Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DAN

ASKEP
OSTEOPOROSISDosen Pembimbing :
Mawar Eka Putri S.Kep, Ns, M. Kep

ALDILA NURJIANA
SUGI SUGARA DARMAWI
Definisi
Osteoporosis adalah penyakit kesehatan masyarakat yang paling
umum di kalangan wanita. Osteoporosis juga merupakan penyakit
penurunan kepadatan mineral tulang yang mempengaruhi individu
terhadap cedera, termasuk jatuh atau luka ringan. Osteoporosis
adalah kelainan tulang yang umum, terjadi akibat
ketidakseimbangan antar tulang resorpsi dan pembentukan tulang,
dengan kerusakan tulang melebihi pembentukan tulang. Resorpsi
tulang inhibitor, misalnya bifosfonat, telah dirancang untuk
mengobati osteoporosis, sedangkan agen ampert seperti
teriparatide merangsang pembentukan tulang dan mengoreksi
perubahan karakteristik pada trabekuler mikroarsitektur (Lowery,
2018).
Klasifikasi
Menurut (Sunaryati, 2018) Ada 2 macam osteoporosis , yaitu :

Osteoporosis Primer Osteoporosis


Sekunder
Osteoporosis ini dapat terjadi pada setiap kelompok
Osteoporosis primer bisa terjadi pada umur. Penyebabnya meliputi akses kortiosklerosis,
tiap kelompok umur. Jenis hipertirodisme, multiple amper, faktor genetis, dan
osteoporosis ini faktor pemicunya obat-obatan. Osteoporosis sekunder dialami kurang
adalah merokok, aktivitas, pubertas dari 5% penderita osteoporosis yang disebabkan oleh
tertunda, berat badan rendah, alcohol, keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit
ras kulit putih/asia, Riwayat keluarga, osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis
postur tubuh, dan asupan kalsium dan kelainan hormone (terutama tiroid, paratiroid,
rendah. barbiturate, dan adrenal) dan obat-obatan
(kartikosteroid, barbiturate, dan anti kejang)
pemakaian amper yang berlebihan dan merokok pun
bisa memperburuk keadaan ini.
Etiologi
Menurut (Lowery, 2018):
04 Protein
Faktor Genetik
01
05 Estrogen

Faktor Mekanis
02
Rokok dan kopi
06
Kalsium
03
Alkohol, individu dengan
07 alkoholisme mempunyai
kecenderungan masukan
kalsium rendah
Manifestasi Klinis
Osteoporosis biasanya berkaitan dengan lokasi patah
tulang. Kemampuan fisiologis tubuh orang lanjut usia
sudah menurun sehingga mereka mudah mengalami
kecelakaan, misalnya tergelincie dikamar mandi dan
terjatuh ketika menyebrang jalan. Oleh karena itu, kaum
usia lanjut penderita osteoporosis, terutama kaum
perempuan, mudah menderita patah tulang meskipun
oleh trauma ringan atau bahkan oleh trauma yang
biasanya tidak berbahaya. (Hermayudi,2017)
• Patah Tulang Belakang
• Patah Kolumna Femoris
• Pergelangan Tangan
Pathway
Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara
progresif menjadi panas, rapuh dan mudah
patah. Osteoporosis sering mengakibatkan
fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra
torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum
femoris dan daerah tronkhater, dan
frakturcolles pada pergelangan tangan.
(Hermayudi,2017).
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

a. Pengobatan:
• Meningkatkan pembentukan tulang, obat- b. Pencegahan, pencegahan sebaiknya
obatan yg dapat meningkatkan pembentukan dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa
tulang adalah Na-fluorida dan steroid muda, hal ini bertujuan:
anabolic. a. Mencapai massa tulang dewasa Proses
• Menghambat resobsi tulang, obat-obatan konsolidasi) yang optimal
yang dapat mengahambat resorbsi tulang b. Mengatur makanan dan life style yang
adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan menjadi seseorang tetap bugar seperti:
difosfonat. • Diet mengandung tinggi kalsium (1000
Penatalaksanaan keperawatan: mg/hari)
• Membantu klien mengatasi nyeri. • Latihan teratur setiap hari
• Membantu klien dalam mobilitas. • Hindari : Makanan tinggi protein, minum
• Memberikan informasi tentang penyakit alkohol, merokok ,minum kopi, minum
yang diderita kepada klien. antasida yang mengandung aluminium.
• Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas
agar tidak terjadi cedera.
Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Ode,2018) ada bererapa tahap dalam pemeriksaan


penunjang, antaranya adalah:
• Pemeriksaan Radiologi
• Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)
• Sonodensitometri
• Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• Biopsi tulang dan Histomorfometri
• Radiologis
• CT-Scan
• Pemeriksaan Laboratorium
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
OSTEOPOROSIS
Menurut (Yuli, 2019) pengkajian yang perlu dilakukan c. Riwayat Penyakit Sekarang
adalah sebagai berikut: d. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Identitas e. Riwayat Penyakit Keluarga
b. Keluhan Utama f. Pemeriksaan Fisik (Keadaan
Keluhan utama yang sering ditemukan penyakit Umum ,Kesadaran ,Tanda – Tanda Vital )
musculoskeletal seperti: osteoporosis, arthritis rheumatoid, g. Pemeriksaan Sistem Muskuloskeletal
gout arthritis, dan osteoarthritis, sering mengeluh nyeri h. Pola Fungsi Kesehatan
pada bagian punggung tulang yang terkena, adanya 1) Pola Nutrisi
keterbatasan gerakan yang menyebabkan gangguan rasa 2) Pola Eliminasi
tidak nyaman.Berdasarkan pengkajian karakteristik nyeri 3) Pola Tidur dan Istirahat
(Potter, 2018). 4) Pola Aktivitas dan Istirahat
P (Provokative) : Faktor yang mempengaruhi gawat dan
ringannya nyeri.
Q (Qualitiy) : Seperti apa (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (Region) : Daerah perjalanan nyeri
S (Scale) : Keparaha/intesitas nyeri
T (Time) : Lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri
Diagnosa Keperawatan
• Gangguan Rasa Nyaman (D.0074) b/d gejala
(SDKI) penyakit, kurang pengendalian
• Nyeri Akut (D.0077) b/d agen pencedera fisiologis situasional/lingkungan, ketidakaekuatan sumber
(mis. infarmasi, lakemia, neoplasma),agen daya mis (mis. dukungan finansial, sosial dan
pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia pengetahuan), kurangnya privasi, gangguan
iritan),agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, stimulus lingkungan, efek samping terapi (mis.
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur medikasi, radiasi, kemoterapi), gangguan adaptasi
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) kehamilan.
• Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) b/d kerusakan • Resiko Jatuh (D.0143) b/d usia >65 tahun (pada
integritas struktur tulang,perubahan metabolism, dewasa) atau <2 tahun (pada anak), riwayat jatuh,
ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, anggota gerak bawah prostesis (buatan),
penurunan massa otot, penurunan kekuatan otot, penggunaan alat bantu berjalan, penurunan tingkat
keterlambatan perkembangan, kekakuan sendi, kesadaran, perubahan fungsi kognitif, lingkungan
kontraktur, malnutrisi, gangguan musculoskeletal, tidak aman (mis. licin, gelap, lingkungan asing),
gangguan neuromuscular, indeks masa tubuh kondisi pasca operasi, hipotensi ortostatik,
diatas persentil ke-75 sesuai usia, efek agen perubahan kadar glukosa darah, anemia, kekuatan
farmakologis, program pembatasan gerak, nyeri, otot menurun, gangguan pendengaran, gangguan
kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik, keseimbangan,gangguan penglihatan (mis.
kecemasan, gangguan kognitif, keengganan glaukoma, katarak, ablasio, retina, neuritis optikus),
melakukan pergerakan, gangguan sensoripersepsi. neuropati, efek agen farmakologis (mis. sedasi,
alkohol, anastesi umum).
Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI RASIONAL
SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri -Agar kita tahu
(D.0077) b/d dilakukan Observasi tingkat cedera
agen pencedera tindakan  Identifikasi lokasi ,karakteristik yang dirasakan
fisiologis (mis. keperawatan ,durasi frekuensi ,kualitas oleh pasien.
infarmasi, selama 3x24 jam ,intensitas nyeri. -Agar
lakemia, nyeri akut  Identifikasi skala nyeri mengetahui
neoplasma),agen menurun tingkat nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
pencedera dengan kriteria yang sebenarnya
keyakinan tentang nyeri .
kimiawi (mis. hasil : -Untuk
 Identifikasi faktor yang
terbakar, bahan -Skala nyeri mengetahui
memperberat dan
kimia menurun lokasi ,
memeperingan nyeri.
iritan),agen -Tidak gelisah karakteristik,
Terapeutik
pencedera fisik lagi durasi dan
(mis.abses,  Berikan teknik non farmakologis frekuensi ,
amputasi, untuk mengurangi rasa nyeri. kualitas dan
terbakar,  Kontrol lingkungan yang intensitas
terpotong, memperberat rasa nyeri
mengangkat  Fasilitasi istirahat tidur.
berat, prosedur Edukasi
operasi, trauma,  Jelaskan penyebab, priode, dan
2. Gangguan Setelah Dukungan ambulasi 1. Mengetahui
mobilitas fisik dilakukan tingkat
Observasi
(D.0054) b/d tindakan ketidaknyamanan
 Identifikasi adanya nyeri
kerusakan keperawatan atau keluhan fisik lainnya 2. Untuk
integritas selama 3x24  Identifikasi toleransi fisik meminimalisir
melakukan ambulasi
struktur jam gangguan  Monitor frekuensi jantung terjadinya
tulang,perubahan mobilitas fisik dan tekanan darah sebelum keparahan sendi
memulai ambulasi
metabolism, menurun  Monitor kondisi umum 3. Guna
ketidakbugaran dengan kriteria selama melakukan ambulasi meningkatkan
fisik, penurunan hasil: Terapeutik pengetahuan
kendali otot, 1.Pergerakan  Fasilitasi aktivitas ambulasi pasien
penurunan massa ekstremitas dengan alat bantu (mis:
tongkat, kruk)
otot, penurunan meningkat  Fasilitasi melakukan
kekuatan otot, 2.Kekuatan otot mobilisasi fisik, jika perlu
 Libatkan keluarga untuk
keterlambatan meningkat membantu pasien dalam
perkembangan, 3.Rentang gerak meningkatkan ambulasi
kekakuan sendi, (ROM) Edukasi
kontraktur, meningkat  Anjurkan melakukan
malnutrisi, ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi sederhana
gangguan yang harus dilakukan (mis:
musculoskeletal. berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi)
3. Gangguan Rasa Setelah 1. Mengetahui
Terapi Relaksasi
Nyaman (D.0074) b/d dilakukan tingkat
Observasi
gejala penyakit, tindakan ketidaknyamanan
kurang pengendalian keperawatan  Identifikasi penurunan 2. Untuk
tingkat energi,
situasional/lingkungan, selama 3x24 ketidakmampuan meminimalisir
ketidakaekuatan jam gangguan berkonsentrasi, atau gejala terjadinya
lain yang mengganggu
sumber daya mis (mis. rasa nyaman kemampuan kognitif keparahan sendi
dukungan finansial, menurun  Identifikasi Teknik relaksasi 3. Guna
yang pernah efektif
sosial dan dengan kriteria digunakan meningkatkan
pengetahuan), hasil:  Periksa ketegangan otot, pengetahuan
frekuensi nadi, tekanan
kurangnya privasi, 1.Keluhan darah, dan suhu sebelum dan pasien
gangguan stimulus tidak nyaman sesudah Latihan
lingkungan, efek menurun Terapeutik
samping terapi (mis. 2.Gelisah  Ciptakan lingkungan tenang
medikasi, radiasi, menurun dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
kemoterapi), gangguan nyaman, jika memungkinkan
adaptasi kehamilan.  Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
 Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau Tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi

 Jelaskan tujuan, manfaat,


Batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis: musik,
meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
 Anjurkan mengambil posisi
nyaman
4. Resiko Jatuh Setelah Pencegahan Jatuh 1.Memudahkan
(D.0143) b/d dilakukan klien pindah
Observasi
usia >65 tahun tindakan tempat tidur
 Identifikasi faktor jatuh (mis: usia
(pada dewasa) keperawatan > 65 tahun, penurunan tingkat 2.Untuk
atau <2 tahun selama 3x24 kesadaran, defisit kognitif, meminimalisir
hipotensi ortostatik, gangguan
(pada anak), jam Resiko keseimbangan, gangguan terjadinya cedera
riwayat jatuh, Jatuh menurun penglihatan, neuropati)
 Identifikasi faktor lingkungan
anggota gerak dengan kriteria
yang meningkatkan risiko jatuh
bawah prostesis hasil: (mis: lantai licin, penerangan
kurang)
(buatan), 1. Jatuh dari
 Hitung risiko jatuh dengan
tempat tidur
penggunaan alat menggunakan skala (mis: fall
menurun
morse scale, humpty dumpty
bantu berjalan, 2. Jatuh saat scale), jika perlu
berdiri
penurunan
menurun Terapeutik
tingkat 3. Jatuh saat
duduk  Orientasikan ruangan pada pasien
kesadaran, dan keluarga
menurun
perubahan 4. Jatuh saat  Pastikan roda tempat tidur dan
berjalan kursi roda selalu dalam kondisi
fungsi kognitif, terkunci
menurun
lingkungan  Pasang handrail tempat tidur
 Atur tempat tidur mekanis pada
tidak aman (mis.
IMPLEMENTASI & EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses


Implementasi keperawatan adalah keperawatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
serangkaian kegiatan yang dilakukan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini
dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir
oleh perawat untuk membantu klien yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dari masalah status kesehatan yang dibuat dalam rencana keperawatan.
• S ( Subjective) :Keluhan pasien setelah
dihadapi ke status kesehatan yang dilakukan tindakan.
lebih baik yang menggambarkan • O (Objektif) :Hasil observasi langsung kepada
pasien setelah dilakukan tindakan.
kriteria hasil yang diharapkan. • A (Analysis) :Masalah keperawatan yang terjadi
akibat perubahan status klien dalam data
subjektif dan objektif.
• P (Planning) :Rencana yang akan dilanjutkan,
dihentikan, / modifikasi.
TERIMAKASIH
!!
MALU BERTANYA SESAT DIJALAN
BERHUBUNG INI DIKELAS JADI
JANGAN BERTANYA

Anda mungkin juga menyukai