Di susun oleh :
Kelompok II D
1. Ni Ketut Dika Novita 2022-04-14901-048
2. Oktaviona 2022-04-14901-
3. Ruly Ramadana 2022-04-14901-
4. Yun Triasmita 2022-04-14901-
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.Y Dengan Diagnosa Medis Chronic Kidney
Disease (CKD)”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Profesi Ners. Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Hermanto, Ners., M.Kep selaku pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Elvry Marthalina, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan yang banyak
memberikan arahan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatanpengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok II D
DAFTAR ISI
Sampul ……………………………………………………………………………………………………………………..………...
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif
dan irreversible dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, yang menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah). CKD ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang irreversible pada suatu derajat atau tingkatan yang memerlukan terapi pengganti
ginjal yang tetap berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Smeltzer, 2019).
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam
hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urin (NKF,
2018).
Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan-lahan kearah yang semakin
buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya.
Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut
dan gagal ginjal kronis (Nurani & Mariyanti, 2018).
1.1.3 Etiologi
Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan tekanan darah tinggi,
yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National Kidney Foundation, 2018).
Keadaan lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal diantaranya adalah
penyakit peradangan seperti glomerulonefritis, penyakit ginjal polikistik, malformasi
saat perkembangan janin dalam rahim ibu, lupus, obstruksi akibat batu ginjal, tumor
atau pembesaran kelenjar prostat, dan infeksi saluran kemih yang berulang (Wilson,
2018).
1.1.4 Klasifikasi
Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of
National Kidney Foundation (NKF) tahun 2016 terdapat 5 stage pada penyakit gagal
ginjal kronik. Berdasarkan adanya kerusakan ginjal dan laju filtrasi glomerulus
(GFR), yang merupakan ukuran dari tingkat fungsi ginjal.
1.1.4.1 Stadium 1
Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada
ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama
penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat
perkembangan CKD dan mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh
darah.
1.1.4.2 Stadium 2
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi
ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD
kita dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi resiko masalah
kesehatan lain.
1.1.4.3 Stadium 3
Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada stadium
ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya
bekerja dengan dokter untuk mencegah atau mengobati masalah ini.
1.1.4.4 Stadium 4
Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk
komplikasi CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan
untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan membutuhkan
persiapan.
1.1.4.5 Stadium 5
Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja
cukup untuk menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau
pencangkokan ginjal.
1.1.5 Patofisiologi
Patofisiologi GGK pada awalnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya.
Namun, setelah itu proses yang terjadi adalah sama. Pada diabetes melitus, terjadi
hambatan aliran pembuluh darah sehingga terjadi nefropati diabetik, dimana terjadi
peningkatan tekanan glomerular sehingga terjadi ekspansi mesangial, hipertrofi
glomerular. Semua itu akan menyebabkan berkurangnya area filtrasi yang mengarah
pada glomerulosklerosis (Desitasari, Tri Gamya U, Misrawati. 2018). Tingginya
tekanan darah juga menyebabkan terjadi GGK. Tekanan darah yang tinggi
menyebabkan perlukaan pada arteriol aferen ginjal sehingga dapat terjadi penurunan
filtrasi (NIDDK, 2018).
Pada glomerulonefritis, saat antigen dari luar memicu antibodi spesifik dan
membentuk kompleks imun yang terdiri dari antigen, antibodi, dan sistem
komplemen. Endapan kompleks imun akan memicu 14 proses inflamasi dalam
glomerulus. Endapan kompleks imun akan mengaktivasi jalur klasik dan
menghasilkan Membrane Attack Complex yang menyebabkan lisisnya sel epitel
glomerulus . Terdapat mekanisme progresif berupa hiperfiltrasi dan hipertrofi pada
nefron yang masih sehat sebagai kompensasi ginjal akibat pengurangan nefron.
Namun, proses kompensasi ini berlangsung singkat, yang akhirnya diikuti oleh proses
maladaptif berupa nekrosis nefron yang tersisa (Harrison, 2019). Proses tersebut akan
menyebabkan penurunan fungsi nefron secara progresif. Selain itu, aktivitas dari
renin-angiotensinaldosteron juga berkontribusi terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan
progresivitas dari nefron (Sudoyo, 2009). Hal ini disebabkan karena aktivitas renin-
angiotensin-aldosteron menyebabkan peningkatan tekanan darah dan vasokonstriksi
dari arteriol aferen (Tortora, 2019).
Pada pasien CKD, terjadi peningkatan kadar air dan natrium dalam tubuh. Hal
ini disebabkan karena gangguan ginjal dapat mengganggu keseimbangan
glomerulotubular sehingga terjadi peningkatan intake natrium yang akan
menyebabkan retensi natrium dan meningkatkan volume cairan ekstrasel (Harrison,
2018). Reabsorbsi natrium akan menstimulasi osmosis air dari lumen tubulus menuju
kapiler peritubular sehingga dapatterjadi hipertensi (Tortora, 2018). Hipertensi akan
menyebabkan kerja jantung meningkat dan merusak pembuluh darah ginjal.
Rusaknya pembuluh darah ginjal mengakibatkan gangguan filtrasi dan meningkatkan
keparahan dari hipertensi. 15 Gangguan proses filtrasi menyebabkan banyak
substansi dapat melewati glomerulus dan keluar bersamaan dengan urin, contohnya
seperti eritrosit, leukosit, dan protein (Harrison, 2018).
Penurunan kadar protein dalam tubuh mengakibatkan edema karena terjadi
penurunan tekanan osmotik plasma sehingga cairan dapat berpindah dari
intravaskular menuju interstitial. Sistem renin-angiotensin-aldosteron juga memiliki
peranan dalam hal ini. Perpindahan cairan dari intravaskular menuju interstitial
menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal. Turunnya aliran darah ke ginjal akan
mengaktivasi sistem reninangiotensin-aldosteron sehingga terjadi peningkatan aliran
darah (Tortora, 2011). Gagal ginjal kronik menyebabkan insufisiensi produksi
eritropoetin (EPO). Eritropoetin merupakan faktor pertumbuhan hemopoetik yang
mengatur diferensiasi dan proliferasi prekursor eritrosit. Gangguan pada EPO
menyebabkan terjadinya penurunan produksi eritrosit dan mengakibatkan anemia
(Harrison, 2019).
Hiperglikemia
B1 B2 B3 B4 B5 B6
1
Penimbunan Retensi air dan Na Intake > Output Pasien CKD Cardiac output
Kadar kalium tinggi menurun
sampah metabolika
Penurunan produksi Kelebihan cairan Fungsi ginjal turun
Perfusi darah ke
Ureum menumpuk urine
Komplikasi infeksi Ginjal tidak berfungsi jaringan menurun
di rongga paru &
(sepsis) dengan baik Maka, minum
pleura
Iritasi saluran kencing dibatasi
Metabolisme anaerob
Proses pengolahan dalam
Gg. Proses difusi Toxoplasmosis Respon pelepasan ginjal tidak terjadi Peningkatan
kimiawi bradikin kebutuhan Penimbunan asam
laktat
Sesak Kejang Output kurang metabolisme
Nyeri akut
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang umumnya dialami oleh penderita CKD adalah anemia.
Anemia terjadi pada 80-90% pasien CKD. Anemia ini disebabkan karena defisiensi
dari eritropoietin. Defisiensi besi, kehilangan darah atau masa hidup darah yang
pendek sehingga mengakibatkan hemolisisi, defisiensi asam folat,penekanan sumsum
tulang oleh substansi uremik dan proses inflamasi yang akut maupun kronik
merupakan pencetus terjadinya anemia. Evaluasi terhadap anemia dilakukan saat
kadar hemoglobin ≤ 10g% atau hematocrit ≤ 30%, dengan mengevaluasi serum iron,
total iron binding capacity, mencari apabila ada usmber perdarahan, melihat
morfologi eritrosit dan mencari kemungkinan penyebab hemolysis lainnya.
Penatalaksanaan untuk anemia selain dari mencari factor penyebabnya adlaah dengan
pemberian eritropoeitin (EPO). Transfusi darah dapat dilakukan dengan indikasi yang
tepat dan pada pasien CKD harus dilakukan secara hati-hati dengan pemantauan yang
cermat. Karena transfuse darah yang dilakukan dengan tidak cermat dapat
menyebabkan kelehbihan cairan tubuh,hyperkalemia, sehingga memperburuk fungsi
ginjal.
Berikut adalah daftar komplikasi yang banyak dialami oleh pasien CKD :
1.1.7.1 Hiperfosfatemia
1.1.7.2 Hipokalcemia
1.1.7.3 Anemia
1.1.7.4 Hiperparatiroid
1.1.7.5 Hipertensi
1.1.7.6 Hiperhomosistinemia
1.1.7.7 Malnutrisi
1.1.7.8 Asidosis metabolic
1.1.7.9 Hiperkalemia
1.1.7.10 Dislipidemia
1.1.7.11 Uremia