Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan suatu kumpulan yang emmiliki hubungan darah,
ikatan perkawianan, adopsi serta tinggal dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lain dan saling ketergantungan. Dalam keluarga biasanya
terdiri dari orang tau yaitu ayah dan ibunya, serta anak-anaknya, dan masing-
masing individu memiliki perannya masing-masing.
Tantangan utama bahi keluarga dengan anak remaja meliputi perubahan
perkembangan yang dialami oleh remaja dalam batawan perubahan kognitif,
pembentukan identitas, dan pembentukan biologis, serta konflik-konflik dan
krisis yang didasarkan perkembangan. Ada tiga aspek proses perkembangan
remaja yang mnyita banyak perhatian, yakni emansipasi (otonomi yang
meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya),
kesenjangan antara generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara
orang tua dan remaja).
Banyak masalah yang sering timbul pada keluarga dengan tahap
perkembangan anak remaja karena pada tahap ini, anak berusaha mencari
identitras diri, sehingga mereka sering membantah orang tuanya, karena mulai
mempunyai pendapatan sendiri. Cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda
dengan orang tuanya. Orang yang dianggap yang penting pada usia ini adalah
teman sebaya, mereka bersuaha untuk mengikuti [pendapat dan gaya teman-
temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya, sehingga pada
usia ini sering terlibat dalam geng-geng. Masalah lain yang sering mengganggu
anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual).
Mereka memiliki dorongan untuk pemuasan seksual. Oleh karena itu, para
remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku
atau ,menonton film porno.
Peran perawat dalam asuhan ke[perawatan keluarga dengan tahap anak
usia remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program
asuhan kesehatan secvara mandiri, dan maslah yang timbul bisa teratasi.

B. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA


1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yeng bertujuan untuk
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, dan emosional serta social individu-individu
yanga ada didalamnya dilihat dari interaksi yang regular dan ditandai
dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan
umum (Duval 1972, dalam Ali 1999, hal 4).
Keluarga adalah dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI
1988, dalam Ali 1999, hal 5)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah perkawianan dan adopsi dalam satu rumah tangga
berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan menciptakan
serta mempertahan kan suatu budaya (Bailon dan Magloya 1989, dalam
Ali 1999, hal 5).
2. Tipe keluarga
a. Menurut friedman (1986, dalam Ali, 1999, hal 8) terdapat delapan
tipe keluarga :
1) Nuclear family
Suatu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang masih
menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah terpisah
dari sanak keluarga lainnya.
2) Extended family (keluarga besar)
Yakni satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti
yang tingal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama
lainnya
3) Single parent family
Yakni satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepela keluarga dan
hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung
padanya.
4) Nuclear dyatd
Yakni satu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa
anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.
5) Reconti tuened atau blended family
Yakni suatu keluarga yang terbentuk dati perkawianan pasangan
yang masing-masing pernah menikah dan masing-masing
membawa anak hasil perkawinan terdahulu.
6) Three generation family
Yakni keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek,
bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
7) Single adult living alone
Yaitu bentuk keluarga yang hanya terdiri dari seorang dewasa
yang hidup dalam rumahnya.
8) Middle age atau ederly couple
Yakni keluarga yeng terdiri dari sepasang suami istri usia
pertengahan.
3. Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan meliputi (Suprajitno 2004, hal 17)
a. Memngenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan, segala sesuatu tidak akan berarti
dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan
dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan. Perubahan
sekecil dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila
menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, perubahan apa yang terjadi,
dan seberapa besar perubahannya.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepay sesuai dengan keadaan keluarga,
dengan pertimbangan siapa diantar keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat
agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahakan teratasi. Jika
keluarga memopunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepeda
orang dilingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat
dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah
diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga
yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan
lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakukan dilakukan diinstitusi pelayanan kesehatan
atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga.
4. Fungsi keluarga
Friedman (dalam Ali, 1999, hal 14) mengemukakan ada 5 fungsi
keluarga yaitu :
a. Fungsi afektif
Yaitu yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga
mengembangkan gambaran dirinya yang positif, peranan yang
dimiki dengan baik dan penuh rasa kasih saying.
b. Fungsi sosialisasi
Yaitu proses perkembangandan perubahan yang dimulai
individu yang menghasilkan interaksi social dan melaksanakan
perannya dalam lingkungan social.
Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan
sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin, norma budaya,
perilaku, melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya individu
maupun berperan didalam masyarakat
c. Fungsi reproduksi
Yaitu fungsi unttuk meneruskan kelangsungan kleteurutan
dan menambah sumberdaya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
e. Fungsi perawatan keluarga
Fungsi keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan, dan asuhan keperawatan.
Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau
pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga
dan individu.
5. Peran perawat keluarga
Perawatan kesehatan keluarga ada;ah peklayanan kesehatan yang
ditunjukkan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan
keluarga sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan
masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga
melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga ada;ah
sbegai berikut :
a. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar :
1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara
mandiri
2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Coordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan
komperehensif dapat dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu
agar terjadi tumpang tindih dan pengulangan
c. Pelaksana
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien
dan keluarga dengan menggunakan metode keperawatan .
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit
yang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian
tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada
perawat, hubungan perawat dank lien harus terbina dengan baik,
kemampuan perawat dank lien harus terbina dengan baik,
kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi yang
disampaikan secara terbuka dapat dipercaya.
f. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seprti rumah sakit
dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga
yang optimal.
g. Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti
masalah social, ekoniomi, sehingga perawat harus mengetahui
system pleyanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana
sehat.
h. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di
masyarakat sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah.
i. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah
maupun masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.
B. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN ANAK USIA REMAJA
1. Definisi
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari
siklus kehidupan keluarga dimaulai. Tahap ini berlangsung selama 6
hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak amasih
tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun (Friedman, 1998, hal
124).
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat
anak bersuia 19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam
posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya
terhadap orang tua dibandimgkan dengan teman sebayanya. Pada
tahapan ini seringkaliditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dan
anak remaja, apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak pada
hubungan selanjutnya.(diadaptasi dari Duval, dalam Setiawati &
Dermawan, 2008, hal 20).
Tahap ini dimulai padasaat anak pertama bersuia 13 tahun dan
biasnya berakhir sampai pada usia 19 sampai 20 tahun, pada melepas
anak remaja dan meberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi dewasa (Mubarak, 2009 hal
89).
Berlangsung di usia 13-19 tahun (selama 6-7 tahun).
Metamorphosis : pergeseran yang luar biasa pada pola-pola hubungan
antar generasi, pergeseran dimuali dengan kematangan fisik remaja,
sejaln dengan peran orang tua memasuki pertengahan hidup (Preto, 1988,
dalam perawat Indonesia.org,2010).

2. Peran, Tnggung jawab, dan Masalah Orang Tua


Tidak perlu dikatakan bahwa orang tua mengasuh remaja
merupakan tugas paling sulit saat ini. Namun demikian, orang tua perlu
tetap tegar menghadapi ujian batas-batas yang tidak masuk akal tersebut,
yang telah terbentuk dalam keluarga ketika keluarga mengalami proses
“melepaskan”. Duval (1997) juga mengidentifukasi tugas-tugas
perkembangan yang penting karena masa ini yang menyeleraskan
kebebasan dengan bertanggung jawab ketika remaja menjadi matang dan
mengatur diri mereka sendiri. Friedman (1957) juga
mengiudentifikasikan bahwa tugas orang tua selama tahap ini adalah
belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak (Friedman, 1988.
Hal 125).
Ketika orang tua menerima remaja apa adanya, dengan segala
kelemahan dan kelebihan meraka, dan ketika mereka menerima sejumlah
peran mereka pada tahap perkembangan ini tanpa konflik atau
sensitivitas yang tidak pantas, mereka membentuk pola untuk semacam
menerima diri yang sama. Hubungan antara orang tua dan remaja
seharusnya lebih mulus bila orang tua merasa produktif, puas, dan dapat
mengendalikan kehidupan mereka sendiri ( Kidwell et al, 1983) dan
orang tua berfungsi secara fleksibel ( Preto, 1988, dalam Friedman, 1988
hal 125)
a. Tugas Perkembangan keluarga.
Tugas perkembangan yang pertama dan utama adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja.
Orang tua harus mengubah hubungan mereka dengan remaja putrid
atauputra secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk
sebelumnya kearah suatu hubungan yang semakin mandiri.
Pergeseran yang terjadi dalam hubungan anak dan orang tua ini salah
satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik sepanjang
jalan.
Mempertahankan etika dan standar keluarga merupakan
tugas-tugas perkembangan keluarga lainnya. Meskipun aturan-aturan
dalam keluarga belum diubah, etika dan standar moral keluarga
belum tetap dipertahankan oleh orang tua. Remaja sangat sensitive
terhadap ketidakcocokan antara apa yang dikatakan dan apa yang
diparaktekan. Namun demikian, orang tua dan anaka dapat belajar
dari satu sama laindalam masyarakat yang majemuk dan berubah
dengan cepat saat ini. Transformasi nilai dari kaum muda juga
menstransformasikan kelurga. Adopsi gaya hidup yang lebih bebas
dan sederhana melambangkan transformasi nilai yang mempengaruhi
setiap tahap kehidupan keluarga( Friedman 1998 hal 126 )
C. Masalah-masalah yang terjadi pada keluarga dengan tahap perkembangan
anak usia remaja
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis
pada setiap usia, terlebih selama masih remaja karena pada saat ini anak
laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan
bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih
penting lagi, mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam
menguasai tugas perkembangan masa remaja. Jika hubungan-hubungan
keluarga ditandai dengan pertentangan , perasaan-perasaan tidak aman
berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk
mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja
yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan
hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah.
Masa remaja dikenal banyak orang sebaga masa yang indah dan
penuh romantika, padahal sebenatnya masa ini merupakan masa yang
penuh dengan kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga
dan lingkungan social. Masa ini akan membuat remaja mengalami
kebingungan disatu pihak masih anak-anak, tetapi dilain pihak harus
bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini membuat mereka dalam
kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung
dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan.
Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang
tuanya, karena mulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-
nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapa dijadikan pegangan, meskipun
sebenarnya mereka juga belum memilikiu dasar pegangan yang kuat.
Orang yang dianggap penting dalam masa ini adalah teman sebaya,
mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-temannya,
karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya sering
kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi anggota geng
mereka akan saling member dan mendapat dukungan mental. Beberpa
kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan
bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan
tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak
akan berani melakukan secara individual. Masalah lain yang sering
mengganggu anak remaja yang berkaitan dengan organ reproduksi
(seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang
menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan, tetapi disisi
lain kebudayaan dan norma social melawan pemuasan kebutuhan seksual
diluar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan yang
harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan
seksual, tapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.
Syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia
remaja. Oleh karena itu, orang remaja mencari kepuasan dalam bentuk
khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah
laku ini tetap melanggar norma masyarakat, tetapi melakukan dengan
sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam
menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control
secara bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh
menjadi diri sendiri secara bertahap sampai akhirnya dewasa.
Masalah-Masalah Kesehatan pada Remaja
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi
promosi kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko
harus diidentifikasi dan dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya
gaya hidup keluarga yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko penyakit
jantung koroner semakin meningkat dikalangan pria dpada usia ini
anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan dengan
penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan
biasanya mereka lebih menerima strategi promosi kesehatan.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
ANAK REMAJA AWAL
A. Pengkajian
B. Diagnosa
1. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan konflik dengan
kewajiban moral
2. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan hubungan keluarga
ambivalen
3. Ansietas berhungan dengan hubungan interpersonal

C. Intervensi
1. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan konflik dengan
kewajiban moral
NOC :
a. Pembuatan keputusan
1. Mengidentifikasi informasi yang relevan dipertahankan
pada tingkat 1 ditingkatkan pada tingkat 5
2. Mengidentifikasi kemungkinan konsekuensi dari masing-
masing pilahan dipertahankan pada tingkay 1 di tingkatkan
ke 5
3. Mengetahui implikasi legal yang relevan dipertahankan
pada tingkat 1 di tingkatkan ke 5
b. Fungsi keluarga
1. Melibatkan anggota keluarga dalam pemecahan masalah
dipertahankan pada tingkat 1 di tingkatkan ke 5
2. Beradaptasi terhadap adanya perkembangan transisi
dipertahankan pada tingkat 1 di tingkatkan ke 5
3. Mempertahankan tradisi inti secara stabil di pertahankan
pada tingkat 1 di tingkatkan ke 5
NIC :
a. Dukungan pengambilan keputusan
1. Jadilah sebagai penghubung antara pasien dan keluarga
2. Fasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif
3. Kenali kebijakan dan prosedur yang ada di institusi
b. Peningkatan koping
1. Bantu pasien mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka
panjang
2. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalaah yang konstruktif
3. Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
4. Dukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur-angsur

2. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan hubungan keluarga


ambivalen
NOC :
a. Koping keluarga
1. Menetapkan fleksibilitas peran
2. Melibatkan anggota keluarga dalam mengambil keputusan
3. Mengelola masalaah keluarga
4. Peduli terhadap kebutuhan semua anggota keluarga
b. Dukungan social
1. Kemauan untuk menghubungi orang lain untuk meminta bantuan
2. Dukungan emosi yang disedikan oleh orang lain
3. Koneksi dukungan social
4. Jaringan social yang stabil
NIC :
1. Dukungan keluarga
1. Kaji tingkatan dan kesesuaian system pendukung yang telah ada
2. Manfaatkan kelompok pendukung selama masa transisi untuk
membantu pasien beradaptasi dengan kondisinya
3. Sampaikan pentingnya kehadiran setiap anggota
4. tekankan pentingnya koping yang efektif
2. Peningktan koping
1. Bantu pasien mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan jangka panjang
2. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalaah yang konstruktif
3. Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
4. Dukung kemampuan mengatasi situasi secara berangsur-angsur

3. Ansietas berhungan dengan hubungan interpersonal


NOC :
a. kontrol kecemasan diri
1. Mengurangi penyebab kecemasan
2. Menggunakan strategi koping yang efektif
3. Mempertahankan hubungan social
4. Mengendalikan respon kecemasan
b. pembuatan keputusan
1. Mengidentifikasi informasi yang relevan
2. Mengidentifikasi kemungkinan konsekuensi dari masing-masing
pilihan
3. Mengetahui implikasi legal yang relevan
NIC :
a. Teknik menenangkan
1. Pertahankan sikap yang tenang dan hati-hati
2. Pertahankan kontak mata
3. Bicara dengan lembut
4. Kurangi stimuli yang menciptakan perasaan takut maupun cemas
b. Pengurangan kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
3. Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
4. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatkan kepercayaan

Anda mungkin juga menyukai