Y DENGAN
DIAGNOSA MEDIS EPILEPSI
PADA SISTEM PERSYARAFAN
DISUSUN OLEH :
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners, Pembimbing Akademik
ii
3
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada An. Y Dengan Diagnosa
Medis Epilepsi Pada Sistem Persyarafan. Asuhan Keperawatan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK2).
Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa asuhan keperawatan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan asuhan keperawatan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
iii
4
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit...........................................................................................4
2.1.1 Definisi....................................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi....................................................................................5
2.1.3 Etiologi....................................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi.............................................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis..................................................................................10
2.1.7 Komplikasi.............................................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................10
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..........................................................................11
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan..............................................................11
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................15
2.2.3 Intervensi Keperawatan.........................................................................15
2.2.4 Implementasi Keperawatan...................................................................19
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................19
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................20
3.1 Pengkajian..................................................................................................20
3.2 Diagnosa.....................................................................................................32
3.3 Intervensi....................................................................................................33
3.4 Implementasi..............................................................................................36
3.5 Evaluasi......................................................................................................36
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................39
4.1 Kesimpulan.................................................................................................39
4.2 Saran...........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
iv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Syaifuddin (2006), cerebellum atau otak kecil terletak pada bagian
bawah dan bagian belakang tengkorak di pisahkan dengan cerebellum oleh fisura
tranversalis oleh pons varoli dan di atas medulla oblongata. Organ ini banyak
menerima serabut eferen sensoris. Sedangkan menurut Setiadi (2007), cerebellum
mempunyai 2 hemisfer yang dihubungkan oleh fermis, berat cerebellum lebih
kurang 150 gram (85-90%) dari berat otak seluruhnya.
Bentuknya oval,bagian yang mengecil pada sentral di sebut vermis dan
bagian-bagian yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Cerebellum
berhubungan dengan batang otak melalui pendunkulus serebriinferior. Permukaan
cerebellum berlipat-lipat menyerupai cerebellum tetapi lipatannnya lebih kecil dan
lebih teratur permukaan cerebellum ini mengandung zat kelabu.
Menurut Setiadi (2007), setiap pergerakan memerlukan koordinasi dalam
kegiatan sejumlah otot. Otot antagonis harus mengalami relaksasi secara teratur
dan otot diperlukan oleh bermacam pergerakan.
2.1.3 Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (idiopatik),
sering terjadi pada:
1. Trauma lahir, Asphyxia neonatorum
2. Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf
3. Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol
4. Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)
5. Tumor Otak
6. Kelainan pembuluh darah (Tarwoto, 2007).
Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama,
ialah epilepsi idopatik, remote simtomatik epilepsi (RSE), epilepsi simtomatik
akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat
peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol,
ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan
sindrom yang berbeda, masing-masing dengan prognosis yang baik dan yang
buruk.
7
Kejang demam
Remaja (12- 18 th) Idiopatik
Trauma
Gejala putus obat dan alcohol
Malformasi anteriovena
Dewasa Muda (18- 35 th) Trauma
Alkoholisme
Tumor otak
Dewasa lanjut (> 35) Tumor otak
Penyakit serebrovaskular
Gangguan metabolik (uremia, gagal hepatik, dll )
Alkoholisme
2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Epilepsi partial (lokal, fokal)
1) Epilepsi parsial sederhana, yaitu epilepsi parsial dengan kesadaran tetap
normal. Dengan gejala motorik
1. Fokal motorik tidak menjalar: epilepsi terbatas pada satu bagian tubuh saja
2. Fokal motorik menjalar : epilepsi dimulai dari satu bagian tubuh dan
menjalar meluas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson.
3. Versif : epilepsi disertai gerakan memutar kepala, mata, tuibuh.
4. Postural : epilepsi disertai dengan lengan atau tungkai kaku dalam sikap
tertentu
5. Disertai gangguan fonasi : epilepsi disertai arus bicara yang terhenti atau
pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu
6. Dengan gejala somatosensoris atau sensoris spesial (epilepsi disertai
halusinasi sederhana yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan
yang disertai vertigo).
7. Somatosensoris: timbul rasa kesemuatan atau seperti ditusuk-tusuk jarum.
8. Visual : terlihat cahaya
9. Auditoris : terdengar sesuatu
10. Olfaktoris : terhidu sesuatu
11. Gustatoris : terkecap sesuatu
9
2. Tonik
Pada epilepsi ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku
pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai.
Epilepsi ini juga terjadi pada anak.
3. Tonik- klonik
Epilepsi ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan
nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-tanda yang
mendahului suatu epilepsi. Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh
badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-kira ¼ – ½ menit diikutti kejang
kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan
napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika
kejang meningkat, mulut menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin
pula pasien kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien
tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih
rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal,
lelah, nyeri kepala.
4. Atonik
Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga
pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Epilepsi
ini terutama sekali dijumpai pada anak.
2.1.4.3 Epilepsi tak tergolongkan
Termasuk golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata
yang ritmik, mengunyah, gerakan seperti berenang, menggigil, atau pernapasan
yang mendadak berhenti sederhana.
2.1.5 Patofisiologi
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-
juta neuron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Asetilkolin dan
norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA
(gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik
12
sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik
di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan
menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian
seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan
listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang
mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak
yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer
yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia
retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-
impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat manifestasi
kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
Selain itu, epilepsi juga disebabkan oleh instabilitas membran sel saraf,
sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan. Hal ini terjadi karena adanya
influx natrium ke intraseluler. Jika natrium yang seharusnya banyak di luar
membrane sel itu masuk ke dalam membran sel sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit,
yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan
depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabkan peningkatan
berlebihan neurotransmitter aksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah
fokus kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan
patologik. Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi muatan yang
berlebihan tersebut. Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum
kemungkinan besar bersifat apileptogenik, sedangkan lesi di serebrum dan batang
otak umumnya tidak memicu kejang. Di tingkat membran sel, sel fokus kejang
memperlihatkan beberapa fenomena biokimiawi, termasuk yang berikut :
1. Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami
pengaktifan.
2. Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan
menurun dan apabila terpicu akan melepaskan muatan menurun secara
berlebihan.
13
Tumor Otak
Trauma lahir, Asphyxia neonatorum Perubahan difusi Na+ dan K+
Epilepsi
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone
maupun perubahan biokimiawi pada sel-sel di otak sendiri atau pada lingkungan
sekitar otak. Terjadinya perubahan ini dapat diakibatkan antara lain oleh trauma
fisik, benturan, memar pada otak, berkurangnya aliran darah atau zat asam akibat
penyempitan pembuluh darah atau adanya pendesakan/rangsangan oleh tumor.
Perubahan yang dialami oleh sekelompok sel-sel otak yang nantinya menjadi
biang keladi terjadinya epilepsi diakibatkan oleh berbagai faktor.
2.1.7 Komplikasi
Epilepsi yang terjadi pada penderita di tempat-tempat yang tidak terduga,
dapat membuat penderita berisiko menderita cedera atau patah tulang akibat
terjatuh saat kejang. Selain bahaya cedera, penderita epilepsi dapat mengalami
komplikasi seperti epileptikus dan kematian mendadak.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan dan Magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi pada
otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif
serebral. Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang
tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun
kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal
atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas
2. Elektroensefalogram(EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu
serangan
3. Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
- mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
- menilai fungsi hati dan ginjal
- menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan
adanya infeksi).
- Pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
2.1.9.1 Selama Kejang
1. Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu
2. Mengamankan pasien di lantai jika memungkinkan
3. Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari bendar keras,
tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat / benda berbahaya.
12
Intervensi Rasional
1. Monitor kelelahan fisik 1. Mengetahui status tingkat
2. Monitor lokasi dan kelelahan
ketidaknyamanan selama 2. Untuk mengetahui lokasi yang
melakukan aktivitas membuat pasien tidak nyaman
16
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Selasa, 08 Desember 2020 pukul
09.00 WIB pada An. Y jenis kelamin Laki-laki, berusia 12 Tahun, suku
Dayak/Indonesia, Agama Kristen, Pekerjaan pelajar, SD, alamat Jl. Bangas,
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 01 Desember 2020 dengan Diagnosa Medis
Epilepsi.
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengeluh sesak napas.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 01 Desember 2020 keluarga mengatakan klien mengalami
sesak napas dan juga penurunan kesadaran disertai rasa letih dan lemas.
Pada tanggal 01 Desember 2020 klien dilarikan ke Rumah Sakit oleh
keluarganya, klien datang kerumah sakit pukul 09:00 WIB, klien
mengatakan sejak seminggu yang lalu mengalami sesak napas dan letih
hingga terkadang kejang. Ditemukan data dari IGD TTV : TD 130/90
mmHg, N : 110 x/menit, RR : 29x/menit, S : 37 0C, dan terpasang oksigen
nasal kanul 3 l/mnt, dan infus Nacl 0,9 ditangan sebelah kiri.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya cukup banyak yang memiliki tekanan
darah tinggi .
17
18
Genogram :
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
Hubungan keluarga
= Menikah
= Pasien
Pada saat pengkajian TTV klien, suhu tubuh klien/ S = 37°C tempat
pemeriksaan axilla, nadi/N = 110 x/menit dan pernapasan/ RR = 29 x/menit,
tekanan darah TD = 130/ 90 mmhg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok, klien
tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, sianosis, tidak terdapat nyeri dada,
sesak nafas, dypsnea, type pernapasanan klien tampak menggunakan dada dan
perut, irama pernapasan tidak teratur dan suara nafas klien tidak vesikuler, ada
suara napas tambahan wheezing, terpasang Oksigen nasal kanul 3L/mnt.
Keluhan Lainnya : Klien mengeluh sesak napas
Masalah Keperawatan : Pola Napas Tidak Efektif
3.1.3.5 Cardiovasculer (Blood)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki,
klien tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing
finger, tidak sianosis, merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada pingsan,
capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik, tidak ada
terdapat oedema, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak
mengalami peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) reguler dan tidak ada
mengalami kelainan.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 3 (membuka mata setelah menerima rangsang suara seperti
teriakan/panggilan), V = 4 (komunikasi verbal bingung dengan arah pembicaraan,
tapi masih menjawab pertanyaan), M = 5 (bergerak secara terkontrol apabila ada
rangsang nyeri), total nilai GCS = 12 (apatis), kesadaran klien tampak normal,
pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, tidak vertigo, tampak
gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, terkadang bingung,
tidak dysarthria dan mengalami kejang.
Uji Syaraf Kranial :
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktorius) : Klien kesulitan membedakan bau-
bauan seperti : minyak kayu putih atau teh dan kopi.
20
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat mendengar perkataaan
dokter, perawat dan keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa
pahit dan manis.
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Asesori) : Klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi :
Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari kehidung.
Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki, kestabilan
tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik skala 1, trisep
kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri klien baik skla 1,
patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan kiri klien baik skla 1,
serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skala 1.
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah keperawatatan : Tidak ada masalah
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml 4 x
24 jam (normal), dengan warna kuning khas aroma ammonia, klien tidak
mengalami masalah atau lancer, tidak menetes, tidak inkotinen, tidak oliguria,
21
tidak nyeri, tidak retensi, tidak poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak
hematuria, tidak terpasang kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien
tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada
peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari
warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem tidak konstipasi, tidak
kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal 15 x/hari, dan tidak ada
terdapat nyeri tekan ataupun benjolan.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak
ada paralise, tidak ada hemiparese, tidka ada krepitasi, tidak ada bengkak, tidak
ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, mengalami keletihan,
ukuran otot klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 4 (cukup
lemah) dan ektermitas bawah = 4 (Cukup lemah). tidak terdapat peradangan dan
perlukakaan di bagian punggung bagian kanan, tangan kanan, pantat kaki kiri dan
kaki kanan dan tidak ada patah tulang, serta tulang belakang klien tampak teraba
normal.
Keluhan lainnya : Klien mengatakan merasa letih dan lemas dan terkadang juga
tidak sadarkan diri
Masalsah keperawatan : Intoleransi Aktivitas dan Resiko Cidera
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan dan lainnya.
Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit normal, turgor baik, tekstur halus,
tidak terdapat lesi, tidak terdapat jaringan parut, tekstur rambut halus, tidak
terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris.
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.11 Sistem Penginderaan
3.1.3.11.1 Mata/Penglihatan
22
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata klien
tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata kiri
(VOS) = 6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis, kornea
bening, tidak terdapat alat bantu penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya
nyeri.
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan
tidak tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien
bergerak bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi Laki-laki
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, gland penis tampak normal, Maetus uretra lancar, tidak ada Discharge,
srotum tampak normal, tidak terdapat hernia.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan mengetahui persepsi tentang kesehatan dan penyakit.
3.1.4.2 Nutrisi dan Metabolisme
Klien ada program diet biasa, mengalami kesukaran menelan dan tidak ada
merasa haus.
TB : 148 Cm
BB sekarang : 38 Kg (21,9 Normal)
BB Sebelum sakit : 50 Kg (22,8 Normal)
23
Ibu klien mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan
dengan keyakinan yang di anut.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.5 Sosial - Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan
keluhan yang dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa
Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap
saat selalu memperhatikan dan mendampingi An. Y selama diarawat di rumah
sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat
berkomunikasi juga dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah keluarganya.
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk bermain dengan keluaga.
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalan ibadah di gereja yang didampingi oleh
keluarganya di saat sakit klien dan keluarga hanya dapat berdoa.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)
Data penunjang : 02 Desember 2020
Tabel pemeriksaan laboratorium
No PARAMETER HASIL SATUA NILAI
N NORMAL
Ruly Ramadana
NIM : 2018.C.10a.0983
26
ANALISIS DATA
DS:
Terjadi bangkitan listrik
Klien mengatakan merasa letih
dan mudah kelelahan dan
mengganggu aktivitasnya Mengganggu
Intoleransi
DO : keseimbangan
Aktivitas
1. Klien nampak letih dan lesu Takikardi
2. Nampak aktivitas masih di
bantu oleh keluarga dan
Suplai darah menurun
perawat
3. Skala aktivitas 3
Kelelahan, letih dan
lemas
Intoleransi Aktivitas
27
Kejang
DS : Klien mengatakan merasa
lemas kejang hingga tak Kesadaran menurun
mengencerkan secret
10. Pemberian O2 dapat membantu
meringankan kerja paru
P:-
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan studi kasus pada An. Y dengan gangguan sistem
persyarafan Epilepsi di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dapat
disimpulkan beberapa hal diantaranya :
1. Pada pengkajian klien dengan Sesak napas, kita harus cermat dalam
pengumpulan data yaitu dengan mengetahui keluhan utama yang normal,
riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan fisik dan pola
kehidupan sehari-hari klien.
2. Diagnosa yang muncul ditentukan dari kondisi klien dan patofisiologi
penyakit klien.
3. Untuk menentukan prioritas diperlukan pengetahuan perawat mengenai
kondisi klien yang ada di lapangan, dengan mendahulukan kebutuhan/
keadaan yang mendesak untuk diselesaikan/diatasi yang mungkin dapat
membahayakan klien.
4. Pada rencana tindakan tidak semua diterpkan dalam implemntasi secara
ideal, tetapi dissuaikan dengan situasi kondisi dan fasilitas ruangan.
5. Evaluasi secara umum terhadap klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian. Hal ini terjadi
karena keterbatasan dalam waktu.
6. Keberhasilan tujuan dapat dicapai dalam asuhan keperawatan yang
diberikan pada An. Y jika melibatkan peran klien, keluarga dan tim
kesehatan lain.
Asuhan keperawatan medis pada An. B dengan penyakit Epilepsi dalam
pemberian asuhan keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam
pelaksanaan intervensi dan implementasi. Dimana masalah yang ditemukan pada
kasus An. B dengan diagnosa pola napas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan
resiko cedera. Dengan hasil yang cukup membaik.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita diharapkan mampu memahami dan
mengetahui masalah pada pasien, agar perawat mampu melakukan asuhan
39
keperawatan pada klien tersebut. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering
52
berinteraksi dengan pasien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan pasien,
salah satunya adalah kebutuhan yang berhubungan dengan sistem pencernaan.
Perawat bisa memberikan edukasi kesehatan agar kejadian ini tidak terulang atau
kambuh pada klien yang sama.
53
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes M. E. et all, 2012, Nursing Care Plans, Guidelines for Planning Patient Care,
Second Ed, F. A. Davis, Philadelpia.
Harsono (ED), 2019, Kapita Selekta Neurologi , Second Ed, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Luckman and Sorensen S, 1993, Medikal Surgical Nursing Psychology Approach, Fourt
Ed, Philadelpia London.
41
54