PENDAHULUAN
1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi Diploma III Keperawatan Stikes
Eka Harap Palangka Raya.
2 Bagi Institusi
1) Untuk institusi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan pembelajaran untuk membantu proses asuhan keperawatannya.
2) Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan
bagi klien.
3 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan, apa saja alat-alat yang dapat membantu serta
menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hepertofi Nefron
GFR > 5%
Sekresi Kurang
Gangguang Entopoetin Informasi
Fungsi Ginjal
Kadar
HB tidak mengetahui
Retensi Urine Penyebab CKD
Oksihemoglobin
Frekuensi urine MK : Defisit
Berkurang Transport O2 Pengetahuan
Inkontinensia MK : Pola
Urine Napas
Tidak
MK : Gangguan Efektif
Eliminasi Urine
2.1.5 Tanda dan gejala
gagal ginjal kronis umumnya berkembang dari waktu ke waktu. Penurunan fungsi
ginjal yang dialami menyebabkan penumpukan cairan atau limbah tubuh dan masalah
elektrolit. Tergantung pada tingkat keparahannya, hilangnya fungsi ginjal memicu sejumlah
gejala berikut:
a. Mual dan muntah.
b. Kehilangan selera makan.
c. Kelelahan dan kelemahan..
d. Peningkatan atau penurunan frekuensi buang air kecil.
e. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
f. Sesak napas akibat penumpukan cairan di paru-paru.
g. Nyeri dada akibat penumpukan cairan di sekitar lapisan jantung.
Tergantung pada kondisi dan tingkat keparahan penyakit, gejala yang muncul akan
berbeda pada masing-masing pengidap. Gejala bisa saja merupakan akumulasi dari penyakit
lain yang dialami. Pada beberapa pengidap, mereka tidak mengembangkan gejala sampai
terjadi kerusakan ginjal permanen.
nda Dan Gejala
2.1.6 Komplikasi
Gagal ginjal kronis dapat memengaruhi hampir seluruh anggota tubuh. Komplikasi
yang dapat ditimbulkan antara lain:
1. Penumpukan cairan pada bagian tubuh (edema) atau organ dalam, termasuk di paru-
paru (edema paru)
2. Hiperkalemia (tingginya kadar kalium dalam darah) yang dapat mengganggu fungsi
jantung, bahkan bisa menyebabkan henti jantung
3. Anemia
4. Kerusakan sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan
5. gangguan mulai dari sulit berkonsentrasi hingga perubahan kepribadian atau
kejangPenurunan daya tahan tubuh sehingga penderita rentan terserang infeksi
6. Perikarditis atau peradangan pada perikardium (lapisan yang menyelimuti jantung)
7. Tulang menjadi lemah dan rentan patah
8. Disfungsi ereksi atau penurunan kesuburan pada pria
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien CKD dibagi tiga yaitu:
1 Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya edema
d. Batasi cairan yang masuk
2 Dialisis
a. Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergensi. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CPAD
(Continues Ambulatiry Peritonial Dialysis).
b. Hemodialisis Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan invasif vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodilis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan : AV 23 23 fistule
(menggabungkan vena dan arteri) dan double lumen (langsung pada daerah
jantung atau vaskularisasi ke jantung).
3 Operasi
a. Pengambilan batu ginjal
b. Transpalasi ginjal
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Urin
a. Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada (anuria)
b. Warna: secara abnnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah,
Hb, mioglobin, porifin.
c. Berat jenis: kurang dari 1.105 (menetap pada 1.010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
d. Osmolalitas: kurang dari 350mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, dan
rasio urine/serum sering 1:1.
e. Klirens kreatinin: mungkin agak menurun.
f. Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi
natrium.
g. Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
2. Darah
a. BUN/kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir.
b. Ht: menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7 – 8 gr/dl.
c. SDMmenurun, defisiensi eritropoitin dan GDA: asidosis metabolik, pH kurang
dari 7, 2.
d. Natrium serum: rendah, kalium meningkat, magnesium meningkat, Kalsium
menurun dan Protein (albumin) menurun.
3. Osmolaritas serum lebih dari 285 mOsm/kg.
4. Pelogram retrogad: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
5. Ultrasono ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menetukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria
dan peningkatan tumor selektif.
7. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler,
masa.
8. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa (Haryono, 2013)
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Pemeriksaan dimulay dari nama, tanggal lahir, jenis kelamin dan umur namun tidak
ada batasan yang jelas antara laki-laki dan perempuan.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama diambil dari data subjektif atau objektif yang paling menonjol yang
dialami oleh klien. Keluhan utama pada klien yang di rasakan pada ca mamme adalah
nyeri pada ulu hati di daerah abdomen, sebelah kanan dan menjalar ke pinggang
3) Riwayat Penyakit Sekarang (sesuai pola PQRST)
a. Profoking incident: di sebabkan oleh non-trauma; predisposisi atau trauma;
benturan atau tertusuk menda tajam
b. Quality: pasien mengalami penurunan kesadaran tidak ada respon
c. Region: Pasien sering mengalami sakit kepala.
d. Severity: Sakit kepala Sering membuat pasien tidak sadarkan diri dan pingsan.
e. Time: Pada saat pasien melakukan aktipitas
4) Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak ada mengalami penyakit sebelumnya dan tidak
pemah sakit komlikasi post operasi.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Dari pengakuan anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami sakit seperti klien,
tidak ada diantara keluarga yang mempunyai riwayat hypertensi, penyakit menular.
2 Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum Klien
Pada pengkajian fisik secara umum sering didapatkan pada awal pasca kejang klien
mengalami konfusi dan sulit untuk bangun. Pada kondisi yang lebih berat sering
dijumpai adanya penurunan kesadaran. Pengkajian untuk peristiwa kejang perlu dikaji
tentang bagaimana kejang sering terjadi pada klien, tipe pergerakan atau aktivitas,
berapa lama kejang berlangsung, diskripsi aura yang menimbulkan peristiwa, status
poskial, lamanya waktu klien untuk kembali kejang, adanya inkontinen selama kejang.
b) Selain itu juga dilakukan pemeriksaan 6B yaitu:
B1 (Breathing)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas dan peningkatan frekuensi
pernapasan yang sering didapatkan pada klien epilepsy disertai adanya gangguan
pada sistem pernapasan.
B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler terutama dilakukan pada klien epilepsy
tahap lanjut apabila klien sudah mengalami syok.
B3 (Brain)
Peningkatan B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengajian pada sistem lainnya. Tingkat kesadaran: Tingkat kesadaran
klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitive untuk
disfungsi system persarafan. Fungsi serebral, status moral: observasi penampilan
dan tingkah laku, nilai gaya bicara, dan observasi ekspresi wajah, aktifitas motorik
pada klien epilepsi tahap lanjut biasanya mengalami perubahan status mental
seperti adanya gangguan perilaku, alam perasaan, dan persepsi.
B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem kemih biasanya didapatkan berkurangnya volume output
urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung
ke ginjal
B5 (Bowel)
Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung
Pemenuhan nutrisi pada klien epilepsi menurun karena anoreksia dan adanya
kejang
B6 (Bone)
Pada fase akut setelah kejang sering didapatkan adanya penurunan kekuatan otot
dan kelemahan fisik secara
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan Chronic Kidney
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (SDKI
D.0005 Hal 26)
2) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih (SDKI D.0040 Hal 96)
3) Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan kurang terpapar informasi (SDKI
D.0111 Hal 246)
2.2.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Pola napas tidak Pola nafas tidak efektif Manajemen Jalan Napas
efektif (SDKI D.0005 (SDKI (D.0005 hal (SIKI (I.01011 hal 186)
Observasi :
Hal 26) 26) 1. Monitor pola napas
Setelah dilakukan 2. Monitor bunyi napas
tindakan keperawatan Terapeutik :
selama 3 x 7 jam 1. Posisikan semi-fowler
diharapkan : 2. Berikan oksigen
1. Pasien Mampu
berkemih secara Edukasi :
tuntas 1. Edukasi dan ajarkan
2. Kesusahan saat relaksasi napas dalam
berkemih Kolaborasi :
berkurang 1. kolaborasi dengan dokter
3. Tertahan saat dan perawat dalam
berkemih pemberian obat
berkurang
Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014). Implementasi atau tindakan adalah
pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan
secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010) Pada
langkah ini perawat memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya berdasarkan
rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya (intervensi).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi hasil atau formatif yang
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi proses atau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah
ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP.
A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah yang kontradiktif dengan
masalah yang ada
P : Pelaksanaan atau rencana yang akan di lakukan kepada klien Setelah dilakukan
implementasi keperawatan di harapkan:
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
1. Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan
lambat (berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan
cadangan ginjal, insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat
akhir yang disertai dengan komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya
menyebabkan kematian.
2. Untuk memperlambat gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal,
perlu dilakukan diagnosa dini, yaitu dengan melihat gambaran klinis,
laboratorium sederhana, dan segera memperbaiki keadaan komplikasi yang
terjadi.
3. Jika sudah terjadi gagal ginjal terminal, pengobatan yang sebaiknya
dilakukan adalah: dialisis dan transplantasi ginjal. Pengobatan ini dilakukan
untuk mencegah atau memperlambat tejadinya kematian.
4.2 SARAN