Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Keluarga

a. Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang


memiliki ikatan atau persekutuan berupa perkawinan atau
persekutuan yang dibentuk. Terdapat hubungan yang dibentuk
melalui adanya hubungan darah (garis keturunan langsung), adopsi
dan kesepakatan yang dibuat. Tinggal bersama di bawah satu atap
atau antara satu anggota dengan yang lain memiliki tempat tinggal
berbeda karena sesuatu urusan tertentu (misalnya urusan pekerjaan)
akan tetapi untuk sementara waktu. Memiliki peran masing-masing
dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, ada ikatan
emosional yang sulit untuk ditinggalkan oleh setiap anggota
keluarga. (Dion & Betan, 2013)

b. Tipe Keluarga

Keluarga meskipun merupakan kelompok kecil dalam suatu


masyarakat, tetapi memiliki persoalan yang kompleks. Bahkan,
masalah keluarga tak jarang dapat memengaruhi persoalan negara.
Misalnya di berbagai media kita sering melihat keluarga petinggi
negara memanfaatkan fasilitas negara untuk pribadi. Begitu pula
dalam hal kesehatan keluarga. Salah satu anggota keluarga petinggi
negara ada yang sakit, sangat bila dipastikan akan memengaruhi
kinerjanya.

Secara umum, tipe keluarga dibagi menjadi dua, yaitu


keluarga tradisional dan keluarga modern (nontradisional).
1) Tipe Keluarga Tradisional

Tipe keluarga tradisional menunjukkan sifat-sifat hormon gen,


yaitu keluarga yang memiliki struktur tetap dan utuh. Tipe
keluarga ini merupakan yang paling umum kita temui di mana
saja, terutama di negara-negara Timur yang menjunjung tinggi
norma-norma.

Ada beberapa ciri atau tipe keluarga tradisional, sebagai


berikut

a. Keluarga Inti (Nuclear Familly)

Keluarga inti merupakan keluarga kecil dalam satu rumah.


Dalam keseharian, anggota keluarga inti ini hidup bersama
dan saling menjaga. Mereka adalah ayah, ibu, dan anak-
anak.

b. Keluarga besar (Extended family)

Keluarga besar cenderung tidak hidup bersama-sama dalm


kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena keluarga
besar merupakan gabungan dari beberapa keluarga inti
yang bersumbu dari satu keluarga inti. Satu keluarga
memiliki beberapa anak, lalu anak-anaknya menikah dan
memiliki anak, dan kemudian menikah lagi dan memiliki
anak pula.

c. Keluarga Dyad (pasangan Inti)

Tipe keluarga ini biasanya terjadi pada sepasang suami-


istri yang baru menikah. Mereka telah membina rumah
tangga tetapi belum dikaruniai anak atau keduanya
bersepakat untuk tidak memiliki anak, maka status tipe
keluarga ini menjadi keluarga inti.
d. Keluarga Single Parent

Single parent adalah kondisi seseorang tidak memiliki


pasangan lagi. Hal ini bisa disebabkan karena perceraian
atau meninggal dunia. Akan tetapi, single parent
mensyaratkan adanya anak, baik anak kandung maupun
anak angkat. Jika ia sendirian, maka tidak bisa dikatakan
sebagai keluarga meski sebelumnya pernah membina
rumah tangga.

e. Keluarga Single Adult (Bujang Dewasa)

Dalam istilah kekinian, tipe keluarga ini disebut sebagai


pasangan yang sedang long distance relationship (LDR),
yaitu pasangan yang mengambil jarak atau berpisah
sementara waktu untuk kebutuhan tertentu, misalnya
bekerja atau kuliah. Seseorang yang berada jauh dari
keluarga ini kemudian tinggal di rumah kontrakan atau
indekos. Orang dewasa inilah yang kemudian disebut
sebagai singleadult. Meski ia tela memiliki pasangan di
suatu tempat, namun ia terhitung single di tempat lain.

2) Tipe Keluarga Modern (Nontradisional)

Keberadaan keluarga modern merupakan bagian dari


perkembangan sosial masyarakat. Banyak faktor yang
melatarbelakangi kenapa muncul keluarga modern. Salah satu
faktor tersebut adalah kebutuhan berbagi dan berkeluarga yang
tidak hanya sebatas keluarga inti.

Berikut ialah beberapa tipe keluarga modern.

a. The Unmarriedteenege Mother

Belakangan ini, hubungan seks tanpa pernikahan sering


terjadi di masyarakat kita. Meski pada akhirnya beberapa
pasangan itu menikah, namun banyak pula yang memilih
hidup sendiri, misalnya pada akhirnya perempuan lebih
memilih merawat anaknya sendirian. Kehidupan seorang
ibu bersama anaknya tanpa pernikahan inilah yang
kemudian masuk dalam kategori keluarga.

b. Reconstituded nuclear

Sebuah keluarga yang tadinya berpisah, kemudian


membentuk keluarga inti melalui perkawinan kembali.
Mereka tinggal serta hidup bersama anak-anaknya, baik
anak dari pernikahan sebelumnya, maupun hasil dari
perkawinan baru

c. The Stepparent Family

Dengan berbagai alasan, dewasa ini kita temui seorang


anak diadopsi oleh sepasang suami-istri, baik yang sudah
memiliki anak maupun belum. Kehidupan anak dengan
orang tua tirinya inilah yang dimaksud dengan the
stepparent family

d. Commune family

Tipe keluarga ini biasanya hidup di dalam penampungan


atau memang memiliki kesepakatan bersama untuk hidup
satu atap. Hal ini berlangsung dalam waktu yang singkat,
sampai dengan waktu yang lama. Mereka tidak memiliki
hubungan darah namun memutuskan tidak memiliki
hubungan darah namun memutuskan hidup bersama dalam
satu rumah, satu fasilitas, dan pengalaman yang sama.

e. The Non Material Heterosexual Conhibitang Family

Tanpa ikatan pernikahan, seseorang memutuskan untuk


hidup bersama dengan pasangannya. Namun dalam waktu
yang relatif singkat, seseorang itu kemudian berganti
pasangan lagi dan tetap tanpa hubungan pernikahan

c. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini.

a. Fungsi afektif

Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan


kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan
fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai tujuan
psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam
diri anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,
kemampuan menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.

b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan


kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang
berlangsung seumur hidup, karena individu secara kontinyu
mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi
yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi
merupakan proses perkembangan atau perubahan yang dialami
oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial.

c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan


keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga


secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan.


Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang
memengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara
individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi
perawatan kesehatan.

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi


keluarga.

3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang


mengalami gangguan kesehatan.

4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau


menciptakan suasana rumah yang sehat.

5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas

d. Tugas Keluarga Dalam Kesehatan

1. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.


Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
seluruh anggota keluarga.

Contohnya, apakah keluarga mengerti tentang pengertian


dan gejala kencing manis yang diderita oleh anggota
keluarganya?

2. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah


kesehatan anggota keluarga.

Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk


membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan. Contoh,
segera memutuskan untuk memeriksakan anggota keluarga
yang sakit kencing manis ke pelayanan kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan.

Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga


yang sakit. Contoh, keluarga mampu merawat anggota keluarga
yang sakit kencing manis, yaitu memberikan diet DM,
memantau minum obat antidiabetik, mengingatkan untuk
senam, dan kontrol ke pelayanan kesehatan.

4. Memodifikasi lingkungan yang kondusif.

Kemampuan keluarga dalam mengatur lingkungan,


sehingga mampu mempertahankan kesehatan dan memelihara
pertumbuhan serta perkembangan setiap anggota keluarga.
Contoh, keluarga menjaga kenyamanan lingkungan fisik dan
psikologis untuk seluruh anggota keluarga termasuk anggota
keluarga yang sakit.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk


pemeliharaan dan perawatan anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan.

Contoh, keluarga memanfaatkan Puskesmas, rumah sakit,


atau fasilitas pelayanan kesehatan lain untuk anggota
keluarganya yang sakit.

2. Konsep Hipertensi

a. Definisi Hipertensi

Hipertensi secara umum di definisikan sebagai kondisi di


mana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140
mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari atau 90 mmHg.
Tekanan darah yang tinggi merupakan faktor risiko yang kuat dan
penting untuk penyakit-penyakit kardiovaskuler dan penyakit
ginjal, seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan gagal
ginjal. Tekanan darah yang tinggi dapat di pengaruhi oleh faktor
genetik, faktor lingkungan dan interaksi antara kedua faktor
tersebut. (Budi et al., 2015)

Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu


gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang di bawa oleh darah terhmbat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut
sebagia pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit
yang mematikan tanpa disertai dengan gejala lebih dahulu

Dari definisi-definisi di atas dapat di peroleh kesimpulan


bahwa hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah
menjadi naik yaitu tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik > 90 mmHg karena gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya.

b. Klasifikasi Hipertensi

1) Klasifikasi Hipertensi berdasarkan panduan dari european


society of hypertension-european society of cardiology (esh-
esc) 2018

Kategori TD Sistolik TD Diastolik


Optimal <120 dan <80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 dan/atau 90/99
Hipertensi tingkat 2 160-179 dan/atau 100/109
Hipertensi tingkat 3 >180 dan/atau >110
Hipertensi sistolik >140 dan <90
terisolasi
Pada klasifikasi ACC/AHA ditekankan bahwa hasil
pengukuran merupakan hasil rerata >2 pengukuran dan pada
>2 kesempatan pengukuran. Bila individu mempunyai TD
sistolik dan diastolik lebih tinggi maka sebaiknya dianggap
kategori lebih tinggi.

2) Klasifikasi Hipertensi AHA/ACC

Kategori (mmhg) TD Sistolik TD Diastolik


TD
Normal <120 dan <80
Normal tinggi 120-129 dan <80
<120
Hipertensi tingkat 1 130-139 atau 80-89
Hipertensi Tingkat 2 >140 atau >90

Kementerian kesehatan RI, saat ini masih menggunakan


batasan hipertensi >140/90 mmHg. Batasan hipertensi pada
kebijakan nasional menjadi sangat penting terutama untuk data
epidemiologi dan penyediaan obat. Selain itu, untuk
kepentingan sosialiasi dan edukasi pada masyarakat serta
petugas kesehatan di seluruh pelosok Indonesia, yang
terpenting bukan berdiskusi ilmiah tentang perubahan batasan
definisi hipertensi, namun bagaimana mencapai tekanan darah
optimal (<120/<80 mmHg) dengan pola hidup sehat dan
pengobatan yang teratur (bagi yang sudah terkena hipertensi).

3) Klasifikasi Hipertensi Primer dan Sekunder

Klasifikasi hipertensi primer dan sekunder didasari atas ada


tidaknya penyebab yang dapat dikenali. Diagnosis hipertensi
primer dipilih jika etiologinya tidak dapat dikenali, Berbeda
dengan klasifikasi hipertensi berdasarkan tingkat tekanan darah
dan tingkat risiko kardiovaskular. Sebaliknya, diagnosis
hipertensi sekunder menjadi pilihan jika etiologi hipertensi
dapat diidentifikasi.

a) Hipertensi primer

Hipertensi primer yang dahulu disebut sebagai


hipertensi esensial, ditandai dengan peningkatan tekanan
darah kronis karena etiologi yang tidak diketahui. Ini
mempengaruhi hampir 95% pasien hipertensi.20
Terminologi hipertensi esensial merujuk kepada
peningkatan tekanan darah sebagai faktor yang esensial
untuk memenuhi perfusi beberapa penyakit dan arteri yang
sklerotik.

Data epidemiologis menunjukkan bahwa hipertensi


primer merupakan faktor risiko utama yang dapat
dimodifikasi untuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal
jantung kongestif, dan gagal ginjal (Chen, 2012). Karena
patogenesisnya tidak jelas, pengobatan hipertensi primer
sebagian besar tetap empiris, dengan dokter memilih satu
atau beberapa jenis obat antihipertensi hingga tekanan
terkontrol secara memadai. Karena tingginya prevalensi
hipertensi primer.

b) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang


etiologinya dapat diidentifikasi, terjadi pada 10% kasus
hipertensi di praktik klinik. Hipertensi sekunder dicurigai
jika hipertensi terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tekanan
darah meningkat tiba-tiba, terjadi dengan presentasi
hipertensi akselerasi (tekanan darah 180/110 mm Hg
disertai tanda papilledema dan/atau perdarahan retina), atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap terapi.
Kecurigaan terhadap hipertensi sekunder mengindikasikan
pemeriksaan terhadap keberadaan penyakit yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Penyebab tersering adalah penyakit parenkim ginjal


sehingga pemeriksaan palpasi terhadap masa di abdomen
dan urinalisis hendaknya rutin dilakukan. Penyebab lain
yang juga lebih sering dijumpai adalah stenosis arteri
renalis dan aldosteronisme primer. Penyebab yang lebih
jarang dijumpai adalah feokromositoma dan sindrom
Cushing. Pengobatan hipertensi sekunder terutama
ditujukan pada penyebabnya. (Suling, 2018)

c. Etiologi Hipertensi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang


spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah
jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

1) Genetik : Respons neurologi terhadap stres atau kelainan


ekskresi atau transpor Na.

2) Obesitas: Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang


mengakibatkan tekanan darah meningkat.

3) Stres karena lingkungan.

4) Hilangnya elastisitas jaringan dan aterosklerosis pada orang tua


serta pelebaran pembuluh darah.

Sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang belum


diketahui pasti disebut dengan hipertensi primer atau esensial,
sedangkan 7% disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi
renalis, dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau
hipertensi hormonal dan penyebab lain (Muttaqin A, 2009).
Sebagai faktor predisposisi dari hipertensi esensial adalah
penuaan, riwayat keluarga, asupan lemak jenuh atau natrium
yang tinggi, obesitas, ras, gaya hidup yang menuntut sering
duduk dan tidak bergerak, stress, merokok (Kowalak JP, Welsh
W, Mayer B, 2011)

d. Patofisiologi Hipertensi

Guyton A. (2007) menjelaskan tekanan darah berarti tenaga


yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan daerah dinding
pembuluh tersebut. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung
dan tahanan perifer. Berbagai faktor yang mempengaruhi curah
jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah.
Pada dasarnya, awal dari suatu kelainan tekanan darah tinggi
disebabkan oleh peningkatan aktifitas pusat vasomotor dan
meningkatnya kadar norepineprin plasma sehingga terjadi
kegagalan sistem pengendalian tekanan darah yang meliputi, tidak
berfungsinya reflek baroreseptor ataupun kemoreseptor. Epineprin
adalah zat yang disekresikan pada ujung- ujung saraf simpatis atau
saraf vasokonstriktor yang langsung bekerja pada otot polos
pembuluh darah sehingga menyebabkan vasokonstriksi (Guyton,
2007).

Impuls baroreseptor menghambat pusat vasokonstriktor di


medulla oblongata dan merangsang pusat nervus vagus. Efeknya
adalah vasodilatasi di seluruh sistem sirkulasi perifer dan
menurunnya frekuensi dan kekuatan kontraksi. Oleh karena itu,
perangsangan baroreseptor oleh tekanan di dalam arteri secara
reflek menyebabkan penurunan tekanan arteri (Guyton, 2007).
Sedangkan mekanisme reflek kemoreseptor berlangsung jika
terjadi perubahan kimia darah seperti rendahnya kadar oksigen,
meningkatnya kadar karbon dioksida dan hydrogen atau
menurunnya pH.
Keadaan ini merangsang reseptor kimia yang terdapat di
sinus caroticus untuk mengirim rangsang yang berjalan didalam
Herving's nerve dan saraf vagus ke pusat vasomotor di area pressor
atau juga cardiaccelelator yang mengeluarkan rangsang yang
berjalan dalam saraf simpatis menuju ke jantung, dan area
vasokonstriktor mengirim rangsang ke pembuluh darah sehingga
menyebabkan pengecilan diameter pembuluh darah. Tidak
berfungsinya kedua reflek tersebut mengakibatkan pusat vasomotor
di batang otak menjadi hiperaktif

Guyton A (2007) menyebutkan pusat vasomotor terletak


bilateral di dalam substansia retikularis sepertiga bawah pons dan
dua pertiga atas medulla oblongata. Pusat ini mengirimkan impuls
ke bawah melalui medulla spinalis dan serabut vasokonstriktor ke
semua pembuluh darah di dalam tubuh. Pusat vasomotor bersifat
tonically active, yaitu mempunyai kecenderungan untuk selalu
mengirimkan impuls saraf. Saat pusat vasomotor mengatur tingkat
penyempitan pembuluh darah, ia juga mengatur aktivitas jantung.

Bagian lateral mengirimkan impuls eksitasi melalui serabut


saraf simpatis ke jantung untuk meningkatkan frekuensi dan
kontraktilitas jantung, bagian medial yang terletak dekat nucleus
motoris dorsalis nervus vagus, mengirim impuls melalui nervus
vagus ke jantung untuk menurunkan frekuensi jantung. Namun bila
beberapa impuls saraf yang turun melalui nervus vagus ke jantung
dan dapat memintasi bagian vasokonstriktor pusat vasomotor
tersebut. Bagian posterolateral hipotalamus menyebabkan eksitasi,
sedangkan bagian anterior menyebabkan eksitasi atau inhibisi,
tergantung bagian mana yang dirangsang (Guyton, 2007).

e. Faktor Terjadinya Hipertensi

1. Faktor yang tidak dapat di ubah


a) Ras

Di Amerika Serikat, hipertensi paling banyak dialami oleh


orang kulit hitam keturunan Afrika-Amerika dibandingkan
dengan kelompok ras lain. Hipertensi lebih banyak terjadi
pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih.
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Namun, pada orang berkulit hitam ditemukan kadar renin
yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap vasopresin lebih
besar.

b) Usia

Penambahan usia dapat meningkatkan risiko terjangkitnya


penyakit hipertensi. Walaupun penyakit hipertensi bisa
terjadi pada segala usia, tetapi paling sering menyerang
orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih.
Meningkatnya tekanan darah seiring dengan bertambahnya
usia memang sangat wajar. Hal ini disebabkan adanya
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan kadar
hormon. Namun, jika perubahan ini disertai dengan faktor
lain bisa memicu terjadinya hipertensi

c) Riwayat Keluarga

Hipertensi merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu


dari dari orang tua kita menderita penyakit hipertensi,
sepanjang hidup kita memiliki risiko terkena hipertensi
sebesar 25%. Jika kedua orang tua kita menderita
hipertensi, kemungkinan kita terkena penyakit ini sebesar
60%. Penelitian terhadap penderita hipertensi di kalangan
orang kembar dan anggota keluarga yang sama
menunjukkan ada faktor keturunan yang berperan pada
kasus tertentu. Namun, kemungkinan itu tidak selamanya
terjadi. Ada seseorang yang sebagian besar keluarganya
penderita hipertensi, tetapi dirinya tidak terkenan penyakit
tersebut.

d) Jenis Kelamin

Laki-laki atau perempuan memiliki kemungkinan yang


sama untuk mengalami hipertensi selama kehidupannya.
Namun, laki-laki lebih beresiko mengalami hipertensi
dibandingkan perempuan saat berusia sebelum 45 tahun.
Sebaliknya saat usia 65 tahun ke atas, perempuan lebih
beresiko mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki.
Kondisi ini dipengaruhi oleh hormon. Wanita yang
memasuki masa menopause, lebih beresiko untuk
mengalami obestitas yang akan meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi

2. Faktor yang dapat di ubah

a) Obesitas

Seseorang yang mengalami obesitas atau kegemukan


memiliki resiko lebih besar untuk mengalami prehipertensi
atau hipertensi. Indikator yang biasa digunakan untuk
menentukan ada-tidaknya obesitas pada seseorang adalah
melalui pengukuran IMT atau lingkar perut. Meskipun
demikian, kedua indikator tersebut bukanlah indikator
terbaik untuk menentukan terjadinya hipertensi, tetapi
menjadi salah satu faktor resiko yang dapat mempercepat
kejadian hipertensi.

b) Kurang Aktivitas Fisik

Kurang melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan


risiko seseorang terserang penyakit hipertensi. Hal ini
berkaitan dengan masalah kegemukan. Orang yang tidak
aktif cenderung memiliki frekuensi denyut jantung lebih
tinggi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada
saat kontraksi

c) Kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol

Kebiasaan merokok menyebabkan 1 dari 5 kasus kematian


di Amerika setiap tahun. Merokok merupakan penyebab
kematian dan kesakitan yag paling bisa dicegah. Pasalnya,
zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran tembakau
berbahaya bagi sel darah, mata, organ, reproduksi, paru-
paru, bahkan organ pencernaan. Selain itu, konsumsi
minuman beralkohol juga dapat meningkatkan tekanan
darah. Penelitian menunjukkan bahwa resiko hipertensi
meningkat dua kali lipat jika konsumsi minuman beralkohol
lebih dari tiga gelas sehari.

d) Sensitivitas Natrium

Asupan natrium dan garam merupakan faktor risiko


hipertensi yang masih kontroversial. Natrium merupakan
salah satu mineral atau elektrolit yang berpengaruh
terhadap tekanan darah. Namun, respon setiap orang
terhadap natrium tidaklah sama. Memang benar ada
beberapa individu yang peka terhadap natrium, baik yang
berasal dari garam kemasan ataupun bahan makanan lain
yang mengandung natrium.

e) Kadar kalium rendah

Kalium berfungsi sebagai penyeimbang jumlah natrium


dalam cairan sel. Kelebihan natrium dalam sel dapat
dibebaskan melalui filtrasi lewat ginjal dan dikeluarkan
bersama urine. Jika makanan yang kita konsumsi kurang
mengandung kalium atau tubuh tidak mempertahankannya
dalam jumlah yang cukup, jumlah natrium akan
menumpuk. Keadaan ini meningkatkan resiko terjadinya
hipertensi.

f) Stres

Hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui


aktivasi saraf simpatik yang dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermiten (selang-seling atau berselang). Jika
stres terjadi berkepenjangan, dapat menyebabkan tekanan
darah tinggi secara menetap. Namun, hal ini secara pasti
belum terbukti. Pada hewan percobaan telah dibuktikan
bahwa pemaparan terhadap stres dapat menyebabkan hewan
tersebut menjadi hipertensi

f. Manifestasi Klinis Hipertensi

Peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya


gejala. Kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan baru
timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti
pada ginjal, mata, otak dan jantung.

Gejala-gejala hipertensi bervariasi pada masing-masing


individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya, adapun
gejala hipertensi tersebut antara lain :

1) Sakit kepala

2) Rasa berat di tengkuk

3) Jantung berdebar-debar

4) Sulit bernapas setelah bekerja keras atau mengangkat beban


berat

5) Mudah lelah
6) Penglihatan kabur

7) Wajah memerah

8) Hidung berdarah

9) Sering buang air kecil, terutama di malam hari

10) Telinga berdenging (tinnitus)

11) Dunia terasa berputar (vertigo)

g. Komplikasi Hipertensi

Penyakit hipertensi akan meningkat dengan adanya penyakit


kronis. Penyakit lain yang dapat meningkatkan derajat hipertensi
atau berupa komplikasi hipertensi akan menyebabkan hipertensi
lebih sulit dikendalikan. Berikut berbagai komplikasi penyebab
hipertensi. (Edi et al., 2013)

1) Kolesterol Tinggi

Kadar kolesterol, sejenis lemak dalam darah yang tinggi akan


meningkatkan pembentukan plak dalam pembuluh arteri.
Akibatnya, arteri menyempit dan sulit mengembang. Perubahan
ini dapat meningkatkan tekanan darah.

2) Diabetes Melitus

Terlalu banyak kadar gula dalam darah akan merusak organ


dan jaringan tubuh sehingga terjadi aterosklerosis (penyempitan
atau penyumbatan arteri). Penyakit ginjal, dan penyakit arteri
koronaria. Ketiga penyakit ini memengaruhi tekanan darah.

3) Apnea pada Saat Tidur (Mendengkur)

Apnea adalah gangguan tidur berupa kesulitan bernapas yang


terjadi berulang kali pada saat tidur. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya hubungan antara pernapasan yang
terhenti dan berkurangnya pasokan oksigen untuk sementara
waktu yang menyertai apnea saat terjadinya hipertensi. Apnea
pada saat tidur tidak selalu terlihat jelas. Namun, jika seseorang
sering tidak dapat tidur nyenyak sepanjang malam dan selalu
mengantuk pada siang hari sebaiknya memeriksakan diri ke
dokter. Pengobatannya dapat dilakukan dengan cara
memberikan oksigen pada saat tidur. Cara ini terbukti dapat
menurunkan tekanan darah sedikit demi sedikit.

4) Gagal Jantung dan Ginjal

Kerusakan atau kelemahan otot mungkin disebabkan


serangan jantung karena jantung harus bekerja lebih berat untuk
memompa derah. Hipertensi yang tidak terkendali menuntut
jantung yang lemah bekerja lebih keras dan menyulitkan
pengobatan kedua penyakit tersebut. Indikator lain yang
menunjukkan peningkatan risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah adalah terjadinya perubahan aliran darah
dalam retina, penebalan bilik kiri jantung. perubahan kadar
kreatinin (zat kimia yang dikeluarkan oleh ginjal) dalam darah,
dan perubahan jumlah protein dalam urine. Pengobatan
hipertensi dapat memulihkan atau menghambat berkembangnya
penyakit gagal jantung dan ginjal.

Peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah bagian


dalam menyebabkan pembuluh darah kurang fleks ibel dan
lebih mudah membentuk simpanan lemak dalam suatu proses
yang disebut dengan arterosklerosis. Di bagian dinding
pembuluh yang melemah akan terjadi haemorrhagic
(perdarahan). Jika arterosklerosis dan haemorrhagic terjadi di
otak dapat menyebabkan stroke. Hipertensi memaksa jantung
bekerja lebih keras memompa darah untuk disirkulasikan ke
seluruh tubuh. Kerja keras jantungini menyebabkan otot
jantung membesar sehingga pemompaan darah di jantung

h. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

Menurut Udjianti, Wajan Juni (2010), pemeriksaan penunjang pada

penderita hipertensi meliputi :

1. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count) meliputi


pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk melihat vaskositas
dan indikator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

2. Kimia darah

a) BUN, kreatinin : peningkatan kadar menandakan penurunan


perfusi atau fungsi renal.

b) Serum glukosa : hiperglisemia (DM adalah faktor


presipitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar
katekolamin.

c) Kadar kolesterol/trigliserida : peningkatan kadar


mengindikasikan predisposis pemebntukan plak ateroma.

d) Kadar serum aldosterone : menilai adanya aldosteronisme


primer.

e) Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme


yang berkontribusi terhadap vasokonstriksi dan hipertensi.

f) Asam urat : hiperurisemia merupakan implikasi faktor


hipertens

3. Elektrolit

a) Serum potasium atau kalium : hipoklemia menandakan


adanya aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik.
b) Serum kalsium : jika terdapat peningkatan akan
berkontribusi pada hipertensi

4. Urin

a) Analisa urin : adanya protein urien, glukosa dalam urin

mengindikasikan adanya disfungsi renal atau diabetes

b) Urine VMA (Catecholamine Metabolite) : peningkatan


kadar mengindikasikan adanya pheochromacytoma.

c) Sterodi urin : peningkatan kadar mengindikasikan adanya


hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi
pituary, sindrome chusing’s; kadar renin juga meningkat.

5. Radiologi

a) Intra Venous Pyelografi (IVP) : untuk mengidentifikasi


penyebab hipertensi seperti renal parenchhymal disease,
urolithiasis, benigna prostate hyperplasia (BPH).

b) Rontgen toraks : untuk menilai adanya kalsifikasi obstruktif


katup jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran
jantung

6. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan


konduksi atau disritmia

i. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan penatalaksanaan pada klien dengan hipertensi adalah


mencegah terjadinya morbiditas dan mortilitas penyerta dengan
mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup
sehubungan dengan terapi (Arif Muttaqin, 2009).
1) Penatalaksanaan Nonfarmakologis

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular


Indonesia (2015), menjalani pola hidup yang sehat dapat
menurunkan tekanan darah, dan sangat bermanfaat dalam
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular lainnya. Pada
pasien hipertensi derajat satu, tanpa faktor risiko kardiovaskular
lain, maka strategi mengubah pola hidup sehat merupakan
penatalaksanaan tahap awal dan harusdilakukan kurang lebih
selama 4 sampai 6 bulan. Apabila setelah jangka waktu tersebut
tidak mengalami penurunan tekanan darah atau didapatkan
faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan
untuk memulai terapi farmakologi.

Adapun pola hidup sehat yang dianjurkan oleh guidelines


adalah :

a) Penurunan berat badan.

Mengganti makanan tidak sehat dengan cara


memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan yang
dapat memberikan manfaat lebih selain penurunan tekanan
darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.

b) Mengurangi asupan garam.

Diet rendah garam bermanfaat untuk mengurangi dosis obat


antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan
untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.

c) Olahraga

Olahraga dapat dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60


menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu. Olahraga dapat
menurunkan tekanan darah. Pada pasien yang tidak
memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya
harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai
sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di
tempat kerjanya.

d) Mengurangi konsumsi alkohol

Meskipun mengkonsumsi alkohol belum menjadi pola


hidup yang umum di Indonesia, namun jumlah seseorang
yang mengkonsumsi alkohol mengalami peningkatan
seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup,
terutama di kota besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas
per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat
meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian
menghindari konsumsi alkohol sangat membantu dalam
penurunan tekanan darah.

e) Berhenti merokok

Meskipun belum terbukti berefek langsung dapat


menurunkan tekanan darah, akan tetapi merokok
merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit
kardiovaskular, sehingga pasien yang mengalami hipertensi
sangat dianjurkan untuk berhenti merokok.

2) Penatalaksanaan Farmakologis

Menurut Arif Muttaqin (2009), obat-obatan antihipertensi dapat


dipakai sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain.
Obat-obatan ini menjadi lima kategori yaitu :

a) Diuretik

Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering


diresepkan untuk mengobati hipertensi ringan.
Hidroklorotiazid dapat diberikan sendiri pada pasien
dengan hipertensi ringan atau pasien yang baru. Banyak
obat antihipertensi yang dapat menyebabkan retensi cairan;
karena itu, seringkali diuretic diberikan bersama dengan
antihipertensi.

b) Simpatolitik

Penghambat (adrenergic bekerja di sentral simpatolitik),


penghambat adrenergic alfa, dan penghambat neuron
adrenergic diklasifikasikan sebagai penekan simpatetik,
atau simpatolitik. Penghambat adrenergic beta, dibahas
sebelumnya juga dianggap sebagai simpatolitik
menghambat reseptor beta.

c) Penghambat Adrenergik-Alfa

Golongan obat ini memblock reseptor adrenergic alfa 1,


menyebabkan vasodilatasidan penurunan tekanan darah.
Penghambat beta juga menurunkan lipoprotein berdensitas
sangat rendah (very low-density lipoprotein-VLDL) dan
lipoprotein berdesitas rendah (low-density lipoprotein-
LDL) yang bertanggungjawab dalam penimbunan lemak di
arteri (arteriosklerosis).

d) Penghambat Neuron Adrenergik (Simpatolitik yang bekerja


perifer)

Penghambat neuron adrenergik merupakan obat


antihipertensi yang kuat yang menghambat norepinephrine
dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan
norepinephrine menjadi berkurang dan ini menyebabkan
baik curah jantung maupun tahanan vaskular perifer
menurun. Reserpine dan guanetidin (dua obat yang paling
kuat) dipakai untuk mengendalikan hipertensi berat.
Hipertensi ortostatik merupakan efek samping yang sering
terjadi,pasien harus ajarkan untuk bangkit perlahan-lahan
dari posisi berbaring atau dari posisi duduk.

e) Vasodilator Arteriol yang Bekerja Langsung

Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap 3 yang


bekerja dnengan merelaksasikan otot-otot polos pembuuh
darah, terutama arteri, sehingga menyebabkan vasodilatasi.
Dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan turun
dan natrium serta air tertahan sehingga terjadi edema
perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama dengan
vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi
edema. Reflek takikardia disebabkan oleh vasodilatasi dan
menurunnya tekanan darah

f) Antagonis Angiotensin (ACE Inhibitor)

Obat dalam golongan ini menghambat enzim mengubah


angiotensin (ACE), yang nantinya akan menghambat
pembentukan angiotensin II (vasokonstriktor) dan
menghambat pelepasan aldosterone. Aldosterone
meningkatkan retensi natrium natrium dan ekskresi kalium.
Jika aldosterone dihambat, natrium diekskresikan bersama-
sama dengan air. Kaptropil, enalapril, dan lisonopril adalah
ketiga antagonis angiotensin. Obat-obatan ini dipakai pada
pasien dengan kadar renin serum yang tinggi.

3. Tinjauan Daun Alpukat

a. Struktur Daun alpukat

Tanaman avocado yang terkenal dengan nama alpukat (Persea


americana miller) sangat banyak di temukan di Indonesia. Walau
bukan tanaman asli Indonesia, tetapi keberadaannya tidak asing
lagi bagi masyarakat. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman
obat yang sangat penting dan dimanfaatkan sebagai obat
tradisional. Daun alpukat ini berbentuk tunggal dengan tangkai
yang panjangnya 1,5-5 cm, letaknya berdesakan dengan ranting,
bentuknya jorong sampai bundar telur memanjang, tebal seperti
kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadang-kadang agak
menggulung ke atas permukaan daun gundul. Pertulangan daun
menyirip, dengan panjang 5-20 cm dan lebar 3-12 cm. Daun
alpukat muda berawarna kemerahan dan berbulu, serta menjadi
halus, kasap (leathery), dan berwarna hijau gelap ketika dewasa.

b. Klasifikasi Daun Alpukat

Daun alpukat berukuran kecil hingga sedang dan berbentuk lonjong


hingga elips, dengan lebar rata-rata 4-10 sentimeter dan panjang
10-30 sentimeter. Permukaan di bagian atas daun berwarna hijau
tua dan kasar, sedangkan bagian bawah daun berwarna hijau muda
hingga coklat. Ada urat hijau keputihan yang menonjol yang
menjalar pada daun yang berbentuk memanjang dan ramping.
Daun alpukat biasanya dipanggang sebelum digunakan. Aroma
daun alpukat seperti perpaduan kacang dan adas manis yang
lembut namun memiliki rasa yang sedikit pahit dan tajam.

Daun alpukat biasanya dipanen dari varietas alpukat


Meksiko, yang secara botani diklasifikasikan sebagai Persea
drymifolia. Daun alpukat masih dalam klasifikasi famili yang sama
dengan daun salam.

Daun alpukat secara komersial ditemukan dalam bentuk


segar dan kering serta digunakan sebagai obat dan bahan masakan.
Daun alpukat merupakan sumber serat dan antioksidan yang sangat
baik seperti fenol dan flavonoid yang memiliki sifat anti-inflamasi.
Selain itu, daun alpukat juga mengandung seng, mangan, kalsium,
natrium, magnesium, besi, dan kalium.
c. Kandungan Daun Alpukat

Kandungan zat aktif yang terdapat di daun alpukat (Persea america


miller) adalah flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, phlobatanin, dan
polisakarida. Zat-zat yang terkandung dalam daun alpukat bersifat
sebagai peluruh kencing (diuretik), hipotensi (dapat menurunkan
tekanan darah), anti radang (anti-inflamasi) dan pereda rasa sakit
(analgetik). Pada tanaman ini yang bersifat anti radang dan
analgetik dimaksudkan juga untuk mengobati / meredakan gejala
akibat hipertensi seperti sakit kepala, nyeri syaraf dan rasa pegal.
Salah satu cara kerja daun alpukat adalah dengan mengeluarkan
sejumlah cairan dan elektrolit maupun zat-zat yang bersifat toksik.
Dengan berkurangnya jumlah air dan garam di dalam tubuh maka
pembuluh darah akan longgar sehingga tekanan darah perlahan-
lahan mengalami penurunan (Rachdian, 2011).

d. Manfaat Daun Alpukat Untuk Kesehatan

1) Mengandung Antioksidan

Alpukat dikenal tinggi antioksidan, tetapi daun alpukat


memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada buahnya. Daun
alpukat memiliki senyawa yang disebut quercetin yang mampu
menghilangkan radikal bebas dari tubuh. Radikal bebas adalah
produk degenerasi yang terjadi secara alami dalam tubuh kita
sebagai akibat dari oksigenasi. Antioksidan dalam daun alpukat
dapat memperlambat atau bahkan mencegah proses ini terjadi
sehingga menjaga tubuh kita lebih sehat.

2) Menurunkan Tekanan Darah

Antioksidan dalam daun alpukat juga dapat membantu menjaga


pembuluh darah. Meskipun daun alpukat tidak akan
menurunkan LDL atau "kolesterol jahat", daun alpukat dapat
menurunkan tekanan darah menjadi lebih rendah. Untuk hasil
terbaik, konsumsi air rebusan daun alpukat setiap hari.

3) Menurunkan Glukosa dalam Darah

Seperti kebanyakan teh, antioksidan dan fitokimia dalam air


rebusan daun alpukat membantu tubuh untuk membakar lemak
dan glukosa. Oleh sebab itu, daun alpukat sangat baik untuk
individu yang menderita diabetes tipe 2.

4) Mengobati Batu Ginjal

Daun alpukat mengandung alkaloid, flavonoid, dan saponin.


Semua ini adalah zat ampuh yang memiliki potensi untuk
memecah batu ginjal. Penelitian menunjukkan bahwa minum 2
cangkir air rebusan daun alpukat setiap hari dapat mengurangi
atau bahkan menghilangkan batu ginjal. Kebanyakan orang
melihat hasilnya dalam sepuluh hari

5) Meningkatkan Kesehatan Pencernaan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, daun alpukat


mengandung flavonoid, saponin, dan juga tanin. Senyawa ini
berperan dalam menyeimbangkan keasaman lambung sehingga
mampu meningkatkan kesehatan pencernaan dan mengurangi
kemungkinan bisul. Bisul adalah kejadian umum pada orang
yang mengalami tingkat stres yang tinggi. Daun alpukat tidak
hanya dapat menenangkan tingkat stres Anda, tetapi juga dapat
mengobati sakit maag yang diakibatkannya.

6) Mengobati Gejala Asma

Senyawa fitokimia dalam daun alpukat dapat memberikan


relaksasi dan ketenangan dalam bagian tubuh dan pikiran. Daun
alpukat dapat mengurangi sakit kepala, nyeri otot, dan bahkan
asma karena daun alpukat bekerja dengan mengurangi
kekakuan pada otot-otot pernapasan yang menyebabkan gejala
asma yang tidak nyaman. Beberapa ahli merekomendasikan
untuk menambahkan satu sendok makan garam per 3 cangkir
air rebusan daun alpukat.

7) Mencegah Insomnia

Kehadiran serotonin dan limonene dalam daun alpukat dapat


membantu mengatur suasana hati dan nafsu makan seseorang
sehingga mencegah insomnia. Kadar serotonin yang rendah
diyakini menyebabkan depresi dan insomnia. Mengonsumsi air
rebusan daun alpukat dapat meningkatkan serotonin sehingga
membuat Anda tidur lebih nyenyak.

e. Cara Pembuatan Daun Alpukat

SOP pemberian air rebusan daun alpukat

1) Tahap Orientasi

2) Cara Pembuatan Daun Alpukat

a) Memberi salam atau menyapa pasien

b) Memperkenalkan diri

c) Menjelaskan prosedur

d) Kontrak waktu

3) Cara Pembuatan Rebusan Daun Alpukat

a) Siapkan 3-5 lembar daun alpukat

b) Air 2 gelas

c) Bersihkan daun alpukat hingga bersih

d) Tuangkan 2 gelas air dan daun alpukat yang sudah di


bersihkan ke dalam panci lalu rebus
e) Rebus selama 10-15 menit atau tunggu hingga air tersisa 1
gelas

f) Saring daun alpukat ke dalam cangkir

g) Lalu minum saat masih hangat-hangat

4) Tahap Terminasi

a) Merapikan alat

b) Berpamitan dengan klien dan mengucap salam

c) Mendoakan klien

d) Mencuci tangan
B. Kerangka Teori

Faktor terjadinya hipertensi : Risiko terjadinya


arteriosklerosis pada
1. 1. Umur
arteri dan aorta
2. 2. Genetik

3. 3. Obesitas Hipertensi

4. 4. Stres

5. 5. Merokok/mengonsumsi Farmakologi Non Farmakologi


alkohol
Rebusan daun
6. 6. Kurang aktivitas fisik
alpukat

Kandungan :

1. Flavonoid

2. Alkaloid

3. Saponin

4. Tanin

5. Phlobatanin

6. polisakarida

β blocker,
diuretik,
vasodilatasi,
peningkatan

Tekanan darah
menurun
C. Kerangka Konsep

Hipertensi adalah kondisi Pengobatan non


di mana tekanan darah farmakologi :
sistolik lebih dari atau
Daun Alpukat
sama dengan 140 mmHg
atau tekanan darah Kandungan
diastolik lebih dari atau
90 mmHg. Flavonoid 1. Mempengaruhi kerja
ACE

2. menyebabkan
vasodilatasi

3. Menurunkan resistensi
perifer

4. menurunkan resistensi air


dan garam, sekresi
aldosteron dan ADH

5. tekanan darah menurun

1. Menurunkan volume
plasma
Saponin
2. Cradiac output
menurun

3. Tekanan darah
menurun

1. Bekerja sebagai beta


blocker
Alkaloid
2. Curah jantung dan
frekuensi denyut
jantung menurun

3. Tekanan darah
menurun

Anda mungkin juga menyukai