Anda di halaman 1dari 15

A.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Definisi Aktivitas
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah
satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan
aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan
muskuloskeletel.
Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang
saling berhubungan dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling
mempengaruhi manusia yang lain seperti istirahat.
Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam
keadaan sehat. Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana
kemampuannya dalam melakukan berbagai aktivitas seperti misalnya
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak
terlepas dari keadekuatan system persarafan dan musculoskeletal.
Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.

2. Fisiologis Proses Aktivitas


a. Fisiologis Pergerakan
Menurut Haswita dan Sulistyowati (2017) pergerakan merupakan
rangkaian aktivitas yang terintegritasi antara sistem muskuloskeletal dan
sistem persyarafan di dalam tubuh.
1) Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdidi atas rangka (tulang), otot dan
sendi. Sistem ini sangat berperan dalam pergerakan dan aktivitas
manusia. Rangka memiliki bebrapa fungsi, yaitu :
a) Menyokong jaringan tubuh, termasuk memberi bentuk pada tubuh
(postur tubuh),
b) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru, hati
dan medulla spinalis,
c) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga ligmen,
d) Sebagai sumber mineral, seperti garam, fosfat dan lemak,
e) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah).
Sementara otot berperan dalam proses pergerakan, memberi
bentuk pada postur tubuh dan memproduksi panas melalui aktivitas
kontraksi otot (Haswita & Sulistyowati, 2017).
2) Sistem Persyarafan
Secara spesifik, sistem persyarafan memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a) Saraf eferen (reseptor), berfungsi menerim ragsangan dari luar
kemudian meneruskanya ke susunan araf pusat,
b) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa implus dari bagian
tubuh satu kebagian tubuh lainnya,
c) Sistem saraf pusat (SPP), berfungsi memproses impuls dan
kemudian memberikan respon melalui saraf eferen,
d) Saraf eferen, berfungsi menerima respon dari SPP kemudian
meneruskannya ke otot rangka.

b. Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh merupakan cara menggunakan tubuh secara
efisien, terkoordinasi, dan aman sehingga menghasilkan gerakan yang
baik dan memelihara keseimbangan selama beraktivitas. Mekanika
tubuh yang baik bukan hanya untuk plahragawan, tetapi juga penting
untuk perawat maupun klien (Sustanto & Fitriana, 2017).

Asmadi (2008) menyatakan bahwa prinsip dasar yang perlu


diperhatikan dalam melakukan mekanik tubuh agar tidak menimbulkan
cedera, antara lain :
1) Gunakan otot yang terpanjang dan terkuat pada waktu mengangkat
atau mendorong beban.
2) Gunakan sabuk serta sekat rongga tubuh untuk memperkokoh
bagian panggul dan melindungi organ-organ di dalam perut
sewaktu membungkuk, meraih, mengangkat, atau menarik.
3) Tempatkan tubuh sedekat mungkin pada benda yang hendak
diangkat atau dipindahkan.
4) Gunakan berat badan sebagai kekuatan menarik atau mendorong
dengan cara berayun di atas kaki ataupun memiringkn tubuh ke
depan/belakang untuk mengurangi ketegangan pada otot otot
lengan dan tungkai.
5) Sebuah benda lebih baik digeser atau diglindingkan, ditarik atau
didororng daripada diangkat. Hal tersebuut ditujukan untuk
mengurangi tenaga yang diperlukan.
6) Tempatkan kaki-kaki secara berjauhan untuk memperoleh dasar
penompang yang lebar bilamana diperlukan kestabilan tubuh
yang lebih besar. Tekuk lutut dan turunkan tubuh di dekat sebuah
benda yang hendak diangkat.
c. Faktor yang Mempengaruhi Mekanika Tubuh
Menurut Sutanto dan Fitriana (2017) faktor-faktor yang
mempengaruhi mekanika tubuh yaitu :
1) Status Kesehatan
Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap
keseimbangan tubuh sehingga aktivitasnya menjadi terganggu.
Klien yang mengalami perubahan status kesehatan dapat
mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf berupa
penurunan koordinasi.

2) Nutrisi
Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena
mempengaruhi poduksi energi yang digunakan untuk mobilisasi.
Fungsi nutrisi bagi tubuh antara lain untuk membantu proses
pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Jika nutrisi berkurang maka
akan mengakibatkan kelemahan otot dan memudahkan terjadinya
penyakit.
3) Emosi
Kondisi psikologis seseorag dapat menurunkan kemampuan
mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
4) Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan klien akan mempengaruhi
perubahan mekanika tubuh dan ambulasi. Misalnya, klien sering
mengangkat benda-benda berat.
5) Gaya Hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stres yang
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam
beraktivitas.
Untuk mengurangi tenaga yang dikeluarkan, maka seseorang perlu
mengetahui penggunaan mekanika tubuh yang baik. Sebaliknya,
jika pengetahuan yang kurang memadai dalam penggunaan
mekanika tubuh, maka akan menyebabkan seseorang beresiko
mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan
musculoskeletal.

d. Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2012). Tujuan
dari mobilisasi antara lain :
1) Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2) Mencegah terjadinya trauma
3) Mempertahankan tingkat kesehatan
4) Memperrthanakan interaksi social dan peran sehari – hari
5) Mencegah hilangnya kamampuan fungsi tubuh.
Sedangkan imobilisasi adalah keadaan dimana seseorang tidak
dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang,
cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya
(Hidayat, 2012).
3. Masalah-masalah Pada Aktivitas
Kurangnya Pergerakan atau Imobilisasi
a. Gangguan musculoskeletal
1) Osteoporosis
2) Atropi
3) Kontraktur
4) Kekakuan dan sakit sendi
b. Gangguan kardiovaskuler
1) Postural hipotensi
2) Vasodilatasi vena
3) Peningkatan penggunaan valsava maneuver
c. Gangguan system respirasi
1) Penurunan gerak pernafasan
2) Bertambahnya sekresi paru
3) Atelektasis
4) Hipotesis pneumonia
4. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mngidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan
merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawtaan
sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang lengkap, dan
sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat
penting untuk merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respons individu
( Budiono & Sumirah dalam Konsep Dasar Keperawatan, 2016) .
Menurut Hidayat dan Uliyah (2014) pengkajian keperawatan
pada pasien pemenuhan kebutuhan aktivitas meliputi :
1) Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien
yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam mobilitas dam
imobilitasnya, seperti adanya nyeri, kelemahan otot, kelelahan,
tingkat mkbilitas dan imobilitas, daerah terganggunya mobilitas
dan imobilitas, dan lama terjadinya gangguan mobilitas.
2) Riwayat Keperawatan Penyakit Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan aktivitas, misalnya adanya riwayat penyakit
sistem neuorologis (kecelakaan serebrovaskuler, trauma kepala,
peingkatan tekanan intrakanial, miastenia gravis, gullain barre,
cedera medula spinalis, dan lain-lain), riwayat penyakit sistem
kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat
penyakit sistem muskuloskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis),
riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit paru obstruksi
menahun, pneumonia, dan lain-lain), riwayat pemakaian obat,
seperti sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksansia, an
lain-lain.
3) Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah
sebagai berikut :
Tabel kategori tingkat kemamapuan
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri
secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau
pengawasan orang
lain.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan,
pengawasan orang lain,
dan peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tudak
dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam
perawatan

4) Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada
daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
Tabel kemampuan rentang gerak
Derajat
Gerak sendi Keterangan rentang
normal
Bahu
Adduksi Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke 180
atas kepal, telapak tangan menghadap ke posisi
paling jauh.
Siku
Fleksi Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah 150
atas menuju bahu
Pergelangan tangan
Fleksi Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam 80-90
lengan bawah
Ekstensi Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi 80-90
Hiperekstens Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh 70-90
i mungkin
Abduksi Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika 0-20
telapak tangan menghadap ke atas
Adduksi Tekuk pergelangan tangan ke arah kelingking, 30-50
telapak tangan menghadap ke atas
Tangan dan jari
Fleksi Buat kepalan tangan 90
Ekstensi Luruskan jari 90
hiperekstensi Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh 30
mungkin
Abduksi Kembangkan jari tangan 20
Adduksi Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi 20

5) Perubahan Intoleransi aktivitas


Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
perubahan pada sistem pernapasan, antara lain suara napas, analisis
gas darah, gerakan dinding toraks, adanya mukus, batuk yang
produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Pengkajian
intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem kardiovaskuler,
seperti nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya
trombus, serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivita
atau perubahan posisi.

6) Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi


Tabel kekuatan otot
Skala Presentase Karakterist
Kekuatan ik
Normal
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi
atau dilihat.
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan
topangan.
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan
melawan tahanan normal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal
melawan gravitasi dan tahanan penuh.

7) Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh
adanya gangguan aktivitas/mobilitas, antara lain perubahan
perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping,
dan lain-lain.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Mobilitas Fisik
2) Intoleransi Aktivitas
3) Keletihan
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi Utama Intervensi Pendukung
Keperawatan
Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan asuhan Dukungan Ambulansi
Fisik keperawatan diharapkan Dukungan Mobilisasi
kemampuan dalam gerakan
fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri
meningkat dengan kriteria
hasil :
1. Pergerakan ekstremitas
meningkat
2. Kekuatan otot
meningkat
3. Rentang gerak
meningkat (ROM)
4. Nyeri menurun
5. Kecemasan menurun
6. Kaku sendi menurun
7. Gerakan tidak
terkoordinasi menurun
8. Gerakan terbatas
menurun
9. Kelemahan fisik
menurun
Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi - Dukungan ambulasi
keperawatan diharapkan Terapi Aktivitas - Dukungan kepatuhan
respon fisiologis terhadap program pengobatan
aktivitas yang - Dukungan meditasi
membutuhkan tenaga - Dukungan pemeliharaan
meningkat : rumah
1. Kemudahan melakukan - Dukungan perawatan
aktivitas sehari-hari diri
2. Kecepatan berjalan - Dukungan spiritual
meningkat - Dukungan tidur
3. Jarak berjalan - Edukasi latihan fisik
meningkat - Edukasi teknik ambulasi
4. Kekuatan tubuh bagian - Edukasi pengukuran
atas meningkat nadi radialis
5. Kekuatan tubuh bagian - Manajemen aritmia
bawah meningkat - Manajemen lingkungan
6. Toleransi menaiki - Manajemen medikasi
tangga meningkat - Manajemen Mood
7. Keluhan lelah menurun - Manajemen program
8. Dyspnea saat latihan
beraktivitas menurun - Pemantauan tanda vital
9. Dyspnea setelah - Pemberian obat
beraktivitas menurun - Pemberian obat inhalasi
10. Aritmia saat - Pemberian obat
beraktivitas menurun intravena
11. Aritmia setelah - Pemberian obat oral
beraktivitas menurun - Program latihan fisik
12. Sianosis menurun
13. Perasaan lemah
menurun
14. Frekuensi nadi
membaik
15. Warna kulit membaik
16. Tekanan darah
membaik
17. Saturasi oksigen
membaik
18. Frekuensi napas
membaik
19. EKG iskemia menurun
Keletihan Setelah dilakukan asuhan Edukasi Aktivitas/Istrirahat - Dukungan kepatuhan
keperawatan diharapkan Manajemen Energi program pengobatan
kapasitas kerja fisik dan - Dukungan pengambilan
mental yang tidak pulih keputusan
dengan istirahat menurun - Dukungan tidur
dengan kriteria hasil : - Manajemen asma
1. Verbalisasi kepulihan - Manajemen demensia
energy meningkat - Manajemen kemoterapi
2. Tenaga meningkat - Manajemen medikasi
3. Kemampuan - Manajemen lingkungan
melakukan aktivitas - Manajemen mood
meningkat - Manajemen nutrisi
4. Motivasi meningkat - Penentuan tujuan
5. Verbalisasi lelah bersama
menurun - Promosi dukungan
6. Lesu menurun sosial
7. Gangguan konsentrasi - Promosi koping
menurun - Promosi latihan fisik
8. Sakit kepala menurun - Reduksi ansietas
9. Sakit tenggorokan - Terapi aktivitas
menurun - Terapi relaksasi
10. Mengi menurun
11. Sianosis menurun
12. Gelisah menurun
13. Frekuensi napas
menurun
14. Perasaan bersalah
menurun
15. Nafsu makan membaik
16. Pola napas membaik
17. Libido membaik
18. Pola istirahat membaik

Anda mungkin juga menyukai