Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN INTOLERANSI AKTIVITAS Ny.S


DI RUANGAN FLBOYAN 3 RSUD SALATIGA

DI SUSUN OLEH :
Lilis kurniati
2106311614401078

PROGRAM STUDY DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES TUJUH BELAS SURAKARTA
2023
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian

Menurut (Heriana, 2014) Aktivitas adalah suatu energi atau keadaanbergerak

dimanamanusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu

tanda kesehatanadalah adanya kemampuan seseorang melakukanaktivitas seperti

berdiri, berjalan dan bekerja.Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari

keadekuatan sistempersarafandan musculoskeletal.Aktivitas sendiri sebagai suatu

energi atau keadaanbergerak dimana manusiamemerlukan hal tersebut agar dapat

memenuhikebutuhan hidupnya. (Asmadi, 2008).Jadi dapat diartikan bahwa

gangguan aktivitas merupakanketidakmampuan seseorang untukmelakukan

kegiatan dalam memenuhikebutuhan hidupnya.

2. Etiologi

Hal yang dapat menyebabkan terjadinya intoleransi aktivitas adalah :

1.Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2.Tirah baring

3.Kelemahan

4.Imobilitas

5.Gaya hidup monoton

3. Manfestasi Klinis

Menurut (Tim Pokja SDKI, 2016) bahwa gejala dan tanda intoleransi aktivitas:

a. Gejala mayor

Subjektif : Mengeluh lelah

Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat.


b. Gejala minor

Subjektif : Dispnea saat/setelah beraktivitas, merasa tidak nyaman setelah

beraktivitas, merasa lemah.

Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran

EKG menunjukkan aritmia saat/setelah beraktivitas, gambaran

EKG menunjukkan iskemia, sianosis

4. Pemeriksaan Diagnostik

1) CT scan. Diagnosis stroke dikonfirmasi dengan bantuan pencitraan otak. ...

2) MRI scan. ...

3) Ultrasonografi dupleks karotis. ...

4) Pemeriksaan tambahan.

5. Penatalaksanaan

1. Terapi

a. Kerja sama medis

Kerja sama medis interdisplin dan partipasi kepada pasien dan keluarga pasien

b. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,

pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan

pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu

pasien.

c. Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan

pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan #aktu yangdiperlukan

untuk mencapai target terapi.


d. Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan

danelektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit; kondisi

penyetara lainnya.

e. Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi obat-obatan yang

dapatmenyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya

ataudihentikan bila memungkinkan.

f. Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang

mengandungserat, serta suplementasi vitamin dan mineral.

g. Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi

medisterjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,

aktif, dan aktif dengan bantuann), latihan penguat otot-otot (isotonik,

isometrik,isokinetic), latihan koordinasi; keseimbangan, dan ambulasi terbatas.

h. Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu

berdiridan ambulasi.

i. Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toile

6. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita bila intoleransi aktivitas yang

diakibatkan karena penyakit gagal jantung kongestif tidak ditangani adalah atrofi

otot. Atrofi otot merupakan keadaan di mana otot menjadi mengecil karena tidak

terpakai dan pada akhirnya serabut otot akan diinfiltrasi dan diganti dengan

jaringan fibrosa dan lemak (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Atrofi otot, otot yang dipergunakan dalam waktu lama akan kehilangan sebagian

kekuatan dan fungsi normalnya (Ernawati, 2012).


B. Proses keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu

proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian

merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan

sesuai dengan kenyataan sangat penting sebagai data untuk merumuskan diagnosis

keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon

individu yang sesuai dengan standar praktik yang telah ditentukan. Terdapat dua

tipe data pada pengkajian keperawatan yaiu data subjektif dan data objektif. Data

subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap

situasi dan kejadian. Data tersebut didapat melalui suatu interaksi atau

komunikasi. Data subjektif diperoleh dari Riwayat keperawatan termasuk persepsi

klien, perasaan, dan ide tentang status kesehatannya. Data yang diperoleh sumber

lainnya, seperti keluarga, konsultan dan profesi kesehatan lainnya juga dapat

dikategorikan data

subjektif jika didasarkan pada pendapat klien. Sedangkan data objektif adalah data

yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat. Data ini diperoleh melalui

kepekaan perawat (sense) selama melakukan pemeriksaan fisik melalui 2S (sight,

smell), dan HT (Hearing, Touching). Selain itu yang termasuk data objektif adalah

frekuensi pernafasan, tekanan darah, adanya edema, dan berat badan. (Nursalam,

2008) Pengkajian pada klien dengan gagal jantung merupakan salah satu aspek

penting dalam proses keperawatan. Hal ini penting untuk merencanakan tindakan
selanjutnya. Perawat mengumpulkan data dasar mengnai informasi status terkini

klien tentang pengkajian sisten kardiovaskuler sebagai prioritas pengkajian.

Pengkajian sistematis pasien mencakup riwayat yang cermat, khususnya yang

berhubungan dengan tanda dan gejala. Terjadi kelemahan fisik secara umum,

seperti nyeri dada, dispnea, diaphoresis (Muttaqin, 2009).

Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan gangguan aktivitas

seperti pada intoleransi aktivitas meliputi :

1. Identitas Klien

Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama,

pendidikan, pekerjaan, alamat, no.RM (Rekam Medis), dan diagnosa medis.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama adalah alasan klien mencari pertolongan. Keluhan utamayang

biasa dan khas pada pasien gagal jantung kongestifadalah dispnea (sesak

napas) pada /setelah beraktivitas, kelelahan dan kelemahan fisik.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian riwayat penyakit sekarang yang mendukung keluhan utama dengan

melakukan serangkaian pertanyaan tentang kronologis keluhan utama.

Pengkajian yang didapat pada klien dengan congestive heartfailure adalah

dispnea, ortopnea, batuk, edema pulmonal akut,nyeri kelemahan otot,

kelelahan dan apakah menganggu aktivitas lainnya.

4. wayat Penyakit Dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung dengan mengkaji

apakah pernah menderita gangguan kebutuhan aktivitas khususnya

intoleransi aktivitas sebelumnya. Jika pernah, disebabkan oleh penyakit apa


misalnya seperti gangguan kardiovaskuler (gagal jantung, infark miokard),

gangguan pernapasan (asma, PPOK).

5. Pemeriksaan Fisik

1) Aktivitas dan istirahat

Pada pemeriksaan fisik aktivitas dan istirahat memiiki gejala sebagai

berikut :

a. Cepat lelah, kelelahan sepanjang hari.

b. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari misalnya

membersihkan tempat tidur dan menaiki tangga.

c. Dispnea saat istirahat atau sedang beraktivitas.

d. Insomnia, tidak mampu tidur terlentang.

Pada pemeriksaan fisik aktivitas dan istirahat memiiki tanda sebagai

berikut :

a. Toleransi aktivitas terbatas.

b. Kelelahan.

c. Gelisah, perubahan status mental

2) Sirkulasi

Pada pemeriksaan fisik sirkulasi memiliki gejala sebagai berikut :

a. Riwayat hipertensi, infark miokard baru atau akut, episode gagal jantung

sebelumnya, penyakit katup jantung, bedah jantung, anemia, syok sepsis.

b. Pembengkakan pada tungkai dan distensi abdomen.

Pada pemeriksaan fisik sirkulasi memiliki tanda sebagai berikut :

a. Tekanan darah (TD) mungkin rendah akibat kegagalan pompa jantung,

kelebihan cairan/peningkatan resistensi vascular sistemik.


b. Denyut nadi teraba lemah mengindikasikan penurunan volume sekuncup

ventrikel.

c. Denyut dan irama jantung seperti takikardia, disritmia, misalnya fibrilasi

atrium, blok jantung.

d. Nadi apikal menyebar dan bergeser kearah kiri.

e. Bunyi jantung S1 dan S2 terdengar lemah, S3 gallop terdiagnosis GJK

(Gagal Jantung Kronis), S4 dengan hipertensi, murmur sistolik, dan

diastolik dapat menandakan adanya insifiensi katup.

f. Denyut : nadi perifer berkurang, nadi sentral teraba kuat, misalnya pada

vena jugularis nadi karotis, dan nadi abdominal.

g. Kulit pucat, sianosis, kuku pucat, pengisian kapiler lambat, edema

khususnya ekstremitas, terdapat distensi vena jugularis.

3) Integritas ego

Pada pemeriksaan fisik integritas ego memiliki gejala sebagai berikut

yaitu :

a. Ansietas, kekhawatiran, ketakutan.

b. Stres yang berhubungan dengan penyakit atau kondisi finansial. Pada

pemeriksaan fisik integritas ego memiliki tanda seperti

ansietas, marah, takut, dan mudah tersinggung.

4) Eliminasi

Pada pemeriksaan fisik eliminasi memiliki gejala seperti penurunan frekuensi

berkemih, urin berwarna gelap, berkemih dimalam hari. Sedangkan

pemeriksaan fisik eliminasi memilki tanda seperti penurunan frekuensi

berkemih disiang hari dan peningkatan frekuensi berkemih pada malam hari

5) Makanan/cairan
Pada pemeriksaan fisik makanan dan cairan memiliki gejala sebagai

berikut :

a. Riwayat diet tinggi garam dan makanan olahan, lemak, gula, serta kafein.

b. Penurunan nafsu makan, anoreksia.

c. Mual muntah.

d. Peningkatan berat badan.

e. Penggunanaan obat diuretik.

Pada pemeriksaan fisik makanan dan cairan memiliki tanda sebagai

berikut :

a. Peningkatan berat badan yang cepat atau terus-menerus.

b. Edema umum, termasuk pembengkakan pada seluruh badan atau

ekstremitas bagian bawah dan piting edema

6) Hygiene

Pada pemeriksaan fisik hygiene memiliki gejala seperti kelelahan,

kelemahan, selama melakukan aktivitas. Sedangkan pemeriksaan fisik

hygiene memiliki tanda seperti penampilan mengindikasi adanya

kelalaian dalam perawatan diri.

7) Neuronsensori

Pada pemeriksaan fisik neuronsensori memiliki gejala seperti kelelahan

dan pusing. Pada pemeriksaan fisik neuronsensori memiliki tanda

seperti letargi, kebingungan, disorientasi dan mudah tersinggung.

8) Nyeri/ketidaknyamanan

Pada pemeriksaan fisik nyeri/ketidaknyamanan memiiki gejala seperti

nyeri dada, angina akut atau angina kronis, dan nyeri otot. Pada
pemeriksaan fisik nyeri/ketidaknyamanan memiiki tanda seperti

gelisah, menarik diri dan fokus berkurang.

9) Pernapasan

Pada pemeriksaan fisik pernapasan memiliki gejala seperti :

a. Dispnea saat beraktivitas atau istirahat.

b. Dispnea pada malam hari sehingga mengganggu tidur.

c. Tidur dengan posisi duduk atau dengan sejumlah bantal.

d. Penggunaan alat bantu napas, misalnya oksigen atau obat- obatan.

Pada pemeriksaan fisik pernapasan memiliki tanda seperti :

a. Takipnea

b. Napas dangkal.

c. Penggunaan otot bantu napas, pernafasan cuping hidung.

d. Bunyi napas mungkin terdengar lemah, dengan adanya krakels

dan mengi.

e. Penurunan proses berpikir, letagi, kegelisahan.

f. Pucat atau sianosis.

10) Keamanan`

Pada pemeriksaan fisik keamanan memiiki tanda seperti perubahan

proses berpikir dan kebingungan, penurunan kekuatan dan tonus

otot, dan peningkatan risiko jatuh (M.Asikin, 2016)


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran. EGC.

Guyton AC & Hall JE, 2014. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Edisi 12.

Penerjemah : Ermita I, Ibrahim I. Elsevier.

Nurarif. A H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2013. Keperawatan Medikal

Bedah

2, Edisi 8. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai