Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP NUTRISI GIZI DAN DIET PADA KLIEN


DENGAN GANGGUAN FUNGSI GINJAL

Meily Nirnasari S.Kep,Ns,M.Biomed

Kelompok 8 :

Ipunk Indratirta 212113013


Robert Supriyadi 212113028

PRODI DIII KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH TANJUNG PINANG TAHUN
AJARAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalh yang berjudul “KONSEP
NUTRISI GIZI DAN DIET PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN FUNGSI
GINJAL”. Dalam makalah ini dibahas mengenai nutrisi gizi dan diet unyuk klien dengan
gangguan fungsi ginjal. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah Gizi Diet pada semester genap .
Selama penulisan makalah ini banyak sekali hambatan yang penulis alami, namun berkat
bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa tidak tertutup kemungkinan
didalamnya terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Tanjungpiang ,6 Maret 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyakit yang berdampak pada

gangguan metabolisme berhubungan dengan nutrisi (Anissa, 2016).Masalah yang

sering ditemui pasien gagal ginjal kronis ialah defisit nutrisi, mual dan muntah

(P2PTM Kemenkes RI). Salah satu penatalaksaan gagal ginjal kronis adalah terapi

kepatuhan diet 3J, yaitu kepatuhan jumlah, jenis, dan jadwal makan. Kepatuhan

pasien terhadap terapi atau menjalankan diet sangat penting untuk mencapai

keberhasilan dalam pengendalian risiko komplikasi gagal ginjal kronis. Kepatuhan

adalah bentuk perilaku yang dapat diobservasi sehingga dapat diukur secara

langsung atau tidak langsung, dimana perilaku menunjukkan ketaatan pada suatu

instruksi yang dianjurkan. Diet adalah adanya pembatasan dalam mengkonsumsi

makanan maupun minuman (Wulan, 2016).

Kepatuhan diet didefinisikan sebagai kepatuhan pasien terhadap

penatalaksanaan diet yang diberikan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit

meliputi 3J yaitu tepat jenis, tepat jumlah dan tepat jadwal.Intervensi diet

diperlukan pada gangguan fungsi renal yang mencakup pengaturan yang cermat

terhadap masukan protein agar tidak memperberat kerja ginjal dalam menyaring

urine, pemasukan cairan agar tidak menyebabkan penumpukan cairan atau edema,

masukan natrium(garam) yang tepat untuk mencegah peningkatan tekanan darah

dan pembatasankaliumagar pergerakan otot dan juga menjaga irama jantung

sehingga tidak menyebabkan hiperkalemia dan serangan jantung (Kurniawati,

2018). Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakpatuhan dalam

melaksanakan kepatuhan diet, antara lain: usia, jenis kelamin, pekerjaan,


pendidikan pasien (Rahayu, 2019)..

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dari latar belakang di atas dapat dirumuskan

masalah yaitu bagaimana gizi diet pada pasien dengan gangguan ginjal kronis?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui gizi diet pada

pasien gangguan ginjal.

D. Manfaat Penelitian

Makalah ini diharapkan dapat memberikan bahan acuan dalam pemberian

tindakan secara akurat mengenai gizi diet pada pasien gangguan ginjal kronik.

.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gagal Ginjal Kronis

1. Definisi

Gagal ginjal kronis adalah kerusakan fungsi ginjal yang berakibat

terjadinya penumpukan sisa metabolisme (Toksik Uremik) sehingga

ginjal tidak berfungsi normal, yang terjadi secara Ireversible (Reni,

2015). Pasien yang telah mengalami penyakit ginjal sejak lama

sehingga dalam pengobatanya memerlukan terapi penganti ginjal,

dengan kondisi pasien sudah memasuki stadium akhir maka disebut

gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap terakhir (Bruner, 2013).

2. Etiologi

Gagal ginjal kronis dapat disebabkan oleh beberapa masalah

kesehatan, yaitu glomerolunefritis akut, gagal ginjal akut, penyakit

ginjal polikistik, obstruksi saluran kemih, piolenfritis, nefrotoksin, dan

masalah kesehatan sistemik, seperti diabetes mellitus, hipertensi, lupus

eritematosus, poliartritis, penyakit sel sabit dan amyloidosis (bayhakki,

2013). Sedangkan sebab terjadinya gagal ginjal kronis menurut Andra

dan Yessie, (2013) yaitu :

1. Gangguan pembuluh darah : dengan konstriksi skleratik progresif

pada pembuluh darah. Hiperpalsia kelenjar pada arteri besar yang

mengakibatkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis

merupakan komplikasi dari hipertensi dengan karakteristik


2. terjadinya penebalan, tidak ada elastisitas system, perubahan darah

ginjal berakibat pada penurunan alirah darah dan terjadinya gagal

ginjal

3. Gangguan imunologis : seperti glomerulonepritis

4. Infeksi: bakteri E.coli berpotensi masuk ke dalam ginjal melalui

aliran darah atau melalui ascenden dari traktus urinarius bawah lewat

ureter ke ginjal berakibat pada gangguan irrevesible ginjal yang

disebut pielonefritis.

5. Gangguan metabolik: lemak yang meningkat mengakibatkan

penebalan membrane kapiler dan di ginjal berlanjut pada gangguan

endotel mengakibatkan nefropati amiloidosis disebabkan oleh

endapan zat protinemia pada dinding pembuluh darah sehingga

merusak membrane glomerulus.

6. Gangguan tubulus primer : gangguan nefrotoksis akibat analgesik

atau logam berat

7. Obstruksi traktus urinarius: oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan

kontstriksi uretra.

8. Kelainan kongential atau herediter : kondisi keturunan

dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan di

dalam ginjal atau pun organ yang lain, dan tidak ada jaringan bersifat

kongential.

3. Manifestasi Klinis

Gagal ginjal pada tahap awal pada umumnya tidak nampak tanda dan

gejalanya. Namun ada beberapa gejala yang dirasakan pada sakit ginjal

yaitu gangguan pernafasan, kencing darah terjadi odema dan badan

kurang berenergi. Penderita gagal ginjal kronis terjadinya sindrom

uremia yaitu (Irwan, 2016):


1. Gastrointestinal

Anoreksia, terjadi pendarahan gastrointestinal, mual, muntah, mulut

kering, lidah terasa pahit, pendarahan epitel, diare dan konstipasi.

2. Kulit

Kering, atropi, warna kecoklatan dan gatal

3. Kardiovaskuler

Hipertensi, pembesaran jantung, payah jantung, pericarditis, dan

gagal jantung kongestif.

4. Darah

Anemia, asidosis, pendarahan, kegiatan trombosit berkurang,

eritropoetin berkurang, dan trombositpenia.

5. Neurologi

Apatis, neuropati, perifer, depresi, precoma.

4. Patofisiologi

GGK diakibatkan oleh beberapa masalah kesehatan, seperti masalah

metabolik, infeksi, obstruksi traktus urinarius, masalah imunologis,

hipertensi, gangguan tubulus primer dan masalah kongential yang

berpengaruh pada GFR yang menurun (Guswanti, 2019). Ketika terjadi

kerusakan ginjal yang masih utuh yaitu glomerulus dan tubulus

sedangkan yang lain mengalami rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-

nefron yang utuh mengalami peningkatan volume cairan dan volume

filtrasi meningkat ditambah dengan reabsorbsi walau keadaan GFR

menurun. Bahan yang seharusnya terlarut menjadi lebih besar dari yang

bisa di reabsorbsi mengakibatkan dieresis osmotic disertai dengan

poliuri dan muncul rasa haus.Selanjutnya akibat dari jumlah nefron

yang rusak semakin bertambah maka muncul retensi urin. Tanda dan

gejala lebih jelas apabila fungsi ginjal berkurang sebanyak 80%-90%.


Pada tingkatan ini fungsi renal akan menjadi berkurang (Barbara C

Long dalam Guswanti 2019).

Fungsi renal yang menurun, produk akhir metabolism protein (ya ng

harusnya diekskresikan de dalam urin) tertimbun di dalam darah.

terjadinya uremia akan berpengaruh pada setiap sistem tubuh. Semakin

banyak timbunan zat-zat sisa maka akan timbul gejala yang semakin

parah (Smeltzer dan Bare, 2011).

5. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan yaitu untuk menjaga keseimbangan cairan

dan mencegah terjadinya komplikasi, yaitu (Mutaqin,2011) :

1. Dialisis

Tindakan ini dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal

ginjal yang serius seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang.

Kerja dari dialisis itu sendiri adalah dengan cara menggantikan

fungsi ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan cairan berlebih dari

tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi ginjal sudah menurun

sehingga tidak mampu lagi untuk beraktifitas, sehingga perlu

dilakukan terapi. Ada 2 macam terapi dialisis yaitu :

a. Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)

Hemodialisis (HD) merupakan terapi dialisis yang dilakukan pada

penderita GGK untuk bertahan hidup, disamping kelebihannya

ada efek sampingnya terhadap kondisi fisik dan psikologis

penderita

GGK (Kemenkes, 2018). Terapi hemodialisis dilakukan dengan

menggunakan mesin dialiser sebagai ginjal buatan. Cara kerjanya

darah dipompa keluar dari tubuh dan masuk kedalam mesin

dialiser. Dimesin dialiser darah dibersihkan dari zat-zat beracun

melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat (cairan khusus


untuk dialisis) lalu setelah darah selesai sibersihkan maka

selanjutnya darah dikembalikan kedalam tubuh. Proses

Hemodialisis (HD) dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah sakit.

b. Dialisis peritoneal (cuci darah melalui perut)

Dialisis peritoneal atau yang disebut dengan CAPD (Continuous

Ambulatory Peritoneal Dialysis) dilakukan dengan bantuan

peritoneum (selaput rongga perut) yang sifatnya semi permeable.

Prinsip dasar dari dialisis peritoneal yaitu melalui proses

ultrafiltrasi dari cairan dialisis yang masuk ke dalam peritoneum

dengan plasma darah. Sehingga, darah tidak dikeluarkan dari

tubuh untuk dibersihkan oleh mesin dialisis

2. Koreksi hiperkalemi

Hiperklemi dapat mengakibatkan kematian maka hiperkalemi dapat

dipantau dengan cara pemeriksaan darah, EEG dan EKG. Bila terjadi

hiperkalemi maka mengurangi intake kalium, pemberian Na

Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.

3. Koreksi anemia

Langkah pertama ditujukan untuk mengatasi defisiensi, lalu mencari

ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal

ginjal

akan membuat Hb naik. Tranfusi darah dapat diberikan jika ada

indikasi yang kuat, seperti infusiensi coroner.

4. Koreksi asidosis

Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.

Natrium Bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada

permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena secara

berlahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisis dan dialisis

peritoneal dapat mengatasi asidosis.


5. Pengendalian hipertensi

Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator dilakukan.


Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi
harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi

natrium.

6. Transplantasi ginjal

Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik,

maka seluruh ginjal diganti dengan ginjal yang baru.

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Gagal ginjal kronis

adalah (Prabowo, 2014):

1. Penyakit tulang

Gangguan metabolisme tulang atau yang disebut renal

osteodystrophy. Berakibat pada deformitas bentuk tulang dan

meningkatkan resiko fraktur. Kejadian fraktur mengakibatkan.

meningkatnya morbiditas dan mortalitas penderita GGK (Kidney Int,

2011)

2. Penyakit kardiovaskuler

Kelainan jantung terjadi pas GGK stadium V antara lain Peningkatan

ukuran rongga ventrikel kiri, dinding posterior ventrikel kiri

menebal, kelainan gerak dinding daerah, penurunan kepatuhan LV,

efusi perikardinal dan katup klasifikasi atau sklerotik (Laddha et al,

2014)

3. Anemia

Anemia disebabkan oleh kehilangan darah akibat dari pengambilan

darah atau darah masih tertinggal di mesin hemodialisis serta

defisiensi zat besi, dan zat nutrisi lainnya (Asfar, 2010)

4. Disfungsi seksual

Laki-laki yang mengalami GGK akan mengalami penurunan dari

libido, disfungsi ereksi dan kesulitan mencapai orgasme. Perempuan

yang mengalami GGK akan mengalami kesulitan untuk gairah


seksual, disminore, keterlambatan perkembangan seksual, gangguan

lubrikasi vagina, dyspareunia dan kesulitan mencapai orgasme

(Nephrol, 2010)

7. Klasifikasi

Dari National Kidney Foundation Classification of Chronic Kidney


Disease, GGK diklasifikasikan menjadi lima stadium.

Tabel 2.1 Stadium GGK


Stadium Deskripsi Istilah lain GFR (ml/mnt/ 3m)
I Ginjal yang rusak Berisiko >90
dengan GFR normal
II IGK
Ginjal yang rusak 60 – 89
(insufisiensi
dengan GFR turun
Ringan ginjal kronik)
II GFR turun sedang
IGK, gagal 30 – 59
ginjal kronik
IV GFR turun berat Gagal ginjal 15 – 29
kronis
V Gagal ginjal Gagal ginjal <15
tahap akhir
(End Stage
Renal Disease)
sumber : Stadium Chronic Kidney Disease/CKD (Black & Hawks,
2005 dalam Bahyhakki, 2013
B. Defisit Nutrisi

1. Definisi

Nutrisi adalah proses pengelolaan zat makanan oleh tubuh untuk

menghasilkan energi dan digunakan beraktivitas sehari-hari (Hidayat,

2014). Nutrisi mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral

dan air (Saputra, 2013). Nutrisi merupakan proses organisme

menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses

digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan

pengeluaran zat-zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh guna

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi dari organ tubuh,

serta untuk menghasilkan energi (Supariasa, 2012).

2. Tujuan Diet Gagal Ginjal Kronis (GGK)

Tujuan diet Gagal Ginjal Kronis yaitu menurunkan akumulasi sisa

nitrogen, mengurangi masalah metabolic karena terjadinya uremia,

mencegah malnutrisi, dan memperlambat progresi dari GGK.

Diet rendah protein untuk memperbaiki uremia karena kadar toksin

menurun, karena dihasilkan dari metabolism protein (Fouque D and

Mitch WE, 2012). Terjadinya penurunan fungsi ginjal yang disebabkan

oleh berbagai penyakit. Penyakit ini bersifat progresif dan Irreversible.

Tujuan lain diet GGK adalah :

a. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit

b. Menghindari terjadinya penumpukan cairan di dalam tubuh

c. Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari

d. Pasien terhindar dari penyakit komplikasi GGK

3. Syarat Diet Gagal Ginjal Kronis (GGK)

Syarat – syarat diet GGK antara lain:


1. Energi tercukupi yaitu antara 30-35 kkal/kg BB ideal/ hari

penderita ggk yang menjalani hemodialisa (Pernefri, 2016) energi

yang dibutuhkan pada usia <60 tahun yaitu 30 kkal/kg dan untuk

usia >60 tahun energi yang dibutuhkan yaitu 35 kkal/kg (corneila,

dkk, 2016)

2. Protein rendah antara 0.6-0.75 g/kg BB ideal/ hari. Sumber protein

terbagi menjadi 50% dari protein hewani dan 50% dari protein

nabati.

3. Lemak normal dari kebutuhan tubuh antara 20-30%

4. Karbohidrat cukup, sisa dari protein dan lemak

5. Natrium diberikan sesuai dengan kuantitas urin yang keluar setiap

24 jam, yaitu 1 g + penyesuaian menurut jumlah urin selama 24

jam, yaitu 1 g untuk setap setengah liter urin (HD)

6. Kalium yang diberikan yaitu 17 mg/kg BB (Pernefri, 2011).

7. Kalsium dengan jumlah <2000 mg/hari. Apabila diperlukan

ditambahkan dengan suplemen kalsium (pernefri, 2011).

8. Fosfor diberi batasan antara 800-1000 mg/hari (pernefri, 2011).

9. Cairan yang dibatasi yaitu jumlah urin selama 24 jam ditambah

500- 750 ml

10. Vitamin yang dapat diberikan terutama yang larut air seperti:

a. Piridoksin (B6) sebanyak 10 mg/hari

b. Asam folat (B9) sebanyak 1 mg/hari

c. Vitamin C sebanyak 75-90 mg/hari, vitamin C yang terbuang

saat proses dialisis sehingga kadarnya rendah pada penderita

GGK yang menjalani hemodialisis, karena suplementasi tidak

diberikan (Pernefri, 2011)

4. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien yaitu:
1. Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan kepada pasien

dengan berat badan 50 kg.

2. Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan kepada pasien

dengan berat badan 60 kg.

3. Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan kepada pasien

dengan berat badan 65 kg.( (putra humas, 2018).

Karena
4. kebutuhan gizi pasien penyakit Gagal Ginjal Kronis tergantung

pada keadaan dan berat badan individu, oleh karena itu jumlah protein

yang akan diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Kualitas

protein dapat ditambah dengan pemberian asam amino esensial murni.

6. Kebutuhan Nutrisi pada Penderita Gagal Ginjal Kronik

Sementara itu, bagi penderita yang belum menjalani cuci darah.


dianjurkan untuk melakukan diet rendah protein 40-45 gram/hari. Hal ini
tentunya tergantung fungsi ginjal penderita yang dapat diketahui dengan
pemeriksaan laboratorium. Jika fungsi ginjal kurang dari 15 persen,
maka pertu melakukan cuci darah. Lain lagi pada penderita gagal ginjal
yang sudah lama alias menahun atau kronis. Penderita gagal ginjal
kronis harus menjalani diet ketat dengan beberapa tujuan yaitu untuk
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dan untuk
menjaga agar penderita dapat beraktivitas seperti orang normal. Prinsip
diet bagi penderita gagal ginjal kronis adalah:
1. Diet lunak atau biasa.
2. Sebagai sumber karbohidrat: gula pasir, selai, sirup, dan permen.
3. Cukup energi dan rendah protein.
4. Sebagai sumber lemak, diutamakan lemak tidak jenuh, dengan
kebutuhan sekitar 25 persen dari total energi yang diperlukan.
5. Untuk kebutuhan air, dianjurkan sesuai dengan jumlah urine 24
jam; sekitar 500 mililiter melalui minuman dan makanan.
6. Untuk kebutuhan kalium dan natrium dengan keadaan penderita.
7. Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 kkal/kg berat badan/hari.
8. Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi(darah tinggi)
atau edema (bengkak).
9. Dianjurkan juga mengonsumsi agar-agar karena selain
mengandung sumber energi juga mengandung serat yang larut.
Makanan yang sebaiknya dibatasi bagi penderita gagal ginjal kronik
antara lain:
a. Sumber karbohidrat seperti: nasi, jagung, kentang, makaroni, pasta,
hevermout, ubi.
b. Protein hewani, seperti: daging kambing, ayam, ikan, hati, keju,
udang, telur.
c. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: apel, alpukat, jeruk,
pisang, pepaya dan daun pepaya, seledri, kembang kol, peterseli,
buncis.
Nutrient Stadium 1-4 Hemodialisis Peritoneal Dialisis
LFG >30 mL/min/1.73
m2:
≥0.8 g/kg/hari ≥1.2 g/kg/hari
≥1.2-1.3 g/kg/hari
LFG 15-29 dengan paling
Protein paling sedikit 50%
mL/min/1.73 m2: 0.6- sedikit 50%
HBV
0.75 g/kg/hari HBV
Sindrom Nefrotik: 0.8-
1.0 g/kg/hari
Energi (jika
≥60 tahun : 30-35
pasien <90%
≥60 tahun: 30- kkal/kg termasuk kalori
atau >115% 35-40 kkal/kg,
35 kkal/kg <60 dialisat
dari ratarata tergantung status nutrisi
tahun : 35 <60 tahun: 35 kkal/kg
BB standar, dan faktor stres
kkal/kg termasuk
gunakan
aBWef) kalori dialisat
10-20 mg/g protein atau 900 mg/hari atau 900 mg/hari atau <17
Fosfat 600- or <17 mg/kg/hari
800 mg/hari mg/kg/hari
Bervariasi menurut 2000-3000 Tergantung
penyebab pemeriksaan fisik
mg/hari (88-130
Sodium CKD; biasanya “no mmol/hari) CAPD dan APD, 3000-
added salt” (i.e., 2-4 4000 mg/hari (130-175
Nutrient g/hari)Stadium 1-4 Hemodialisis mmol/hari)
Peritoneal Dialisis
40 mg/kg atau Tidak
CAPDdilarang
dan APD, pada
kira-
kira-kira CAPD
kira and
20003000APD: kira-
mL/hari
Biasanya tidak 500-1000
20003000 kira 3000-4000 mg/hari
berdasarkan
dilarang sampai mL/hari
Potassium mg/hari (50-80 (80-105 mmol/hari)
Cairan <10 status klinis ditambah jumlah status klinis; tidak
Berdasarkan
LFG
2 mmol/hari). kecuali
dilarangserum
jika BBlevel
dan
mL/min/1.73 m urin perhari meningkat atau
TD terkontrol dan sisa
menurun.
fungsi ginjal 2-3 L/hari
800 mg/hari atau bila Sama seperti
perlu untuk menjaga Sama seperti
Calcium CKD stadium 1-
target level serum CKD stadium 1-4
4
Vitamin C, 60-
100 mg; vitamin
B6, 510 mg; folic
RDA untuk vitamin B
Vitamins and complex dan C; zinc, acid, 0.8-1 mg; Sama
minerals iron, calcium, and DRI for others; seperti
vitamin D individualize hemodialysi
zinc, calcium, s
iron, and vitamin
D
7. Bahan Makanan Yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan untuk

penderita GGK

Tidak
Bahan Makanan Dianjurkan
Dianjurkan/Dibatasi
Sumber Karbohidrat nasi, bihun, jagung, kentang, makroni,
mie, tepung-tepungan, singkong, ubi, -
selai, madu, dan permen.
Sumber Protein telur, daging, ikan, ayam. kacang-kacangan dan
hasil olahnya, seperti
tempe dan tahu.
Sumber Lemak kelapa, santan ,
minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak kelapa,
minyak kelapa sawit, minyak kedelai, margarin/mentega
margarin dan mentega rendah garam. biasa dan lemak
hewan.
Sumber Vitamin dan semua sayuran dan buah, kecuali sayuran dan buah
Mineral pasien dengan hyperkalemia tinggi kalium pada
dianjurkan yang mengandung kalium pasien dengan
rendah/sedang. hyperkalemia.
Ket : pada pasien yang tidak mengalai dialisis, protein yang diberikan adalah 50%
protein nabati dan sisanya protein hewani. Kacang-kacangan tidak dianjurkan pada diet
rendah protein <40 gr.
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
 Gagal ginjal kronis adalah kerusakan fungsi ginjal yang berakibat terjadinya
penumpukan sisa metabolisme (Toksik Uremik) sehingga ginjal tidak berfungsi
normal, yang terjadi secara Ireversible (Reni, 2015). Pasien yang telah
mengalami penyakit ginjal sejak lama sehingga dalam pengobatanya memerlukan
terapi penganti ginjal, dengan kondisi pasien sudah memasuki stadium akhir
maka disebut gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap terakhir (Bruner,
2013)
 Gagal ginjal kronis dapat disebabkan oleh beberapa masalah kesehatan, yaitu
glomerolunefritis akut, gagal ginjal akut, penyakit ginjal polikistik, obstruksi
saluran kemih, piolenfritis, nefrotoksin, dan masalah kesehatan sistemik, seperti
diabetes mellitus, hipertensi, lupus eritematosus, poliartritis, penyakit sel sabit
dan amyloidosis (bayhakki, 2013).
 Klasifikasi penyakit ginjal:
Stadium Deskripsi Istilah lain GFR (ml/mnt/ 3m)
I Ginjal yang rusak Berisiko >90
dengan GFR normal
II Ginjal yang rusak IGK 60 – 89
dengan GFR turun (insufisiensi
Ringan ginjal kronik)
II GFR turun sedang IGK, gagal 30 – 59
ginjal kronik
IV GFR turun berat Gagal ginjal 15 – 29
kronis
V Gagal ginjal Gagal ginjal <15
tahap akhir
(End Stage
Renal Disease)
 Tujuan diet GGK adalah :
a. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Menghindari terjadinya penumpukan cairan di dalam tubuh
c. Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari
d. Pasien terhindar dari penyakit komplikasi GGK
 Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
1. Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan 50 kg.
2. Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan 60 kg.
3. Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan kepada pasien
dengan berat badan 65 kg.( (putra humas, 2018).
 Prinsip diet bagi penderita gagal ginjal kronis adalah:
1. Diet lunak atau biasa.
2. Sebagai sumber karbohidrat: gula pasir, selai, sirup, dan permen.
3. Cukup energi dan rendah protein.
4. Sebagai sumber lemak, diutamakan lemak tidak jenuh, dengan kebutuhan
sekitar 25 persen dari total energi yang diperlukan.
5. Untuk kebutuhan air, dianjurkan sesuai dengan jumlah urine 24 jam; sekitar
500 mililiter melalui minuman dan makanan.
6. Untuk kebutuhan kalium dan natrium dengan keadaan penderita.
7. Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 kkal/kg berat badan/hari.
8. Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi(darah tinggi) atau
edema (bengkak).
9. Dianjurkan juga mengonsumsi agar-agar karena selain mengandung sumber
energi juga mengandung serat yang larut.
 Makanan yang sebaiknya dibatasi bagi penderita gagal ginjal kronik antara
lain:
a. Sumber karbohidrat seperti: nasi, jagung, kentang, makaroni, pasta,
hevermout, ubi.
b. Protein hewani, seperti: daging kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang,
telur.
c. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: apel, alpukat, jeruk,
pisang, pepaya dan daun pepaya, seledri, kembang kol, peterseli, buncis.

B. Saran

Perlunya pendampingan terhadap pasien rawat jalan secara berkala yaitu dbantu dengan
anggota keluarga dengan memberikan dukungan agar pasien mempunyai semangat
hidup serta agar pasien menjalankan terapi diet yang sesuai, seperti anjuran makan
yang
diperbolehkan maupun tidak kemudian ketepatan jadwal makan pasien sehingga
bisa mengetahui pola makan pasien guna membantu pasien untuk
meningkatkan status gizi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Gilang (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus
Dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Ruang
Mawar Rsud Harjono Ponorogo. Ponorogo: Program Studi Diii Keperawatan
Guswanti (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Dengan Hemodialisa Di Ruang Flamboyan Rsud Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Samarinda: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Herawati, Maulany Retno dkk. 2014. Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Sisa Makan
Pasien Dengan Diet Makanan Biasa. Jurusan Gizi: 1 - 1 0 | 9 Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang. 66-71
Hikmawati, K. (2019). Pengetahuan Pasien Tentang Diet Cairan dan Nutrisi pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) Di Ruang Hemodialisa RSUD Kabupaten
Indramayu Tahun 2017. Jurnal Keperawatan Profesional, 7(2), 1–20.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria :
Keperawatan, Edisi 1 jakarta: DPP PPNIPar’i, H. M. (2017). Penilaian Status
Gizi. Jakarta: EGC.
Prabowo, & Pranata. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai