Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Pemenuhan Aktifitas


Fisik Dan Latihan di Ruang Mawar Rumah Sakit umum Daerah
Tanjungpinang

Laporan ini Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Praklinik Keperawatan Dasar

Disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Sugianto


NIM : 222213040

Preseptor Akademik
Komala Sari S.Kep ., Ns.,M.Kep.

PRAKLINIK KEPERAWATAN DASAR


PRODI D-3 KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH
TANJUNGPINANG
A. Konsep dasar Gangguan Pemenuhan Aktifitas Fisik dan Latihan

1. Definisi
Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak
dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan musculoskeletal..
Aktivitas fisik merupakan suatu usaha untuk mempertahankan keseimbangan dan
kesejajaran tubuh selama melakukan aktivitas sehari-hari, setiap manusia memiliki
irama atau pola tersendiri dalam aktivitas sehari-hari untuk melakukan kerja, rekreasi,
makan, istirahat dan lain-lain (Susanto dan Fitriana, 2017). Kebutuhan aktivitas
(pergerakan) merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi manusia yang lain
seperti istirahat. Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun
yang berakibat badan menjadi lebih segar. Istirahat adalah suatu kondisi yang tenang,
rileks dan bebas dari kecemasan. (Padila, 2016).
2. Anatomi fisiologi

Sistem pergerakan tubuh manusia atau bisa disebut sitem muskuloskeletal terdiri dari:

 Tulang
Bagian tubuh terdiri dari tulang sejati, sendi, tulang rawan (kartilago) sebagai
tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan
sikap dan posisi.
 Otot
jaringan tubuh yg berfungsi mengubah energi kimia kerja mekanik, sebagai
respons tubuh terhadap perubahan lingkungan
 Sendi
Anggota gerak yang menjadi bagian penyambung antar tulang
 Tendon
Jaringan ikat yang menghubungkan otot dan tulang
 Ligamen
Jaringan ikat yang mempertemukan kedua ujung tulang
 Bursae
Kantong kecil dari jaringan ikat, antara tulang dan kulit, antara tulang dan
tendon atau diantara otot
 Fascia
Jaringan penyambung longgar di bawah kulit atau pembungkus otot, saraf dan
pembuluh darah.
3. Etiologi
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut :
 Kelainan Postur
 Gangguan Perkembangan Otot
 Kerusakan Sistem Saraf Pusat
 Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
 Kekakuan Otot
4. Manifestasi Klinik
Menurut (Potter & Perry, 2006) dalam (Hidayat, 2014) manifestasi klinik pada
gangguan aktivitas yaitu tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan
alat/orang lain, memiliki hambatan dalam berdiri dan memiliki hambatan dalam
berjalan serta adanya hambatan dalam aktivitas sehari-hari untuk melakukan kerja,
rekreasi, makan, istirahat dan lain-lain.selain itu :
1. Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas
2. Kekuatan otot menurun
3. Rentang gerak (ROM) menurun.
4. Nyeri saat bergerak
5. Enggan melakukan pergerakan
6. Merasa cemas saat bergerak
7. Sendi kaku
8. Gerakan tidak terkoordinasi
9. Gerak terbatas
10. Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017)
5. Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
tersebut, diantaranya adalah :
a. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot
berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi
kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot
dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang
merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
b. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada
kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa
penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka
diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
c. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak. Impuls
tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi,
jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dank e
organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan
mobilisasi.
6. Patway Gangguan Pemenuhan Aktifitas Fisik Dan
Latihan

(trauma,penyakit klinis,pola
hidup,pengobatan tertentu, fraktur,gen dll)

Gangguan syaraf /
kehilangan daya tahan otak Penurunan metabolisme tubuh

Tidak mampu beraktifitas


Kekuatan otot menurun

Energi tidak pulih maksimal

Perubahan struktur intoleransi Aktifitas


muskuloskeletal (SDKI D.0056)

Keletihan (SDKI D.0057)


Gangguan mobilitas fisik (SDKI
D.0054)
7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Diagnostik
1) Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan
perubahan hubungan tulang).
2) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah
yang sulit untuk dievaluasi)
3) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang)
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah dan urine
2) Pemeriksaan Hb

8. Komlikasi

a. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur


b. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic
c. Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dan dangkal
d. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
e. Status emosi stabil
(Rosidawati, dkk 2008) dalam (Hidayat, 2014)

9. Penatalaksanaan

a. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan dan
episodic. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang khidupan, mobilitas
dan aktivitas tergantung pada system musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal.
Sebagai suatu proses episodic pencegahan primer diarahkan pada pencegahan
masalah-masalah yang dapat timbul akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
1) Hambatan terhadap latihan
2) Pengembangan program latihan
3) Keamanan
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Spiral menurun yang terjadi akibat eksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi
atau dicegah dengan intervensi keperawatan.Keberhasian intervensi berasal dari
suatu pengertian tentang berbagai factor yang menyebabkan atau turut berperan
terhadap imobilitas dan penuaan. Pencegahan sekunder memfokuskan pada
pemliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi. Dengan melakukan :
- ROM
- Terapi menggunakan alat bantu (kruck,tripod,kursi roda)
- Mengajarkan senam aktifitas ringan
c. Penatalaksanaan Medis
- Operasi Tulang
- Pemasangan Pen
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan kegiatan menganalisis informasi, yang dihasilkan dari
pengkajian skrining untuk menilai suatu keadaan normal atau abnormal, kemudian
nantinya akan digunakan sebagai pertimbangan dengan diagnosa keperawatan yang
berfokus pada masalah atau resiko. Pengkajian harus dilakukan dengan dua tahap yaitu
pengumpulan data (informasi subjektif maupun objektif) dan peninjauan informasi
riwayat pasien pada rekam medic (Nanda, 2018).
Pengkajian umum
a. Biodata Data biografi : nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
nama penanggung jawab dan catatan kedatangan.
b. Riwayat Kesehtan
c. Data fisiologis, respirasi, nutrisi/cairan, eliminasi, aktifitas/istirahat, neurosensori,
reproduksi/seksualitas, psikologi, perilaku dan lingkungan.
d. Pemeriksaan fisik (head to toe) melipiti keadaan umum hingga sistem sitem tubuh
 Keadaan fisik : apatis, lesu
 Otot : Flaksia atau lemah, tonus kurang, tidak mampu bekerja
 Sistem saraf: bingung , rasa terbaka, paresthesia, reflex menurun.
 Fungsi gastrointestinal : anoreksia
 Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali / menit , irama abnormal ,
 tekanan darah rendah atau tinggi
 Rambut : kusam ,kerig pudar ,kemerahan ,tipis ,pecah atau patah – patah
(Kulit : kering, pucat ,iritasi , lemak di subkutan tidak ada
 Bibir : kering, pecah - pecah, bengkak,les ,stomatitis, membrane mukosa pucat
 Gusi : pendarahan, peradangan
 Lidah : edema, hyperemesis
 Gigi : karies nyeri, kotor
 Mata : konjungtiva pucat, kering ,tanda – tanda infeksi
 Kuku : mudah patah
Pengkajian Fokus
Riwayat Kesehatan termasuk pola istirahat/tidur, pola aktivitas/latihan. Pola aktivitas
atau latihan dapat dinilai dengan tabel berikut :

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Eliminasi (BAK dan BAB)
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi

Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik (D. 0054) b.d penurunan kekuatan otot
b. Intoleransi aktivitas (D. 0056) b.d tirah baring
c. Keletihan (D. 0057) b.d kondisi fisiologis

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah sebuah proses penyusunan terapi yang digunakan
oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegahan, pemulihan serta mengurangi masalah-masalah kesehatan
pasien individu, keluarga dan komunitas (Tim pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
(Sdki) Kriteria Hasil (Siki)
(Slki)
1. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi (I.05173) Dukungan Mobilisasi (I.05173)
berhubungan dengan penurunan selama 3 x 24 jam, maka Observasi Observasi
kekuatan otot . (D.0054) Mobilitas Fisik Meningkat,  Identifikasi risiko latihan.  Latihan yang dilakukan pada
dengan kreteria hasil  Identifikasi tingkat kebugaran pasien stroke yang mengalami
 Pergerakan ekstermitas otot. kekauatan sendi apabila
meningkat  Identifikasi jenis dan durasi dipaksakan dapat menimbulkan
 Kekuatan otot aktivitas. resiko cidera
meningkat  Monitor efektifitas latihan.  Mengetahui tingkat kebugaran
 Rentan gerak ROM Terapeutik otot pasien.
meningkat  Lakukan latihan ROM sesuai  Mengetahui jenis dan durasi
program yang ditentukan. latihan yang tepat bagi pasien

 Fasilitasi menetapkan tujuan agar tidak mudah lelah.

jangka pendek dan jangka  Mengetahui apakah latihan


panjang yang realistis dalam yang dilakukan mempunyai
menetukanrencana latihan. efek yang berpengaruh atau

 Fasilitasi mendapatkan sumber tidak terhadap pasien.

daya yang dibutuhkan Terapeutik


dilingkungan rumah.  Supaya latihan dilakukan
secara terprogram.
 Fasilitasi mengubah program  Agar dapat menentukan tujuan
atau mengembangkan strategi apa yang ingin dicapai dari
lain untuk mencegahnya bosan latihan yang dilakukan.
dan putus latihan.  Membantu pasien dalam
 Berikan instruksi tertulis mencari alat yang dibutuhkan
tentang pedoman dan bentuk dalam latihan.
gerakan untuk setiap gerakan  Membantu memenuhi latihan
otot. yang sesuai dengan
Edukasi perkembangan kekuatan otot
 Jelaskan konsekuensi jika tidak Pasien.
digunakannya otot.  Mencegah kebosanan pasien
 Ajarkan tanda dan gejala saat melakukan latihan.
intoleransi selama dan setelah  Agar pasien lebih memahami
sesi latihan. bentuk gerakan latihan otot.
 Anjurkan menghindari latihan Edukasi
selama suhu ekstrim  Pasien mengetahui akibat yang
Kolaborasi dapat terjadi apabila tidak
 Tetapkan jadwal tindak lanjut dilakukan latihan pada otot-
untuk mempertahankan otot dalam waktu yang lama.
motivasi pasien.  Agar pasien tidak memaksakan
 Kolaborasi dengan tim latihan yang dapat
kesehatan lain mengakibatkan cidera pada
otot.
 Mencegah terjadinya cedera.
Saa
Kolaborasi
 Menentukan keefektifan
latihan.
 Memebrikan pelayanan
kesehatan kepada pasien
dengan optimal.
2. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan intervensi Terapi Aktivitas (I. 05186) Terapi Aktivitas (I. 05186)
(D. 0056) b.d Tirah Baring keperawatan selama 3 x 24 Observasi Observasi
jam masalah intoleransi  Identivikasi defisit tingkat aktivitas  Mengetahui aktifitas yang tidak
aktivitas membaik dengan  Identifikasi kemampuan ddapat dilakukan klien
Kriteria hasil : berpartisipasi dalam aktivitas  Mengetahui aktifitas tertentu
tertentu yang dapat dilakukan klien
Toleransi aktifitas
 Identifikasi makna aktivitas rutin  Mengetahui makna aktivitas rutin
(L. 05047)
(mis, bekerja) dan waktu luang bagi klien
- Frekuensi nadi membaik  Monitor respon emosional, fisik,  Mengetahui respon emosional,
- Saturasi oksigen sosial, dan spiritual terhadap fisik, sosial, dan spiritual
membaik aktivitas terhadap aktivitas klien
- Kemudahan dalam Terapeutik Terapeutik
melakukan aktivitas  Fasilitasi fokus pada kemampuan,  Melatih kemampuan, bukan
meningkat bukan defisit yang dialami defisit yang dialami.
- Kecepatan berjalan  Fasilitasi aktivitas motorik untuk  Untuk merelaksasi otot agar
membaik merelaksasi otot memperkuat otot
- Jarak berjalan membaik  Libatkan keluarga dalam aktivitas,  Memberikan dukungan kepada
- Kekuatan tubuh bagian jika perlu anggota keluarga yang sakit
atas membaik  Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas  Melatih kekuatan otot secara
- Kekuatan tubuh bagian sehari-hari bertahap
bawah membaik  Berikan penguatan positif atas  Berikan penguatan positif atas
- Perasaan lemah partisipasi dalam aktivitas partisipasi dalam aktivitas
menurun Edukasi  Untuk memberikan motivasi
- Tekanan darah membaik  Ajarkan cara melakukan aktivitas guna menambah semngat klien.
- Frekuensi napas yang dipilih Edukasi
membaik
 Anjurkan terlibat aktivitas  Menambah pengetahuan kepada
kelompok atau terapi, jika sesuai klien dan keluarga
 Menambah semangat bersama
kelompok
3. Keletihan (D. 0057) b.d kondisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I. 01025) Manajemen Energi (I. 01025)
fisiologis keperawatan 3x24 jam Observasi Observasi
diharapkan keletihan pasien - Identifikasi gangguan fungsi tubuh - Mengetahi penyebab keletihan
dapat menurun dengan yang mengakibatkan kelelahan - Mengetahui kebiasaan pola dan
- Monitor pola dan jam tidur jam tidur
kriteria hasil :
- Monitor lokasi dan ketidak - Mengetahui lokasi dan ketidak
Tingkat keletihan nyamanan selama melakukan nyamanan selama melakukan
(L. 05046) aktifitas aktifitas
Terapeutik Terapeutik
- Verbalisasi kepulihan
energy membaik - Sediakan lingkungan nyaman dan - Untuk memberikan
rendah stimulus (mis. Cahaya, kenyamanan kepada klien
- Tenaga meningkat suara, kunjungan) - Mencegah kekakuan sendi
- Kemampuan melakukan - Lakukan latihan rentang gerak - Melatih aktifitas ringan
aktifitas rutin meningkat pasif dan/atau aktif
- Fasilitasi duduk di sisi tempat Edukasi
- Motivasi meningkat
tidur, jika tidak dapat berpindah
- Verbalisasi lelah - Mempercepat proses
dan berjalan
penyembuhan
menurun - Mencegah syok saat beraktifitas
Edukasi
- Lesu menurun berat
- Gangguan konsentrasi - Anjurkan tirah baring - Mencegah kelelahan berlebih
- Anjurkan melakukan aktifitas Kolaborasi
menurun
secara bertahap
- Untuk mencukupi kebutuhan
- Frekuensi napas - Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan nutrisi klien
membaik
Kolaborasi
- Pola istirahat membaik
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
4.
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan di dalam asuhan
keperawatan. Tindakan keperawatan terdiri dari tindakan independen (secara mandiri)
dan kolaborasi antar tim medis. Dalam tindakan independen, aktivitas perawat didasarkan
pada kesimpulan atau keputusan sendri dan bukan berdasarkan dari keputusan pihak lain.
Sedangkan tindakan kolaborasi merupakan tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama (Syaridwan, 2019).

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses keperawatan mengukur respon pasien terhadap tindakan
keperawatan dan perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasil pengkajian
pasien yang tujuannya adalah memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Evaluasi pasien stroke non hemoragik dilakuakan berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan. Dalam hal ini evaluasi diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu:
1) Evaluasi Formatif
Dimana evaluasi ini dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan respon
segera.
2) Evaluasi Sumatif
Merupakan Rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis situasi ,Pasien pada waktu
tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan, Disamping
itu evaluasi menjadi alat ukur atas tujuan yang mempunyai kriteria tertentu untuk
membuktikan yaitu:
- Tercapai : Perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan ditujuan.
- Tercapai Sebagian : Pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
- Belum Tercapai : Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.

Dalam hal ini ada beberapa bentuk format dokumentasi yang dapat digunakan
perawat untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah pasien yaitu :

SOAP
Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien.

S : Subjektif yang berisikan pernyataan atau keluhan dari pasien stroke non
hemoragik berdasarkan keluhan yang hanya dirasakannya.
O : Objektif yang berisikan data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga
dengan pengukuran yang valid.
A : Analisis berisikan kesimpulan dari objektif dan subjektif mengenai masalah
yang di alami pasien stroke apakah perkembangan kesehatan pasien meningkat
atau tidak.
P : Planning yang berisikan rencana tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
kepada pasien stroke non hemoragik berdasarkan data dari analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L. (2021). Gangguan Tidur pada Pasien Stroke Fase Akut. Jurnal Neuroanestesi
Indonesia, 10(1), 47–54.https://doi.org/10.24244/jni.v10i1.277
Anggriani, A., Zulkarnain, Z., Sulaiman, S., & Gunawan, R. (2018). PENGARUH ROM
(Range of Motion) TERHADAP KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS PADA
PASIEN STROKE NON HEMORAGIC. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam
I/BB Medan, 3(2), 64. https://doi.org/10.34008/jurhesti.v3i2.46
Bruno,L (2019) Pola Tidur. Journal Of Charnical Information And Modeling 53 (9). 1689-
1699
Hardianto, U., & Abadi. (2017). Pemodelan Aliran Darah Pada Aneurisma Di Lingkaran
Willis. Jurnal Ilmiah Matematika, 3(6), 166–174.
Kemenkes RI. (2018). Stroke Dont Be The One (p. 10).
Kharisma; Rahmawati, Isnaini; dan Devi, N. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Stroke Non Hemoragik Dengan Gangguan Mobilitas Fisik.
Kharti Gempitasari, F., & Betriana, F. (2019). Implementasi Evidence Based Nursing pada
Pasien dengan Stroke Non-Hemoragik: Studi Kasus. Jurnal Endurance, 4(3), 601.
https://doi.org/10.22216/jen.v4i3.4421
Maryaningsih, Agustina, D., Vera, Y., & Sulaiman. (2020). Efektivitas Pemberian
Massage Punggung terhadap Kualitas Tidur Lanjut Usia di Panti Taman
Bodhi Asri. Gorontalo Journal of Public Health, 3(2), 101–108.
Mutiarasari, D. (2019). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, and Prevention. Jurnal
Ilmiah Kedokteran Medika Tandulako, 1(1), 60–73.
Nasrulloh, A., & Yogyakarta, U. N. (2022). Pengukuran dan metode latihan kebugaran
(Issue December 2021).
Ninla Falabiba. (2019). Penggunaan Masase. 5–28.
Potter dan Perry. (2011). Fundamental Of Nursing, Jakarta : EGC.
Riskesdas Bengkulu. (2018). Laporan Provinsi Bengkulu RISKESDAS 2018.Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 123.
Mengetahui

Preceptor Akademik

Komala Sari S.Kep, Ns , M.Kep

Anda mungkin juga menyukai