PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIFITAS PATOLOGI SYSTEM MUSKULOSKELETAL ,
PERSARAFAN DAN INDERA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
A.DEFINISI
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukannya untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup Kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas
seperti berdiri, berjalan dan bekerja. merupakan salah satu dari tanda kesehatan individu
tersebut dimana kemampuan aktivitas sesorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem
persarafan dan muskuloskeletal (Riayadı & Harmoko, 2016).
Kebutuhan aktivitas merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan aktivitas (bergerak).
Kebutuhan ini diatur oleh beberapa sistem atau organ tubuh diantaranya tulang, otot,
tendon, ligament, sistem saraf dan sendi (Hidayat & Uliyah, 2015).
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah sat bentuk latihan aktif pada seseorang
termasuk di dalamnya adalah makan minum, mandi, toileting, berpakiakan, mobilisasi
tempat tidur, berpindah dan ambulasi ROM Pemenuhan terhadap ADL ini dapat
meningkatkan harga diri serta gambaran diri pada seseorang, selain ADL merupakan aktivitas
dasar yang dapat mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang
menyangkut pemenuhan dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan harus
diprioritaskan (Rohayatı, 2019).
B. Etiologi
Menurut (Hidayat, 2014) penyebab gangguan aktivitas adalah sebagai berikut;
1. Kelainan Postur
2. Gangguan Perkembangan Otot
3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4 Trauma langsung pada Sistem Muskuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan Otot
C. Patofisiologi
Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan tersebut,
diantaranya adalah:
1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan
sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot,
maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal
seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon
atau ligament, radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi
tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat
mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka diantaranya adalah fraktur,
radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak. Impuls tersebut
merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf
terganggu maka akan terjadi gangguan. Penyampaian impuls dari dan ke organ target.
Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan gangguan mobilisasi.
D. Pemeriksaan penunjang
a. Penyakit yang sedang diderita keluarga (dx medis, hub dgn klien) Fungsi jantung:
EKG, exercise stress test, echocardiography. kateterisasi jantung, angiografi.
b. Ventilasi & oksigenasi: spirometri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
c. Struktur sistem pernafasan: X-ray thorax, bronkhoskopi, CT Scan paru
d. Infeksi sistem pernafasan: kultur apus tenggorok, sitologi, BTA.
ANAMNESE MUSKULOSKELETAL
1) Riwayat
dan tinjauan sistem informasi. Kumpulkan informasi untuk membantu mengetahui penyebab
berhubungan dengan trauma baru, lakukan Keluha pengkajian riwayat secara singkat dan
fokuskan pada Penting penyebab cedera. Jika cedera bersifat sangat menyakitkan, utama k
wawancara dapat ditunda. Begitu kondisi klien stabil, bantuan lakukan pengkajian riwayat
secara lengkap.
Sebagai contoh, dengan mengetahui tempat tinggal klien dan jenis transportasi yang
digunakan dapat membantu untuk memahami energi yang dibutuhkan klien untuk hidup
secara mandiri dan tetap menjalani kunjungan secara rutin. Informasi mengenai tipe
pekerjaan dan hobi akan memberikan pandangan mengenai risiko cedera. Mengetahui sistem
pendukung sosial klien juga penting dalam melakukan rencana asuhan keperawatan.
Usia dan jenis kelamin klien dapat memberikan beberapa masukan mengenai masalah
muskuloskeletal yang mungkin terjadi. Individu muda atau atletis lebih cenderung mengalami
cedera. Osteoartritis ditemukan pada 85% individu berusia lebih dari 70 tahun. Osteoporosis
(tulang keropos) lebih sering terjadi pada wanita pascamenopause. Sindrom Reiter lebih
umum terjadi pada pria berusia antara 20 hingga 40 tahun. Osteogenik sarkoma jarang terjadi
setelah usia 40 tahun. Penyakit Paget jarang terjadi sebelum usia 40 tahun dan cenderung
bersifat menurun dalam keluarga.
3) Keluhan Utama
Penting halnya untuk menganalisis secara lengkap keluhan utama klien. Minta klien
untuk menjelaskan alasan mencari bantuan kesehatan. Manifestasi klinis yang umum dari
Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien gangguan sistem persarafan akan terlihat bila sudah terjadi
disfungsi neurologis. Ada beberapa keluhan yang sering dirasakan pasien akibat dari gangguan
persarafan, yaitu: kelemahan anggota gerak sebelah badan; tidak dapat berkomunikasi (bicara
pelo); konvulsi atau kejang; sakit kepala; sakit punggung; terasa kaku ketika duduk; tingkat
kesadaran menurun (GCS < 15); akral dingin; dan ada rasa takut.
Riwayat penyakit saat ini yang muncul pada gangguan neurologis bisa berbagai macam di
antaranya:
j)Gelisah.
Lelah apatis.
Pengkajian riwayat penyakit dahulu sangat penting di kaji dalam menggali permasalahan yang
mendukung per masalahan pasien pada saat ini. Seperti penggunaan obat-obatan perangsang
sistem saraf, riwayat sakit kepala, tremor, kejang, vertigo, kebas, kesemutan pada bagian tubuh.
Kemudian riwayat trauma kepala, meningitis, atau penyakit neurologis lain.
1.Riwayat Personal
Kecelakaan, cedera, pembedahan yang lalu. Klien juga ditanya tentang kecelakaan, cedera,
pembedahan atau adanyapukulan/ benturan yang terjadi pada kepala di waktu yang lalu yang
dapat menyebabkan keluhan saat ini. Perawat mungkinperlu menanyakan secara spesifik tentang
riwayat pembedahan atau prosedur laser karena klien sering tidak menggolongkantindakan laser
sebagai tindakan pembedahan. Penting untuk mengetahui tipe olahraga klien karena beberapa
cedera lebih sering terjadi akibat olahraga tertentu Kondisi medis sistemik. Perawat menanyakan
pada klien tentang adanya kondisi seperti diabetes melitus, hipertensi, sistemik lupus
eritematosus, sarkoidosis, penyakit menular seksual, anemi sel sabit, AIDS, sklerosis multipel yang
dapat mengenai mata. Selain itu, tindakan pengobatan pada mata dapat berpengaruh kurang baik
terhadap beberapa kondisi medis
yang ada.Medikasi. Klien juga ditanya tentang tipe medikasi yang sedang digunakan, terutama
obat-obat yang penting dicatat yang meliputi dekongestan dan antihistamin terhadap efek okuler.
2.Riwayat Keluarga
Perawat perlu menanyakan adanya riwayat keluarga yang berhubungan dengan masalah mata
seperti strabismus, ambliopia, glaukoma, katarak dan masalah retina seperti ablasio retina atau
degenerasi makula.
3.Riwayat Diet
Perawat menanyakan tentang makanan yang dikonsumsi klien karena beberapa masalah mata
berhubungan dengandefisiensi bermacam macam vitamin. Kurangnya asupan vitamin biasanya
terjadi akibat malnutrisi. Tanyakan pula tentang penggunaan suplemen vitamin terutama pada klien
dengan asupan makanan yang tidak adekuat.
Apakah perubahan terjadi secara cepat atau lambat. Beberapa klien dengan penurunan
penglihatan yang mendadak atau persisten dalam 48 jam harus segera diperiksa oleh ahli
oftalmologi, seperti pada klien yang mengalami trauma, benda asing pada mata atau nyeri
mendadak pada mata. Jika terjadi cedera atau trauma mata, ajukan pertanyaan berikut. Kapan
terjadinya cedera dan berapa lama? Apa yang dilakukan klien saat terjadi cedera tersebut? Jika
terdapat benda asing, apa sumbernya? Adakah pertolongan pertama yang dilakukan di tempat
kejadian? Jika ada, apa tindakan yang dilakukan itu?
b) Faktor presipitasi atau pencetus seperti penggunaan medikasi dapat menyebabkan
distres mata, misalnya, klienhipertensi yang diturunkan tekanan darahnya secara tiba-tiba dapat
mengeluhkan adanya efek okular.
Perkiraan Durasi
Durasi atau lamanya masalah perlu diketahui untuk menguraikan manifestasi klinis dan pola
kejadiannya.
D. Pemeriksaa keseimbangan.
Pemeriksaan keseimbangan merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kemampuan seseorang
dalam mempertahankan fungsi keseimbangan
A)Pemeriksaan ini paling mudah dilakukan dengan posisi pasien duduk dan kaki menjuntai di
tepi ranjang/meja pemeriksaan. Jika pasien tidak dapat mempertahankan posisi ini, minta
mereka berbaring terlentang, menyilangkansatu kaki di atas kaki yang lain.
b) Identifikasi tendon Achilles, struktur yang kencang, diskrit, seperti tali yang menjalar dari
tumit ke otot-otot betis. Jika tidak yakin, mintalah pasien untuk melakukan fleksi yang akan
menyebabkan betis berkontraksi dan Achilles menjadi kencang. Posisikan kaki sehingga
membentuk sudut siku-siku dengan sisa kaki bagian bawah. Bagian bawah kaki pasien mungkin
harus ditopang dengan tangan.
D.Pastikan bahwa betis terkena pukulan sehingga dapat melihat kontraksi otot. Refleks normal
akan menyebabkan kaki menjadi fleksi plantar, yaitu pindah ke tangan penopang (perawat).
A)Pemeriksaan ini paling mudah dilakukan dengan posisi pasien duduk dan kaki menjuntai di
tepi ranjang/meja pemeriksaan. Jika mereka tidak dapat mempertahankan posisi ini, minta
pasien berbaring telentang.
b) Identifikasi tendon patella, pita jaringan tebal dan lebar yang membentang dari aspek bawah
patella (lutut). Jika tidak yakin di mana lokasinya, minta pasien untuk memperpanjang lutut
mereka. Hal ini menyebabkan paha depan (otot paha) berkontraksi dan membuat tendon yang
melekat lebih jelas.
C)Pukul tendon langsung dengan palu refleks. Jika ke sulitan mengidentifikasi lokasi yang tepat
dari tendon (misalnya jika ada banyak lemak subkutan), letakkan telunjuk dengan kuat di
atasnya. Pukulan pada jari ter sebut yang kemudian akan mengirimkan rangsangan.
D)Untuk pasien telentang, topang bagian belakang paha mereka dengan tangan sehingga lutut
tertekuk dan otot otot paha depan rileks. Kemudian pukul tendon seperti yang dijelaskan di atas.
E)Pastikan paha depan dalam keadaan terbuka sehingga kontraksi otot terlihat. Dalam refleks
normal, kaki bagian bawah akan memanjang di lutut.
b) Identifikasi lokasi tendon biseps. Untuk melakukan ini, mintalah pasien melenturkan siku saat
perawat mengamati dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti tali
tebal.
C)Lengan pasien dapat diposisikan dengan salah satu dari dua cara:
Tempatkan lengan di pangkuan pasien, membentuk sudut sedikit lebih dari 90 derajat pada
siku.Topang lengan pasien di tangan, sehingga ibu jari tepat di atas tendon biseps (pegang tangan
kanan pasien dengan tangan kanan dan sebaliknya).
Ada kemungkinan sulit untuk mengarahkan pukulan secara tepat, sehingga gaya itu
ditransmisikan langsung ke tendon biseps, dan tidak hilang di antara sisa jaringan lunak di
daerah tersebut. Pada saat menopang lengan pasien, letakkan ibu jari di tendon dan pukul jari
tersebut ini. Jika lengan tidak perlu ditopang, letakkan telunjuk atau jari tengah dengan kuat
pada tendon dan pukul dengan palu.
Pemeriksaan visus
Pemeriksaan visus atau ketajaman penglihatan secara umum dapat menggunakan teknik
sederhana secara manual dengan menggunakan bagan yang berisi tanda, gambar, atau huruf,
seperti Snellen chart. Pemeriksaan ini dapat pula digunakan menggunakan alat otomatis berupa
autorefraktometer.
penderita, lakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan cara menyorotkan lampu. Sorotkan
lampu senter di depan mata penderita. Minta penderita menyebutkan ada sinar atau tidak. Jika
penderita melihat sinar berarti visusnya 1 / ~, jika tidak berarti visusnya 0 (No Light Perception /
NLP).
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia,
Jakarta: Salemba medika
Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang selatan :
HarianBinarupa aksara
Rosidawati, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika