Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

KEPERAWATAN ANAK SAKIT KRONIS DAN TERMINAL


SISTEM HEMATOLOGI “ANEMIA”
Dosen pembimbing : Ns. Rini W. Mohamad, S.Kep., M.Kep

OLEH
KELOMPOK 1 KELAS A NON REG

Citra Magfirah Nihe (841423160)

Kurniawan A. Akase (841423150)

Mohamad Idris Hasan (841423178)

Mohamad Zulfikar Limonu (841423149)

Novita Angraeni (841423158)

Nurlin (841423180)

Sri Rahayu A. Aswadi (841423147)

Syifa Aldarina Ladjaru (841423184)

Yayu Ibrahim (841423181)

Yuliana Y. Arnold (841423186)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024
PEMBAGIAN TUGAS
No. Nama Pembagian Kerja

1. Citra Magfirah Nihe Seven Jump

2. Kurniawan A. Akase Konsep Keperawatan

3. Mohamad Idris Hasan Seven Jump

4. Mohamad Zulfikar Limonu Konsep Medis

5. Novita Angraeni Konsep Keperawatan

6. Nurlin Konsep Medis

7. Sri Rahayu A. Aswadi Seven Jump

8. Syifa Aldarina Ladjaru Konsep Keperawatan

9. Yayu Ibrahim Seven Jump

10. Yuliana Y. Arnold Konsep Medis


KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
kehadirat- Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya-Nya
kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Problem Basic Learning
(PBL) Keperawatan Anak Sakit Kronis dan Terminal.
Tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak Sakit Kronis dan Terminal telah
kami susun dengan maksimal dan mendapatkan dari beberapa sumber sehingga
dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada beberapa sumber yang telah membantu dalam pembuatan
Problem Basic Learning (PBL) ini dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
dosen pengampu mata kuliah ini Ns. Rini W. Mohamad, S.Kep., M.Kep.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan dan cara pengeditan kerapian dalam tugas ini.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
dosen pengampu mata kuliah dan pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
banyak orang dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap para
pembaca.

Gorontalo, Februari 2024

Kelompok 1
SKENARIO 1

ANAKKU SERING PINGSAN


An.T, perempuan, 8 tahun, dibawa ibunya ke Rumah sakit karena pingsan saat
bermain dirumahnya. Dari hasil pengkajian yang dilakukan, klien mengatakan pusing,
klien mengatakan tidak nafsu makan dan kalau makan 1 porsi tidak habis, ibu klien
mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang diderita anaknya, klien mengatakan
lemas, pusing, lebih sering terbaring di tempat tidur, klien mengatakan lemas pada saat
melakukan aktifitas perawatan diri seperti mandi dan dapat melakukan aktifitas
perawatan diri dengan cara dibantu oleh orang tuanya.

A. Step 1: Clarifying Unfamiliar Terms (Identifikasi Istilah atau Konsep)


1. Pingsan
Pingsan atau sinkop yaitu kondisi kehilangan kesadaran secara
mendadak dan biasanya sementara. Kehilangan kesadaran total, dimana
indera pendengaran, penglihatan, perasaan dan bau berhenti sepenuhnya.
Pingsan atau sinkop disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke
otak, kekurangan oksigen, keracunan, syok, lapar, haus dan kondisi fisik
lemah lainnya atau gejala penyakit kronis lainnya. (Rahmadani & Usiono,
2023)
2. Pusing
Pusing adalah gejala yang umum namun tidak tepat. Secara tradisional
dibagi menjadi empat kategori berdasarkan riwayat pasien: vertigo,
presinkop, disekuilibrium, dan sakit kepala ringan. Namun, perbedaan
antara gejala-gejala ini mempunyai kegunaan klinis yang terbatas. Pasien
mengalami kesulitan dalam menjelaskan kualitas gejalanya, namun dapat
lebih konsisten mengidentifikasi waktu dan pemicunya (Muncie, Sirmans,
& James, 2017)
3. Lemas
Lemas atau asthenia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh terasa lelah,
dan kurang berenergi. Umumnya, seseorang yang mengalami asthenia akan
mengeluhkan sensasi tidak bertenaga pada bagian tubuh tertentu, seperti
lengan atau kaki. Namun, tidak menutup kemungkinan rasa lemas tersebut
juga menyerang seluruh bagian tubuh.
Asthenia adalah kondisi yang bukan tergolong sebagai suatu penyakit,
melainkan sebuah tanda atau gejala dari kondisi medis tertentu. Adapun
beberapa kondisi medis yang kerap menyebabkan asthenia adalah
dehidrasi, kurang gizi, anemia, serta penyakit tiroid (Siloam Hospital,
2023)
4. Nafsu Makan
Nafsu makan adalah suatu sistem regulator otomatis yang penting dalam usaha
tubuh untuk mencukupi kebutuhan nutrisi intrinsiknya. Nafsu makan dan rasa
lapar muncul sebagai akibat perangsangan beberapa area di hipotalamus yang
menimbulkan rasa lapar dan keinginan untuk mencari dan mendapatkan
makanan (Alifah, 2020).
5. Porsi Makan
Jumlah makan atau porsi makan adalah suatu ukuran atau takaran yang
dikonsumsi setiap kali makan. Besar porsi hendaknya disesuaikan dengan
standar porsi yang dianjurkan yang memuat jumlah dan komposisi bahan
makanan yang dibutuhkan oleh individu untuk tiap kali makan sehingga
sesuai dengan kebutuhan per orang dandapat memenuhi kebutuhan energi
dan zat gizi pada remaja untuk pertumbuhan yang optimal (Wayansari et al.,
2018 dalam (Putri, Hakimah, & Cerdasari, 2023))
6. Penyakit
Penyakit umum / penyakit adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
virus, bakteri, atau kelainan jaringan pada organ tubuh manusia. Penyakit yang
sering dialami pada masyarakat merupakan salah satu jenis penyakit umum
(Ramadhan, 2019).
7. Perawatan Diri
Perawatan diri merupakan kemampuan dasar individu untuk memenuhi
kebutuhannya dalam mempertahankan kehidupan, kesejahteraan sesuai dengan
kesehatannya (Dermawan & Rudi (2013) dalam (Qurrotulaini, 2021))
8. Aktivitas
Aktifitas fisik merupakan suatu gerakan tubuh yang dihasilkan otot rangka dan
membutuhkan energi, termasuk aktivitas yang dilakukan saat bekerja, bermain,
melakukan pekerjaan rumah tangga, bepergian dan kegiatan rekreasi (WHO,
(2017) dalam (Kusumo, 2020)).
B. Step 2 : Problem Definition (Identifikasi Masalah)
1. Jelaskan penyebab mengapa pada kasus diatas anak mengalami pingsan?

2. Jelaskan penyebab mengapa anak lebih sering terbaring?

3. Jelaskan mengapa keluarga tidak mengetahui tentang penyakit anaknya?

4. Jelaskan faktor penyebab mengapa pada kasus diatas anak mengalami lemas saat
melakukan perawatan diri?

C. Step 3 : Brainstorming (Analisa Masalah)


1. Sinkop/pingsan terjadi sebagai konsekuensi dari hipoperfusi otak global.
Parenkim otak bergantung pada aliran darah yang memadai untuk
menyediakan pasokan glukosa yang konstan, substrat metabolisme utama.
Jaringan otak tidak dapat menyimpan energi dalam bentuk fosfat berenergi
tinggi yang ditemukan di tempat lain di dalam tubuh akibatnya, penghentian
perfusi otak yang hanya berlangsung 3-5 detik dapat mengakibatkan
sinkop/pingsan.
Perfusi otak dipertahankan relatif konstan oleh sistem umpan balik yang
rumit dan kompleks yang melibatkan curah jantung (CO), resistensi
pembuluh darah sistemik (SVR), tekanan arteri rata-rata (MAP), status
volume intravaskular, resistensi pembuluh darah otak dengan autoregulasi
intrinsik, dan regulasi metabolisme. Cacat yang signifikan secara klinis pada
salah satu sistem ini atau cacat subklinis pada beberapa di antaranya dapat
menyebabkan sinkop/pingsan (Morag, 2017).
2. Anak sering terbaring karena merasakan lemas dan pusing, jalur
trigeminovaskular terdiri dari neuron yang mempersarafi pembuluh darah
otak dan dura mater melalui badan sel di ganglion trigeminal.
Ganglion mengandung sel-sel bipolar, di perifer terdapat hubungan sinaptik
dengan pembuluh serebral dan duramater, dan di sentral terdapat serabut-
serabut yang bersinaps dalam kompleks trigeminoservikal (TCC), yaitu
nukleus trigeminal caudalis di batang otak kaudal dan korda
servikal tinggi di dorsal. tanduk C1 dan C2. Terdapat proyeksi dari TCC
hingga thalamus, yang mengakibatkan aktivasi struktur kortikal yang terlibat
dalam pemrosesan nyeri, seperti korteks frontal, insula, dan korteks
cingulate. Badan sel ganglion trigeminal mengandung beberapa peptida
vasodilator yang mempersarafi pembuluh darah. Hal ini termasuk peptida
terkait gen kalsitonin (CGRP), substansi P , dan neurokinin A. CGRP
meningkat menyebabkan sakit kepala/pusing (Wei, Ong, & Goadsby, 2018).
Sensasi pusing atau kliyengan seperti terasa berputar yang muncul tiba-tiba
bisa menjadi gejala anemia. Penyebabnya pun sama, yaitu karena tubuh
kekurangan persediaan hemoglobin yang cukup. Selain bertugas untuk
memberi warna merah pada darah, hemoglobin berfungsi untuk membawa
oksigen dan nutrisi ke sekujur tubuh. Ketika kadar hemoglobin rendah,
pasokan oksigen mungkin tidak dapat sampai ke otak. Itu sebabnya merasa
pusing (Adlina, 2023).
3. Keluarga tidak mengetahui penyakit anaknya karena keluarga belum mampu
mengenali masalah kesehatan pada anaknya. Seharusnya keluarga mampu
mengenali perubahan yang dialami oleh anggota keluarga sehingga secara
tidak langsung akan menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka
keluarga akan segera menyadari dan mencatat kapan dan seberapa besar
perubahan tersebut (Salamung, et al., 2021). Hal ini juga berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga yang disebabkan salah satunya
kurang terpapar informasi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
4. Kelelahan/lemas pada kasus diatas adalah gejala paling umum akibat anemia.
Namun, kelelahan yang jadi ciri-ciri anemia sedikit berbeda dengan
kelelahan biasa. Hal ini disebabkan karena kekurangan hemoglobin.
Hemoglobin merupakan protein khusus yang berfungsi untuk mengikat
oksigen dan mengangkutnya ke seluruh tubuh lewat bantuan sel darah
merah. Ketika tubuh kekurangan hemoglobin, otomatis semua sel dan
jaringan tubuh Anda akan kekurangan oksigen. Akibatnya, jantung harus
bekerja lebih keras untuk mengalirkan sel darah merah beroksigen ke seluruh
tubuh yang menyebabkan pengunaan energi berlebih dalam tubuh yang
mengakibatkan tubuh menjadi lemas (Team Medis, 2023).
D. Step 4: Analyzing the Problem (Strukturisasi/Mindmap)

Tanda dan Patofisiologi Kalsifikasi Pemeriksaan


Gejala Penunjang

Etiologi Penatalaksaan
Medis
Anemia
Defenisi Komplikasi

Implementasi dan Pengkajian


Evaluasi Keperawatan Intervensi Diagnosa
Keperawatan Keperawatan
Keperawatan
E. Step 5 : Formulating Learning Issues (Merumuskan Tujuan Belajar)
1. Konsep Medis Anemia Pada Anak
a. Definisi Anemia
b. Etiologi Anemia
c. Manifestasi Klinis
d. Patofisiologi Terjadinya Penyakit Anemia
e. Klasifikasi Anemia
f. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Pada Anemia
g. Komplikasi Anemia
h. Pathway
i. Pencegahan Anemia
j. Prognosis Anemia
2. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan (Pathway dan Analisa Data)
c. Intervensi Keperawatan
d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
F. Step 6: Self Study (Belajar Mandiri/Informasi Tambahan)
1. Dalam Jurnal National Library of Medicine oleh Ghrayeb, Hanin dkk, tahun
2020 yang berjudul “Appetite and ghrelin levels in iron deficiency anemia
and the effect of parenteral iron therapy: A longitudinal study”
2. Dalam Jurnal Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan oleh Rosalinna & Sugita
tahun 2020 yang berjudul “Pengaruh Pola Makan terhadap Kadar
Hemoglobin pada Anak Pra Sekolah”
3. Dalam Jurnal Gemassika : Jurnal Pengabdian Masyarakan Universitas
Aisyiyah Surakarta oleh Sari, Chynthia Pradiftha, dkk tahun 2023 dengan
judul “Evaluasi Pengetahuan Ibu dan Pembentukkan Kader Budarmi dalam
Upaya Pencegahan Anemia pada Anak”
G. Step 7: Reporting (Laporan Hasil Belajar Mandiri)
1. Konsep Medis Anemia Pada Anak
a. Definisi Anemia
Anemia dapat didefinisikan sebagai defisiensi dalam kualitas atau
kuantitas sel darah merah, yang menyebabkan kapasitas darah untuk
membawa oksigen menjadi kurang. Setiap sistem tubuh terpengaruh karena
fungsi organ terganggu dan memburuk karena kekurangan oksigen (Wylie,
(2019) dalam (Suandika, et al., 2023))
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah lebih rendah dari nilai normal. Hemoglobin adalah salah satu
komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat
oksigendan menghantarknnya ke seluruh sel jaringan tubuh. Kekurangan
oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan kurangnya
konsentrasi. Hemoglobin di bentuk darigabungan protein dan zat besi dan
membentuk seldarah merah/eritrosit (Kemenkes RI, (2018) dalam (Wende,
2023)).
b. Etiologi Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme
produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi
sel darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya
penghancuran sel-sel darah merah, pendarahan, dan rendahnya kadar
ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul
adalah kelelahan, berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa
menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan (kronis), mungkinhanya
timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah
sebaliknya. Pasien yang menderita anemia kronis lebih dapat menolerir
tindakan bedah dibandingkan dengan penderita anemia akut Faktor
penatalaksanaan yang patut dipertimbangkan untuk penderita anemia
terpusat pada penurunan kemampuan darah untuk mengangkut oksigen, dan
pada beberapa kasus, mengenai kecenderungan rusaknya mekanisme
pertahanan selular (Bararah da Jauhar (2013) dalam (Rinaldi, 2022)).
Anemia terjadi karena berbagai sebab, seperti defisiensi besi, defisiensi
asam folat, vitamin B12 dan protein. Secara langsung anemia terutama
disebabkan karena produksi/kualitas sel darah merah yang kurang dan
kehilangan darah baik secara akut atau menahun. Ada beberapa penyebab
anemia menurut (Suryani,dkk (2021) dalam (Rinaldi, 2022)) yaitu :
1) Defisiensi zat gizi
a) Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan
pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan
hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat
gizi lain yang berperan pentingdalam pembuatan hemoglobin antara
lain asam folat dan vitamin B12.
b) Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan
keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat
gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri
2) Perdarahan
Perdarahan karena trauma, perdarahan karena pasca persalinan.
Perdarahan karena menstruasi yang lama.
3) Hemolitik Misalnya perdarahan pada pasien malaria, perdarahan pada
pasien thalasemia.
4) Zat besi yang masuk melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan
5) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi, terutama ibu hamil, masa
tumbuh kembang pada remaja, penyakit kronis,seperti tuberculosis dan
infeksi lainnya
6) Kurang darah adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah
yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik

c. Tanda dan Gejala


Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu, Letih,
Lemah, Lelah, Lalai), disertai sakit kepala dan pusing (“kepala muter”),
mata berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat capai serta sulit
konsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai dengan “pucat” pada
muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan (Kemenkes RI,
2018)

d. Patofisiologi Terjadinya Penyakit Anemia.

Zat besi diperlukan untuk hemoposis (pembentukan darah) dan juga


diperlukan oleh berbagai enzim sebagi faktor penggiat. Zat besi yang
terapat dalam dalam enzim diperlukan untuk mengangkut elektro
(sitokrom) untuk mengaktifkan oksigen (Ilahi et al., (2019) dalam
(Subiyantoro, 2023)). Tanda – tanda dari anemia gizi dimulai dengan
menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambah nya absorbsi zat besi
yang digambarkan dengan meningkatnya kapsitas pengikatan besi. Pada
tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya
jumlah protoporporin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan
menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya
yang khas kurangnya kadar Hb. Bila sebagian dari feritin jaringan
sebagian meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi feritin serum
rendah dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan
menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia (Subiyantoro, 2023).

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau


kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah (Rinaldi, 2022).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotetial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses int adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.
Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal s 1 mg/dl, kadar
diatas 1,5 mg/di mengakibatkani ikterik pada sclera). Apabila sel darah
merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria) (Rinaldi, 2022).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh


penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar: 1.hitung retikulosit
dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam
sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam
biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia (Rinaldi,
2022).
e. Klasifikasi Anemia.

Klasifikasi anemia menurut (Prawiroharjho, (2018) dalam (Subiyantoro,


2023)) dibagi menjadi tiga, yaitu :

1) Anemia Hipoproliferasi

Lebih dari 75% dari seluruh kasus anemia yang ada, jenis anemia ini
yang paling sering dijumpai. Anemia hipoproliferasi disebabkan oleh
defisiensi zat besi dan proses inflamasi serta disebabkan oleh gangguan
fungsi giinjal dan penurunan kebutuhan jaringan O2 pada penyakit
metabolic seperti hipotiroidism.

2) Anemia karena Gangguan Maturasi Eritrosit

Anemia ini ditandai dengan indeks produksi retikulosit yang rendah,


morfologi eritrosit makro atau mikrositosis pada pemeriksaan sel darah
tepi. Gangguan maturasi eritroosit dapat disebabkan oleh defisiensi
vitamin B12, defisiensi asam folat, obat-obatan (golongan sitostatika,
methotrexate dan alkylating agents), mielodisplasia, alkohol, defisiensi
zat besi berat dan sintesis hemoglobin abnormal.

3) Anemia karena Perdarahan dan Hemolisis

Anemia ini ditandai dengan indeks produksi eritrosit ≤ 2,5 kali dari
normal yang disebabkan oleh kelainan intrinsik dan kelainan ekstrinsik.
Kelainan intrinsik seperti herider dan dapat digolongkan dalam efek
membrane, defek metabolik dan defek hemoglobin sedangkan kelainan
ekstrinsik akibat faktor dari luar yang biasanya didapat.

Anemia Menurut Kelompok Umur :

Usia/Jenis Kelamin Normal Anemia


(g/dl)
Ringan Sedang Berat

Balita 6-59 bulan 11 10-10,9 7-9,9 <7,0

Anak 5-11 tahun 11,5 11-11,4 8-10,9 <8

Anak 12-14 tahun 12 11-11,9 8-10,9 <8

Perempuan tidak hamil (>15 12 11-11,9 8-10,9 <8


tahun)

Ibu Hamil 11 10-10,9 7-9,9 <7


Laki-laki (>15 tahun) 13 11-12,9 8-10,9 <8

Sumber : (WHO, (2014) dalam (Rinaldi, 2022))

f. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Pada Anemia.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan


diagnosis anemia adalah (Handayani, (2018) dalam (Subiyantoro, 2023)) :

1) Pemeriksaan laboratorium : Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada


tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat
dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.
Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen – komponen
berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, dan MCHC),
apusan darah tepi.

2) Pemeriksaan laboratorium non hematologis: Faal ginjal, faal endokrin,


asam urat, faal hati, dan biakan kuman.

3) Radiologi: Thorak, bone survey, USG atau linfangiografi.

4) Pemeriksaan sitogenetik.

5) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerase Chain Raction,


FISH (Fluorescence in Situ Hybridization)
g. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti


darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya,
yaitu (Nurbadriyah, (2019) dalam (Subiyantoro, 2023)) :

1) Cairan dan tranfusi, pemberian cairan IV dan transfusi untuk anemia


yang disebabkan oleh kehilangan darah akut. Pada kondisi umum,
pertahankan kadar hemoglobin > 7 g/dL, sedangkan pada pasien
dengan penyakit kardiovaskular membutuhkan kadar hemoglobin
yang lebih tinggi > 8 g/dL.

2) Zat besi, Vitamin B12, dan Folat. Pemberian zat besi, vitamin B12
dan Folat untuk anemia karena kekurangan nutrisi. Suplementasi zat
besi secara oral sejauh ini merupakan metode yang paling umum
untuk pemenuhan zat besi. Dosis zat besi yang diberikan tergantung
pada usia pasien, defisit zat besi, tingkat koreksi yang diperlukan, dan
kemampuan untuk mentoleransi efek samping.

Efek samping yang paling umum adalah gangguan gastrointestinal


seperti sembelit dan tinja berwarna hitam. Untuk individu seperti itu,
disarankan mengonsumsi zat besi oral setiap hari, untuk membantu
meningkatkan penyerapan Gastrointestinal. Hemoglobin biasanya
akan menjadi normal dalam 6-8 minggu, dengan peningkatan jumlah
retikulosit hanya dalam 7-10 hari.

Pemberian zat besi melalui jalur IV mungkin bermanfaat pada pasien


yang membutuhkan peningkatan kadar yang cepat. Pasien dengan
kehilangan darah akut dan berkelanjutan atau pasien dengan efek
samping pemberian oral yang tidak dapat ditoleransi.

3) Transplantasi, anemia yang disebabkan karena cacat pada sumsum


tulang dan sel induk seperti anemia aplastik memerlukan transplantasi
sumsum tulang.

h. Komplikasi Anemia.

Komplikasi anemia menurut (Abdulsalam & Daniel, (2016) dalam


(Subiyantoro, 2023)) yaitu :

1) Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa


sangat lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari – hari.

2) Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat


mungkin lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran
prematur.

3) Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau


ireguler (aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus
memompa lebih banyak darah untuk mengimbangi kekurangan
oksigen dalam darah menyebabkan jantung membesar atau gagal
jantung.

4) Kematian, beberapa anemia turunan seperti anemia sel sabit bisa


menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak
darah dengan cepat mengakibatkan anemia dan berat dan bisa
berakibat fatal.
i. Pencegahan Anemia
Pencegahan anemia menurut (Lingga, (2019) dalam (Wende, 2023)).:
1) Memenuhi kebutuhan zat besi seperti mengkomsumsi makanan tinggi zat
besi, yaitu daging, kacang-kacangan, sayuranhijaugelap dan buah-buahan
2) Mencukupikebutuhanfolat,yangdapatditemuipadabuahsayuran hijau gelap,
kacang polong, kacang tanah, gandum, nasi.
3) Mencukupi vitamin B12 dengan banyak mengkomsumsi makanan yang
kaya akan vitamin B12, yaitu daging, susu, sereal.
4) Mencukupi vitamin C, terdapat pada buah-buahan jus, brokoli, tomat,
melon, stroberi, karena makanan ini membantu penyerapan zat besi
j. Prognosis Anemia
Prognosis anemia tergantung pada penyebab anemia. Penggantian nutrisi
(zat besi, B12, folat) harus segera dimulai. Pada defisiensi zat besi,
penggantian harus dilanjutkan setidaknya selama tiga bulan setelah
normalisasi kadar zat besi, untuk memulihkan simpanan zat besi. Biasanya,
kekurangan nutrisi memiliki prognosis yang baik jika ditangani secara dini
dan memadai. Anemia akibat kehilangan darah akut, jika diobati dan
dihentikan sejak dini, memiliki prognosis yang baik (Turner, Parsi, &
Badireddy, 2023).
Pathway

Eritrosit : Defisiensi zat besi, B12, Fe : Depresi sumsum kongenitial


Umur eritrosit pendek Kekurangan bahan baku atau akibat obat-obatan :
akibat penghancuran sel
pembuatan sel darah merah Pembentukan hematopoietik
darah merah berhenti atau berkurang

Anemia Perubahan status


kesehatan

Aliran darah Suplai O2 dan Nutrisi ke Berkurangnya


sistem GI menurun sel dan jaringan berkurang komponen vaskueler Kurangnya informasi

Gangguan sistem Hipoksia sel Berkurangnya Ketidakmampuan


GI dan jaringan komponen vaskueler mengenal masalah
kesehatan anggota
keluarga
Asam Lambung Mekanisme Resistensi
meningkat Anaerob Perifer
Peristaltik Usus Dx : Manajemen
menurun Kesehatan
Penurunan Akral dingin, Keluarga Tidak
ATP CRT>3dtk
Anoreksi Efektif

Lemas dan cepat lelah Dx : Perfusi Perifer


Nafsu makan berkurang Tidak Efektif
Dx : Keletihan
Dx : Risiko Defisit
Sumber : (Subiyantoro, 2023) ; (Rinaldi, 2022) ; (Wende, 2023) ; (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
Nutrisi
2. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian

1) Identitas Pasien
Nama : An. T
Umur : 8 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : perempuan
Status : Belum menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Belum bekerja
Suku bangsa : Gorontalo
Alamat : Telaga
Tanggal masuk : 20 Februari 2024
Tanggal pengkajian : 21 Februari 2024
No. register : RM. 12345
2) Indetitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tidak dikaji
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan pasien : Ibu pasien
No. hp : Tidak ada
3) Keluhan utama : Klien mengatakan pusing
4) Riwayat Keperawatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang:
An.T, perempuan, 8 tahun, dibawa ibunya ke Rumah sakit
karena pingsan saat bermain dirumahnya. Dari hasil pengkajian
yang dilakukan, klien mengatakan pusing, klien mengatakan
tidak nafsu makan dan kalau makan 1 porsi tidak habis, ibu
klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit yang diderita
anaknya, klien mengatakan lemas, pusing, lebih sering
terbaring di tempat tidur, klien mengatakan lemas pada saat
melakukan aktifitas perawatan diri seperti mandi dan dapat
melakukan aktifitas perawatan diri dengan cara dibantu oleh
orang tuanya

b) Riwayat kesehatan dahulu : Ibu klien mengatakan sebelumnya klien


tidak pernah menderita sakit.
c) Riwayat keluarga : Tidak ada riwayat keluarga seperti yang
diderita klien

5) Pola kebutuhan dasar

a) Pola persepsi dan manejemen kesehatan:

b) Pola nutrisi metabolik : Klien mengatakan tidak


nafsu makan dan kalau makan 1 porsi tidak abis.

c) Pola eliminasi
BAK
Sebelum sakit : 9-10 kali/hari, Warna kuning jernih, Bau normal khas
urine
Sesudah sakit : 7-9 kali/hari, Warna kuning jernih, Bau normal khas
urine

BAB
Sebelum sakit : 2x sehari, Konsistensis lunak tidak ada Konstipasi

Sesudah sakit : 1x sehari, konsistensis lunak tidak ada Konstipasi

d) Pola aktivitas dan latihan : Klien mengatakan lemas pada saat


melakukan aktifitas perawatan diri seperti mandi dan melakukan
aktifitas perawatan diri dengan cara dibantu oleh orang tuanya

6) Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8oC
Nadi : 85x/m
RR : 20x/m
TD : 90/60mmHg
4. Keadaan fisik
Kepala & Leher :

Kepala, Simetris, kepala bersih, penyebaran rambut merata, warnarambut


hitam, lurus.

Wajah, wajah simestris, tidak ada edema pada wajah,muka pucat, tidak ada
kelainan

Mata, Simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis, sklera putih, reflek
cahaya +, pupil isokor, dan tidak ada kelainan.

Hidung, Tidak ada gangguan pernapasan, posisi septum nasal ditengah,


lubang hidung bersih, ketajaman penciuman baik, dan tidak ada kelainan

Gigi dan mulut, Tidak ada karies gigi, tidak terdapat gigi berlubang tidak
ada sariawan, lidah warna merah muda, bibir tampak pucat, dan tidak ada
kelainan. Leher, Kelenjar tiroid tidak teraba, vena jugularis tidak teraba
pembesaran, posisi trakea letak ditengah, kelenjar limfe tidak teraba
pembesaran dan tidak ada kelainan.

Telinga, tidak ada gangguan pendengaran, tidak terdapat infeksi atau


peradangan

Pemeriksaan Dada-paru :

Inspeksi: Pergerakan dinding dada simestris, bentuk thorax normal takipnea,


dispnea (kesulitan bernapas), napas pendek cepat lelah ketika beraktivitas

Auskultasi :bunyi napas vesikuler, tidak ada bunyi napas tambahan.

Palpasi : tidak terdapat benjolan atau pembesaran yang abnormal

Perkusi : bunyi normal (sonor) disetiap organ

Pemeriksaan Jantung :

Inspeksi : CRT < 2 detik tidak ada sianosis.

Palpasi : iktus kordis teraba hangat di ICS V


Perkusi :

Batas atas : ICS II line Sternal dekstra

Batas bawah : ICS V line midclavikula sinistra

Batas kanan : ICS III line sternal desktra

Batas kiri : ICS III line sternal sinistra

Auskultasi :

BJJ II – Aorta : Dub, regular dan instensitas kuat

BJJ II - Pulmonal : Dub, regular dan instensitas kuat

BJ I – Trikuspidalis : Lub, regular dan intensitas kuat

BJ I – Mitral : Lub, regular dan intensitas kuat

Tidak ada bunyi jantung Tambahan

Abdomen :

Inspeksi

Bentuk abdomen : Simetris

Benjolan/masa : Tidak ada benjolan maupun masa

Bayangan vena : Tidak ada bayangan vena

Auskultasi : Paristaltik usus : 8x/menit

Palpasi :

Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan

Benjolan/masa : Tidak ada benjolan/masa

Hepar : Tidak ada pembesaran hepar

Lien : Tidak ada pembesaran lien

Perkusi : Tidak ada nyeri ketuk

Integument : Kulit bersih, kulit terasa dingin warna kulit kuning langsat,
turgor kulit baik, tekstur kulit merata, kelembaban normal (lembab), namun
tampak pucat
Genetalia : tidak ada pembesaran klitoris, tidak ada sekret dari uretra dan
vagina, tidak ada perlengketan labia mayor.

Ekstremitas :

Ektremitas atas : Reflek Bisep (+) Reflek Trisep (+)

Ektremitas Bawah : Reflek Patela (+) Reflek Babinski (+) Reflek Humans’
sign(+) Edema (-), klien nampak lemas

7) Pola Persepsi dan Konsep diri : Baik, tidak terdapat kelainan

8) Pola tidur dan Istirahat


Sebelum sakit : jam tidur anak normal 6-8 jam
Saat sakit : anak lebih membutuhkan istirahat, lebih sering terbaring karena
merasakan lemas

9) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan antropometri : BB : 28kg, TB : 125cm
Pemeriksaan LAB : Hb : 8,9 g/dl
k. Diagnosa keperawatan (Pathway)

Eritrosit : Defisiensi zat besi, B12, Fe : Depresi sumsum kongenitial


Umur eritrosit pendek Kekurangan bahan baku atau akibat obat-obatan :
akibat penghancuran sel
pembuatan sel darah merah Pembentukan hematopoietik
darah merah berhenti atau berkurang

Anemia Perubahan status


kesehatan

Aliran darah Suplai O2 dan Nutrisi ke


sistem GI menurun Kurangnya informasi
sel dan jaringan berkurang

Gangguan sistem Hipoksia sel Ketidakmampuan


GI dan jaringan mengenal masalah
kesehatan anggota
keluarga
Asam Lambung Mekanisme
meningkat Anaerob
Peristaltik Usus Dx : Manajemen
menurun
Penurunan Kesehatan
ATP Keluarga Tidak
Anoreksia Efektif
Lemas dan cepat lelah
Nafsu makan berkurang
Dx : Keletihan
Dx : Risiko Defisit
Nutrisi
Analisa Data

NO ETIOLOGI PROBLEM
SYMPTOM
1 DS : Anemia Keletihan
1. Klien mengatakan
lemas, pusing dan
Suplai O2 dan Nutrisi ke sel dan
lebih sering jaringan berkurang

terbaring di tempat
tidur
Hipoksia sel dan jaringan
DO :
1. Lemas pada saat
melakukan aktivitas Mekanisme Anaerob

perawatan diri

Penurunan ATP

Lemas dan cepat lelah

Keletihan
2 Faktor risikio : Anemia Risiko Defisit
Ketidak mampuan Nutrisi
mengabsorbsi nutrien
Suplai O2 dan Nutrisi ke sel dan
jaringan berkurang

Aliran darah sistem GI


menurun

Gangguan sistem GI

Asam Lambung meningkat


Peristaltik Usus menurun
Anoreksia

Nafsu Makan Berkurang

Risiko Defisit Nutrisi


2.DS : Anemia Manajemen
1. Ibu klien mengatakan Kesehatan
tidak tahu tentang Keluarga Tidak
3 penyakit yang diderita Efektif
Perubahan status kesehatan
anaknya

Kurangnya informasi

Ketidakmampuan mengenal
masalah kesehatan anggota
keluarga

Manajemen Kesehatan
Keluarga Tidak Efektif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Keletihan b.d kondisi fisiologis (anemia) d.d Lemas pada saat melakukan
aktivitas perawatan diri
2. Risiko Defisit Nutrisi d.d faktor risiko : ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
3. Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif b.d Kompleksitas program
perawatan/pengobatan d.d ibu klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit
yang diderita anaknya
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan Rasional
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Keletihan (D.0057) Tingkat Keletihan Manajemen Energi (I.12362) Manajemen Energi (I.12362)
(L.05046)
Kategori : Fisiologi Observasi : Observasi :
Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Untuk mengidentifikasi
Subkategori :
tindakan keperawatan tubuh yang mengakibatkan gangguan fungsi
Aktivitas/istirahat
1x24 jam diharapkan kelelahan 2. Untuk mengetahui factor
Definisi :
tingkat keletihan 2. Monitor kelelahan fisik dan kelelahan
Penurunan kapasitas
menurun dengan emosional 3. Untuk mengetahui lokasi
kerja fisik dan mental
kriteria hasil : 3. Monitor lokasi dan dan
yang tidak pulih dengan
ketidaknyamanan selama ketidaknyamanan selama
istirahat
1. Kemampuan
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
Penyebab :
melakukan
Terapeutik : Terapeutik :
Kondisi Fisiologis
aktivitas rutin
1. Lakukan latihan gerak 1. Untuk meningkatkan dan
(mis.anemia)
meningkat
rentang pasif/aktif melatih massa otot dan
DS :
Toleransi
1. Klien mengatakan gerak ekstremitas pasien
Aktivitas 2. Berikan aktivitas distraksi
lemas, pusing dan lebih (L.05047)
yang menenangkan 2. Untuk mengalihkan rasa
Setelah dilakukan
sering terbaring di
Edukasi : ketidaknyamanan yang
tindakan keperawatan
tempat tidur
1. Anjurkan melakukan aktivitas dialami pasien
1x24 jam diharapkan
DO :
secara bertahap Edukasi :
1. Lemas pada toleransi aktivitas
saat 2. Ajarkan strategi koping untuk 1. Untuk menunjang proses
meningkat dengan
melakukan
aktivitas mengurangi kelelahan kesembuhan pasien secara
kriteria hasil :
perawatan diri Kolaborasi : bertahap
1. Keluhan lelah 2. Agar pasien dapat
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
Menurun mengatasi kelelahannya
cara meningkatkan asupan makanan
2. Perasaan lemah secara mandiri dengan
mmenurun mudah
Kolaborasi :
3. 1. Untuk memaksimalkan
proses
penyembuhan pasien
2. Risiko Defisit Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Nutrisi (L.03030)
(D.0032) Observasi : Observasi :
Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui status
Kategori : Fisiologis
tindakan keperawatan 2. Identifikasi makan nutrisi
Subkategori : Nutrisi
1x24 jam diharapkan yang disukai 2. Untuk mengetahui
dan cairan
status nutrisi Membaik Terapeutik : makanan kesukaan
Definisi :
dengan kriteria hasil : 1. Lakukan oral hygiene klien
Berisiko mengalami
sebelum makan, jika Terapeutik :
asupan nutrisi tidak 1. Porsi makanan
perlu 1. Mulut yang bersih dapat
cukup untuk memenuhi yang dihabiskan
2. Sajikan makanan secara meningkatkan nafsu makan
kebutuhan metabolisme meningkat
menarik dan suhu yang sesuai 2. Untuk meningkatkan
Faktor Risiko : 2. Frekuensi
3. Berikan makanan tinggi kalori nafsu makan klien
Ketidakmampuan makan
dan tinggi protein 3. Untuk membantu proses
mengabsorbsi nutrien membaik
Edukasi : dalam pemenuhan
3. Nafsu makan
1. Anjurkan posisi duduk, jika kebutuhan nutrisi
membaik
mampu Edukasi :
Kolaborasi : 1. Agar tidak tersedak saat
makan
1. Kolaborasi dengan ahli gizi Kolaborasi :
untuk menentukan jumlah 1. Untuk membantu dalam
kalori dan jenis nutrient proses penyembuhan
yang
dibutuhkan, jika perlu
3. Manajemen Kesehatan Manajemen Dukungan Keluarga Dukungan Keluarga
Kesehatan Keluarga merencanakan perawatan merencanakan perawatan
Keluarga Tidak
(L.12105) (I. 13477) (I. 13477)
Efektif (D.0115)
Observasi Observasi
1. Identifikasi kebutuhan dan 1. Untuk mengidentifikasi
Kategori : Perilaku
Setelah dilakukan harapan keluarga tentang kebutuhan dan harapan
Subkategori :
tindakan keperawatan kesehatan keluarga tentang kesehatan
Penyuluhan dan
1x24 jam diharapkan 2. Identifikasi sumber-sumber 2. Untuk mengidentifikasi
Pembelajaran
manajemen kesehatan yang dimiliki keluarga sumber-sumber yang
Definisi :
keluarga meningkat 3. Identifikasi tinfakan yang dimiliki keluarga
Pola penanganan
dengan kriteria hasil : dapat dilakukan keluarga 3. Untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan dalam
tinfakan yang dapat
keluarga tidak 1. Kemampuan Terapeutik
dilakukan keluarga
memuaskan untuk menjelaskan 1. Motivasi pengembangan
memulihkan kondisi masalah sikap dan emosi yang Terapeutik
kesehatan anggota kesehatan yang mendukung upaya kesehatan 1. Untuk memotivasi
keluarga. dialami 2. Ciptakan perubahan pengembangan sikap dan
Penyebab : meningkat lingkungan rumah secara emosi yang mendukung
Kompleksitas program optimal upaya kesehatan
perawatan/pengobatan 2. menciptakan perubahan
DS: Edukasi lingkungan rumah secara
1. ibu klien 1. Informasikan fasilitas optimal
mengatakan tidak kesehatan yang ada
Edukasi
tahu tentang dilingkungan keluarga
1. Menginformasikan klien
penyakit yang 2. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan yang
diderita anaknya fasilitas kesehatan yang ada
ada dilingkungan keluarga
DO:
2. Menganjarkan pasien
-
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
DAFTAR PUSTAKA

Adlina, A. (2023, 02 02). Aemia Pada Remaja. Hellosehat.

Alifah, A. (2020). Variasi Makanan untuk Meningkatkan Nafsu Makan pada Anak Usia
3-6 tahun. Universitas Muhammadiyah Magelang.

Ghrayeb, H., Elias, M., Nashashibi, J., Youssef, A., Manal, M., Mahagna, L., . . . Elias,
A. (2020). Appetite and ghrelin levels in iron deficiency anemia and the effect of
parenteral iron therapy: A longitudinal study. PLOS ONE, 1-14.

Kemenkes RI. (2018). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja
Putri dan Wanita Subur(WUS). Jakarta: Dirgen Kesehatan Masyarakat RI.

Kusumo, M. (2020). Buku Pemantau Aktivitas Fisik. Yogyakarta: The Journal


Publishing.

Morag, R. (2017). Syncope. Medscap.

Muncie, H., Sirmans, S., & James, E. (2017). Dizziness: Approach to Evaluation.
American Academy Of Family Phisicians, 154-162.

Putri, N., Hakimah, N., & Cerdasari, C. (2023). Pola Menu, Kesesuaian Besar Porsi, serta
Ketersediaan Energi dan Zat Gizi Makro di Pondok Pesantren Kanjeng Sunan
Kalijogo. Jurnal Nutriture, 60-66.

Qurrotulaini, C. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. S dengan Defisit Perawatan
Diri di Perumahan Genuk Indah Semarang. Unissula Repository.

Rahmadani, A., & Usiono. (2023). PEMAHAMAN DASAR PERTOLONGAN


PERTAMA PADA ORANG PINGSAN: SISTEMATIK LITERATUR REVIEW.
Jurnal Kesehatan Tambusai, 4774-4783.

Ramadhan, P. (2019). SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT UMUM


MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB.
Repository Universitas Wijaya Putra, 1-14.

Rinaldi. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.H dengan Anemia di Ruangan
Interna RSUD Curup. Repository Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

Salamung, N., Pertiwi, M., Ifansyah, M., Riskika, S., Maurida, N., Suhariyati, . . .
Rumbo, H. (2021). Keperawatan Keluarga (Family Nursing). Kadur Pamekasan:
Duta Media Publishing.

Siloam Hospital, T. (2023, Oktober 11). Apa itu Asthenia? Ini Penyebab dan Cara
Mengatasinya. Siloam Hospitals.
Suandika, M., Cahyaningrum, E., Ru-Tang, W., Muti, R., Triliani, Y., & Astuti, D.
(2023). DESCRIPTION OF THE KNOWLEDGE LEVEL OF ADOLESCENT
WOMEN ABOUT ANEMIA. Jurnal Inovasi Penelitian, 7733-7740.

Subiyantoro, Y. (2023). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan diagnosis medis


Anemia di Ruang HCU RSPAL dr. Ramelan Surabaya. Repository STIKES Hang
Tuah Surabaya.

Team Medis, R. (2023, July 13). Gejala Anemia dari yang Paling Umum Hingga yang
Khas per Jenisnya. PEMKAB PURWOREJO.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Wei, D. Y.-T., Ong, J. J., & Goadsby, P. J. (2018). Cluster Headache: Epidemiology,
Pathophysiology, Clinical. Wolters Kluwer - Medknow, 1-8.

Wende, S. D. (2023). Asuhan Keperawatan pada Remaja Putri dengan Anemia di


Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Baru. Repository Poltekkes Kalimantan
Timur.

Anda mungkin juga menyukai