Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN CONGESTIVE HEART FAILURE

Disusun Oleh:

Kristian Budi Setiawan

2211040109

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2022
I. Konsep kebutuhan

I.1 Definisi

Intoleransi aktivitas merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak

memiliki cukup energy fisiologis dan psikologis untuk bertahan atau

menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang diinginkan atau dilakukan dan

intoleransi aktivitas juga merupakan suatu kondisi terjadinya penurunan

kapasitas fisiologis seseorang untuk mempertahankan aktivitas sampai

tingkat yang diinginkan (Somantri, 2012).

Intoleransi aktifitas didefinisikan sebagai ketidakcukupan energi

psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan

aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan

(Keliat, Dwi Windarwati, Pawirowiyono, & Subu, 2015).

Intoleransi aktivitas menurut SDKI (2016) adalah ketidakcukupan

energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

I.2 Fisiologi system

Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung meliputi

menurunnya kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah yang

dipompa pada setiap kontriksi menurun dan menyebabkan penurunan

darah keseluruh tubuh. Apabila suplai darah kurang keginjal akan

mempengaruhi mekanisme pelepasan renin-angiotensin dan akhirnya

terbentuk angiotensin II sehingga mengakibatkan terangsangnya sekresi


aldosterone dan menyebabkan retensi natruim dan air, perubahan tersebut

meningkatkan cairan ekstra-intravaskuler sehingga terjadi

ketidakseimbangan volume cairan dan tekanan selanjutnya akan terjadi

edema. Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang

interstial. Proses ini menimbulkan masalah seperti nokturia dimana

berkurangkanya vasokintriksi pada ginjal pada waktu istirahat dan juga

redistribusi cairan dan absorpsi pada waktu berbaring. Gagal jantung

berlanjut dapat menimbulkan asites, dimana asites dapat menimbulkan

gejala-gejala gastrointestinal seperti mual, muntah dan anoreksia. Apabila

suplai darah tidak lancar diparu-paru (darah tidak masuk kejantung),

menyebabkan penimbunan cairan di paru-paru yang dapat menurunkan

pertukaran oksigen dan karbondioksida Antara udara dan darah diparu-

paru.

Sehingga oksigenisasi arteri akan berkurang dan terjadi peningkatan

karbondioksida, yang akan membentuk asam didalam tubuh. Situasi ini

akan memberikan suatu gejala berupa sesak nafas (dipsnea) dan ortopnea

(dipsnea saat berbaring) akan terjadi apabila aliran darah dari ekstremitas

meningkatkan aliran balik vena kejantung dan paru-paru (Kasron, 2016).

Intoleransi aktivitas merupakan sebuah diagnose yang menitikberatkan

respon tubuh yang kurang mampu untuk bergerak terlalu banyak karena

tubuh tidak mampu memproduksi energy secara cukup. Secara sederhana

dapat dijelaskan bahwa, untuk bergerak atau beraktivitas tubuh


membutuhkan sejumlah energy. Pembentukan energy terjadi didalam sel,

tepatnya terjadi pada mitikondria melalui beberpa proses tertentu. Untuk

membentuk sebuah energy tubuh membutuhkan oksigen dan nutrisi. Pada

kondisi tertentu, dimana suplai oksigen dan nutrisi tidak sampai ke sel

tubuh sehingga akan menimbulkan tubuh sulit dalam memproduksi energy

yang cukup. Jadi, apapun penyakit yang dapat membuat terhambatnya

atau terputusnya suplai nutrisi dan suplai oksigen ke sel akan

mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktivitas (Wartonah,

2014).

Intoleransi aktivitas pada penderita gagal jantung kongestif disebabkan

karena jantung gagal dalam memompakan darah dalam jumlah yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrisi dan oksigen

karena kerusakan sifat kontraktil dari jantung dan curah jantung kurang

dari normal. Hal ini disebabkan karena meningkatnya beban kerja otot

jantung, sehingga dapat melemahkan kekuatan kontaksi otot jantung dan

produksi energy menjadi berkurang (Wartonah, 2014).

I.3 Factor – factor yang mempengaruhi perubahan fungsi system

1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

2. Tirah baring

3. Kelemahan

4. Imobilitas

5. Gaya hidup monoton


I.4 Macam – macam gangguan yang mungkin terjadi pada system

Apabila intoleransi aktivitas tidak teratasi dengan baik maka akan akan

terjadi komplikasi berupa atropi otot. Atropi otot merupakan keadaan

dimana otot menjadi mengecil karena tidak terpakai sehingga pada

akhirnya serabut otot akan di infiltrasi dan diganti dengan jaringan fibrosa

dan lemak (Wartonah,2014)

Atrofi otot, otot yang dipergunakan dalam waktu lama akan

kehilangan sebagian kekuatan dan fungsi normalnya (Ernawati, 2012)

II. Rencana asuhan dengan gangguan kebutuhan

II.1Pengkajian Riwayat keperawatan

Dalam proses keperawatan, terdapat lima tahap dimana tahap tahap

tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan. Tahap tahap ini

membentuk suatu lingkaran pemikiran dan menjadikan suatu tindakan

yang kontinu, yang mengulangi kembali kontak dengan pasien.

Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses perawatan. Tahap

ini sangat penting dan menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya. Data

yang komprehensif dan valid akan menentukan penetapan diagnosis

keperawatan dengan tepat dan benar, serta selanjutnya akan berpengaruh

dalam perencanaan keperawatan. Tujuan dari pengkajian adalah

didapatkannya data yang komprehensif yang mencakup data biopsiko dan

spiritual (Wartonah, 2015).


Selain itu, pengkajian keperawatan pada pasien gagal jantung

kongestif dengan intoleransi aktivita meliputi data umum mengenai

identitas pasien, anamnesis riwayat penyakit, dan pengkajian psikososial

(Ns. Asmadi, 2008)

a. Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,

alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah

sakit, nomor register, dan diagnosa medis.

b. Data keluhan utama merupakan keluhan yang sering menjadi alasan

pasien untuk meminta bantuan kesehatan.

c. Data riwayat penyakit saat ini merupakan pengumpulan data yang

dilakukan untuk mendukung keluhan utama seperti menanyakan

tentang perjalanan sejak timbul keluhan hingga subjek meminta

pertolongan (A Muttaqin, 2011).

d. Data riwayat penyakit dahulu merupakan suatu riwayat penyakit yang

pernah dialami oleh pasien sebelumnya terutama yang mendukung

atau memperberat kondisi gangguan sistem kardiovaskuler pada

subjek saat ini seperti pernakah subjek menderita penyakit hipertensi,

penyakit jantung bawaan dan lainnya. Tanyakan: apakah subjek

pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah

mengalami sakit yang

berat, dan sebagainya. Perawat perlu mengklarifikasi pengobatan masa

lalu dan riwayat alergi, catat adanya efek samping yang terjadi di masa
lalu dan penting perawat ketahui bahwa Subjek mengacaukan suatu

alergi dengan efek samping obat (A Muttaqin, 2011).

e. Data riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit

gangguan sistem kardiovaskuler yang merupakan salah satu faktor

predisposisi terjadinya gagal jantung kongestif.

f. Data pengkajian psikososial berhubungan dengan kondisi penyakitnya

serta dampak terhadap kehidupan sosial pasien. Keluarga dan pasien

akan menghadapi kondisi yang menghadirkan situasi kecemasan atau

rasa takut terhadap penyakitnya.

g. Menurut (tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017) pengkajian pada pasien

gagal jantung kongestif dengan intoleransi aktivitas termasuk dalam

kategori fisiologis dengan sub kategori aktivitas dan istirahat.

Pengkajian dilakukan dengan tanda mayor dan minor dengan tanda

subjektif dan objektif. Pada data subjektif pasien mengeluh lelah

sedangkan data objektifnya frekuensi jantung meningkat >20% dari

kondisi istirahat. Pengkajian pasien dengan intoleransi aktivitas

dengan tanda minor subjektif pasien mengeluh sesak nafas (dyspnea)

saat atau setelah beraktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

dan merasa lemah. Sedangkan tanda minor objektif yaitu tekanan

darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG

menunjukan aritmia saat atau setelah aktivitas, gambaran EKG

menunjukan iskemia dan sianosis.


II.1.1 Riwayat keperawatan

Riwayat keperawatan adalah data yang dikumpulkan tentang

tingkat kesejahteraan klien saat ini dan masa lalu, riwayat

keluarga, perubahan dalam pola kehidupan, riwayat sosial budaya

kesehatan spiritual dan reaksi mental serta emosi terhadap

penyakit.

II.1.2 Pemeriksaan fisik

1) Kepala

a. Inspeksi : Bentuk kepala normal, rambut beruban atau

tidak, adakah benjolan dan lesi, bentuk wajah simetris.

b. Palpasi : Adakah nyeri tekan disekitar luka.

2) Mata

a. Inspeksi : Mata simetris, pupil isokor, sclera normal,

konjungtiva pucat, pergerakan bola mata normal, alis mata.

3) Hidung

Inspeksi : Kesimetrisan, fungsi penciuman, adakah secret,

adakah pernafasan cuping hidung, nafas spontan.

4) Mulut dan tenggorokan

a. Inspeksi : Bukosa bibir, lidah kotor atau tidak, karies gigi,

nafsu makan, adakah nyeri telan, gusi berdarah atau tidak.

5) Leher
a. Inspeksi : Adakah benjolan, adakah lesi.

b. Palpasi : Adakah pembesaran kelenjar tiroid.

6) Thorak, paru, dan jantung

a. Inspeksi : Bentuk dada, pergerakan dinding dada, adakah

keluhan sesak, adakah tarikan interkoste, batuk (+/-),

adakah nyeri saat bernafas, pola nafas.

b. Palpasi : Adakah nyeri tekan pada daerah dada.

II.1.3 Pemeriksaan penunjang

a. EKG (Elektrokardiografi)

b. Laboratorium

II.2Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Diagnosa 1 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen

II.2.1 Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktifitas sehari-hari

II.2.2 Batasan karakteristik

Subjek :

a. mengeluh Lelah

b. dispnea saat/ setelah aktifitas

c. merasa tidak nyaman setelah beraktifitas

d. merasa lemah
Objek :

a. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

b. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

c. Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas

d. Gambaran EKG menunjukan iskemia

e. Sianosis

II.2.3 Faktor yang berhubungan

a. Anemia

b. Gagal jantung kongesif

c. Gagal jantung koronor

d. Penyakit katup jatung

e. Aritmia

f. Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)

g. Gangguan metabolik

h. Gangguan musculoskeletal

Diagnosa 2 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

kontraktilitas miokardia, perubahan frekuensi, irama, perubahan structural

(kelainan katup).

II.2.4 Definisi

Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme tubuh

II.2.5 Batasan karakteristik


Subjek :

a. Perubahan irama jantung

1. Palpitasi

b. Perubahan preload

1. Lelah

c. Perubahan afterload

1. Dispnea

d. Perubahan kontraktilitas

1. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)

2. Ortopnea

3. Batuk

Objektif

a. Perubahan irama jantung

1. Bradikardia/takikardia

2. Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi

b. Perubahan preload

1. Edema

2. Distensi vena jugularis

3. Central venous pressure (CVP) meningkat/menurun

4. Hepatomegaly

c. Perubahan afterload

1. Tekanan darah meningkat/ menurun


2. Nadi perifer teraba lemah

3. Capillary refill time >3 detik

4. Oliguria

5. Warna kulit pucat dan/atau sianosis

d. Perubahan kontraktilitas

1. Terdengar suara jantung S3 dan/S4

2. Ejection fraction (Ef) menurun

2.2.6 faktor yang berhubungan

1. gagal jantung kongesif

2. sindrom coroner akut

3. stenosis mitral

4. regurgitasi mitral

5. stenosis aorta

6. regurtasi aorta

7. stenosis trikuspidal

8. regurgitasi trikuspidar

9. stenosis pulmonal

10. regurgitasi pulmonal

11. aritmia

12. penyakit jantung bawaan

II.3perencanaan

Diagnosa 1
II.3.1 Tujuan dan karakter hasil

a. Frekuensi nadi

b. Keluhan Lelah

c. Dispnea saat aktivitas

d. Dispnea setelah aktivitas

e. Sianosis

II.3.2 Inervensi dan rasional

1. Observasi :

Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan

kelelahan

Rasional : mengetahui gangguan fungsi tubuh yang

diakibatkan kelelahan

2. Nursing

Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/ atau aktif

Rasional : untuk mempertahankan fleksibitas dan kekuatan otot

3. Edukasi

Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

Rasional : untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas

4. Kolaborasi :

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan

Rasional : untuk mencukupi nutrisi pasien


Diagnosa 2

II.3.3 Tujuan dan karakteristik

a. Kekuatan nadi perifer

b. Palpitasi

c. Edema

d. Sianosis

II.3.4 Intervensi dan rasional

1. Observasi :

Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung

(meliputi dipsnea, kelelahan, edema, peningkatan CVP)

Rasional : mengidentifikasi penyebab kelelahan dan

peningkatan cvp

2. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein,

natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)

Rasional : untuk membatasi asupan makanan

3. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap

Rasional :untuk melemaskan otot

4. Rujuk ke program rehabilitasi jantung

Rasional : untuk meningkatkan kesehatan jantung.

III. Dafatar Pustaka

Ernawati. (2012). Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan

Dasar Manusia. (A. Rifai, Ed.). Jakarta: Trans Info Media


Kartika Sari Wijayaningsih. (2013). Standar Asuhan Keperawatan : Jakarta. TIM.

Muttaqin, A. (2011). Pengkajian Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta:

Salemba Medika.

Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta

Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta

Salemba Medika

Widuri,(2010). Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia Ditatanan Klinik. Yogyakata:

Penerbit Fitramaya

Nurainni, R. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Gagal Jantung

Kongestif dengan Intoleransi Aktivitas di Ruang Oleg RSUD Mangusada Badung

Tahun 2019 (Doctoral dissertation, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

Jurusan Keperawatan).

Anda mungkin juga menyukai