TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Setiadi 2008).
Setiadi 2008).
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
b. Hubungan (darah/adopsi/kesepakatan).
e. Ikatan emosional.
7
2. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
masyarakat.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
tercapai.
anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya.
b. Fungsi sosialisasi
lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang di sekitarnya.
interaksi keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
d. Fungsi ekonomi
suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada
perceraian.
keluarga, maka
perubahannya.
3. Tipe Keluarga
1) Keluarga Inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,
3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami
4) “Single Parent”, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak
3) “Commune family”
bersama.
4) ”The non marital heterosexual cohibitang family”
melalui pernikahan.
6) ”Cohibting couple”
7) ”Group-marriage family
9) ”Foster family”
11) ”Gang”
kehidupannya.
sosial.
dalam hal :
dan kegiatan).
anak.
berikutnya.
3) Beradaptasi dengan baru anak baru lahir, anak yang lain juga
terpenuhi.
kembang anak.
anak.
keluarga.
fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami
2) Mempertahankan keintiman.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
bagi anak-anaknya.
mempersiapkan kematian.
1. Pengertian
2004).
untuk bermain dan mulai memasuki taman kanak- kanak. Waktu bermain
bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa percaya diri untuk
luap disertai dengan perilaku agresif yang sangat kuat, terutama kalau
diri dari pengaruh ibunya dan mau berdiri sendiri, sebab didorong oleh
fisik, motorik, intelektual, dan sosial. Ciri fisik anak prasekolah yaitu
otot– otot lebih kuat dan pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras.
menggunakan balok– balok dan berbagai ukuran dan bentuk. Selain itu
juga anak mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri, dan cemburu. Hal
ini timbul karena anak tidak memiliki hal– hal yang dimiliki oleh teman
dengan orang– orang yang ada di luar rumah, sehingga anak mempunyai
minat yang lebih untuk bermain pada temannya, orang– orang dewasa,
atau mampu berdiri sendiri dalam segala hal. Pada anak usia prasekolah
7
menurut Hartono (1997), potensi yang harus dikembangkan adalah
kemandirian, karena pada usia prasekolah ini anak sudah mulai belajar
memisahkan diri dari keluarga dan orang tuanya untuk memasuki suatu
lingkungan yang lebih luas yaitu lingkungan taman kanak- kanak atau
taman bermain.
menggunakan toilet, memakai baju dan sepatu sendiri (Rumini & Sundari,
2003). Lebih lanjut oleh Coles (2003) bahwa tanda lain yang bisa muncul
pada anak usia prasekolah yang masih sangat tergantung pada orang tua
cengeng. Kecengengan ini bahkan bisa terbawa hingga masa akhir masa
prasekolah dan menjadikan anak- anak ini rewel, merengek serta sering
melontarkan protes bila menemui hal- hal yang tidak sesuai dengan
keinginannya. Tetapi biasanya orang tua tidak merasa cemas dengan sikap
anak mereka yang tidak mandiri (Hartono, 1997). Pada umumnya sikap ini
melewati batas usia, ketika anak seharusnya sudah mulai dapat mengurus
dan Sundari (2004) yaitu anak dapat makan dan minum sendiri, anak
mampu memakai pakaian dan sepatu sendiri, anak mampu marawat diri
sendiri dalam hal mencuci muka, menyisir rambut, sikat gigi, anak mampu
menggunakan toilet, dan anak dapat memilih kegiatan yang disukai seperti
makanan apa yang diinginkannya, pakaian apa yang ingin dipakainya atau
tergantung pada interaksi antar anak dan orang tua. Menurut Subrata
tanggung jawab.
rasa percaya diri. Setelah anak menyadari dirinya sebagai pribadi yang
terpisah dari ibunya, anak tidak lagi dapat menerima kontrol orang tua
mandiri. Di sisi lain kadang anak belum memahami banyak hal dan sering
memilih baju yang akan dipakai. Sebagai orang tua, dapat membantu anak
tetapi anak pada usia prasekolah merasa dapat mandiri maka anak akan
melakukan segala sesuatunya sendiri dan tidak mau kalau dibantu orang
lain. Dalam hal ini orang tua memberi kesempatan pada anak untuk
anak akan merasa penuh energi dan mampu berbuat sesuatu sehingga
ingin bergerak kesana kemari dengan lebih bebas. Oleh karena itu orang
berlatih tanggung jawab karena pada anak usia prasekolah, kalau tidak
dilatih tanggung jawab akan tetap tergantung pada orang lain dan tidak
dapat mandiri. Oleh karena tanggung jawab ini berkembang sedikit demi
sedikit maka orang tua hendaknya mulai memberikan tanggung jawab atas
tugas- tugas yang sederhana dan terus meningkat sampai anak usia
prasekolah
anak usia prasekolah terbagi menjadi 2 meliputi faktor internal dan faktor
dari diri anak itu sendiri yang meliputi emosi dan intelektual. Faktor emosi
dihadapi. Sementara itu faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau ada
dari luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputi lingkungan, karakteristik
sosial, stimulasi, pola asuh, cinta dan kasih sayang, kualitas informasi
anak dan orang tua, dan pendidikan orang tua dan status pekerjaan ibu
(Soetjiningsih, 1995).
dengan anak dari keluarga kaya, akan tetapi anak yang mendapat stimulasi
terarah dan teratur akan lebih cepat mandiri dibanding dengan anak yang
kurang atau mendapat stimulasi. Selain itu anak dapat mandiri akan
(Soetjiningsih, 1995).
dapat diatasi bila interaksi antara anak dan orang tua berjalan dengan
lancar dan baik karena interaksi dua arah anak– orang tua menyebabkan
anak menjadi mandiri. Orang tua akan memberikan informasi yang baik
yang baik, maka orang tua dapat menerima segala info dari luar terutama
ibu tidak bisa melihat perkembangan anaknya, apakah anaknya sudah bisa
mandiri atau belum. Sedangkan ibu yang tidak bekerja ibu bisa melihat
(Soetjiningsih, 1995).
B. Ibu Bekerja
1. Pengertian
Ibu adalah wanita yang melahirkan anak. Peran ibu sangat banyak
yaitu sebagai istri dan ibu dari anak– anaknya, ibu mempunyai peranan
itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
mendapatkan penghasilan.
Dahulu ibu hanya berperan fokus pada anak, sedikit sekali ibu yang
bekerja tapi sekarang ibu mempunyai peran ganda sebagai pengasuh dan
pendidik anak. Baik di desa maupun di kota makin banyak wanita yang
mendidik anak dengan cara mereka sendiri sehingga dapat terjadi hal yang
mengasuh anak dengan pola asuh yang pernah mereka terima dari orang
negatif maupun positif. Dampak negatif dari ibu bekerja adalah ibu tidak
selalu ada pada saat- saat yang penting pada saat ia dibutuhkan
lelah dalam bekerja maka pada waktu pulang kerja ibu enggan bermain
Sedangkan dampak positif dari ibu bekerja yaitu adanya rasa harga
diri dan nampak dalam sikap yang baik terhadap diri sendiri, kemudian
dalam mendidik anak, ibu- ibu yang bekerja kurang menggunakan teknik
disiplin yang keras atau otoriter mereka lebih banyak menunjukkan dan
akan menunjukkan penyesuaian pribadi dan sosial yang lebih baik karena
luar rumah adalah seorang wanita yang mempunyai suami dan anak dan
Hal ini akan menimbulkan peran ganda sebagai seorang wanita, sebagai
seorang ibu rumah tangga dan sebagai seorang wanita karier, sehingga
seorang ibu tidak dapat hadir setiap saat untuk memenuhi kebutuhan
tidak perlu dibantu ibu lagi, tetapi harus tetap diawasi pada saat bermain.
Pada aspek fisik, dan motorik tugas ibu adalah meningkatkan aktivitas,
dan untuk aspek kognitif bisa dilakukan dengan banyak bercerita pada
anak (Gunarsa, 1995). Ibu juga bisa melakukan tanya jawab dengan anak
karena akan mengarah pada kepercayaan dirinya, anak yang lebih punya
rasa tanggung jawab dan prioritas, terutama pada ibu yang bekerja.
Prioritas menjadi sangat penting karena ibu harus memilih mana yang
harus didahulukan antara pekerjaan dan anak. Jika ibu merasa bekerja itu
penting tentunya ibu tidak bisa merawat anak sepenuhnya, maka ibu harus
pengalaman untuk merawat anak jika ibu sedang bekerja (Vuuren, 1993).
keluarga, tetapi juga melaksanakan suatu tugas atau kegiatan pada waktu
dan tempat tertentu serta memperoleh gaji. Seorang wanita yang bekerja
dan berumah tangga pada dasarnya tetap menjalankan suatu peran yang
tradisional, yaitu sebagai istri dan ibu bagi anak- anaknya, hanya saja
waktu untuk mengurus rumah tangga bagi ibu yang bekerja tidak
sebanyak waktu yang diberikan oleh wanita yang tidak bekerja (Gunarsa,
bekerja di luar rumah, akan tetapi peran dan tugas pokoknya tetaplah
Tugas ibu dalam menyiapkan anak agar mampu bersaing dan mandiri di
masa depan perlu mendapatkan perhatian dan waktu yang tidak sedikit,
juga cukup besar, wanita juga dituntut untuk selalu mengembangkan diri
dalam waktu yang bersamaan tentunya bukan sesuatu yang mudah bagi
sebagai ibu sekaligus wanita karier, yang penting ada kemauan untuk
maupun kualitas.
Maka bagi ibu yang bekerja harus mempunyai kiat- kiat dalam
Agar kebutuhan kualitas waktu dapat terpenuhi berarti ibu yang bekerja
harus bisa meluangkan waktunya yang tersisa. Waktu yang ada harus
waktu bisa dijalankan dengan baik urusan rumah tangga dan pekerjaan
pun bisa tertata dengan baik, dan biasanya ibu bekerja sering mempunyai
rasa bersalah karena mengurangi waktu bersama anak. Bahayanya rasa
cenderung manja dan tidak mandiri. Maka lebih baik ibu mengarahkan
pola pikir anak agar anak lebih memahami situasi yang dihadapinya,
Faktor Internal
1. Emosi
2. Intelektual
Faktor Eksternal
1. Lingkungan
Tingkat kemandirian
2. Karakteristik sosial
anak usia prasekolah
3. Stimulasi
4. Pola asuh orang tua
5. Cinta dan kasih sayang
6. Kualitas informasi anak–
orang tua
7. Pendidikan orang tua.
8. status pekerjaan ibu
keluarga
beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah :
sakit.
pemecahnnya.
e) Pendidik kesehatan, yaitu untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku
Perawat bekerja sama secara tim dan bekerja sama dengan profesi lain
B. MASALAH KESEHATAN
Gizi kurang adalah kurang gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi
Gizi kurang adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau
a. Penyebab Langsung
anak yang sering terkena penyakit maka akan terkena gizi kurang.
d. Kulit keriput
g. Mata sayu
5. Pathofisiologi
Proses terjadinya gizi kurang akibat dari faktor lingkungan dan faktor
kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk
simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemrosotan jaringan. Pada
saat itu orang sudah dapat dikatakan malnutrisi, walaupun baru hanya
biokimia dan rendahnya zat-zat gizi dalam darah. Apabila keadaan itu
berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-
tanda syaraf yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek, dan lain-lain.
Kebanyakan penderita malnutrisi sampai tahap ini (Solon F.S dan Rodolfo,
Akibat gizi kurang terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi
yang kurang. Menurut Sunita Almatsier 2009, kekurangan gizi ini secara
a. Pertumbuhan
c. Pertahanan tubuh
e. Perilaku
7. Penatalaksanaan Umum
keluarga
dinaikkan bertahap setiap hari (makan dalam porsi kecil tetapi sering)
perkembangan anak.
Faktor Lingkungan
Gizi kurang
Ketidakmampuan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Ketidakmampuan keluarga memberikan
keperawatan keluarga mengambil
keputusan
Ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan Sumber : Nanda (2002), Capernito (2000), Saolon. F .S dan
Rodolpo (1977), PERSAGI (1999)
Kurangnya pengetahuan
Faktor manusia
9. Fokus Intervensi
Diagnosa keperawatan
(Carpenito, 2006).
(Carpenito, 2000).
Fokus intervensi
(Carpenito, 2006).
a) Tujuan umum
b) Tujuan khusus
Intervensi :
untuk makan.
Intervensi :
kurang.
Intervensi
usahanya.
Intervensi
Intervensi
disampaikan.
(d). Beri pujian positif pada keluarga atas jawaban yang tepat.
b) Tujuan khusus
lain :
Intervensi :
dan perembangan.
Intervensi :
kembang.
Intervensi
tumbuh kembang.
kembang dirumah.
Intervensi
Intervensi
a) Tujuan umum
terjadi.
b) Tujuan khusus
Intervensi :
a) Tujuan umum
terjadi.
b) Tujuan khusus
intoleransi aktifitas.
Intervensi