Anda di halaman 1dari 16

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

HALUSINASI DI RSUD TOMBULILATO KEC. BONE RAYA

OLEH
KELOMPOK 4

RENALDI YANTU

RENALDI MOHA

ZULKARNAIN MOPILI

NOVITA ANGRAENI

NURUL FAUZIAH AHMAD

OLVIANI SOLEMAN

YULIANTI PUTERI

\
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di
akhirat.
Tidak lupa, Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah.
Penulis tentu menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk proposal ini, supaya proposal ini nantinya dapat
menjadi proposal yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada
proposal ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah
kami, sekian dan terima kasih

Mengetahui, 05 November 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………….……………………………………...i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI………………………………………………………….…………………….iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
Latar Belakang………………………………………………………………………...1
Tujuan…………………………………………………………………………………2
BAB 2 TINJAU PUSTAKA………………………………………………………………….4
Konsep Isolasi Sosial…………..…….………………………………………………..4
Etiologi………………………………………………………………………………..4
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi…………...………….……………………….5
Pohon Masalah Isolasi Social……………………….………………………………..6
Pelaksanaan………………………………………..…………………………………7
BAB III PENUTUP…………………………………………………….…………………..14
Kesimpulan……………………………………..…………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………15
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berkontribusi pada fungsi yang
terintegrasi baik individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. Perawatan
ini termasuk intervensi yang behubungan dengan pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Intervensi keperawatan yang spesifik dalam pencegahan primer termasuk
penyuluhan kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial.
Secara khusus dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan jiwa bagi klien
yang kondisi fisik dan fisiologis yang lemah perlu melibatkan keluarga klien untuk
berpartisipasi aktif dalam pelayanan terapi. Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau
pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau
penderita dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia
(Keliat, 2009).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang
signifikan setiap tahun diberbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa
bertambah. Berdasarkan data dari WHO dalamYoseph 2013 ada sekitar 450 juta
orang di dunia mengalami gangguan jiwa.
WHO menyatakan, setidaknya ada satu dari empat orang di dunia mengalami
masalah mental dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia
suadah menjadi masalah yang sangat serius. Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi
Maslim dalam Mubarta 2011 prevalensi masalah kesehatan jiwa di idonesia sebesar
6,55%. Angka tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan negara lain.
Data dari 33 RSJ yang ada di Indonesia menyebutkan hingga saat ini jumlah
penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Jumlah penderita gangguan
jiwa di Jawa Barat naik sekitar 63%. Data Riskesdas 2013 menyebutkan pasien
gangguan jiwa ringan hingga berat di jawa barat mencapai 465.975 orang naik
signifikan dari tahun 2012 sebesar 296.943 orang, Konferensi Nasional psikiatrik
Komunitas ke-3 mengungkapkan fakta penting, ternyata jumlah penderita gangguan
jiwa di jawa barat naik sekitar 63%.
Penyebab terbesar gangguan jiwa di jawa barat adalah tingginya angka
pengangguran dan meningkatnya tuntutan ekonomi, selain itu faktor lain yang
menyebabkan terjadinya peningkatan masalah gangguan jiwa adalah adanya
pengobatan yang tidak teratur, fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau oleh
masyarakat, stresor sosial dan kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang
pentingnya kontrol ulang dan minum obat secara teratur.
Menurut data Riskesdas 201 ada dua jenis penyakit psikologi yang dialami
oleh masyarakat yaitu yang ringan dan sedang seperti stress, cemas, gangguan susah
tidur (Insomnia), sedangkan yang berat meliputi skizofrenia, depresi sampai pada
penyakit psikologis dengan dorongan bunuh diri (Riskesdas, 2013).
Tiga gejala gangguan jiwa yaitu gejala positif (delusi/waham, halusinasi,
pikiran paranoid, gejala negatif (motivasi rendah/ low motivation, menarik diri dari
masyarakat/ social withdrawal), dan gejala kognitif (mengalami problema dengan
perhatian dan ingatan, tidak dapat berkonsentrasi, miskin perbendaharaan kata dan
proses pikir yang lambat) (Hawari, 2001).
Penatalaksanaan keperawatan dengan klien gangguan jiwa adalah pemberian
terapi modalitas yang salah satunya adalah terapi aktivitas kelompok (TAK). Terapi
aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
pada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Fortinash
& Worret, 2004).
Terapi aktivitas kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui
dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu
fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan
interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. TAK stimulasi adalah TAK
dengan fokus memberikan stimulasi kepada pasien agar mampu memberikan respon
yang adekuat. TAK stimulasi sensori diindikasikan untuk pasien isolasi sosial, harga
diri rendah, dan kurang komunikasi verbal (Keliat & Akemat, 2005).
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua
panca indra (sensori) agar memberi respons yang asdekuat. TAK stimulasi sensori
adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien
sehingga terjadi perubahan perilaku (Keliat & Akemat, 2005).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat merespon terhadap stimulus panca indra yang diberikan
2. Tujuan khusus
a. Klien mampu mengenali musik yang didengar
b. Klien mampu memberi respon terhadap musik
c. Klien mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Isolasi Sosial


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain .

2. Etiolog
Beberapa penyebab isolasi sosial, menurut Stuart :

1. Faktor predisposisi

Faktor perkembangan

Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan


respons sosial madaptif.Beberapa orang percaya bahwa individu yang
mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
dirinya dari orang tua.Norma keluarga mungkin tidak mendukung
hubungan dengan pihak luar keluarga.Pesan keluarga seringkali tidak
jelas.
2. Faktor presipitasi

Beberapa faktor pretisipasi isolasi sosial, menurut Direja (2011)meliputi:


a. Faktor eksternal

Contohnya adalah stresor, sosial budaya, yaitu stres yang di


tinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal

Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat


kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk berpisah untuk
mengatasinya. Kecemasan ini dapat terjadi akibat tuntunan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan
individu.

Tanda dan gejala isolasi sosial menurut Direja (2011) meliputi:


- kurang spontan

- apatis atau acuh terhadap lingkungan

- ekspresi wajah kurang berseri

- tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

- tidak ada/kurang sadar terhadap komunikasi verbal

- mengisolasi diri

- tidak sadar/kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

- aktivitas menurun

- kurang energi

- rendah diri

- asupan makanan dan minuman terganggu

RENTANG RESPONS
Rentang Respon Sosial

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri Kesepian Menarik Manipulasi

Otonomi diri Impulsif

Kebersamaan ketergantungan Narsisme

Saling
ketergantungan

Gambar : Rentang respon sosial

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


Pengertian

Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu rangkaian kegiatan


yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien isolasi sosial untuk
mampu bersosialisasi secara bertahap melalui tujuh sesi untuk melatih kemampuan sosialisasi
klien.
tujuan khusus TAKS, yaitu : kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan
berkenalan, kemampuan bercakap-cakap, kemampuan menyampaikan dan membicarakan
topik tertentu, kemampuan menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi, kemampuan
bekerja sama, kemampuan menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang
telah dilakukan.
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam TAKS yaitu tahap persiapan,
orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi dengan menggunakan metode dinamika kelompok,
diskusi atau tanya jawab serta bermain peran atau stimulasi.

Pohon Masalah

Gangguan persepsi sensori :halusinasi effect

Isolasi sosial core problem

Gangguan konsep diri: harga diri rendah etiologi

C. Kriteria peserta TAK


Kriteria pasien yang diikutsetakan dalam TAK, adalah sebagai berikut:
1. Kooperatif
2. Mengalami kemunduran sensori
3. Sehat fisik
4. Bicara jelas
5. Waham atau halusinasi terkontrol
6. Mau mengikuti kegiatan
7. Klien mengalami isolasi sosial, HDR dan kurang komunikasi verbal
8.
D. Waktu dan tempat pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 5 November 2021
Tempat : Ruang Jiwa
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB

E. Metode
Metode yang digunakan dalam TAK adalah diskusi dan sharing persepsi

F. Alat
1. Tape recorder / handphone
2. Speaker

G. Tim terapis
1. Leader : Renaldi Yantu
2. Co-Leader : Yulianti Puteri
3. Fasilitator : Nurul Fauziah Ahmad
Olviani Soleman
Renaldi Moha
Zulkarnain mopili
4. Observer : Novita Angraeni

H. Setting tempat
Keterangan :

= Leader

= Co Leader

= Fasilitator

= Klien

= Observer
I. Langkah Kegiatan
Tahap Kegiatan
Persiapan a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan
indikasi: menarik diri, harga diri rendah, dan tidak mau bicara
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Orientasi a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu
mendengarkan musik.
a) Klien mampu mengenali musik yang didengar
b) Klien mampu memberi respon terhadap musik
c) Klien mampu menbceritakanb perasaannya setelah
mendengarkan musik
2. Waktu
3. Terapis membacakan tata tertib TAK
4. Doa
Tahap Kerja a. Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri
(nama dan nama panggilan) dimulai dari terapis secara
berurutan searah jarum jam.
b. Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri,
terapis mengajak semua klien untuk bertepuk tangan.
c. Terapis dan klien memakai papan nama.
d. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh
tepuk tangan atau berjoget sesuai dengan irama lagu. Setelah
lagu selesai klien akan diminta menceritakan isi dari lagu
tersebut dan perasaan klien setelah mendengar lagu.
e. Terapis memutar lagu, klien mendengar (kira-kira 15
menit). Musik yang diputar boleh diulang beberapa kali.
Terapis mengobservasi respons klien terhadap musik.
f. Secara bergiliran, klien diminta menceritakan isi lagu dan
perasaannya. Sampai semua klien mendapat giliran.
g. Terapis memberikan pujian, setiap klien selesai
menceritakan perasaannya, dan mengajak klien lain bertepuk
tangan.
Terminasi a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan musik yang
disukai dan bermakna dalam kehidupannya.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang
2. Menyepakati waktu dan tempat

J. Tata Tertib
Tata tertib untuk kegiatan TAK, antara lain:
1. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
2. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
3. Peserta berpakaian rapi, bersih dan sudah mandi.
4. Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatam TAK
berlangsung.
5. Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
6. Peserta yang mengacau jalannya acara akan dikeluarkan.
7. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
8. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis namun TAK belum selesai
makan pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu
TAK pada anggota.
S
K. Program Antisipasi
1. Penangan klien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok
 Memanggil klien
 Memberi kesempatan pada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat
atau klien yang lain
2. Penganan pada klien yang diam saat TAK berlangsung
 Fasilitator membujuk klien untuk berbicara
 Jika klien tetap tidak mau berbicara, terapis atau leader meningkatkan
motivasi klien
3. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit
 Panggil nama klien
 Tanya alasan klien meninggalkan permainan
 Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan klien
bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah TAK
4. Bila ada klien yang ingi ikut
 Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah
dipilih
 Katakan pada klien lain bahwa permainan lain yang mungkin dapat
diikuti klien tersebut
 Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut
5. Bila ada klien yang melakukan hal-hal yang tidak diinginkan (mengamuk,
ribut, dan mengganggu klien lain), terapis atau leader mengingatkan tentang tata
tertib TAK

L. Evaluasi dan Dokumentasi


1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemapuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulus sensori mendengar musik, meberi pendapat tentang musik yang
didengar, dan perasaan saat mendengar musik. Hal-hal yang perlu dievaluasi,
antara lain:
a) Evaluasi struktur
1) Tim berjumlah 8 orang, terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 5 orang fasilitator
dan 1 observer
2) Lingkungan tenang
3) Peralatan
b) Evaluasi proses
1) Minimal 75% dapat mengikuti permainan dan dapat mengkuti kegiatan dari
awal sampai selesai.
2) Minimal 75% klien aktif mengikuti kegiatan.
c) Evaluasi akhir
1) Minimal 75% mampu memahami musik yang didengar.
2) Minimal 75% mampu memberi respon terhadap musik yang didengar.
3) Minimal 75% mampu memberi pendapat tentang musik yang didengar.
4) Minimal 75% mampu menceritakan perasaannya setelah mendengar musik.
5) Minimal 75% mampu mengikuti peraturan kegiatan.
6) Minimal 75% mampu menyebutkan manfaat dari TAK.
7) Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat mengikuti TAK
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1,
TAK stimulasi sensori mendengarkan musik. Klien mengikuti kegiatan dari
awak sampai akhir dan menggerakkan jari sesuai dengan irama musik,
namun belum mampu memberi pendapat dan perasaan tentang musik. Latih
klien mendengarkan musik di ruang rawat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berkontribusi pada fungsi yang
terintegrasi baik individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. Perawatan
ini termasuk intervensi yang behubungan dengan pencegahan primer, sekunder dan
tersier. Intervensi keperawatan yang spesifik dalam pencegahan primer termasuk
penyuluhan kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial.
Secara khusus dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan jiwa bagi klien
yang kondisi fisik dan fisiologis yang lemah perlu melibatkan keluarga klien untuk
berpartisipasi aktif dalam pelayanan terapi. Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau
pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau
penderita dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia
(Keliat, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Hawari, Dadang. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Keliat, B. A. 2005. Proses Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B. A. & Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta: EGC

Keliat, B. A. & Akemat. 2014. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktifitas kelompok Edisi
2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai