Kelompok 8 :
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyakit yang berdampak pada
sering ditemui pasien gagal ginjal kronis ialah defisit nutrisi, mual dan muntah
(P2PTM Kemenkes RI). Salah satu penatalaksaan gagal ginjal kronis adalah terapi
kepatuhan diet 3J, yaitu kepatuhan jumlah, jenis, dan jadwal makan. Kepatuhan
pasien terhadap terapi atau menjalankan diet sangat penting untuk mencapai
adalah bentuk perilaku yang dapat diobservasi sehingga dapat diukur secara
langsung atau tidak langsung, dimana perilaku menunjukkan ketaatan pada suatu
meliputi 3J yaitu tepat jenis, tepat jumlah dan tepat jadwal.Intervensi diet
diperlukan pada gangguan fungsi renal yang mencakup pengaturan yang cermat
terhadap masukan protein agar tidak memperberat kerja ginjal dalam menyaring
urine, pemasukan cairan agar tidak menyebabkan penumpukan cairan atau edema,
B. Rumusan Masalah
masalah yaitu bagaimana gizi diet pada pasien dengan gangguan ginjal kronis?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui gizi diet pada
D. Manfaat Penelitian
tindakan secara akurat mengenai gizi diet pada pasien gangguan ginjal kronik.
.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap terakhir (Bruner, 2013).
2. Etiologi
ginjal
aliran darah atau melalui ascenden dari traktus urinarius bawah lewat
disebut pielonefritis.
kontstriksi uretra.
dalam ginjal atau pun organ yang lain, dan tidak ada jaringan bersifat
kongential.
3. Manifestasi Klinis
Gagal ginjal pada tahap awal pada umumnya tidak nampak tanda dan
gejalanya. Namun ada beberapa gejala yang dirasakan pada sakit ginjal
2. Kulit
3. Kardiovaskuler
4. Darah
5. Neurologi
4. Patofisiologi
menurun. Bahan yang seharusnya terlarut menjadi lebih besar dari yang
yang rusak semakin bertambah maka muncul retensi urin. Tanda dan
banyak timbunan zat-zat sisa maka akan timbul gejala yang semakin
5. Penatalaksanaan
1. Dialisis
fungsi ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan cairan berlebih dari
penderita
2. Koreksi hiperkalemi
dipantau dengan cara pemeriksaan darah, EEG dan EKG. Bila terjadi
3. Koreksi anemia
ginjal
4. Koreksi asidosis
natrium.
6. Transplantasi ginjal
6. Komplikasi
1. Penyakit tulang
2011)
2. Penyakit kardiovaskuler
2014)
3. Anemia
4. Disfungsi seksual
(Nephrol, 2010)
7. Klasifikasi
1. Definisi
yang dibutuhkan pada usia <60 tahun yaitu 30 kkal/kg dan untuk
dkk, 2016)
terbagi menjadi 50% dari protein hewani dan 50% dari protein
nabati.
500- 750 ml
10. Vitamin yang dapat diberikan terutama yang larut air seperti:
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien yaitu:
1. Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan kepada pasien
Karena
4. kebutuhan gizi pasien penyakit Gagal Ginjal Kronis tergantung
pada keadaan dan berat badan individu, oleh karena itu jumlah protein
yang akan diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Kualitas
penderita GGK
Tidak
Bahan Makanan Dianjurkan
Dianjurkan/Dibatasi
Sumber Karbohidrat nasi, bihun, jagung, kentang, makroni,
mie, tepung-tepungan, singkong, ubi, -
selai, madu, dan permen.
Sumber Protein telur, daging, ikan, ayam. kacang-kacangan dan
hasil olahnya, seperti
tempe dan tahu.
Sumber Lemak kelapa, santan ,
minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak kelapa,
minyak kelapa sawit, minyak kedelai, margarin/mentega
margarin dan mentega rendah garam. biasa dan lemak
hewan.
Sumber Vitamin dan semua sayuran dan buah, kecuali sayuran dan buah
Mineral pasien dengan hyperkalemia tinggi kalium pada
dianjurkan yang mengandung kalium pasien dengan
rendah/sedang. hyperkalemia.
Ket : pada pasien yang tidak mengalai dialisis, protein yang diberikan adalah 50%
protein nabati dan sisanya protein hewani. Kacang-kacangan tidak dianjurkan pada diet
rendah protein <40 gr.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Gagal ginjal kronis adalah kerusakan fungsi ginjal yang berakibat terjadinya
penumpukan sisa metabolisme (Toksik Uremik) sehingga ginjal tidak berfungsi
normal, yang terjadi secara Ireversible (Reni, 2015). Pasien yang telah
mengalami penyakit ginjal sejak lama sehingga dalam pengobatanya memerlukan
terapi penganti ginjal, dengan kondisi pasien sudah memasuki stadium akhir
maka disebut gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal tahap terakhir (Bruner,
2013)
Gagal ginjal kronis dapat disebabkan oleh beberapa masalah kesehatan, yaitu
glomerolunefritis akut, gagal ginjal akut, penyakit ginjal polikistik, obstruksi
saluran kemih, piolenfritis, nefrotoksin, dan masalah kesehatan sistemik, seperti
diabetes mellitus, hipertensi, lupus eritematosus, poliartritis, penyakit sel sabit
dan amyloidosis (bayhakki, 2013).
Klasifikasi penyakit ginjal:
Stadium Deskripsi Istilah lain GFR (ml/mnt/ 3m)
I Ginjal yang rusak Berisiko >90
dengan GFR normal
II Ginjal yang rusak IGK 60 – 89
dengan GFR turun (insufisiensi
Ringan ginjal kronik)
II GFR turun sedang IGK, gagal 30 – 59
ginjal kronik
IV GFR turun berat Gagal ginjal 15 – 29
kronis
V Gagal ginjal Gagal ginjal <15
tahap akhir
(End Stage
Renal Disease)
Tujuan diet GGK adalah :
a. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Menghindari terjadinya penumpukan cairan di dalam tubuh
c. Pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari
d. Pasien terhindar dari penyakit komplikasi GGK
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
1. Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan 50 kg.
2. Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan kepada pasien dengan
berat badan 60 kg.
3. Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan kepada pasien
dengan berat badan 65 kg.( (putra humas, 2018).
Prinsip diet bagi penderita gagal ginjal kronis adalah:
1. Diet lunak atau biasa.
2. Sebagai sumber karbohidrat: gula pasir, selai, sirup, dan permen.
3. Cukup energi dan rendah protein.
4. Sebagai sumber lemak, diutamakan lemak tidak jenuh, dengan kebutuhan
sekitar 25 persen dari total energi yang diperlukan.
5. Untuk kebutuhan air, dianjurkan sesuai dengan jumlah urine 24 jam; sekitar
500 mililiter melalui minuman dan makanan.
6. Untuk kebutuhan kalium dan natrium dengan keadaan penderita.
7. Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 kkal/kg berat badan/hari.
8. Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi(darah tinggi) atau
edema (bengkak).
9. Dianjurkan juga mengonsumsi agar-agar karena selain mengandung sumber
energi juga mengandung serat yang larut.
Makanan yang sebaiknya dibatasi bagi penderita gagal ginjal kronik antara
lain:
a. Sumber karbohidrat seperti: nasi, jagung, kentang, makaroni, pasta,
hevermout, ubi.
b. Protein hewani, seperti: daging kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang,
telur.
c. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: apel, alpukat, jeruk,
pisang, pepaya dan daun pepaya, seledri, kembang kol, peterseli, buncis.
B. Saran
Perlunya pendampingan terhadap pasien rawat jalan secara berkala yaitu dbantu dengan
anggota keluarga dengan memberikan dukungan agar pasien mempunyai semangat
hidup serta agar pasien menjalankan terapi diet yang sesuai, seperti anjuran makan
yang
diperbolehkan maupun tidak kemudian ketepatan jadwal makan pasien sehingga
bisa mengetahui pola makan pasien guna membantu pasien untuk
meningkatkan status gizi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Gilang (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus
Dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di Ruang
Mawar Rsud Harjono Ponorogo. Ponorogo: Program Studi Diii Keperawatan
Guswanti (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Dengan Hemodialisa Di Ruang Flamboyan Rsud Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Samarinda: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Herawati, Maulany Retno dkk. 2014. Pengaruh Edukasi Gizi Terhadap Sisa Makan
Pasien Dengan Diet Makanan Biasa. Jurusan Gizi: 1 - 1 0 | 9 Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang. 66-71
Hikmawati, K. (2019). Pengetahuan Pasien Tentang Diet Cairan dan Nutrisi pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) Di Ruang Hemodialisa RSUD Kabupaten
Indramayu Tahun 2017. Jurnal Keperawatan Profesional, 7(2), 1–20.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria :
Keperawatan, Edisi 1 jakarta: DPP PPNIPar’i, H. M. (2017). Penilaian Status
Gizi. Jakarta: EGC.
Prabowo, & Pranata. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta:
Nuha Medika.