Anda di halaman 1dari 17

v

BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Pemahaman tentang penatalaksanaan diet secara umum bagi penderita
‘’Penyakit Ginjal kronik’’ penting untuk diketahui, tak hanya bagi mereka
yang telah menderita gangguan ginjal, namun baik bagi mereka yang bertekad
untuk menurunkan resiko terhadap gangguan ginjal.
Fungsi utama ginjal adalah memelihara keseimbangan homeostatik
cairan, elektrolit, dan bahan-bahan organik dalam tubuh. Hal ini terjadi
melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Disamping itu, ginjal
mempunyai fungsi endokrin penting. Saat organ ginjal terganggu, ia tak lagi
menjalani fungsinya dengan baik. Penyakit ginjal menyebabkan terjadinya
gangguan pembuangan kelebihan zat gizi yang diperoleh dari makanan.
Penetapan terapi nutrisi diklasifikasikan berdasarkan jenis gangguan ginjal
yang ada.
Di seluruh dunia prevalensi Penyakit Ginjal Kronik (PGK) semakin
meningkat. Hal ini membuat prevalensi pasien yang jatuh ke PGK stadium
akhir dan memerlukan terapi pengganti ginjal (TPG) semakin meningkat
pula. Berbagai strategi telah dikembangkan oleh para pakar nefrologi dalam
usaha memperlambat progresivitas PGK. Dari beberapa faktor risiko yang
terdapat pada PGK gangguan metabolik dan nutrisi yang dikenal dengan
malnutrisi energi protein (MEP) memegang peranan penting dalam perjalanan
pasien PGK. Pendekatan terapi diet pada stadium pradialisis dilaporkan dapat
menghambat progresi dari PGK.1
Penatalaksanaan nutrisi pada PGK bertujuan untuk memperbaiki
kualitas hidup, menurunkan morbiditas dan mortalitas serta memperlambat
progresivitas penyakit ginjal. Direkomendasikan bahwa pasien PGK perlu
melakukan modifikasi asupan nutrisinya. Salah satu hal yang penting adalah
memodifikasi asupan protein. Terapi diet rendah protein atau low protein diet
(LPD) pada PGK telah diketahui memberi manfaat menurunkan akumulasi
bahan buangan yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal sehingga
mengurangi gejala uremia, menurunkan proteinuria, dan memperlambat
inisiasi TPG. Dilain pihak restriksi protein yang terlalu ketat kemudian
berimplikasi kepada risiko terjadi malnutrisi pada pasien PGK dan hal ini
mempercepat progresivitas PGK

1.3 Tujuan

1.2.1.   Tujuan umum
penyusunan makalah ini adalah untuk memahami Penyakit Ginjal
penyusunan makalah Dapat memahami diet gizi pada penyakit ginjal
kronik

1.2.2.      Tujuan khusus
Tujuan Khusus penyusunan makalah ini adalah untuk memahami:
Pengertian Penyakit Ginjal
Apa yang di maksut dengan Saluran Kemih
Apa yang dimaksud dengan diet gizi pada penyakit ginjal kronik
BAB II
DIET PADA PENYAKIT GINJAL

2.1 Pengertian Gagal Ginjal


Ginjal merupakan organ penting dari tubuh manusia karena ginjal
mempunyai fungsi regulasi dan ekskresi, serta mengekskresikan kelebihannya
(sisa metabolisme) sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sisa
metabolisme (seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing.
Akibat suatu hal ginjal dapat mengalami ganguan fisiologis, salah satunya
adalah gagal ginjal.
Gagal ginjal dapat terjadi secara langsung (akut) atau dalam jangka
waktu yang lama (kronis). Gagal ginjal akut terjadi akibat penurunan fungsi
glomerular dan tubular yang terjadi secara mendadak, berakibat pada
kegagalan ginjal untuk mengekresikan pro-duk sisa nitrogen dan menjaga
homeostasis cairan dan elektrolit.
Gagal ginjal akut dapat disebabkan karena terjadinya penurunan aliran
darah, yang dapat merupakan akibat dari infeksi yang parah (serious injury),
dehidrasi, daya pompa jantung menurun (kegagalan jantung), tekanan darah
yang sangat rendah (shock), atau kegagalan hati (sindroma hepatorenalis).
Gagal ginjal akut juga dapat dikarenakan oleh adanya zat-zat yang
menyebabkan kerusakan atau trauma pada ginjal, seperti kristal, protein atau
bahan lainnya dalam ginjal. Penyebab gagal ginjal akut lainnya yaitu terjadi
penyumbatan yang menghalangi pengeluaran urin dari ginjal, misalnya
karena adanya batu ginjal, tumor yang menekan saluran kemih, atau
pembengkakan kelenjar prostat.
Berdasarkan penyebabnya, gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi
prerenal, intrarenal dan postrenal. Klasifikasi faktor penyebab prerenal adalah
akibat turunnya aliran darah yang mendadak ke ginjal seperti gagal jantung,
shock atau kehilangan darah akibat lesi atau trauma. Faktor intrarenal yang
dapat menyebabkan gagal ginjal akut antara lain infeksi, racun, obat atau
trauma langsung yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan ginjal.
Sedangkan faktor postrenal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut adalah
berbagai faktor yang dapat mencegah pengeluaran urin (retensi urin) akibat
dari obstruksi (sumbatan) pada saluran kencing.
Penyakit Ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih
dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal
seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit
ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60
ml/menit/1,73 m2,
Penyebab dari gagal ginjal kronis secara umum disebabkan oleh diabetes
melitus dan hipertensi yang diperkirakan menyebabkan 26-43% dari gagal
ginjal kronis. Kondisi lain yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis
adalah adanya inflamasi (radang), immunological (autoimmun) atau penyakit
keturunan yang berhubungan dengan ginjal. Pada beberapa kasus, pasien
dengan gagal ginjal kronis diikuti dengan gagal ginjal akut.
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan
oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi
menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah, gagal ginjal
kronis akan terjadi beberapa kelainan metabolik seperti:

1. Gangguan elektrolit dan hormon


Gangguan cairan dan elektrolit jarang terjadi kecuali pada tahap akhir
dari gagal ginjal. Akibat turunnya GFR, peningkatan aktivitas oleh beberapa
nefron menjadi hal yang penting dalam ekskresi elektrolit. Beberapa hormon
juga membantu dalam pengaturan level elektrolit, akan tetapi hal ini juga
dapat menyebabkan gangguan pada sistem hormon tersebut. Peningkatan
sekresi hormon aldosteron dapat membantu mencegah peningkatan kadar
kalium serum tetapi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan sekresi
hormon paratiroid dapat membantu pencegahan dari peningkatan kadar
phosphate serum akan tetapi daapt berdampak pada renal osteodystrophy.
Ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan penurunana GFR ketika
aktivitas dari hormon tidak adekuat atau ketika konsumsi air dan elektrolit
dibatasi atau berlebihan.

2. Renal osteodystrophy
Merupakan gangguan pada tulang yang disebabkan akibat dari aktivitas
dari hormon paratiroid. Hormon paratiroid akan menyebabkan keluarnya
phosphate ke dalam urine tetapi menyebabkan pembongkaran kalsium dari
dalam tulang. Selain itu hormon ini juga dapat menyebabkan turunnya kadar
kalsium dalam serum, asidosis, dan gangguan aktifasi vitamin D di dalam
ginjal.
3. Sindrom uremia
Uremia timbul pada saat level terakhir dari penyakit gagal ginjal kronis
ketika GFR ginjal sudah dalam kondisi dibawah 15 mL/menit dan BUN
melebihi dari 60 mg/dl. Beberapa gangguan, gejala dan komplikasi yang
berkembang akibat kondisi ini disebut dengan sindroma uremia. Uremia
dapat menyebabkan disfungsi mental dan perubahan pada neuromuskuler
seperti kram pada otot, kelemahan pada otot lengan dan nyeri. Komplikasi
lainnya akibat dari uremia adalah:

 Gangguan sintesis atau pembentukan hormon. Gangguan ini meliputi


gangguan pembentukan hormon pengaktif vitamin D dan erythropoietin
yang berfungsi pada pembentukan sel darah merah. Akibatnya akan
terjadi anemia dan osteoporosis akibat hilangnya kalsium dari tulang.

 Gangguan degradasi hormon. Gangguan pada perkembangan hormon


dapat berakibat pada pertumbuhan, reproduksi, keseimbangan cairan,
pengaturan kadar glukosa darah dan metabolisme zat gizi.

 Abnormalitas pendarahan. Turunnya fungsi platelet dan faktor


pembekuan dapat menyebabkan pembekuan darah akibat luka yang
lama yang dapat berkontribusi pada anemia dan pendarahan pada
saluran cerna.
 Peningkatan resiko penyakit kardiovaskuler. Faktor resiko ini antara
lain hipertensi, peningkatan kadar insulin (resistensi insulin) dan kadar
lipid darah yang tidak normal.

 Penurunan fungsi imunitas tubuh. Pasien dengan uremia memiliki


imunitas yang rendah dan sangat berpotensi untuk terjadinya infeksi
yang lebih sering menyebabkan kematian pada pasien.

2.2 Diet Pada Gagal Ginjal

1. Tujuan Diet

 Gagal Ginjal Akut :

 Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.

 Menurunkan kadar ureum darah.

 Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

 Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan


mempercepat penyembuhan.

 Gagal Ginjal Kronis :

 Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan


memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja
ginjal.

 Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.

 Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

 Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan


memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus.

 Gagal Ginjal dengan Dialisis :


 Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki
status gizi, agar pasien dapat melakukan aktivitas normal.

 Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.

 Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.

2. Syarat Diet

 · Gagal Ginjal Akut :

 1. Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25 – 35 kkal/kg


BB.

 2. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6 – 1,5


g/kgBB. Pada katabolik ringan kebutuhan protein 0,6 – 1 g/kgBB,
katabolik sedang 0,8 – 1,2 g/kgBB, dan katabolik berat 1 – 1,5
g/kgBB.

 3. Lemak sedang, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total, atau


antara 0,5 – 1,5 g/kgBB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8 – 1,5
g/kgBB.

 4. Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi


jumlah energi yang diperoleh dari protein dan lemak. Apabila terdapat
hipertrigliseridemia, batasi penggunaan karbohidrat sederhana atau
gula murni.

 5. Natrium dan kalium batasi bila ada anuria.

 6. Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare,


dan urin + 500 ml.
 7. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam
bentuk formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan
suplemen asam folat, vitamin B6, C, A dan K.

 · Gagal Ginjal Kronis :

 1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.

 2. Protein rendah, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai


biologik tinggi.

 3. Lemak cukup, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total.


Diutamakan lemak tidak jenuh ganda

 4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi jumlah


energi yang diperoleh dari protein dan lemak.

 5. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau


anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1 – 3 g.

 6. Kalium dibatasi (40 – 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium


darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria.

 7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah


pengeluaran cairan melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml).

 8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam folat,


vitamin B6, C, dan D.

 · Gagal Ginjal dengan Dialisis :

 1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien


Hemodialisis (HD) maupun Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis
(CAPD). Pada CAPD diperhitungkan jumlah energi yang berasal dari
cairan dialisis. Bila diperlukan penurunan berat badan, harus dilakukan
secara berangsur (250 – 500 g/minggu) untuk mengurangi risiko
katabolisme massa tubuh tanpa lemak (Lean Body Mass).

 2. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan


mengganti asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1 – 1,2
g/kgBB ideal/hari pada HD dan 1,3 g/kgBB ideal/hari pada CAPD.
50% protein hendaknya bernilai biologik tinggi.

 3. Lemak normal, yaitu 15 – 30 % dari kebutuhan energi total.

 4. Karbohidrat cukup, yaitu 55 – 75 % dari kebutuhan energi total.

 5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam,


yaitu :

 · 1 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½


liter urin (HD)

 · 1 – 4 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk


tiap ½ liter urin (CAPD)

 6. Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam,


yaitu :

 · 2 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½


liter urin (HD)

 · 3 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½


liter urin (CAPD)

 7. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen


kalsium.

 8. Fosfor dibatasi, yaitu <>

 9. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500 – 750 ml.
 10. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam
bentuk formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan
suplemen terutama vitamin larut air seperti asam folat, vitamin B6, dan
C.

3. Jenis Diet Dan Indikasi Pemberian

 · Gagal Ginjal Akut


Jenis diet yang diberikan adalah :

 Diet gagal ginjal akut lunak

 Diet gagal ginjal akut cair

Apabila pasien makan per oral, semua bahan makanan boleh diberikan;
batasi penambahan garam apabila ada hipertensi, edema, dan asites, serta
batasi makan sayur dan buah tinggi kalium bila ada hiperkalemia.

 · Gagal Ginjal Kronis


Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:

 Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan


berat badan 50 kg.

 Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan


berat badan 60 kg.

 Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan


berat badan 65 kg.

Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung pada
keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan
dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar. Mutu protein dapat
ditingkatkan dengan memberikan asam amino essensial murni.
Diit Rendah Protein / Low Protein Diet (LPD) pada PGK Peningkatan
asupan protein telah terbukti dapat mempengaruhi hemodinamik ginjal dan
berperan terhadap kerusakan fungsi dan jaringan ginjal. Diet rendah protein
memiliki peran penting dalam terapi penyakit ginjal kronik (PGK), terutama
gagal ginjal kronik. Terapi LPD telah dikenal sejak lama. Terapi LPD pada
PGK telah diketahui memberi manfaat menurunkan akumulasi toksin uremik
sehingga mengurangi gejala uremia, menurunkan proteinuria, dan
memperlambat inisiasi TPG. Modifikasi diet protein pada pasien PGK dapat
dibagi menjadi : 1) protein sangat rendah, kurang dari 0,3 g/kg BB; 2) diet
protein rendah, 0,6-0,8 g/kg BB, dan 3) diet protein normal, 1-1,2 g/kg BB.
Pada berbagai studi prospektif diet protein sangat rendah secara nyata dapat
menurunkan progresifitas penyakit ginjal kronik, namun risiko malnutrisi
meningkat pada pasien.6 Kapan kita memulai LPD pada PGK sampai saat ini
masih diperdebatkan. Batasan LFG untuk memulai diet rendah protein belum
ditetapkan. Sebagian besar nefrologist menganjurkan agar diet rendah protein
sudah dimulai pada saat LFG.

2.1.5        Indikasi Pemberian Diet


Diberikan pada penderita batu ginjal asam urat dan Grout Artritis.

 Bahan makanan yang boleh diberikan


1.        Semua sumber karbohidrat
2.        Protein Hewani : daging atau ayam, ikan tongkol, tenggiri, bawal,
banding 50 g/hari, telur, susu, keju
3.        Protein nabati : kacang-kacangan kering maksimal 25 g, tahu,
tempedan oncom maksimal 50 g.
4.        Minyak dalam jumlah terbatas
5.        Semua sayuran kecuali asparagus, kacang polong, kacang buncis,
kembang kol, bayam, jamur maksimum 50 g/hari.
6.        Semua jenis buah 
7.        Teh, kopi dan minuman mengandung soda
8.        Semua macam bumbu

 Bahan makanan yang tidak boleh diberikan

1.        protein hewani : sardine, kerang, jantung, hati, usus, limpa, paru-paru,
otak, ekstrak daging, kaldu, bebek, angsa dan burung
2.        minuman dan makanan yang mengandung alcohol
3.        ragi

 · Gagal Ginjal dengan Dialisis

Diet pada dialisis bergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal,
dan ukuran badan pasien. Diet untuk pasien dengan dialisis biasanya harus
direncanakan perorangan.

Berdasarkan berat badan dibedakan 3 jenis diet dialisis:

 Diet dialisis I, 60 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan ±


50 kg

 Diet dialisis II, 65 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan
± 60 kg

 Diet dialisis III, 70 g protein. Diberikan kepada pasien dengan berat badan
± 65 kg

Atau secara spesifik menyatakan kebutuhan gizi perorangan ( termasuk


kebutuhan natrium dan cairan)

 Tujuan Diet

Tujuan Diet Sindroma Nefrotik adalah untuk :

 Mengganti kehilangan protein terutama albumin.

 Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.

 Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigiserida.

 Mengontrol hipertensi.

 Mengatasi anoreksia.
 Syarat Diet

Syarat-syarat Diet Sindroma Nefrotik adalah :

 Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitroge positif, yaitu


35 kkal/kgBB per hari.

 Protein sedang, yaitu 1,0 g/kg BB, atau 0,8 g/kgBB ditambah jumlah
protein yang dikeluarkan melalui urin. Utamakan penggunaan protein
bernilai biologik tinggi.

 Lemak sedang, yaitu 15 – 20% dari kebutuhan energi total. Perbandingan


lemak jenuh, lemak jenuh tunggal, dan lemak jenuh ganda adalah 1 : 1 : 1.

 Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi. Utamakan penggunaan


karbohidrat kompleks.

 Natrium dibatasi, yaitu 1 – 4 g sehari, tergantung berat ringannya edema.

 Kolesterol dibatasi <>

 Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui


urin ditambah 500 ml pengganti cairan yang dikeluarkan melalui kulit dan
pernafasan.

4. Jenis Diet dan Cara Pemberian

Karena gejala penyakit bersifat individual, diet disusun secara individual


pula dengan menyatakan banyak protein dan natrium yang dibutuhkan di
dalam diet.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Penyakit Ginjal kronis adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama


lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan
ginjal seperti proteinuria. Malnutrisi pada penderita gagal ginjal disebabkan
oleh intake makanan yang kurang. Diet yang dilakukan berbeda-beda
tergantung tingkat penyakit gagal ginjal yang dialami. Pemberian diet pada
penderita gagal ginjal yang baik juga dapat mempercepat proses penyembuhan.

3.2. Saran

 Diet dipantau oleh ahli gizi dan juga dokter

 Perhatikan kadar kalsium, protein dan kolesterol pada penderita gagal


ginjal

 Selama proses penyembuhan penderita gagal ginjal banyak mengkonsumsi


air putih
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. Penuntun Diet. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005.
budiboga.blogspot.com/.../diet-bagi-penderita-penyakit-ginjal.html
Burgess DN, Bakris GL. Renal and electrolyte disorders. In : Stein JH (ed).
Internal\
Medicine. Diagnosis and Therapy. Norwalk : Appleton and Lange; 1993. p. 134-6.
Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S.L.,
Jameson,
J.L., et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: The
McGraw-Hill Companies,
2008.http://trihartonos.blgspot.co.id/2011/10/makalah-diet-rendah-
purin.html
Fouque D. Low Protein, Amino Acid and Ketoacid Diets to Slow the Progression
of Chronic Kidney Disease and Improve Metabolic Control of Uremia. Nutr
ManaL Renal Dis. 2013; 209-231.
Bellizzi V. Low Protein Diet or Nutritional Therapy in Chronic Kidney
Disease?. Blood Purif 2013;36:41-46.
Mandayam S, Mitch WE. Diteray protein restriction benefits patients with
chronic kidney disease. Nephrology. 2006;11:53-57.
Garneata L, Mircescu G. Nutritional intervention in uremia-myth or reality?
J Ren Nutr. 2009;20:S31-S34.
Goldstein-Fuchs, D, LaPierre AM. 2014. Nutrition and Kidney Disease. In:
Gilbert GJ, Weiner ME. Editors. National Kidney Foundation’s Primer on Kidney
Diseases. Philadelphia; Elseiver Saunderz. P:467-474. 6. PERNEFRI 2011.
Konsensus Nutrisi Pada Penyakit Ginjal Kronik. Perhimpunan Nefrologi Indonesia.
Jakarta
Contents
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.2 Latar Belakang...................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
1.2.1.   Tujuan umum.................................................................................................1
1.2.2.      Tujuan khusus.............................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
DIET PADA PENYAKIT GINJAL...................................................................................2
2.1 Pengertian Gagal Ginjal.....................................................................................2
2.2 Diet Pada Gagal Ginjal.......................................................................................5
2.3 Diet Rendah Purin..............................................................................................9
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP.......................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................13
3.2. Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

Anda mungkin juga menyukai