang Rawat : Sistem Kardiovaskular
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Penurunan Curah Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tanda/gejala primer 1. Untuk mengetahui perkembangan
penurunan curah jantung primer penurunan curah jantung
Jantung berhubungan keperawatan selama 3 × 24 jam.
Diharapkan Irama jantung klien 2. Identifikasi tanda/gejala 2. Untuk mengetahui perkembangan
dengan Perubahan irama sekunder penurunan curah sekunder penurunan curah
dapat kembali normal dengan
jantung jantung
jantung ditandai dengan kriteria hasil
3. Monitor TTV
Ny.J mengatakan cepat 3. Untuk mengetahui perkembangan
- Klien tidak mudah lelah
4. Monitor EKG tanda vital
lelah dan badan terasa - Klien tidak terasa lemas
4. Agar mengetahui perkembangan
- TTV kembali dalam rentang
lemas, klien nampak pucat, 5. Periksa tekanan darah dan irama jantung klien
normal
frekuensi nadi sebelum 5. Agar mengetahui perkembangan
Pemeriksaan EKG Irama
pemberian obat nadi dan tekanan darah klien
jantung tidak teratur 6. Kolaborasi pemberian sebelum diberi obat
antiaritmia, jika perlu 6. Untuk membantu klien jika
(Aritmia), Denyut jantung
terjadi irama jantung tidak teratur
lambat (Bradikardia),
TTV : TD : 140/90 mmHg,
N : 100x/menit, RR :
20x/menit, S : 36,70C
37

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


2. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Selalu memantau
keperawatan 3x24 jam diharapkan durasi, frekuensi, kualitas, perkembangan nyeri
dengan infark miokard akut
masalah nyeri klien dapat teratasi, intensitas nyeri
yang ditandai dengan Ny. J dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang 2. Mencari tahu faktor
memperberat dan memperingan memperberat dan memperingan
merasa nyeri muncul saat 1. Keluhan nyeri menurun nyeri nyeri agar mempercepat proses
beraktivitas, seperti 2. Meringis menurun kesembuhan.
3. Skala Nyeri 0 (1-10) 3. Kontrol lingkungan yang 3. Memberikan kondisi
ditusuk-tusuk di dada, skala 4. Klien dapat rileks memperberat rasa nyeri. lingkungan yang nyaman untuk
nyeri 8 (1-10), berlangsung membantu meredakan nyeri
4. Berikan teknik nonfarmakologis 4. Salah satu cara mengurangi
selama 5-30 menit, cara
nyeri
berbaring semi-fowler, 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis 5. Agar klien atau keluarga dapat
untuk mengurangi rasa nyeri melakukan secara mandiri
ekspresi wajah meringis,
ketika nyeri kambuh
dan hasil pemeriksaan TTV 6. Kaloborasi dengan dokter 6. Bekerja sama dengan dokter
pemberian analgetik, jika perlu. dalam pemberian dosis obat
: TD : 140/90 mmHg, N :
100 x/menit, S : 36,7 0C,
RR : 20 x/menit.
38

3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kelelahan fisik 1. Mengetahui status tingkat
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 2. Monitor lokasi dan kelelahan
setelah diberikan intervensi
ketidakseimbangan antara ketidaknyamanan selama 2. Untuk mengetahui lokasi
intoleransi aktivitas dengan
suplai dan kebutuhan kriteria hasil : melakukan aktivitas yang membuat pasien tidak
oksigen ditandai dengan 3. Lakukan latihan rentang gerak nyaman
- Frekuensi nadi normal
klien mengatakan merasa pasif dan aktif 3. Meningkatkan kinerja otot
- Dapat kembali beraktivitas
letih dan mudah kelelahan 4. Sediakan lingkungan yang 4. Lingkungan yang nyaman
dengan baik
dan menggangggu nyaman dapat membuat pasien rileks
- Rasa letih berkurang
aktivitasnya, klien Nampak 5. Bantu aktivitas klien sehingga dapat mempercepat
letih dan lesu, Nampak 6. Anjurkan pasien tirah baring proses kesembuhan
aktivitas di bantu oleh 7. Kolaborasi dengan ahli gizi 5. Memudahkan aktivitas klien
keluarga dan perawat, skala untuk meningkatkan asupan 6. Istirahat yang cukup agar
aktivitas 3. makanan mempercepat proses
penyembuhan
7. Berikan asupan makanan agar
pasien mendapat energi yang
cukup
39

3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanda tangan dan


Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
1. Minggu, 03 1. Memonitor TTV S : Klien mengatakan pada saat beraktivitas Ruly Ramadana
Januari 2021 2. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan masih terasa lelah dan lemas lagi.
curah jantung
Pukul 09:00 WIB 3. Memonitor EKG O:
4. Berkolaborasi pemberian antiaritmia
Pukul 11:00 WIB - Klien nampak pucat
- Irama jantung Aritmia, bradikardi
- TTV : TD : 140/90 mmHg, N :
Pukul 14:00 WIB
100x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,70C
- Berkolaborasi dalam pemberian ISDN
3x10mg untuk meredakan nyeri dada dan
agar aliran darah dapat mengalir lebih
lancar ke otot jantung
A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

Monitor TTV dan EKG

Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


40

Nama Perawat
2. Senin, 04 1. Mengidentifikasi faktor yang memperberat S: Ruly Ramadana
Januari 2021 dan memperingan nyeri. 1. Klien mengatakan rasa nyeri yang di
Pukul 07:00 WIB 2. Memberikan teknik napas dalam. rasakan sedikit berkurang
3. Memfasilitasi suasana ruangan tenang (tidak O:
Pukul 09:00 WIB
bising). 1. Klian Nampak sesekali masih meringis
Pukul 11:00 WIB 4. Berkaloborasi dengan dokter pemberian akibat adanya gerakan, lalu kembali
analgetik (Kataroc tablet 20 mg pemberian 3 rileks ketika kondisi ruangan menjadi
Pukul 14:00 WIB
kali/hari) tenang.
2. Klien Nampak sudah terbiasa dengan
tehknik napas dalam sehingga rasa
nyeri sedikit terkontrol
3. Klien nampak rileks beristirahat ketika
suasana menjadi tenang
4. Setelah di berikan terapi obat klien
Nampak lebih rileks meskipun sesekali
masih meringis
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 3,4
3. Selasa, 05 1. Ajarkan latihan rentang gerak pasif dan aktif S: Klien mengatakan rasa letih berkurang Ruly Ramadana
Januari 2021 2. Menyediakan lingkungan yang nyaman O:
41

Pukul 07:00 WIB 3. Membantu aktivitas klien - Klien nampak sudah bisa melakukan
4. Berikan aktivitas distraksi yang gerakan rom meskipun masih di bantu
Pukul 09:00 WIB keluarga
menenangkan
- Klien nampak rileks pada saat situasi
Pukul 11:00 WIB 5. Anjurkan pasien tirah baring tenang tanpa ada suara bising.
- Klien nampak tengah membaca buku
Pukul 14:00 WIB bergambar dengan tenang
- Klien nampak beristirahat (tidur)
dengan pulas
A:
Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Memberikan asupan makanan yang bergizi
Memberikan lingkungan yang nyaman
Membantu aktivitas klien
42

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan studi kasus pada Ny. J dengan gangguan sistem
Kardiovaskuler IMA di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dapat
disimpulkan beberapa hal diantaranya :
1. Pada pengkajian klien dengan Sesak napas, kita harus cermat dalam
pengumpulan data yaitu dengan mengetahui keluhan utama yang normal,
riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan fisik dan pola
kehidupan sehari-hari klien.
2. Diagnosa yang muncul ditentukan dari kondisi klien dan patofisiologi
penyakit klien.
3. Untuk menentukan prioritas diperlukan pengetahuan perawat mengenai
kondisi klien yang ada di lapangan, dengan mendahulukan kebutuhan/
keadaan yang mendesak untuk diselesaikan/diatasi yang mungkin dapat
membahayakan klien.
4. Pada rencana tindakan tidak semua diterpkan dalam implemntasi secara
ideal, tetapi dissuaikan dengan situasi kondisi dan fasilitas ruangan.
5. Evaluasi secara umum terhadap klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian. Hal ini terjadi
karena keterbatasan dalam waktu.
6. Keberhasilan tujuan dapat dicapai dalam asuhan keperawatan yang
diberikan pada Ny. J jika melibatkan peran klien, keluarga dan tim
kesehatan lain.
Asuhan keperawatan medis pada Ny. J dengan penyakit IMA dalam
pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam
pelaksanaan intervensi dan implementasi. Dimana masalah yang ditemukan pada
kasus Ny. J dengan diagnosa Penurunan curah jantung, nyeri akut, dan intoleransi
aktivitas. Dengan hasil yang cukup membaik.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita diharapkan mampu memahami dan
mengetahui masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem pencernaan pada
43

pasien, agar perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut.
Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien,
perawat harus mampu memenuhi kebutuhan pasien, salah satunya adalah
kebutuhan yang berhubungan dengan sistem kardiovaskular. Perawat bisa
memberikan edukasi kesehatan agar kejadian ini tidak terulang atau kambuh pada
klien yang sama.
44

DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Muralitharan, (2015).Dasar-dasar patofisiologi terapan: Panduan penting untuk
mahasiswa keperawatan dan kesehatan. Jakarta: Bumi Aksara.

Judith M. Wilkinson, P. A. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:


EGC.

Morton, G. (2012). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 dan 2. Jakarta: Media


Aesculapius.

Peate, M. N. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan edisi 2. Jakarta: Bumi


Medika.

Budiman, Fentia dkk. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat


Kecemasan pada Pasien Infark Miokard Akut di Ruangan CVCU RSUP
Prof.DR.R.D. Kandou Manado.
<https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/articel/view/10139/9725> dilihat
13 Januari 2018.
Bullechek. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). Missouri : Elsevier.
Bullechek. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Missouri :
Elsevier.
Gustiyani, Risa dkk. (2016). Pengalaman Perawat dalam Penanganan Pasien
Penyakit Kardiovaskuler dengan AMI (Akut Miokard Infark)di IGD RSU dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. <http://digilib.stikeskusumahus
ada.ac.id/files/disk1/33/01-gdl-risagustiy-1631-1-artikel-6.pdf> dilihat 12
Januari 2018.
Herdman & Kamitsuru. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi.
45

Jakarta : EGC.
ICME, Stikes. (2017). Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus.
Jombang : Stikes Icme.
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Banjarmasin : Salemba Medika.
41
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan : Salemba
Medika
Price, Sylvia A. & Wilson, Lorraine M. (2006). Pathofisiologi Edisi 6. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai